Stasiun Merak (MER) merupakan stasiun kereta api kelas II yang terletak di Tamansari, Pulomerak, Cilegon. Stasiun yang terletak pada ketinggian +3 meter ini merupakan stasiun kereta api aktif paling barat di Pulau Jawa yang dikelola oleh KAI Commuter. Hanya ada satu kereta api yang melayani angkutan penumpang di stasiun ini, yaitu Commuter Line Merak.
Stasiun ini adalah satu dari tiga stasiun terminus yang terletak di ujung barat Pulau Jawa selain Anyer Kidul dan Labuan, serta merupakan stasiun terbesar ke-3 di lintas Rangkasbitung-Merak selain Stasiun Serang dan Stasiun Rangkasbitung. Nama Merak sendiri diambil dari nama kampung tempat letak stasiun ini berada.
Sejarah
Sejarah Stasiun Merak tak lepas dari pembukaan Pelabuhan Merak. Pada Juni 1911, kapal HRMS Sumbawa telah menyelesaikan survei mengenai studi kelayakan pembangunan pelabuhan ini. Hasilnya, sang kapten kapal, D.E. Keus, menyimpulkan bahwa Merak, yang berlokasi 10 mil (16 km) di sebelah utara pelabuhan lama Anyer, menjadi tempat potensial bagi rencana pelabuhan baru, agar dapat lebih dekat untuk menyeberang ke Lampung melalui Selat Sunda. Faktor yang menyebabkan Merak layak sebagai pelabuhan baru adalah kawasan tersebut berupa teluk yang diapit oleh karang. Perairan yang ada pada teluk tersebut tidak terlalu dangkal dan hanya dibatasi pantai dan karang yang tinggi sehingga dermaga dapat dibangun setinggi empat depa dengan biaya yang relatif murah.[4]
Rencana pembangunan pelabuhan ini selaras dengan keinginan Staatsspoorwegen agar penumpang dapat menyeberang lebih cepat ke Sumatra. Jalur kereta api di Sumatra bagian selatan, saat itu masih dalam perencanaan. Untuk melaksanakan proyek tersebut, tenaga kerja Jawa dipekerjakan di Sumatra bagian selatan, dan membuat orang Jawa harus menetap permanen di Lampung dan Palembang. Tujuannya adalah untuk memperhitungkan lokasi yang dirasa aman bagi berlabuhnya kapal feri. Keputusan membangun jalur dan Stasiun Merak dimulai dari sebuah titik yang berada di dekat Stasiun Cilegon, berjarak 10 km dari lokasi proyek Pelabuhan Merak. Sementara itu, di Lampung, dibangun dua pelabuhan: Telukbetung dan Oostbaai (Panjang), untuk berlabuh kapal, penyediaan material bangunan untuk jalur kereta api, dan konstruksi.[5]
Per 1 Desember 1914, segmen Cilegon–Merak akhirnya dibuka. Sebelum dibuka, pada 28 November, direncanakan bahwa kegiatan ekspor-impor hewan ternak di Pelabuhan Anyer resmi dilarang dan harus menggunakan Pelabuhan Merak.[6]
Jalur yang menuju ke Anyer Kidul pada awalnya berstatus sebagai jalur utama, sedangkan jalur yang menuju ke Merak berstatus sebagai jalur cabang. Dengan dibukanya stasiun tersebut, status kedua jalur ini ditukar. Titik awal dari keberangkatan kereta-kereta pengumpan (feeder) yang mengarah ke Stasiun Merak ini adalah di Stasiun Tjilegon (Cilegon).
Bangunan stasiun yang sekarang ini merupakan stasiun pindahan, dan bukan bangunan asli peninggalan Staatsspoorwegen. Pada awalnya, Stasiun Merak memiliki sebuah atap kanopi yang terbuat dari kayu,[7] serta masih bersisian langsung dengan laut dan dermaga. Diperkirakan, komponen bangunan tersebut dibongkar atau dihancurkan saat masa kemerdekaan. Stasiun ini memiliki sebuah turntable, dan jalur cabang yang mengarah Pelabuhan Indah Kiat untuk kereta api angkutan bubur kertas. Jalur dan turntable ini kini sudah dibongkar hingga hilang tak berbekas.
