Red Bull Racing, juga diketahui sebagai Red Bull atau RBR, berkompetisi sebagai Oracle Red Bull Racing, adalah sebuah tim Formula Satu yang berkompetisi dengan izin Austria, dan berbasis di Britania Raya. Tim Red Bull Racing adalah salah satu dari dua tim yang dimiliki oleh perusahaan minuman energi Red Bull GmbH, yang lain bernama AlphaTauri. Tim ini dipimpin oleh Christian Horner sejak pembentukannya pada musim 2005 sampai dengan sekarang.[4]
Tim Red Bull memakai mesin Cosworth pada musim 2005 dan mesin Ferrari pada musim 2006. Tim ini juga menggunakan mesin Renault antara musim 2007 dan 2018 (dari musim 2016 hingga 2018, mesin Renault diberi nama "TAG Heuer" setelah putusnya hubungan antara Red Bull dan Renault pada musim 2015).[5][6] Selama kemitraan ini, mereka berhasil memenangkan empat gelar Kejuaraan Dunia Pembalap dan Konstruktor secara berturut-turut dari musim 2010 hingga 2013, menjadi tim asal Austria yang pertama yang berhasil memenangkan gelar juara dunia tersebut. Tim Red Bull mulai menggunakan mesin Honda pada musim 2019.[7] Kerja sama Honda mencapai puncaknya pada tahun 2021, ketika mereka berhasil memenangkan Kejuaraan Pembalap Dunia. Menyusul keluarnya Honda dari ajang Formula Satu setelah tahun 2021, tim akan mengambil alih pengoperasian unit daya Honda melalui Red Bull Powertrains.[8] Namun, Honda akan masih menyuplai mesin Red Bull sampai dengan musim 2025.[9]
Latar belakang tim Red Bull Racing pada saat ini bisa dilihat kembali ke tahun 1997 pada saat tim Stewart Grand Prix pertama kali membalap di dalam ajang F1. Jackie Stewart pun menjual timnya kepada Ford Motor Company pada akhir musim 1999, dan Ford menamai tim menjadi Jaguar Racing.
Pada pertengahan musim 2004, Ford memutuskan untuk menjual tim Jaguar Racing karena prestasinya yang biasa-biasa tidak seimbang dengan anggaran dana besar yang telah dikeluarkan oleh Ford.[10] Pada tanggal 15 November 2004, Red Bull, sebagai raksasa produsen minuman energi dari Austria, akhirnya membeli tim Jaguar Racing.[11]BBC Sport melaporkan bahwa Ford meminta US$1 dari penawar sebagai imbalan atas komitmen untuk menginvestasikan US$400 juta dalam tim selama tiga musim Grand Prix. Tim tetap memiliki akses ke mesin Cosworth yang dikembangkan untuk sasis musim 2005 mereka, dan operasional terus berlanjut di bawah nama yang baru. Christian Horner ditunjuk sebagai ketua tim, dan David Coulthard dan Christian Klien sebagai pembalap.
Tim Red Bull Racing secara resmi memulai musim debutnya di musim 2005. Pemilik Red Bull, yaitu Dietrich Mateschitz, sebelumnya sudah merekrut beberapa orang ahli berkompeten untuk menjalankan timnya di musim 2005. Mereka antara lain adalah Christian Horner (pemilik tim F3 Arden), dan mantan pembalap Formula 1 asal Austria, yaitu Gerhard Berger. Ironisnya, Mateschitz juga secara dadakan mengumumkan bahwa ia tidak akan memakai jasa Tony Purnell dan David Pitchforth, yang mana di musim 2004 mereka berdua adalah bos dari tim Jaguar Racing. Pembalap mereka di musim 2005 adalah David Coulthard dan Christian Klien. Di pertengahan musim, Vitantonio Liuzzi juga masuk sebagai pembalap bergantian dengan Klien. Kemudian, dalam musim debutnya ini, tim RBR mampu bercokol di P6 klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, yang mana hasil tersebut tidak bisa dicapai oleh tim Jaguar Racing di musim 2003-04.[13] Coulthard bahkan nyaris saja mencatatkan podium di Grand Prix Eropa, kalau saja ia tidak terkena penalti drive trough. Dengan 34 poin, 24-nya dari Coulthard, 9 oleh Klien, dan 1 oleh Liuzzi, tim RBR boleh dibilang sebagai tim baru yang konsisten di musim perdananya.[14]
Pada tanggal 23 April 2005, tim Red Bull secara resmi mengumumkan sebuah kesepakatan untuk menggunakan mesin Ferrari pada musim 2006.[15] Tim Red Bull tetap memakai ban Michelin, alih-alih Bridgestone seperti yang digunakan oleh tim Ferrari.
Pada tanggal 14 Desember 2005, mobil kedua tim RBR, yaitu Red Bull RB2, mengaspal untuk yang pertama kalinya. David Coulthard menguji mobil tersebut selama beberapa putaran di Silverstone, memuji mobil yang "terlihat seksi" itu.[17] Pada pengujian awal, tim Red Bull terganggu dengan masalah pendingin dan komponen mobil yang terlalu panas.[18]
David Coulthard masih mengisi posisi pembalap pertama bersama dengan Christian Klien. Namun, mulai dari Grand Prix Cina, posisi Klien digantikan oleh Robert Doornbos, mantan pembalap Minardi asal Belanda,[19] bersama dengan Michael Ammermüller sebagai pembalap tes.[20] Di musim 2006, tim Red Bull Racing akhirnya meraih podium pertamanya di Grand Prix Monako, saat David Coulthard berhasil finis di urutan ketiga.[21] Bos tim, yaitu Christian Horner, mengatakan sebelum balapan bahwa jika salah satu mobilnya berhasil finis di posisi podium, maka dia akan melompat ke dalam kolam renang di trek dalam keadaan telanjang. Dia pada akhirnya melompat ke dalam kolam renang hanya dengan mengenakan jubah berwarna merah saja. Secara kebetulan, baik tim Stewart Grand Prix dan Jaguar Racing, pendahulu tim, juga berhasil meraih podium perdananya pada balapan tersebut.
Coulthard mencetak satu poin di Montreal, setelah melewati Jenson Button pada tahap penutupan balapan, meskipun start di posisi terakhir karena pergantian mesin yang memerlukan penalti turun grid. Klien pun bernasib baik dengan membawa mobil RB2 kedua ke posisi ke-11. Pada Grand Prix Amerika Serikat, Klien mundur bersama dengan delapan mobil yang lainnya, termasuk pembalap Toro Rosso, yaitu Scott Speed, pada putaran pertama setelah serangkaian insiden tikungan pertama. Coulthard finis di urutan ke-7.
Tim tersebut finis di urutan ke-7 di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor FIA, dengan 16 poin, unggul lima poin dari tim Williams yang sedang mengalami kesulitan pada saat itu. Coulthard (14 poin) finis di posisi ke-13 di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap, sementara Klien yang berangkat (2 poin) diklasifikasikan di posisi ke-18. Pengganti Klien, yaitu Robert Doornbos, gagal mencetak poin apa pun.
