Scuderia Toro Rosso, dikenal sebagai Toro Rosso, atau singkatannya, yaitu STR, adalah sebuah tim balap mobil Formula Satu asal Italia. "Toro Rosso" dalam bahasa Italia artinya "Banteng Merah (Red Bull)". Tim ini adalah satu dari dua tim yang dimiliki oleh perusahaan minuman asal Austria, yaitu Red Bull. Tim ini menjadi tim junior Red Bull Racing, dengan tujuan untuk mengembangkan bakat dari pembalap muda sebelum ke tim senior. Tim membuat debut balapannya di musim 2006, bergerak untuk sepenuhnya mandiri dari tim saudaranya di musim 2010.[1] Pada tanggal 1 Januari 2020, tim ini berubah nama menjadi Scuderia AlphaTauri setelah AlphaTauri membeli hak penamaan Scuderia Toro Rosso.[2]
Tim ini didirikan setelah Paul Stoddart menjual sisa sahamnya di tim Minardi pada akhir tahun 2005 kepada pemilik Red Bull, yaitu Dietrich Mateschitz, dan tim Minardi berganti nama menjadi Toro Rosso.
Mateschitz kemudian mencapai kesepakatan kepemilikan bersama 50/50 dengan mantan pembalap Formula Satu, yaitu Gerhard Berger, sebelum awal musim. Pada akhir bulan November 2008, Red Bull mendapatkan kembali kepemilikan total tim Toro Rosso setelah membeli kembali saham tim Berger.[3]
Dari musim 2007 hingga 2013, tim Toro Rosso menggunakan mesin Ferrari V8, mengambil alih kontrak yang diputus oleh tim senior mereka pada akhir tahun 2006, untuk beralih ke pembuat mesin Renault. Untuk musim 2014, tim Toro Rosso beralih ke mesin Renault juga, namun di musim 2016 kembali menggunakan tenaga Ferrari. Namun, mereka beralih kembali ke mesin Renault di musim 2017 (meskipun di bawah branding 'Toro Rosso'), lalu di musim 2018, mereka beralih ke mesin Honda. Kepala tim adalah Franz Tost, sebelumnya dari divisi olahraga bermotor BMW.
Tim Minardi telah berkompetisi di dalam ajang Formula Satu dari tahun 1985 hingga 2005. Meskipun memiliki basis penggemar yang besar, namun tim itu adalah salah satu tim yang paling tidak kompetitif di dalam olahraga tersebut, di mana mereka tidak pernah mencapai posisi podium, dan hanya finis paling tinggi di posisi keempat di dalam tiga balapan saja. Hal ini dikarenakan tim Minardi memiliki anggaran yang relatif terbatas.
Pemilik tim Minardi, yaitu Paul Stoddart, mengklaim telah memiliki 41 pendekatan untuk membeli tim, tetapi lebih memilih untuk menjualnya kepada seseorang yang dapat 'melangkah lebih jauh' daripada yang dia bisa, dan yang akan mempertahankannya di basis tradisionalnya di negara Italia.[4] Termasuk dalam ketentuan kesepakatan dengan Red Bull GmbH adalah klausul bahwa tim harus tetap mempertahankan kantor pusatnya di Faenza, Italia, setidaknya sampai dengan musim 2007.
Sementara Red Bull meninggalkan nama Minardi sejalan dengan rencana sponsor dan pemasaran mereka sendiri, penggunaan bahasa Italia pada nama tersebut dimaksudkan untuk mengisyaratkan warisan tim Italia. Red Bull mengubah nama tim segera setelah mengambil kendali tim pada tanggal 1 November 2005. Pada awalnya, dilaporkan sebagai 'Squadra Toro Rosso' (tim Red Bull), tetapi kemudian diubah, karena squadra dalam bahasa Italia menggambarkan 'skuad', seperti tim sepak bola, sehingga namanya pun berubah lagi menjadi 'Scuderia Toro Rosso'. Scuderia adalah bahasa Italia untuk kandang kuda balap, dan juga biasa digunakan untuk tim balap bermotor asal Italia, seperti Ferrari.
Banyak penggemar tim Minardi yang merasa kecewa dengan perubahan nama menjadi Scuderia Toro Rosso, dan lebih dari 15.000 menandatangani petisi online untuk mempertahankan nama Minardi, namun tidak berhasil.