Bangunan stasiun yang asli telah dirobohkan sehubungan dengan rencana penataan ulang kawasan Pelabuhan Merak, dengan dibangunnya terminal penyeberangan kapal feri sejak akhir dekade 1980-an sekaligus perkantoran Pelabuhan ASDP Merak.
Bangunan dan tata letak
Pada awalnya, Stasiun Merak memiliki empat jalur kereta api dengan jalur 4 merupakan sepur lurus. Jalur 2 digunakan untuk pemberhentian maupun parkir rangkaian kereta api penumpang, jalur 1 digunakan untuk jalur langsir lokomotif, serta jalur 3 dan 4 digunakan sebagai sepur simpan yang kini sudah jarang sekali digunakan. Namun, jalur 4 dan weselnya sudah diputus dari jalur utama dan ditimbun aspal sehingga jalur 3 kini menjadi sepur lurus. Terdapat pula bekas gerbong barang terbengkalai di jalur 4 ini.
Stasiun ini dilengkapi dengan dua peron penumpang yang berukuran agak tinggi dan satu peron yang berukuran rendah. Stasiun ini termasuk dalam area Pelabuhan Merak milik PT ASDP Indonesia Ferry. Oleh karena itu, setiap orang yang tiba di stasiun ini dan ingin pindah moda dengan kapal feri diwajibkan untuk membayar masuk area pelabuhan.
Di waktu yang akan datang, beredar kabar bahwa PT Kereta Api Indonesia berencana akan memindahkan lokasi Stasiun Merak. Kepala Humas (Kahumas) PT KAI Daop I Jakarta Eva Chairunisa menjelaskan bahwa hal ini dilakukan guna penataan kawasan agar fasilitas transportasi di Pelabuhan Merak menjadi lebih baik lagi.[8]
Layanan kereta api
Sebelumnya, stasiun ini juga melayani kereta api penumpang jarak jauh dan kereta api lokal seperti KA Kalimaya, Patas Merak, dan Krakatau. Per 1 April 2017, KA Kalimaya dan Patas Merak dinyatakan berhenti beroperasi karena digantikan oleh layanan baru KRL Commuter Line Rangkasbitung,[9] dan pada tanggal yang sama rute KA Lokal Merak dipangkas menjadi hanya Rangkasbitung-Merak PP saja, dari yang sebelumnya Tanah Abang-Merak PP.[10] Pada 17 Juli 2017, KA Krakatau ikut dipangkas rutenya menjadi Pasar Senen-Blitar PP dari yang sebelumnya Merak-Blitar PP, dan namanya diganti menjadi KA Singasari.[11]
Pada 28 September 1980, lokomotif BB303 15 menabrak sepur badug dan hampir tercebur ke laut karena melaju dengan kecepatan yang terlalu tinggi saat ingin memutar posisi lokomotif di turntable. Pada saat itu lokasi Stasiun Merak masih bersisian langsung dengan laut dan dermaga.[12]
Galeri
Stasiun Merak pada era 1930-an, terdapat sebuah kanopi kayu dan masih bersisian langsung dengan laut. Tampak sebuah rangkaian kereta dengan lokomotif SS 600 (B51).
Bangunan lama Stasiun Merak, 1930-an.
Stasiun Merak, 1921.
Bangunan Stasiun Merak.
Papan nama Stasiun Merak.
Pelataran Stasiun Merak.
KA Commuter Line Merak di Stasiun Merak.
Kondisi emplasemen Stasiun Merak.
Wesel di ujung emplasemen Stasiun Merak yang digunakan untuk langsir lokomotif.
Jalur 3 Stasiun Merak yang merupakan bekas sepur simpan, kondisinya diaspal namun masih bisa dilalui oleh kereta.
Bekas jalur 4 Stasiun Merak yang telah diputus dari jalur utama.
Bekas jalur 4 Stasiun Merak yang telah diputus dari jalur utama.
Gerbong batu balas yang terbengkalai di bekas jalur 4 Stasiun Merak.
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
^de Jong, Michiel van Ballegoijen (1993). Spoorwegstations op Java. Amsterdam: De Bataafsche Leeuw. hlm. 120.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).