Pada musim 2007, tim Red Bull memakai sasis karya Adrian Newey dan mesin Renault untuk yang pertama kalinya, yaitu Red Bull RB3. Setelah negosiasi panjang tentang obligasi tim Red Bull Racing untuk tetap memakai mesin Ferrari, tim tersebut mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan mesin Renault untuk musim 2007. Kontrak dengan Ferrari diturunkan ke tim Scuderia Toro Rosso.[22]
Tim secara resmi mengumumkan pada tanggal 7 Agustus 2006 bahwa Mark Webber akan membalap bersama dengan Coulthard untuk musim 2007, menggantikan posisi Christian Klien. Posisi Klien digantikan Robert Doornbos untuk tiga balapan terakhir musim 2006. Doornbos menjadi pembalap ketiga tim Red Bull Racing untuk musim 2007.[23][24] Pada musim 2007 juga, tim Red Bull secara resmi menjadi konstruktor asal Austria yang pertama setelah menerima izin balap Austria.[25]
Meskipun mengawali balapan dari posisi ke-7 di Australia, namun Mark Webber harus puas finis di posisi ke-13. Mereka gagal mencetak angka sampai dengan Grand Prix Spanyol saat Coulthard finish di P5. Di pertengahan musim, Geoff Willis masuk sebagai direktur teknik untuk membantu Adrian Newey.[26] Walaupun terbilang sebagai sasis yang baik dari segi aerodinamika, namun mobil Red Bull musim 2007 masih kalah reliabel jika dibandingkan dengan para pesaingnya, dan baru menunjukan sekilas potensinya di pertengahan musim balapan saat Mark Webber finish di P3 di Grand Prix Eropa.[27] Pada Grand Prix Jepang di Fuji Speedway, Mark Webber memiliki peluang besar untuk bisa memenangi balapan di atas trek yang basah, namun ia kandas setelah diseruduk calon rekan setimnya pada masa depan, yaitu Sebastian Vettel, dari tim STR.[28] Hasil akhir klasemen Kejuaraan Dunia Konstruktor untuk tim RBR di musim 2007 adalah P5 dengan 24 poin.[29][30]
Untuk musim 2008, tim RBR masih tetap bertahan dengan kombinasi Coulthard dan Webber. Posisi podium kembali mereka raih secara mengejutkan di Grand Prix Kanada 2008 pada saat Coulthard berhasil finish di posisi ketiga.[31] Namun, mendekati akhir musim, bos tim, yaitu Christian Horner, harus sedikit malu, karena mereka dikalahkan oleh tim saudaranya, yaitu tim Scuderia Toro Rosso, yang secara mengejutkan berhasil memenangi lomba di Grand Prix Italia melalui pembalapnya, yaitu Sebastian Vettel.[32][33] Diyakini bahwa meskipun rancangan mobil mereka (RBR-STR) sama, yaitu oleh Adrian Newey, tetapi kekuatan power mesinnya berbeda, tim RBR oleh Renault, sementara tim STR oleh Ferrari. Pada bulan April sebelumnya, David Coulthard secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari tim, tetapi ia masih akan tetap tinggal di dalam tim RBR sebagai konsultan.[34] Dengan melihat prestasi Vettel yang sangat gemilang di Grand Prix Italia, Horner akhirnya menarik Vettel untuk mengisi kursi pembalap musim 2009.[35] Mark Webber masih akan tetap membalap bersama dengan tim Red Bull untuk musim 2009 tersebut.[36]
Musim 2009 merupakan salah satu musim terbaik bagi tim asal Austria ini. Rancangan mobil karya Adrian Newey dan ide-ide kreatif dari Geoff Willis berhasil diterjemahkan dengan baik oleh Sebastian Vettel dan Mark Webber.[37] Walaupun mengawali musim dengan buruk di Australia, saat Vettel menyeruduk Robert Kubica, dan kemudian seusai balapan Vettel meminta maaf pada DR. Mario Theissen atas insiden tersebut,[38][39] namun tim RBR mampu menunjukkan tajinya di Grand Prix China.[40] Dengan dibantu kekuatan mesin Renault, dan sasis karya Adrian Newey, tim ini menguasai lomba sejak sesi kualifikasi. Hal paling menarik dari kemenangan perdana tim RBR di dalam ajang F1 ini adalah ketika panitia lomba salah memutarkan lagu kebangsaan di atas podium, di mana yang terputar untuk tim RBR adalah God Save the Queen dari Britania Raya, dan bukan Osterreichische Bundes Hymne dari Austria seperti yang seharusnya. Setelah di China, tim RBR menguasai beberapa balapan lain, seperti di Inggris,[41]Jerman,[42]Jepang,[43]Brasil,[44] dan balapan pamungkas di Abu Dhabi.[45] Penampilan mereka yang impresif di pertengahan musim sempat membuat tim ini dan kedua pembalapnya masuk ke dalam daftar kandidat juara dunia F1 musim 2009. Sayang, beberapa musibah seperti yang menimpa Webber di Jepang dan gagalnya Vettel masuk tiga besar di Italia memupus harapan tim RBR untuk bisa menjadi juara dunia. Sebastian Vettel harus puas berada di posisi kedua klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap musim 2009 di bawah sang juara dunia Jenson Button, sementara posisi klasemen tim dalam Kejuaraan Dunia Konstruktor mengalami peningkatan drastis, dari asalnya P7 di musim 2008 menjadi posisi runner-up di musim 2009 di bawah tim debutan Brawn GP.[46][47]
Untuk musim 2010, tim Red Bull mencoba untuk meningkatkan prestasi yang sebelumnya telah berhasil mereka raih di musim 2009. Sebastian Vettel dan Mark Webber masih tetap bertahan bersama dengan tim ini. Awal musim mereka jalani dengan buruk ketika gagal meraih hasil sempurna di Bahrain dan Australia. Perlahan tetapi pasti, tim RBR kemudian maju selangkah demi selangkah, diawali dengan kemenangan balapan di Malaysia melalui tangan Vettel. Selanjutnya, Mark Webber berhasil menyumbang dua kemenangan beruntun di Spanyol dan Monako.[48] Tetapi di Turki, duet Red Bull malah membuang percuma peluang untuk menang usai keduanya terlibat aksi saling sikut dalam memperebutkan posisi pertama.[49] Tim RBR kemudian bangkit kembali dengan kemenangan bagi Vettel di Eropa, di mana di sisi lain, Webber terhempas usai bertabrakan dengan Heikki Kovalainen. Di Inggris dan Hungaria, Webber kembali memenangi balapan secara brilian. Di Belgia, Vettel lagi-lagi membuat kecerobohan pada saat ia menyenggol Jenson Button.[50] Di Jepang, dengan memakai mesin bekas, Vettel kembali berhasil menang, dan duet Red Bull masuk ke dalam kandidat juara dunia musim 2010. Setelah keduanya tersingkir di Korsel, Vettel kembali berhasil menang di Brasil, yang sekaligus mengantarkan tim RBR menjadi juara dunia konstruktor musim 2010. Kemudian, setelah tim Ferrari menerapkan strategi yang salah untuk Fernando Alonso di Abu Dhabi, Vettel akhirnya naik menjadi juara, yang sekaligus mengantarkannya sebagai juara dunia termuda sepanjang sejarah ajang F1.[51][52] Kekuatan tim RBR di musim 2010 terasa sangat nyata lewat dominasi posisi pole yang berhasil mereka raih sebanyak 15 dari 19 lomba.