Vitantonio Liuzzi dan Scott Speed adalah pembalap STR1 tahun 2006, dengan Neel Jani yang mengisi peran sebagai pembalap ketiga/tes. Liuzzi pernah membalap paruh waktu untuk tim Red Bull Racing pada tahun 2005, sementara Speed memasuki ajang F1 setelah mengikuti Red Bull Driver Search di negara Amerika Serikat. Jani adalah pembalap tes untuk tim Sauber Petronas pada tahun 2004.
Sasis tahun 2006 adalah versi modifikasi dari Red Bull Racing RB1 tahun 2005. Beberapa tim merasa bahwa hal ini telah melanggar Perjanjian Concorde karena setiap tim diharapkan untuk merancang mobilnya sendiri. Tim Toro Rosso mengklaim bahwa desain ini pada awalnya diproduksi pada tahun 2004 oleh tim Jaguar Racing, pendahulu Red Bull, dan hak intelektualnya adalah milik Ford Motor Company, perusahaan induk dari tim Jaguar Racing, dengan tim Toro Rosso yang mewarisi haknya setelah tim Jaguar Racing dijual.
Tim menggunakan pasokan kontrak Minardi untuk rev limited dan airstricted mesin V10Cosworth TJ2005-2 3.0-liter spek-2005, bukan mesin V8Cosworth CA2006 2.4-liter yang baru dibuat, di mana mesin CA2006 V8 naturally-aspirated terlalu mahal untuk tim yang lebih kecil serta paket transmisi dari Red Bull Technology. Konsesi ini diberikan untuk membantu tim yang kekurangan dana dengan menghindari biaya pengadaan pasokan mesin V8 yang baru (seperti yang disyaratkan oleh peraturan Formula Satu tahun 2006).[5] Kelanjutan dari pengaturan ini setelah pengambilalihan Red Bull menyebabkan perselisihan dengan tim lain, khususnya dengan tim Super Aguri dan Midland, yang merasa bahwa mesin memberikan terlalu banyak keuntungan. Mereka berpendapat bahwa konsesi untuk mengizinkan tim menggunakan mesin V10 didasarkan pada situasi keuangan tim Minardi yang buruk, dan seharusnya tidak terus berlaku setelah tim mencapai kondisi keuangan yang sama sekali berbeda. Untuk pemasok ban, tim Toro Rosso dipertemukan kembali dengan ban Michelin, yang terakhir kali memasok untuk tim Minardi yang berbasis di Faenza pada musim 2001 dan 2002.
Seiring dengan berjalannya musim, tim Toro Rosso mulai mengalami kesulitan di sesi kualifikasi pada saat para pesaing mereka mulai mengembangkan mesin V8 baru mereka untuk berputar mendekati 20.000 rpm untuk mendapatkan tenaga lebih. Untuk mencoba menyeimbangkan persaingan, tim Toro Rosso meminta tambahan 500 rpm untuk sesi kualifikasi, namun FIA hanya mengizinkannya sebesar 300 rpm.
Pelanggan mesin Ferrari – periode pertama (2007–2013)
Untuk musim 2007, Toro Rosso mulai menggunakan mesin V8 Ferrari 056 spesifikasi musim 2006 daripada spesifikasi musim 2007 karena alasan biaya, mengambil alih kontrak yang diputuskan oleh tim senior mereka dengan beralih ke tenaga pelanggan Renault.
Pada peluncuran mobil STR2 pada tanggal 13 Februari, tim Toro Rosso secara resmi mengukuhkan Liuzzi sebagai pembalap pertama mereka untuk musim 2007.[6] Dalam sebuah sesi pengujian di negara Bahrain pada tanggal 24 Februari, Scott Speed dipastikan menjadi pembalap kedua tim. Juara Champ Car sebanyak empat kali, yaitu Sébastien Bourdais, sesekali menjadi pembalap tes beberapa kali di sepanjang musim.
