Museum Ullen Sentalu, (bahasa Jawa: ꦩꦸꦱꦶꦪꦸꦩ꧀ꦈꦭ꧀ꦭꦺꦤ꧀ꦱꦼꦤ꧀ꦠꦭꦸ, translit. Musiyum Ullèn Sentalu) terletak di Kecamatan Pakem (Kaliurang), Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah museum yang menampilkan budaya dan kehidupan para bangsawan Dinasti Mataram (Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman) beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya Yogyakarta maupun Surakarta).
Museum ini juga menampilkan koleksi patung-patung yang berbentuk tokoh-tokoh bangsawan jaman dahulu seperti tokoh raja-raja beserta permaisurinya dengan berbagai macam pakaian yang dikenakan, baik untuk acara formal maupun untuk keseharian.
Penamaan
Nama Ullen Sentalu merupakan akronim dari bahasa Jawa: “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Falsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita. Museum ini didirikan oleh salah seorang bangsawan Yogyakarta yang dikenal sangat dekat dengan keluarga keraton Surakarta dan Yogyakarta.
Di Museum Ullen Sentalu, dapat diketahui bagaimana para leluhur Jawa membuat batik yang memiliki arti dan makna yang mendalam di dalam setiap coraknya. Ada juga berbagai sejarah mengenai keadaan budaya Jawa dari masa Mataram Kuno hingga Mataram Islam dengan segala aturannya.
Lokasi
Museum ini terletak di Jl. Boyong - Kaliurang KM. 25, Harjobinangun, Kaliurang Barat. Sejak zaman pendudukan Belanda, kawasan ini digunakan sebagai tempat liburan bagi orang Belanda dan bangsawan Kerajaan Mataram. Ketika mereka mengunjungi Kaliurang, orang Belanda akan mengatakan "naar boven" atau naik ke atas gunung karena lokasi Kaliurang yang berada di kaki Gunung Merapi. Di Kaliurang, terdapat bangunan-bangunan dan villa milik orang Belanda dan bangsawan Jawa dengan arsitektur bergaya Eropa. Bangunan-bangunan tersebut masih bisa ditemui hingga sekarang meskipun wisata Kaliurang sudah tidak seramai dulu.
Tur museum
Ketika datang ke museum, pengunjung akan dipandu oleh staf pramuwisata dari museum. Ada tiga jenis tur yang bisa diikuti oleh pengunjung, yaitu Adiluhung Mataram, Skriptorium dan Vorstenlanden.
Tur Adiluhung Mataram memamerkan koleksi lukisan, foto, syair dan batik di masa kerajaan Mataram. Tur ini juga mengenalkan tokoh-tokoh bangsawan Jawa di masa tersebut. Tur Skriptorium berisi presentasi hasil kajian tim riset Museum Ullen Sentalu yang menarasikan linimasa sejarah, peradaban, dan budaya Mataram Kuno atau Medang dari Dinasti Sailendra. Vorstenlanden adalah sebutan pemerintah kolonial Belanda bagi Kerajaan Mataram.[1] Pada tur ini diceritakan kisah pemerintahan Kerajaan Mataram di masa Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta beserta pemerintahan Pakualaman dan Mangkunegaran.
Selama mengikuti tur, pengunjung tidak diperbolehkan mengambil foto atau video, kecuali di area luar galeri dan loket masuk.
Koleksi unggulan Museum Ullen Sentalu
Pada tahun 2014 Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan buku berisi koleksi unggulan museum di Daerah Istimewa Yogyakarta, di antaranya adalah koleksi unggulan yang dimiliki oleh Museum Ullen Sentalu.[2] Koleksi unggulan Museum Ullen Sentalu adalah sebagai berikut:
- Lukisan Jumenengan, lukisan ini menggambarkan prosesi tarian sakral Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yaitu tari Bedhaya yang ditampilkan setahun sekali dalam rangka memperingati penobatan sultan.
- Lukisan Busana Paes Ageng, lukisan ini menunjukkan detail busana pernikahan seorang wanita lengkap dengan tata rias Paes Ageng.
- Batik bermotif Urang Wetan, kain ini pernah dikenakan oleh permaisuri KGPAA Paku Alam X yang bernama GBRAAy Retno Puwasa.
Kepemilikan
Museum Ullen Sentalu merupakan museum swasta yang pendiriannya diprakarsai oleh keluarga Haryono yang tinggal di Kota Yogyakarta.[3] Museum ini diresmikan oleh KGPAA Paku Alam VIII, Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta semasa itu. Kepemilikan Museum Ullen Sentalu dipegang oleh Yayasan Ulating Blencong.[4] Pengelolaan diadakan dengan bantuan penasehat antara lain: I.S.K.S. Paku Buwono XII, KGPAA Paku Alam VIII, GBPH Poeger, GRAy. Siti Nurul Kusumawardhani, Ibu Hartini Soekarno, serta KP. dr. Samuel Wedyadiningrat, Sp.(B). K.(Onk). Museum ini diresmikan pada tanggal 1 Maret 1997, oleh KGPAA Paku Alam VIII, Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada waktu itu.
Museum Ullen Sentalu ini memiliki visi “Sebagai jendela peradaban seni dan budaya Jawa”. Hal ini diterjemahkan dalam misi museum yaitu “Mengumpulkan, mengkomunikasikan dan melestarikan warisan seni dan budaya Jawa yang terancam pudar guna menumbuhkan kebanggaan masyarakat pada kekayaan budaya Jawa sebagai jati diri bangsa.”
Lihat pula
Referensi
Pranala luar