Sebastian Vettel memperpanjang kontraknya dengan tim Red Bull sampai dengan akhir musim 2014.[53] Musim 2011, tim Red Bull melanjutkan penampilan apiknya dengan memenangi dua balapan pembuka musim di Australia[54] dan Malaysia melalui Sebastian Vettel.[55]Infiniti juga mulai mensponsori tim Red Bull. Uang sponsor yang dibawa oleh Infiniti dikabarkan menutup harga yang harus dibayar oleh tim Red Bull kepada Renault, yang masih menyuplai mesin kepada tim ini untuk musim 2011 sampai dengan musim 2013,[56] sehingga tim Red Bull menerima mesin "gratis".[57] Vettel kemudian berhasil meraih tiga kemenangan beruntun di Turki, Spanyol, dan Monako, sebelum ia berhasil di kalahkan oleh Jenson Button di Kanada. Vettel pun kembali ke jalur kemenangan di Eropa, yang disusul oleh "krisis kemenangan" selama tiga seri berturut-turut, dan kembali berhasil memenangi lomba di Belgia. Lewat kemenangannya di Belgia, Vettel berhasil melewati catatan poinnya di musim 2010 (256 poin) dengan 259 poin. Ia pun kembali berhasil menang di Italia, yang juga menjadi kemenangan perdana mesin Renault sejak tahun 1995, dan di Singapura. Vettel pun resmi menjadi juara dunia ganda termuda dalam sejarah F1 setelah ia finish di P3 di Jepang. Tim Red Bull pun mengunci gelar juara dunia konstruktor di Korea lewat kemenangan dominan yang lagi-lagi diberikan oleh Sebastian Vettel.
Untuk musim 2012, Sebastian Vettel dan Mark Webber masih membalap untuk tim Red Bull sejak tiga tahun terakhir. Webber menandatangani perpanjangan kontrak selama satu tahun, sedangkan Vettel melanjutkan kontrak multi-tahunnya, yang berakhir pada musim 2014.[58][59] Vettel berhasil memenangkan gelar juara dunianya untuk ketiga kalinya yang berturut-turut pada musim 2012, membuatnya menjadi Juara Dunia tiga kali yang paling muda, mengalahkan Ayrton Senna.[60]
Tim Red Bull Racing berganti nama menjadi Infiniti Red Bull Racing untuk musim 2013 setelah pengumuman bahwa merek otomotif premium, yaitu Infiniti, menjadi sponsor utama dan Vehicle Performance Partner (dalam bahasa Indonesia: Mitra Performa Kendaraan) tim Red Bull.[61][62] Tim Infiniti Red Bull tetap mempertahankan Sebastian Vettel and Mark Webber untuk 5 musim secara berturut-turut. Seperti halnya dengan musim 2012, Webber dikontrak dengan durasi satu tahun, sementara Vettel masih dengan kontrak multi tahunnya.[53][63]
Di Grand Prix Italia, Vettel berhasil mengamankan posisi pole yang ke-50 untuk tim Red Bull, dan kemenangan Grand Prix yang ke-40.[64][65][66] Di Grand Prix India, Vettel berhasil meraih gelar Kejuaraan Dunia Pembalapnya yang keempat, dan membantu mengamankan gelar Juara Dunia Konstruktor untuk tim Infiniti Red Bull Racing untuk yang keempat kalinya secara berturut-turut.[67]
Tim Infiniti Red Bull mengawali musim ini dengan Juara Dunia bertahan Sebastian Vettel dan Daniel Ricciardo, yang menggantikan posisi Mark Webber setelah ia mengumumkan pada musim 2013 bahwa ia akan pindah ke Kejuaraan Ketahanan Dunia dengan tim Porsche untuk musim 2014.
Dalam sesi pengujian pra-musim, menjadi jelas, tidak hanya dari tim Red Bull saja, tetapi juga tim pemakai mesin Renault yang lainnya, bahwa mesin Renault sangat tidak dapat diandalkan dan tenaganya lebih rendah jika dibandingkan dengan mesin Ferrari dan Mercedes. Renault berjuang agar mesin hibrida yang baru berfungsi dengan baik selama sesi pengujian pra-musim dengan mesin pembakaran, sistem pemulihan kinetik, dan turbo semuanya tidak dapat bekerja sebagai satu kesatuan.
Pada Grand Prix Australia, Ricciardo berhasil memiliki posisi kualifikasi kedua pada balapan pertamanya untuk tim, sementara Vettel lolos babak kualifikasi ke urutan ke-13 dengan jarak setidaknya 1,8 detik dari pole-sitter Lewis Hamilton. Dalam balapan itu sendiri, Ricciardo berhasil finis di posisi kedua, sementara Vettel mundur setelah hanya mampu menjalani tiga putaran karena mengalami kegagalan unit tenaga pada mobilnya. Namun, setelah balapan, Ricciardo didiskualifikasi karena melanggar aturan baru FIA yang membatasi penggunaan bahan bakar sebesar 100kg per jam di setiap balapan. Dia dengan demikian kehilangan podiumnya. Tim Red Bull mengajukan banding atas keputusan ini pada tanggal 14 April, tetapi kalah dalam kasus mereka.
Di Grand Prix Malaysia, Vettel berhasil lolos babak kualifikasi di posisi kedua, sementara Ricciardo lolos babak kualifikasi di urutan kelima. Pada putaran ke-49, Ricciardo harus mundur karena mengalami kegagalan teknis pada mobilnya, sementara Vettel berhasil finis di posisi ketiga, dan meraih podium yang pertama untuknya di musim ini. Ricciardo terkena penalti grid turun sepuluh tempat untuk Grand Prix Bahrain, karena pelepasan yang tidak aman oleh tim Red Bull di salah satu pit stopnya. Pada Grand Prix Bahrain, Ricciardo berhasil lolos babak kualifikasi ke posisi ketiga, tetapi turun ke urutan ke-13 karena penalti grid turun sepuluh tempat dari minggu sebelumnya. Vettel lolos babak kualifikasi di posisi ke-11. Ricciardo berhasil finis di posisi keempat, dan memperoleh poin Kejuaraan Dunia yang pertama untuknya di musim ini. Sementara itu, Vettel finis di urutan keenam. Di Grand Prix Tiongkok, dalam kondisi cuaca yang buruk, Ricciardo berhasil lolos babak kualifikasi di urutan ke-2, dengan Vettel yang lolos babak kualifikasi di urutan ketiga. Ricciardo berhasil finis di posisi ke-4 lagi, hampir 25 detik di depan rekan setimnya, yaitu Vettel, yang harus puas finis di posisi ke-5.