Tim menunjuk direktur teknis yang baru, yaitu Giorgio Ascanelli, untuk menggantikan posisi pengganti sementara, yaitu Alex Hitzinger, pada tanggal 2 April.[7]
Musim 2007 secara umum mengecewakan, dengan keandalan yang buruk dan kesalahan pembalap yang menyebabkan rekor penyelesaian di akhir balapan yang rendah. Setelah Grand Prix Eropa, Speed diturunkan karena keadaan yang kontroversial, dan posisinya digantikan oleh pembalap pengembangan BMW Sauber, yaitu Sebastian Vettel, yang kemudian dikonfirmasi untuk musim 2008.[8]
Pada Grand Prix Tiongkok, tim Toro Rosso berhasil mencetak hasil terbaiknya, dengan Vettel yang finis di posisi keempat dan Vitantonio Liuzzi yang finis di posisi keenam, dan mencetak delapan poin untuk tim. Ini juga merupakan hasil terbaik para pembalap Toro Rosso di dalam sejarah ajang Formula Satu hingga saat itu. Ini merupakan peningkatan yang nyata dibandingkan Grand Prix Jepang sebelumnya, di mana Vettel menabrak mobil Red Bull milik Mark Webber dalam kondisi mobil keselamatan pada saat mereka masing-masing berada di posisi kedua dan ketiga, dan Liuzzi kehilangan potensi poin setelah penalti 25-detik karena menyalip pembalap Spyker, yaitu Adrian Sutil, untuk merebut posisi kedelapan di bawah bendera kuning yang dikibarkan, dan menjatuhkannya ke posisi kesembilan.
Dengan Perjanjian Concorde tahun 2008 yang melarang mobil pelanggan mulai dari musim 2010 dan seterusnya, Dietrich Mateschitz menjual tim Toro Rosso pada bulan Maret 2008. Dia bertujuan untuk mendapatkan pembeli pada akhir tahun 2009, sementara tim terus menggunakan penampilan yang sekarang hingga saat itu.[9]
Pembalap Scuderia Toro Rosso untuk tahun 2008 adalah Sebastian Vettel dan Sébastien Bourdais. Tim terus menggunakan mesin Ferrari spesifikasi tahun 2007 pada tahun 2008. Bourdais memperoleh poin karir pertamanya dengan finis di posisi ke-7 di Grand Prix Australia. Vettel mencetak poin pertamanya musim ini dengan finis di posisi ke-5 di Grand Prix Monako. Tim menunjukkan peningkatan yang stabil sepanjang musim, menghasilkan performa yang solid di Grand Prix Belgia yang membuat kedua mobil berada di posisi enam besar untuk sebagian besar jalannya balapan, dan dengan Bourdais dan Vettel yang masing-masing berada di posisi ke-3 dan ke-4 pada putaran terakhir hingga mobil dengan ban yang lebih cocok untuk kondisi basah ekstrem melewati mereka, menurunkan Vettel ke posisi ke-5 dan Bourdais ke posisi ke-7. Pencapaian poin ganda membuat tim STR berada di atas tim Honda dan sejajar dengan tim Williams di klasemen Kejuaraan Dunia Konstruktor.
Tim melakukan kejutan besar di balapan basah Grand Prix Italia, dengan Vettel yang berhasil meraih posisi terdepan yang pertama dan kemenangan yang pertama bagi dirinya dan tim. Ini merupakan kemenangan yang pertama bagi sebuah tim yang bermarkas di negara Italia selain tim Ferrari sejak Grand Prix Jerman 1957 yang berhasil dimenangkan oleh Juan Manuel Fangio dengan membalap untuk tim Maserati[10] dan juga kemenangan pertama dan satu-satunya untuk mesin Ferrari dalam sasis pelanggan. Vettel mengalahkan peraih tempat kedua, yaitu Heikki Kovalainen, dengan selisih 12 detik. Vettel kembali melakukannya pada balapan berikutnya, yaitu Grand Prix Singapura, yang merupakan balapan malam hari yang pertama di dalam sejarah ajang Formula Satu. Vettel start dari posisi ke-7 dan menyelesaikan balapan ini di posisi ke-5, sementara Bourdais hanya mampu menempati posisi ke-12.
