Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman iniKlasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Istilah "bahasa Jawa" paling umum dikaitkan pada bentuk bahasa Jawa Surakarta yang biasanya digunakan dalam situasi resmi.[1] Dalam perkembangan selanjutnya, bahasa Jawa Surakarta ditetapkan sebagai bentuk standar dari bahasa Jawa dan secara resmi digunakan sebagai bahan pengajaran bahasa Jawa pada instansi pendidikan di wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur.[2]
Kosakata
Meskipun satu rumpun, bahasa Jawa di tiap daerah di Jawa Tengah mempunyai ciri-ciri tersendiri yang khas mencerminkan dari mana asal bahasa Jawa tersebut[3]
Untuk istilah "dingin" di dialek Surakarta-Yogyakarta menggunakan kata "adhem", sedangkan orang yang tinggal di Semarang menyebutnya "atis". Contoh:
"Lhå piyé ṭå, aku mèh mangkat nangíng ra duwé dhuwit."
("Bagaimana ini, saya akan berangkat tetapi tidak punya uang.")
"Mbok kowé mesakké aku, dijilihi dhuwit pirå waé sak nduwèkmu."
("Kasihani aku, dipinjami uang berapa saja yang kamu punya.")
"Sésuk tak balèkké yèn wis oleh kiriman såkå mbakyuku."
("Besok (dalam waktu yang tidak bisa ditentukan kapan) saya kembalikan kalau sudah dapat kiriman dari kakak perempuan saya.")
Bagian ini berisi daftar kosakata
Bagian ini merupakan kilas pandang dari beberapa kosakata maupun ungkapan dan kalimat dalam bahasa Jawa Surakarta. Untuk keterangan lebih lanjut, Anda dapat mengunjungi proyek saudari Wikipedia berbasis kamus, Wikikamus.
Perbandingan Kosakata dialek Kewu dan Mataraman
Daftar
Dialek Kewu (Surakarta-Yogyakarta)
Dialek Mataraman (Kediri-Madiun)
Bahasa Indonesia
ngåpå
nyapå
kenapa
waé
aé, waé
saja
busak
busêg
hapus
kenå
kênèk
terkena
jebulé (lebih umum), tibak'é (kadang kadang masih digunakan)
tibak'é, tibak'nå, bak'e, bak'nå
ternyata
tuwå
tuwèk
tua
cedhak, cerak, caket
cedhek (kediri) , cedhak (ngawi)
dekat
pidhak, idhak
idêʔ (huruf k di ucapkan glottal)
di injak
mabur
mibêr,ibêr, kabur (sebagian)
terbang
kĕbak
kebêʔ (huruf k di ucapkan glottal)
penuh
mung
mèk,muk, gur
hanya
marakké
marai, garakné
menyebabkan
isih, ijíh
isík, sik, ijík/jék
masih, saja
gari (umum), kari (jarang digunakan)
garèk, karèk
tinggal
ésuk
isuk (kediri) , esuk (tulungagung/ponorogo)
pagi
såkå, sĕkå
kå
dari
gagé
ndang, gèk ndang
cepat-cepat
těkå těkå (Yogyakarta)
ujug-ujug
tiba-tiba
dudu
uduk, duduk
bukan
ånå (Yogyakarta dan Semarang), ènèk, ènèng (Surakarta)
cêblok (benda/manusia) , tibå (hanya untuk manusia)
jatuh
nganggo
ngangge , nggawe, nggae, ngge
pakai
bangět
éram/mên/nêmên
sangat
senajan
masiyå, senajan
walaupun
nganṭi, kanṭi
ngantèk', sampèk'
sampai
diantemi
ditonyoni
dipukul
mudheng
dhòng, mudheng
paham
mĕngko
êngko
nanti
siṭík (siṭék)
saitik/thithik/sithik
sedikit
apík (apék)
apik,uapik
bagus
cilík (cilék)
cilik
kecil
wíngi''
dhék wingi, dhék ingi
kemarin
níng, ing
níng, nang, nyang
di
bali (lebih umum), mulíh (jarang dipakai)
mulíh (lebih umum) / balik
pulang
lungå / minggat
lungå / ngalíh
pergi
undangké
celukne, parakne
panggilkan
puyèng, mumět
ngelu (lebih umum), mumet
pusing
mriyang
grêgês, gêring
tak enak badan
diuripi / diurupké
dikakné / diurupné / diempakne
dinyalakan
gori
tèwèl(di daerah Pati juga menggunakan kata ini)
nangka muda
Referensi
^ abOgloblin, Alexander K. (2005). "Javanese". Dalam K. Alexander Adelaar; Nikolaus Himmelmann. The Austronesian Languages of Asia and Madagascar. London dan New York: Routledge. hlm. 591. ISBN9780700712861.
1 Masuk ke dalam Daftar Benda Cagar Budaya yang Dilindungi Pemerintah Kota Surakarta, 2 Dicoret dari daftar karena usia pembangunan kurang dari 50 tahun Portal Surakarta ·Wikipedia:Buku/Surakarta