Ricciardo kemudian berhasil mendapatkan podium yang pertama dalam karirnya sebagai seorang pembalap Formula Satu di Grand Prix Spanyol, setelah sebelumnya lolos babak kualifikasi di posisi ketiga, lebih dari satu detik di belakang pole-sitter Lewis Hamilton. Vettel sendiri tidak berpartisipasi di sesi Q3 karena mengalami masalah dengan girboks mobilnya, yang pada akhirnya perlu diganti, sehingga menimbulkan penalti grid turun lima tempat. Meskipun harus start dari posisi ke-15, namun Vettel berhasil menyelesaikan balapan ini di urutan ke-4, dan mencatatkan putaran tercepat di dalam balapan tersebut. Di Kanada, Ricciardo berhasil memenangkan balapan, dan meraih kemenangan karir yang pertama untuknya di dalam ajang Formula Satu.
Setelah hasil yang kurang memuaskan di Grand Prix Austria, termasuk Vettel yang keluar dari balapan, Horner menggambarkan mesin Renault sebagai "tak dapat diterima".[68] Ia juga mengejek Renault dengan mengatakan bahwa: "perbedaan besar antara Mercedes dan Renault adalah ketika pembalap dengan mesin Mercedes menekan tombol menyalip, mobilnya bertambah cepat. Ketika pembalap kita, yang bermesin Renault, memencet tombol, mobilnya berhenti!"[69][70]
Tim Red Bull mengakhiri musim 2014 di posisi kedua dengan perolehan 405 poin.[71] Sebastian Vettel berada di posisi kelima dengan 167 poin,[72] sementara Daniel Ricciardo di posisi ketiga dengan 238 poin.[73]
Daniel Ricciardo masih membalap untuk tim Red Bull. Di Grand Prix Jepang musim sebelumnya, tim tersebut mengumumkan bahwa Vettel akan meninggalkan tim pada akhir musim 2014. Ia digantikan oleh Daniil Kvyat untuk musim 2015, yang sebelumnya sudah satu tahun berada di tim junior Red Bull, yaitu tim Toro Rosso.[74][75]
Pada akhir musim, tim Red Bull berada di posisi ke-4 dengan 187 poin,[76] sementara Kvyat berada di posisi ke-7 (95 poin)[77] dan Ricciardo di posisi ke-8 (92 poin).[78]
Untuk musim 2016, tim Red Bull Racing menggunakan mesin Renault yang dinamai TAG Heuer,[79] karena perceraian umum mereka dengan Renault pada musim 2015. Infiniti juga tidak lagi menjadi sponsor utama karena perpisahan dengan Renault tersebut. Tim Red Bull mengumumkan secara resmi pada tanggal 17 Maret 2016, sehari sebelum Grand Prix Australia, bahwa mereka sudah membentuk sebuah kemitraan teknologi dengan Aston Martin.[80]
Daniil Kvyat dan Max Verstappen bertukar tempat sebelum Grand Prix Spanyol, dengan Verstappen yang naik ke tim Red Bull Racing dan Kvyat yang kembali lagi ke tim Toro Rosso. Verstappen pada akhirnya berhasil memenangkan Grand Prix tersebut, dan menjadi pemenang Grand Prix termuda.[81][82]
Musim 2016 adalah musim yang lebih baik bagi tim Red Bull Racing jika dibandingkan dengan musim 2015, apalagi setelah Max Verstappen menggantikan posisi Daniil Kvyat. Ini mungkin disebabkan karena Daniel Ricciardo lebih banyak didorong oleh Verstappen daripada Kvyat, di mana Ricciardo menyatakan bahwa ia telah belajar banyak dari teknik balapan Verstappen.[83] Tim Red Bull kemudian memperoleh banyak dengan Max Verstappen di Austria dan Silverstone, dengan Ricciardo di Monako, Budapest, dan di Singapura, dengan Verstappen dan Ricciardo yang bersama-sama naik podium di Jerman dan Malaysia. Daniel Ricciardo berhasil mendapat kemenangan kariernya yang ke-4 di Malaysia setelah kegagalan mesin mobil yang menimpa Lewis Hamilton. Verstappen tidak dapat finis di posisi yang lebih tinggi karena sebuah insiden di awal balapan di antara Vettel dan Rosberg, yang menyebabkan Verstappen menyebut Vettel 'gila'.[84] Ini merupakan insiden pertama antara Vettel dan Verstappen setelah insiden di Grand Prix Belgia, yang berakhir dengan Max yang gagal menyelesaikan balapan di mana ia memulainya dari baris terdepan.[85]
Di Grand Prix Brasil, Verstappen turun ke posisi ke-14 setelah berganti ban basah. Ia kemudian mendahului 11 mobil dalam 16 putaran yang tersisa, dan berhasil naik podium di posisi ketiga.[86]
Tim Red Bull Racing berada di posisi ke-2 di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor musim itu, dengan Daniel Ricciardo yang berada di posisi ke-3 di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap.
Pada musim 2017, tim Red Bull Racing mempertahankan pembalap dari musim 2016, dan masih menggunakan mesin Renault yang dinamai TAG Heuer. Di balapan pertama di Australia, Ricciardo keluar dari balapan pada putaran ke-25, dalam sebuah akhir pekan yang penuh dengan masalah baginya, sedangkan Verstappen finis di posisi ke-5.
Verstappen mengalami sejumlah masalah pada mesin mobilnya, di mana ia terpaksa keluar dari balapan sebanyak tiga kali karena mesin tersebut dan satu karena masalah kelistrikan di Grand Prix Kanada. Ia juga terlibat di dalam 3 tabrakan di putaran pertama, yang berakhir dalam DNF.
Tim Red Bull berhasil memenangkan tiga balapan di musim 2017; Ricciardo berhasil memenangkan Grand Prix Azerbaijan setelah memulai balapan ini dari posisi ke-10, sedangkan Verstappen berhasil memenangkan Grand Prix Malaysia dan Grand Prix Meksiko. Verstappen dan Ricciardo juga berhasil finis di posisi kedua dan ketiga di Grand Prix Jepang. Di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap, Ricciardo finis di posisi kelima dengan 200 poin dan Verstappen finis di posisi keenam dengan 168 poin. Tim Red Bull Racing berada di posisi ketiga di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 368 poin.
Verstappen dan Ricciardo masih membalap untuk tim Red Bull untuk musim 2018. Pada tanggal 25 September 2017, diumumkan secara resmi bahwa Aston Martin akan menjadi sponsor utama tim Red Bull Racing.[87][88]
Kedua pembalap Red Bull tidak berhasil menyelesaikan balapan di Grand Prix Bahrain; Ricciardo mundur di putaran ke-2 karena mengalami masalah kelistrikan pada mobilnya, sementara Verstappen mundur dua putaran kemudian.[89] Ricciardo kemudian berhasil meraih kemenangan pertama untuk tim di musim ini pada balapan berikutnya, yaitu Grand Prix Tiongkok, setelah mendapat posisi ke-6.[90][91] Selama Grand Prix Azerbaijan, kedua pembalap saling bertabrakan di Tikungan 1.[92] Tim berhasil meraih podium dengan Verstappen, selama Grand Prix Spanyol mengamankan tempat ke-3, sementara Ricciardo mencapai tempat ke-5. Di Grand Prix Monako, tim Red Bull memiliki mobil yang dominan karena pengaturan down-force tinggi yang sangat efisien. Ricciardo berhasil mencetak posisi pole dan memenangkan balapan, tetapi meskipun mengalami masalah mesin yang membuat mobilnya kehilangan tenaga, namun dia pada akhirnya tetap berhasil menang.[93][94] Sementara itu, Verstappen DNF pada saat sesi latihan bebas ketiga, dan memulai balapan ini dari posisi terakhir, menyelesaikan balapan di posisi ke-9. Balapan ini sekaligus mengakhiri rentetan insiden yang menimpa Verstappen. Monako juga menjadi balapan terakhir di mana Daniel Ricciardo naik podium bersama dengan tim Red Bull, dengan dia berpisah dengan tim dan bergabung dengan tim rival Renault di akhir musim.