Pada balapan berikutnya di Jepang, Vettel kembali menunjukkan kelasnya dengan finis di urutan ke-6. Bourdais, sementara itu, tampil baik, hingga Felipe Massa, yang berada di posisi ke-8, mencoba untuk menyalip Bourdais. Massa sempat naik ke posisi ke-8 setelah turun ke posisi ke-13 akibat penalti drive-through dan pit-stop pertamanya. Tepat setelah Bourdais meninggalkan jalur pit setelah melakukan pemberhentian terakhirnya, Massa berusaha untuk melewatinya dan kedua mobil bertabrakan di tikungan pertama. Mobil Massa berputar, tetapi kembali bergabung dengan trek dan pada akhirnya finis di urutan ke-8. Bourdais menyelesaikan balapan di posisi ke-6, tetapi waktu keseluruhannya ditambah 25 detik sebagai penalti atas insiden tersebut, dan menjatuhkannya ke posisi ke-10. Hal ini pada akhirnya berdampak pada promosi Massa ke posisi ke-7, dan memberinya poin Kejuaraan Dunia tambahan. Itu adalah sebuah penalti yang kontroversial, dan Bourdais bersikeras bahwa dia tidak bisa disalahkan.[11]
Penampilan Vettel membuatnya mendapat tempat di tim senior Red Bull untuk tahun 2009. Namun, perjalanan terakhirnya untuk tim Toro Rosso membuatnya hampir memainkan peran penting dalam penentuan gelar kejuaraan dunia pembalap di Brasil. Dalam kondisi campuran, Lewis Hamilton membutuhkan posisi ke-5 untuk merebut gelar juara dunia pembalap, dan sedang berada di posisi ini ketika dia disusul oleh Vettel dengan dua putaran tersisa. Tidak mampu mengimbangi, Hamilton mundur, dan hanya berhasil merebut gelar juara dunia pembalap ketika dia dan Vettel sama-sama berhasil menyalip Timo Glock di putaran terakhir.
Pada akhirnya, Vettel mencetak 35 dari 39 poin tim, dan dengan melakukan itu, membantu tim Toro Rosso mengungguli tim senior Red Bull mereka untuk yang pertama kalinya dan satu-satunya di dalam sejarah tim ini.
Dengan Vettel yang pindah ke tim Red Bull Racing menggantikan posisi David Coulthard yang pensiun,[12]Sébastien Buemi dan Sébastien Bourdais memimpin serangan tim di Kejuaraan Dunia musim 2009. Setelah kesuksesan pada tahun sebelumnya, beberapa pembalap ingin membalap untuk tim Toro Rosso, termasuk Takuma Sato (yang bahkan melakukan tiga kali tes bersama dengan tim) dan Bruno Senna. Tim Toro Rosso meluncurkan mobil baru mereka yang terakhir dari semua tim yang ambil bagian pada musim 2009, pada tanggal 9 Maret 2009.[13] Sebelum musim dimulai, bos tim, yaitu Franz Tost, mengatakan bahwa akan "sulit" untuk melakukannya sebaik yang telah mereka lakukan di musim 2008.[13] Pada tanggal 16 Juli 2009, tim mengumumkan bahwa kontrak Sébastien Bourdais akan segera dihentikan karena hasil yang mengecewakan. Pada tanggal 20 Juli 2009, tim mengumumkan bahwa Jaime Alguersuari akan menggantikan posisinya sebagai pembalap resmi untuk sisa musim ini, yang menjadi pembalap Formula Satu termuda dalam sejarah kejuaraan selama 59 tahun, pada usia 19 tahun dan 125 hari sebelum dipecahkan oleh Max Verstappen pada musim 2015. Juara WRC sebanyak beberapa kali, yaitu Sébastien Loeb, telah dikutip di surat kabar olahraga asal Perancis, yaitu L'Equipe, tertarik untuk menggantikan posisi Bourdais.[14] Telah dinyatakan bahwa Loeb tidak akan bisa membalap di dalam ajang F1 sampai musim WRC berakhir.[15] Dia akan tersedia untuk melakukan debut F1 di Grand Prix Abu Dhabi 2009 pada bulan November.[16] Namun, hal ini tidak terjadi karena FIA menolaknya untuk mendapatkan lisensi super yang diperlukan untuk membalap di dalam ajang Formula Satu.[17] Musim berakhir dengan tim Toro Rosso yang finis di urutan kesepuluh dan terakhir di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor setelah diambil alih oleh tim Force India setelah sebelumnya berhasil naik ke atas podium di Belgia. Namun, performa tim Toro Rosso meningkat menjelang akhir musim, dengan Sébastien Buemi yang berhasil mencetak poin di dua balapan terakhir. Namun, Jaime Alguersuari gagal mencetak satu poin pun di musim tersebut.
