Museum Noken adalah museum yang menyimpan kerajinan tangan khas Papua berupa sebuah tas tradisional yang disebut Noken. Museum ini didirikan dengan tujuan melestarikan berbagai koleksi Noken asli Papua yang telah ditetapkan oleh UNESCO menjadi salah satu warisan dunia [2][3] Museum ini terletak di Waena, Abepura, Jayapura dan diresmikan pada tahun 2013[2][4]. Pembangunan museum ini menggunakan dana dari APBN yang dianggarkan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kini, Museum noken ini sudah dihibahkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kepada Pemerintah Provinsi Papua.[5] Museum Noken bisa digunakan untuk pameran dan tempat bagi mereka yang ingin berlatih membuat noken. Selain itu, para Mama juga bisa menjajakan noken yang telah dibuat di museum ini.[6] Kegiatan lainnya yang dilakukan di museum noken yaitu untuk meneliti dan pengumpulan data terkait inventarisasi Noken dari buku-buku hasil penelitian yang berkaitan dengan noken. Noken ini sangat unik bagi masyarakat Papua, karena digunakan baik oleh perempuan dan laki-laki. Biasanya digunakan untuk membawa hasil dari kebun, tangkapan dari laut, kayu bakar, hingga untuk menggendong bayi. Tas ini juga sering digunakan untuk upacara adat tradisional, atau menjadi persembahan yang diberikan dalam perdamaian.[7]
Sejarah
Pada tanggal 4 Desember 2012, UNESCO dan PBB mengesahkan tas unik dari Papua yang dinamakan noken sebagai warisan budaya dunia tak benda. Oleh karena itu, setiap tanggal 4 Desember sering diperingati sebagai Hari Noken Sedunia. Salah satu aktivis Papua yang terlibat langsung yaitu Titus Pekei, Ia banyak meneliti tentang noken, mulai dari mencari filosofi dari tas unik Papua tersebut. Dari hasil penelitiannya, Titus menyebutkan bahwa noken bukan bermakna tas saja, tapi memiliki makna simbol kedewasaan dari perempuan Papua, diibaratkan seperti rahim kedua, pengikat hati sesama, hingga bisa melambangkan kondisi strata sosial. Setelah noken disahkan menjadi warisan budaya dunia, pemerintah Indonesia mendirikan Museum Noken di Kota Jayapura, yang berdekatan dengan Museum Negeri Papua. Pada 10 April 2013, Muhammad Nuh (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) secara simbolis meletakkan batu pertama sebagai penanda dimulainya pembangunan museum tersebut.[8]
Koleksi
Bangunan ini dibangun dengan dua lantai. Lantai pertama digunakan untuk kantor, di mana museum ini diurus dengan 15 orang pegawai. Di lantai dua disajikan koleksi noken yang kebanyakan hadir dari wilayah adatMee pago. Selain itu, ada juga koleksi noken yang dipamerkan dari koleksi museum Domberai, Bomberai, Mamta, Saireri, Lapago dan Anim Ha.[8]