Di paruh kedua musim 2018, tim Red Bull berhasil mendapat podium yang konsisten, dengan Verstappen yang berhasil memenangkan balapan kandang tim Red Bull di Red Bull Ring di Grand Prix Austria. Verstappen berhasil mencetak 6 dari 8 kemungkinan podium, dan merupakan pembalap yang mencetak poin terbanyak setelah Juara Dunia musim 2018, yaitu Lewis Hamilton. Ricciardo mengalami banyak masalah mekanis dan pensiun selama paruh kedua musim, dengan 7 pensiun secara total, dan tidak ada podium setelah enam balapan pertama menjelang akhir musim. Verstappen berhasil memenangkan Grand Prix Meksiko dari posisi kedua setelah posisi pole diraih oleh rekan setimnya, menjadikannya lock-out baris depan yang pertama untuk tim Red Bull di era turbo-hibrida.
Verstappen juga berpotensi untuk mencetak kemenangan beruntun di Grand Prix Brasil, tetapi ia ditabrak oleh Esteban Ocon ketika ia mencoba untuk mendahului Verstappen, membuatnya kehilangan kemenangan. Setelah balapan, para pembalap tersebut berkelahi, mengakibatkan layanan publik selama 2 hari untuk Verstappen, yang diselesaikannya pada tanggal 9 Februari 2019.[95] Ricciardo yang keluar dari balapan beberapa kali mengakibatkan hilangnya poin-poin penting baik untuk tim Red Bull dan dirinya sendiri di klasemen Kejuaraan Dunia Pembalap dan Konstruktor.
Verstappen menyelesaikan musim 2018 di posisi ke-4, hanya tertinggal 3 poin saja di belakang Kimi Räikkönen.[96] Sementara Daniel Ricciardo menyelesaikan musim ini di posisi ke-6, di belakang Valtteri Bottas.[97] Tim Red Bull menyelesaikan musim ini di posisi ke-3 di belakang tim Mercedes dan Ferrari.[98][99]
Sebelum Grand Prix Prancis 2018, tim Red Bull Racing mengkonfirmasi bahwa mereka akan menggunakan mesin Honda mulai dari musim 2019 sampai dengan musim 2020, menandatangani kontrak berdurasi selama dua tahun, dan menyudahi kemitraan 12 tahun mereka dengan Renault.[100]
Pada tanggal 3 Agustus 2018, diumumkan secara resmi bahwa Ricciardo akan keluar dari tim di akhir musim untuk bergabung bersama dengan tim Renault, dengan kontrak berdurasi selama dua tahun.[101]Pierre Gasly naik dari tim Toro Rosso untuk menggantikan posisi Ricciardo.[102]
Pada tanggal 12 Agustus 2019, Diumumkan secara resmi bahwa Alex Albon akan naik dari tim Toro Rosso ke tim Red Bull Racing untuk sisa musim 2019, menggantikan posisi Gasly, yang diturunkan kembali ke tim Toro Rosso.[103]
Max Verstappen dan Alex Albon masih menjadi pembalap untuk tim Red Bull untuk musim 2020. Alex Albon berhasil mendapatkan podium Formula Satu yang pertama untuknya di Grand Prix Toskana.
Tim Red Bull mengakhiri musim 2020 di posisi kedua dengan 319 poin.[104] Verstappen berada di posisi ke-3 dengan 214 poin, dan Albon di posisi ke-7 dengan poin.[105][106]
Pada bulan Oktober 2020, pabrikan mesin Honda secara resmi mengumumkan bahwa mereka akan mengakhiri partisipasi penuhnya di dalam ajang Formula Satu pada akhir musim 2021.[107][108] Verstappen dikontrak untuk melanjutkan dengan tim Red Bull dengan Sergio Pérez sebagai rekan setimnya, sedangkan Albon mengambil peran sebagai pembalap cadangan.[109]
Di Grand Prix Britania, di putaran pertama, ban belakang kanan mobil Verstappen bersentuhan dengan ban depan kiri mobil Hamilton di tikungan Copse yang berkecepatan tinggi. Akibatnya, mobil Verstappen bertabrakan dengan dinding pembatas trek.[110] Balapan dihentikan untuk sementara waktu, dan Hamilton pun menerima penalti 10 detik setelah kejadian tersebut.[111] Setelah Verstappen keluar dari mobil dan dibawa ke pusat medis di sirkuit Silverstone, ia dibawa ke rumah sakit setempat.[112]
Di putaran pertama Grand Prix Hungaria, Pembalap Mercedes, yaitu Valtteri Bottas, menabrak pembalap McLaren, yaitu Lando Norris, yang kemudian menabrak Verstappen dan Pérez.[113] Verstappen dapat melanjutkan balapan dan finis di posisi ke-10 (naik ke posisi ke-9 setelah Vettel didiskualifikasi), sedangkan Pérez terpaksa harus keluar dari balapan karena mengalami kerusakan parah di mobilnya.[114][115]
Di Grand Prix Abu Dhabi, Verstappen berhasil mendapatkan posisi pertama, dengan Pérez di posisi keempat.[116] Verstappen berhasil memenangkan balapan setelah mendahului Hamilton, dan dengan demikian memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap yang pertama untuk tim Red Bull sejak musim 2013.[117]
Pada tanggal 22 Desember 2021, diumumkan secara resmi bahwa kontrak Christian Horner sebagai kepala tim akan diperpanjang sampai dengan musim 2026.[4]
Pada akhir musim, tim Red Bull berada di posisi kedua di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan perolehan 585,5 poin, dengan Verstappen di posisi pertama dengan 395,5 poin, dan Pérez di posisi keempat dengan 190 poin.[118][119]
Pada tanggal 10 Oktober 2022, FIA secara resmi mengumumkan bahwa tim Red Bull adalah salah satu dari dua tim yang telah melanggar Peraturan Keuangan 2021 yang berlaku selama musim ini berjalan, dengan tim Red Bull yang telah melakukan apa yang digambarkan sebagai "Pelanggaran Prosedural dan Pengeluaran Keuangan Kecil (kurang dari 5% dari Batas Biaya)".[120] Pada tanggal 28 Oktober 2022, FIA secara resmi mengumumkan bahwa tim Red Bull telah menandatangani Perjanjian Pelanggaran yang Diterima; Singkatnya, tim Red Bull melanggar 13 poin ketidakpatuhan.[121] Perjanjian tersebut menghasilkan denda $7 juta dan pengurangan 10% dalam penelitian aerodinamis yang diizinkan.