Tim Scuderia Toro Rosso menegaskan bahwa mereka akan tetap mempertahankan Sébastien Buemi dan Jaime Alguersuari, dengan harapan bisa meraih hasil yang lebih baik. Pada tanggal 10 November 2009, tim Toro Rosso secara resmi mengumumkan bahwa Sébastien Buemi akan terus membalap untuk mereka pada tahun 2010. Belum ada pengumuman resmi mengenai pembalap kedua hingga saat itu, namun Jaime Alguersuari dilaporkan mengambil alih posisi di kursi balapan kedua, yang diterbitkan pada tanggal 26 November 2009.[18] Pada tanggal 22 Januari 2010, tim mengkonfirmasi penandatanganan Alguersuari, dan dia berhasil mencetak poin yang pertama di dalam kariernya dengan finis di posisi kesembilan di bawah sistem poin yang baru di Grand Prix Malaysia. Dia finis di posisi kesepuluh di Spanyol, dengan mencetak satu poin, berkat kecelakaan di putaran kedua dari terakhir yang telah menimpa Lewis Hamilton. Dia juga menerima penalti drive-through pada balapan itu. Pada balapan berikutnya di Monako, Buemi finis di urutan ke-11 dan Alguersuari ke-12, dua pembalap terakhir di akhir balapan. Namun, usai Michael Schumacher menerima penalti waktu sebanyak 20 detik karena melakukan aksi menyalip secara ilegal pada giliran terakhir melawan Fernando Alonso, Buemi naik ke posisi kesepuluh, dan mencetak satu poin.
Sébastien Buemi dan Jaime Alguersuari dikukuhkan sebagai pembalap STR6 tim untuk tahun 2011,[19] sementara Daniel Ricciardo akan menjadi pembalap tes dan cadangan tim, dan juga akan mengambil bagian di dalam sesi latihan bebas di setiap Grand Prix.[20] Mobil STR6 secara resmi diluncurkan pada tanggal 1 Februari di Valencia, Spanyol.
Pada awal musim di Australia, Buemi finis di urutan kedelapan dan mengumpulkan empat poin kejuaraan dunia. Di Grand Prix Malaysia, tim tidak berhasil mendapatkan satu poin pun, sementara di Tiongkok, kedua mobilnya masuk ke dalam posisi 10 besar untuk sesi kualifikasi, dengan Alguersuari di urutan ketujuh dan Buemi di urutan kesepuluh. Namun, Alguersuari ternyata menjadi satu-satunya pembalap yang terpaksa harus rela tersingkir dari balapan tersebut, dan Buemi finis jauh di posisi bawah di akhir balapan. Di Turki, Buemi finis di posisi kesembilan, sementara Grand Prix Spanyol merupakan balapan buruk yang lainnya bagi tim, dengan Alguersuari yang lagi-lagi gagal mencetak poin. Pada Grand Prix Monako, Buemi berhasil meraih poin dengan finis di urutan kesepuluh, di depan Nico Rosberg, sementara Alguersuari tersingkir bersama dengan Vitaly Petrov dalam sebuah insiden yang membuat balapan menjadi bendera merah. Di Kanada, Alguersuari finis di posisi kedelapan, terbantu dengan mundurnya Adrian Sutil, Nick Heidfeld, dan Paul di Resta. Buemi juga finis di urutan kesepuluh untuk mencetak poin ganda yang pertama bagi tim sejak Grand Prix Australia 2009, ketika Buemi berada di urutan ketujuh di depan Sébastien Bourdais.
Di Grand Prix Inggris, Alguersuari mencetak satu poin dengan finis di urutan kesepuluh, sementara Buemi bertabrakan dengan di Resta, yang memaksanya untuk mundur dari balapan. Tidak ada pembalap yang berhasil meraih satu poin pun di Jerman, namun kedua pembalap tersebut berhasil meraih poin di Hungaria; Buemi berhasil naik dari posisi ke-23 di grid untuk finis di urutan kedelapan, sementara Alguersuari menambah satu poin lagi pada penghitungannya dengan menempati posisi kesepuluh. Pada Grand Prix Belgia, Alguersuari berhasil start dari posisi keenam, namun terpaksa harus rela mundur dari balapan ini pada putaran pertama setelah bersentuhan dengan Bruno Senna. Buemi juga mundur dari balapan ini setelah terlibat kontak dengan Sergio Pérez. Kedua pembalap tersebut berhasil meraih poin di Monza, dengan Alguersuari yang berada di posisi ketujuh dan Buemi yang finis di posisi kedelapan, yang merupakan hasil akhir yang terbaik di dalam kariernya. Pada Singapura, Buemi finis di urutan ke-12 dan Alguersuari diklasifikasikan di posisi ke-21 setelah menabrak pembatas pada tahap penutupan.
Pada Grand Prix Jepang, Alguersuari finis di posisi kelima belas, sedangkan Buemi terpaksa harus mundur dari balapan ini karena mengalami ban kendor pada mobilnya. Grand Prix Korea menyaksikan tim start dari tempat kesebelas dan ketiga belas. Karena kecepatan tinggi mobil mereka di trek lurus, Buemi berhasil meraih poin dengan keberhasilannya finis di posisi kesembilan, sementara Alguersuari berhasil menyalip mobil Mercedes yang dikemudikan oleh Rosberg pada putaran terakhir untuk merebut hasil akhir balapan yang terbaik bagi tim pada tahun 2011, dengan finis di posisi ketujuh. Alguersuari menambah poinnya dengan finis di posisi kedelapan di India, sementara Buemi mundur dari balapan ini. Pada Grand Prix Abu Dhabi, Alguersuari kembali finis di urutan kelima belas; sementara itu, Buemi mengalami pengunduran diri untuk yang ketiga kalinya di dalam empat balapan terakhir. Kedua pembalap tersebut finis di luar zona poin pada balapan terakhir musim ini di Grand Prix Brasil, dengan finis di posisi kesebelas dan kedua belas.
Pada tanggal 14 Desember 2011, diumumkan bahwa Daniel Ricciardo dan Jean-Éric Vergne akan menjadi pembalap tim pada tahun 2012, menggantikan posisi Sébastien Buemi dan Jaime Alguersuari.[21] Kepala tim, yaitu Franz Tost, kemudian menyatakan bahwa tim tersebut sedang membentuk sebuah "sekolah pelatihan pemula", dengan prospek membawa bakat yang baru ke dalam tim.[22] Setelah mencetak poin di dua putaran pembuka, tim Toro Rosso tidak mampu mempertahankan kecepatan tersebut, dan gagal finis dengan meraih poin hingga balapan ke-12 musim ini, yaitu Grand Prix Belgia.
Pada tanggal 6 September 2012, diumumkan bahwa James Key telah bergabung bersama dengan tim sebagai Direktur Teknik, menggantikan posisi Giorgio Ascanelli.[23]
Meskipun ada hasil akhir yang lebih baik di balapan terakhir, namun tim Toro Rosso mengalami musim yang buruk, yang membuat tim finis di posisi kesembilan di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, hanya di depan tim Caterham, Marussia, dan HRT.
Pada tanggal 31 Oktober 2012, dipastikan bahwa tim Toro Rosso akan tetap mempertahankan pasangan pembalapnya, yaitu Daniel Ricciardo dan Jean-Éric Vergne, untuk musim 2013.[24]
Tim tidak melakukan start yang mereka inginkan di Grand Prix Australia setelah Vergne finis di urutan ke-12 dan Ricciardo mundur dari balapan ini karena mobilnya mengalami masalah knalpot. Namun, di Grand Prix Malaysia, Vergne berhasil mencetak poin yang pertama bagi tim di musim ini dengan menempati posisi ke-10, sementara Ricciardo mundur dari balapan ini karena masalah knalpot yang lainnya, namun dia diklasifikasikan di posisi ke-18. Namun, di Grand Prix China, peruntungan Ricciardo berbalik ketika ia berhasil finis di posisi ke-7, yang merupakan hasil akhir yang terbaik di dalam kariernya hingga saat itu, sementara Vergne hanya mampu finis di posisi ke-12. Pada Grand Prix Bahrain, Vergne mengalami kebocoran ban dan harus mundur dari balapan ini, dan Ricciardo finis di urutan ke-16 dan pada akhirnya tertinggal satu putaran. Di Spanyol, Ricciardo berhasil mencetak poin lagi melalui keberhasilannya finis di posisi ke-10, tetapi masih tertinggal satu putaran, sementara Vergne bertabrakan dan pada akhirnya harus mundur dari balapan ini. Di Monako, nasib berbalik untuk Vergne setelah ia berhasil finis di posisi ke-8 dengan mengesankan dan mencetak 4 poin, sementara Ricciardo, seperti rekan setimnya di Spanyol, mengalami tabrakan dan harus mundur dari balapan ini.