Red Bull Powertrains/Mesin yang dioperasikan oleh Honda (2022–)
Setelah kemunduran Honda dari ajang Formula Satu setelah musim 2021, sebuah pembekuan pengembangan mesin yang dilobi oleh tim Red Bull memungkinkan mereka untuk menandatangani kesepakatan dengan Honda untuk menggunakan mesin mereka sampai dengan akhir musim 2024.[122] Untuk mengelola mesin, tim Red Bull mendirikan sebuah perusahaan yang bernama Red Bull Powertrains Limited, dan mengambil alih fasilitas Honda di Milton Keynes.[123][124] Meskipun mereka mundur, namun Honda akan terus mengembangkan dan membuat mesin untuk musim 2022 – yang akan digunakan sampai dengan akhir musim 2024 – dan membantu tim Red Bull.[125][126] Honda kemudian memperpanjang perjanjian ini sampai dengan musim 2025, atau sampai regulasi mesin pada saat ini berakhir.[9]
Perusahaan teknologi Oracle menjadi sponsor utama tim Red Bull untuk musim ini.[1][2]
Pada tanggal 27 Juli, di negara Maroko, sebuah informasi resmi diterbitkan mengenai persetujuan permohonan yang diajukan bersama oleh Porsche dan Red Bull GmbH, di mana Porsche mengakuisisi 50% saham Red Bull Technology, perusahaan induk tim Red Bull Racing dan program Formula Satunya. Permohonan ini harus diajukan ke otoritas antimonopoli hingga 20 negara, termasuk di luar Uni Eropa. Siaran pers ini dijadwalkan untuk dikeluarkan untuk GP Austria, namun FIA tidak menyetujui peraturan untuk mesin 2026 sebelum tanggal 29 Juni sesuai dengan rencana, menunda konfirmasi resmi masuknya Porsche ke dalam ajang Formula Satu.[127]
Setelah berbulan-bulan berspekulasi, Porsche AG mengonfirmasi pada bulan September bahwa pembicaraan dengan Red Bull GmbH tidak akan dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk mencapai kemitraan mesin dan tim, berdasarkan kesetaraan, tetapi negosiasi tidak pernah membuahkan hasil.[128] Sebaliknya, pada tanggal 3 Februari 2023, Ford Motor Company mengumumkan kemitraan dengan Red Bull Powertrains yang akan dimulai pada musim 2026, memasok unit tenaga untuk tim Red Bull Racing dan Scuderia AlphaTauri.[129]
Max Verstappen berhasil mengamankan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap yang keenam untuk tim di Grand Prix Jepang, dan mendominasi sebagian besar jalannya musim ini dengan keberhasilannya memenangkan 15 dari 22 balapan.[130] Dia kemudian berhasil memenangkan Grand Prix Amerika Serikat untuk mengamankan gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor untuk tim Red Bull, yang kelima secara keseluruhan, dan yang pertama sejak musim 2013.[131]
Tim Red Bull Racing mempertahankan susunan pembalap mereka di musim 2022, yaitu Juara Dunia bertahan Max Verstappen dan rekan setimnya Sergio Pérez, untuk musim 2023. Segera, mobil RB19 menjadi yang terdepan, mengungguli semua tim yang lainnya selama sesi pengujian pra-musim.[132][133][134] Kecepatan ini dikonfirmasi pada balapan pertama di Bahrain, ketika Verstappen, yang berhasil meraih posisi terdepan dengan nyaman dan meraih kemenangan balapan - yang pertama dari sekian banyak balapan sepanjang tahun 2023. Rekan setimnya sendiri, yaitu Pérez, berhasil memenangkan dua balapan selama musim tersebut, dengan meraih kemenangan di Grand Prix Arab Saudi dan Azerbaijan. Satu-satunya balapan yang tidak berhasil dimenangkan oleh tim Red Bull sepanjang musim 2023 adalah di Singapura, di mana Verstappen dan Pérez masing-masing finis di posisi kelima dan kedelapan; Mantan rekan setim Verstappen di tim Toro Rosso, yaitu Carlos Sainz Jr., berhasil meraih kemenangan di Marina Bay.
Tim Red Bull tetap konsisten di sepanjang musim ini, dengan keberhasilannya mengamankan gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor setelah kemenangan Max Verstappen di Grand Prix Jepang. Dia kemudian berhasil mengamankan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap pada acara sprint di balapan berikutnya di Grand Prix Qatar, dengan kemenangannya di Grand Prix Abu Dhabi yang menandai puncak dari satu musim yang tersukses bagi tim Red Bull di dalam sejarah ajang Formula Satu hingga saat ini. Menyusul kesuksesan mobil RB18 tahun sebelumnya, RB19, yang juga dirancang oleh Adrian Newey, tercatat sebagai salah satu mobil yang paling dominan di dalam sejarah ajang Formula Satu. Mobil RB19 berhasil memenangkan 21 dari 22 balapan pada musim ini, dengan tingkat kemenangan 95,45%, mengungguli McLaren MP4/4, mobil bertenaga Honda yang lainnya dengan tingkat kemenangan yang tinggi. Mobil MP4/4 telah berhasil memenangkan 15 dari 16 balapan di musim 1988 dengan tingkat kemenangan 93,8%; satu-satunya balapan yang tidak berhasil dimenangkan olehnya adalah Grand Prix Italia 1988 - yang, sama halnya seperti Grand Prix Singapura 2023, berhasil dimenangkan oleh tim Ferrari.