Grand Prix Kanada melihat tim berhasil meraih hasil akhir di sesi kualifikasi yang terbaik untuk mereka sejak Grand Prix Tiongkok 2011, dengan Vergne yang start dari posisi ketujuh dan Ricciardo yang start dari ke-10 di grid dalam kondisi basah. Vergne menyelesaikan balapan ini di posisi keenam dengan meraih 8 poin, hasil akhir yang terbaik untuk tim Toro Rosso sejak Grand Prix Brasil 2008.
Pembalap Red Bull, yaitu Mark Webber, secara resmi mengumumkan bahwa dia akan pensiun dari ajang Formula Satu pada akhir musim, meninggalkan satu kursi kosong di tim saudara Toro Rosso tersebut. Kedua pembalap tersebut sedang memburu tim yang paling dominan di dalam ajang Formula Satu pada saat itu. Pada balapan berikutnya di Inggris, Daniel Ricciardo berhasil menempati posisi ke-5 di grid, yang dia ubah menjadi finis di posisi ke-8 di dalam balapan tersebut. Vergne terpaksa harus rela tersingkir dari balapan ini setelah mengalami pecah ban pada putaran ke-35 pada saat dirinya sedang mengejar poin. Ricciardo melanjutkan performanya ke Jerman, di mana ia start dari posisi ke-6, dengan rekan setimnya, yaitu Vergne, yang berjuang dari posisi ke-16. Ricciardo baru saja kehilangan poin di urutan ke-12, sementara Vergne terpaksa harus rela mundur dari balapan ini pada putaran ke-22.
Di Hongaria, kedua mobil kehilangan poin, dan pada saat sesi kualifikasi untuk Grand Prix Belgia 2013, kedua mobil tersebut tersingkir di sesi Q1, dan tart dari posisi ke-18 dan ke-19—kinerja terburuk tim di sesi kualifikasi pada musim ini. Namun, Ricciardo bangkit kembali untuk menempati posisi ke-10, dan tampaknya akan pindah ke tim Red Bull pada tahun 2014. Vergne berada di urutan ke-12 untuk balapan kedua secara berturut-turut.
Sebelum balapan berikutnya di Italia, diumumkan bahwa Ricciardo akan menggantikan posisi Webber di tim Red Bull untuk musim 2014. Ricciardo mengesankan calon majikannya dengan meraih posisi ke-7 yang kuat di sesi kualifikasi, sementara rekan setimnya, yaitu Vergne, memulai balapan ini dari posisi ke-10 dengan kesalahan di sesi Q3 yang merusak peluangnya untuk meningkat dari waktu sebelumnya. Dalam balapan tersebut, Ricciardo berhasil meraih poin lebih banyak dengan finis di posisi ke-7 untuk mengambil posisi ke-13 di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap dari Vergne, yang terpaksa harus rela mundur dari balapan ini pada putaran ke-14.
Pelanggan mesin Renault – periode pertama (2014–2015)
Selama akhir pekan Grand Prix Monako 2013, diumumkan bahwa tim Toro Rosso telah menandatangani perjanjian jangka panjang dengan Renault untuk menggunakan mesin dengan spesifikasi yang sama seperti yang digunakan oleh tim Red Bull Racing, Lotus, dan tim Caterham mulai dari tahun 2014.[25] Tidak seperti tim saudaranya yang biasanya menerima mesin secara gratis karena basis mitra yang berfungsi penuh, kesepakatan pasokan mesin antara tim Toro Rosso dengan Renault dilakukan berdasarkan pelanggan, dengan membayar biaya mesin dengan sewa serta dukungan dari pabrikan yang terbatas. Pada tanggal 21 Oktober 2013, diumumkan bahwa Jean-Éric Vergne akan tetap bersama dengan tim untuk musim ketiga secara berturut-turut, dan akan bermitra bersama dengan Daniil Kvyat, yang merupakan pemenang perlombaan di Seri GP3 dan Kejuaraan Formula 3 Eropa FIA pada tahun 2013.[26]
Tim ini membuat awal musim yang mengesankan di Grand Prix Australia dengan Vergne yang start dari ke-6, yang merupakan hasil sesi kualifikasi yang terbaik untuk tim Toro Rosso sejak Grand Prix Inggris 2013, sementara Kvyat start dari posisi ke-8. Para pembalap menyelesaikan balapan masing-masing di urutan ke-8 dan ke-9 untuk mencetak poin yang pertama bagi tim Toro Rosso di musim ini, dan hasilnya, Kvyat memecahkan rekor sebelumnya atas nama Sebastian Vettel sebagai pencetak poin yang termuda di dalam sejarah ajang Formula Satu. Pada Grand Prix Malaysia, Vergne start dari posisi ke-9, sementara Kvyat start dari posisi ke-11. Balapan berjalan dengan baik bagi mereka hingga pada putaran ke-18, Vergne mengalami kegagalan unit tenaga di mobilnya, yang merupakan kejadian yang umum pada mobil bertenaga Renault pada musim tersebut. Sementara itu, Kvyat berhasil finis di urutan ke-10 dan mencetak 1 poin, namun pada akhirnya tertinggal satu putaran dari pemenang balapan.