Keberhasilannya memenangkan Grand Prix Hongaria 2023, yang merupakan balapan yang kedua belas secara berturut-turut yang berhasil dimenangkan oleh tim Red Bull, memecahkan rekor kemenangan terbanyak berturut-turut oleh sebuah konstruktor, mengalahkan rekor sebelas yang telah dipegang oleh tim McLaren sejak Grand Prix Belgia 1988.[135] Rekor tersebut kemudian diperpanjang menjadi lima belas, dengan kemenangan di Grand Prix Belgia, Belanda, dan Italia. Selain itu, Verstappen menjadi pembalap yang pertama yang berhasil melampaui 1.000 putaran di dalam satu musim, dan menjadi satu-satunya pembalap yang berhasil menyelesaikan setiap putaran balapan pada musim 2023.[136]
Tim Red Bull Racing masih tetap mempertahankan susunan pembalap mereka pada musim 2023, yaitu Juara Dunia Pembalap sebanyak 3 kali, yaitu Max Verstappen, dan rekan setimnya, yaitu Sergio Pérez, untuk musim 2024.[137]Mobil RB20 diumumkan pada tanggal 15 Februari, dengan apa yang digambarkan oleh Verstappen sebagai sebuah desain yang "berani" dan "agresif".[138][139]
Tim Red Bull Racing dengan nyaman berhasil memenangkan dua balapan pertama, di mana mereka berhasil menang dengan selisih sepuluh detik dari mobil di belakangnya. Namun, rem blong akibat panas berlebih pada Grand Prix Australia 2024 menyebabkan Max Verstappen terpaksa harus rela tersingkir dari balapan tersebut.[140][141]
Tim ini berhasil meraih posisi terdepan untuk yang keseratus kalinya di Grand Prix Tiongkok 2024, dengan Max Verstappen yang start dari posisi terdepan. Tim sebelumnya telah berhasil memperoleh posisi terdepan untuk yang pertama kalinya mereka pada lima belas tahun sebelumnya, dengan Sebastian Vettel yang start dari posisi terdepan untuk Grand Prix Tiongkok 2009.[142]
Pada bulan Juni, tim Red Bull Racing secara resmi mengumumkan perpanjangan kontrak Sergio Pérez hingga musim 2026.[143] Selama jeda musim panas, tim Red Bull Racing secara resmi mengumumkan kepergian Direktur Olahraganya, yaitu Jonathan Wheatley, setelah 18 tahun bersama dengan tim tersebut. Dia akan tetap bersama dengan tim tersebut hingga akhir musim 2024, sebelum memasuki masa cuti berkebun pada tahun 2025. Dia akan bergabung bersama dengan tim Formula Satu mendatang, yaitu tim pabrikan Audi, dengan jabatan sebagai kepala tim pada tahun 2026.[144]
Selama akhir pekan balapan Grand Prix Miami 2024, tim Red Bull Racing secara resmi mengumumkan kepergian Kepala Teknisnya, yaitu Adrian Newey, setelah 19 tahun bersama dengan tim tersebut. Dia akan meninggalkan tim tersebut pada kuartal pertama tahun 2025.[145]
Mesin RBPT berlabel Ford (2026 dan seterusnya)
Setelah berbulan-bulan berspekulasi, pada akhirnya Porsche AG mengonfirmasi pada bulan September bahwa pembicaraan dengan Red Bull GmbH tidak akan dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk mencapai kemitraan mesin dan tim, berdasarkan kesetaraan, tetapi negosiasi tersebut tidak pernah membuahkan hasil.[146] Sebaliknya, pada tanggal 3 Februari 2023, Ford Motor Company secara resmi mengumumkan kemitraan dengan Red Bull Powertrains, yang akan dimulai pada musim 2026, dengan menyediakan "keahlian di berbagai bidang, termasuk teknologi sel baterai dan motor listrik, serta perangkat lunak dan analisis kontrol unit daya", dan "pengembangan mesin pembakaran" untuk tim Red Bull Racing dan Tim Formula Satu RB.[147]
Peraturan unit daya (PU) yang baru pada tahun 2026 oleh FIA akan mempertahankan tata letak yang sama dengan mesin saat ini, dengan RPM yang sama. Namun, laju aliran bahan bakar akan dikurangi. Keluaran daya sebesar 400kW (539 HP) akan dicapai dengan PU yang baru. Mesin Pembakaran Internal (ICE) akan disederhanakan untuk mengurangi biaya. Sistem Pemulihan Energi (ERS) akan ditingkatkan menjadi 350kW, dibandingkan dengan sebelumnya, yaitu 120kW.[148]
Rekor Pit Stop
Per bulan Januari 2022, tim Red Bull memiliki rekor pit stop tercepat, dengan catatan waktu 1.82 detik. Rekor ini berhasil diperoleh tim Red Bull di Grand Prix Brasil 2019.[149]
Informasi korporat
Citra dan pemasaran
Tim RBR (bersama dengan saudaranya, yaitu tim STR) merupakan dua tim F1 yang paling getol dan gencar mempromosikan image muda dan menyenangkan untuk ajang Formula 1. Image ini sebelumnya dimiliki oleh tim Jordan Grand Prix, namun sayangnya, tim Jordan tidak mampu mempertahankan image ini seiring dengan makin berkurangnya sponsorship yang masuk, hingga akhirnya membuat tim tersebut dijual pada Alex Shnaider/Michiel Mol/Vijay Mallya.[150] Salah satu upaya Red Bull dalam mempromosikan ajang F1 dengan lebih baik lagi adalah dengan menerbitkan The Red Bulletin, sebuah majalah F1 yang khusus diterbitkan di kalangan paddock (lihat di bawah).
Pada Grand Prix Monako 2006, tim RBR mempromosikan film Superman Returns. Sebelumnya, di musim 2005, mereka juga menjadi bagian promosi dari film Star Wars: Episode III. Kegembiraan menjadi sangat meriah di paddock tim RBR, terutama bagi para personel film Superman Returns, pada saat Coulthard berhasil finish di posisi ketiga, dan ketika seremonial podium berlangsung, DC mengenakan jubah Superman di atas podium.[151]
Finansial
Tim Red Bull Racing memiliki pendapatan US$285,4 juta dan pengeluaran US$284,4 juta pada musim 2011. Pendapatan tersebut datang dari uang hadiah (US$88,8 juta), sponsor (US$59,7 juta), dan sisanya dari tim Red Bull, Pengeluaran termasuk US$112,8 juta untuk riset dan pengembangan dan US$82,7 juta untuk gaji 605 karyawan.[152]
Red Bull Technology, sebelumnya bernama Red Bull Racing Holdings, adalah sebuah perusahaan induk dari tim Red Bull Racing yang didirikan untuk merancang, merekayasa, dan membuat mobil-mobil yang digunakan oleh tim Red Bull Racing, dan sebelumnya tim saudaranya, yaitu Toro Rosso.
Red Bull Advanced Technologies
Red Bull Advanced Technologies (RBAT) adalah sebuah divisi teknologi komersil dan layanan engineering dari tim Red Bull Racing. Perusahaan tersebut berbasis di Britania Raya, dalam sebuah fasilitas terpisah, di dekat fasilitas Formula Satu Red Bull Racing.
Red Bull Advanced Technologies bersama dengan Aston Martin pernah merancang sebuah mobil sport yang bernama Aston Martin Valkyrie.[153]
Red Bull Advanced Technologies, bersama dengan Dallara dan IndyCar, juga pernah merancang 'The Aeroscreen' untuk digunakan di dalam ajang lomba INDYCAR.[154][155]
Red Bull Junior Team merupakan sebuah program pencarian pembalap muda untuk turun di ajang balap mobil roda terbuka. Ide ini pertama kali terbentuk pada musim 2001, dan telah sukses melahirkan banyak pembalap yang masuk ke dalam ajang Formula 1. Christian Klien dari Austria menjadi pembalap pertama dari program ini yang berhasil masuk ke dalam ajang F1 pada tahun 2004. Sementara Sebastian Vettel menjadi pembalap pertama dari program ini yang berhasil memenangi balapan F1 di Grand Prix Italia 2008. Selain itu, dalam perjalanannya, program ini juga telah sukses meluluskan beberapa pembalap ke ajang F1, di antaranya adalah: Enrique Bernoldi, Narain Karthikeyan, Patrick Friesacher, dan Karun Chandhok.
Dengan adanya dua tim binaan Red Bull di Formula 1, yaitu Red Bull Racing (sebelumnya Jaguar Racing di musim 2004) dan Scuderia Toro Rosso (sebelumnya Minardi di musim 2005), maka Red Bull bisa memasukkan pembalap-pembalap muda binaan mereka ke salah satu tim tersebut.[156] Efek negatifnya, jika si pembalap gagal menunjukan prestasi baik saat masuk ke dalam ajang F1, maka dengan cepat Red Bull memutuskan dukungan mereka untuk pembalap tersebut, seperti yang sudah dialami oleh Christian Klien di pertengahan musim 2006 dan Scott Speed di pertengahan musim 2007.[157]
Red Bull Driver Search
Red Bull Driver Search merupakan sebuah program yang mirip dengan Red Bull Junior Team, namun dikhususkan untuk pembalap-pembalap muda yang berada di Amerika Serikat.[12] Program ini dijalankan Red Bull dari tahun 2002 sampai 2005, dan hanya menghasilkan satu lulusan saja yaitu Scott Speed.[158]
Pada awal pembelian tim Red Bull Racing di awal musim 2005, pemilik tim yang juga pemilik Red Bull, yaitu Dietrich Mateschitz, sempat berencana untuk membuat tim Red Bull Racing sebagai salah satu tim untuk pembalap-pembalap asal Amerika Serikat. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, dan susahnya mencari bibit-bibit pembalap muda yang mau turun di arena F1, Mateschitz kemudian memindahkan rencananya tersebut ke tim Scuderia Toro Rosso yang ia beli di akhir tahun 2005. Rencana Mateschitz ini akhirnya gagal total di musim 2008, dan tim RBR/STR akhirnya memutuskan untuk kembali ke cara tradisional F1, yaitu mempertahankan habitat asal pembalap dari kawasan benua Eropa.
Musim gugur 2005, Red Bull mengumumkan bahwa mereka telah membeli tim Minardi dan kemudian mengubah namanya menjadi Scuderia Toro Rosso (bahasa Italia untuk Team Red Bull) mulai dari musim 2006. Tim STR beroperasi sebagai tim terpisah dengan markasnya di Italia, tetapi baik tim RBR maupun STR saling berbagi data teknologi dan pengembangan mobil. Musim 2006, STR menggunakan sasis bekas RBR, yaitu Red Bull RB1, dengan mesin V10 terbatas. Mulai musim 2007, kalangan paddock curiga bahwa tim RBR dan STR menggunakan sasis yang sama, dan sesuai peraturan Formula 1 hal itu adalah terlarang, meskipun kemudian tim RBR membantah bahwa mereka membagi data sasis dengan STR.[159] Tim STR juga bisa disebut sebagai tim B dari RBR. Mulai musim 2010, STR akhirnya menjadi tim independen dengan pengerjaan sasisnya yang sepenuhnya in-house di markas mereka di Faenza, Italia.[160]
Musim 2006, tim STR memasang pembalap Vitantonio Liuzzi dan Scott Speed. Liuzzi juga sebelumnya pernah membalap paruh waktu bagi tim RBR di musim 2005. Untuk musim 2007, Liuzzi berpasangan dengan Speed, sebelum di pertengahan musim digantikan oleh Sebastian Vettel. Untuk musim 2008, juara dunia Champ Car sebanyak 4 kali, yaitu Sebastien Bourdais, masuk ke tim STR berpasangan dengan Vettel. Sejarah tercatat di Grand Prix Italia 2008, saat Sebastian Vettel berhasil meraih posisi pole dan kemenangan balapan. Artinya, tim STR berhasil meraih kemenangan terlebih dahulu ketimbang tim RBR, dan atas hasil inilah Vettel kemudian dipromosikan ke tim RBR mulai musim 2009.
Pada musim 2020, Tim ini berubah nama menjadi Scuderia AlphaTauri.
Red Bull X2010
Red Bull X2010, sebelumnya dinamai Red Bull X1, adalah sebuah mobil fiktif yang berada di permainan mobil Assetto Corsa, Gran Turismo 5, Gran Turismo 6, dan Gran Turismo Sport. Mobil prototipe ini dibuat untuk menjawab pertanyaan Kazanori Yamauchi: "Kalau anda membuat mobil yang paling cepat di darat, yang tidak memperdulikan semua peraturan dan regulasi, seperti apa mobil itu, dan bagaimana performanya, dan bagaimana rasanya untuk mengemudikannya?" Mobil ini didesain oleh Adrian Newey bersama dengan Yamauchi.[161]
Catatan balapan
Sebagai konstruktor, Red Bull Racing sudah mencapai statistik berikut:
^"Coulthard impressed with RB2". formula1.com (dalam bahasa Inggris). 17 Desember 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Juli 2008. Diakses tanggal 22 Maret 2023.
^Benson, Andrew (25 November 2012). "Vettel takes third F1 world title". BBC Sport (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-24. Diakses tanggal 24 Januari 2022.
^Benson, Andrew (8 September 2013). "Vettel beats Alonso to Monza win". BBC Sport (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-11. Diakses tanggal 11 Februari 2022.
^"2014 Constructor Standings". Formula 1® - The Official F1® Website (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-31. Diakses tanggal 31 Januari 2022.
^"Sebastian Vettel in 2014". Formula 1 Statistics (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-31. Diakses tanggal 31 Januari 2022.
^"Daniel Ricciardo in 2014". Formula 1 Statistics (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-31. Diakses tanggal 31 Januari 2022.
^"Daniil Kvyat in 2015". Formula 1 Statistics (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-30. Diakses tanggal 30 Januari 2022.
^"Daniel Ricciardo in 2015". Formula 1 Statistics (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-30. Diakses tanggal 30 Januari 2022.
^"Max Verstappen in 2018". Formula 1 Statistics (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-05. Diakses tanggal 29 Januari 2022.
^"Daniel Ricciardo in 2018". Formula 1 Statistics (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-29. Diakses tanggal 29 Januari 2022.
^"2018 Driver Standings". Formula 1® - The Official F1® Website (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-19. Diakses tanggal 29 Januari 2022.
^"2018 Constructor Standings". Formula 1® - The Official F1® Website (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-13. Diakses tanggal 29 Januari 2022.
^"2020 Constructor Standings". Formula 1® - The Official F1® Website (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-06. Diakses tanggal 31 Januari 2022.
^"Max Verstappen in 2020". Formula 1 Statistics (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-05. Diakses tanggal 31 Januari 2022.
^"2020 Drivers Standings". Formula 1® - The Official F1® Website (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-03. Diakses tanggal 2022-01-31.
^"2021 Constructor Standings". Formula 1® - The Official F1® Website (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-06. Diakses tanggal 30 Januari 2022.
^"2021 Driver Standings". Formula 1® - The Official F1® Website (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-03-28. Diakses tanggal 30 Januari 2022.
^"Fastest Formula One Pit Stop". Guinness World Records (dalam bahasa Inggris). 17 November 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-23. Diakses tanggal 23 Januari 2022.
^ ab"Red Bull still British". sibiul.ro. 2 Juni 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2019. Diakses tanggal 31 Januari 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Pada tahun 1952 dan 1953, regulasi Kejuaraan Dunia memakai regulasi Formula Dua, konstruktor yang berlaga di era regulasi tersebut tetap dimasukkan sebagai peserta balap Formula Satu. Konstruktor yang hanya berlaga di Indianapolis 500 yang menjadi bagian Kejuaraan Dunia antara tahun 1950 sampai 1960 tidak dimasukkan dalam daftar di atas.