Pada Grand Prix Bahrain, baik Vergne dan Kvyat start dari posisi ke-13 dan ke-14; Kvyat finis di urutan ke-11, sementara Vergne terpaksa harus mundur karena mengalami tabrakan. Pada balapan berikutnya di Tiongkok, Vergne start dari posisi ke-9 dan Kvyat start dari ke-13, namun Kvyat mampu mencetak satu poin di posisi ke-10. Pada Grand Prix Spanyol, Kvyat sekali lagi start dari posisi ke-13, sementara Vergne start dari posisi ke-16. Kvyat finis di urutan ke-14, tertinggal satu putaran dari pemenang balapan, sementara Vergne terpaksa harus rela mundur dari balapan ini karena mobilnya mengalami masalah knalpot. Pada Grand Prix Monako, kedua mobil tersebut start dari posisi sepuluh besar, dengan Vergne yang berada di posisi ketujuh, sementara Kvyat start dari posisi kesembilan. Namun, karena penyakit knalpot yang menyerang kedua mobil, maka tidak ada satupun pembalap yang mampu menyelesaikan balapan ini. Pada Grand Prix Kanada, Vergne start dari posisi ke-8, sementara Kvyat start dari posisi ke-15; Vergne menyelesaikan balapan ini di posisi yang sama di mana dia memulai balapan ini, sementara Kvyat terpaksa harus rela mundur dari balapan ini karena mobilnya mengalami kegagalan poros penggerak.
Pada Grand Prix Austria, Kvyat mengambil posisi terbaiknya di sesi kualifikasi dengan start dari posisi ke-7, sementara Vergne berada di posisi ke-15. Tim kembali mengalami pensiun ganda, karena Vergne terpaksa harus rela mundur dari balapan ini karena mengalami masalah rem pada mobilnya, sementara Kvyat terpaksa harus rela mundur dari balapan ini karena mobilnya mengalami masalah suspensi. Di Grand Prix Inggris, kedua mobil sekali lagi start dari posisi sepuluh besar, dengan Kvyat yang start dari posisi kesembilan dan Vergne yang start dari posisi kesepuluh. Untuk yang pertama kalinya sejak Australia, kedua pembalap berhasil mencetak poin, karena Kvyat dan Vergne finis tepat di posisi awal mereka. Pada Grand Prix Jerman, Kvyat start dari posisi kedelapan, unggul lima peringkat dari rekan setimnya. Vergne menyelesaikan balapan ini di urutan ke-13, sementara Kvyat terpaksa harus rela mundur dari balapan ini, setelah mobilnya terbakar. Pada Grand Prix Hungaria, Vergne start dari posisi ke-8 dan Kvyat start dari ke-11, dengan Vergne yang berhasil meraih 2 poin usai finis di posisi ke-9. Kvyat finis di urutan ke-14, tertinggal satu putaran dari pemenang balapan ini, yaitu Daniel Ricciardo.
Satu minggu sebelum Grand Prix Belgia, tim Toro Rosso secara resmi mengumumkan penandatanganan Max Verstappen, yang pada saat itu berusia 16 tahun, untuk menggantikan posisi Vergne pada akhir musim 2014 untuk bermitra bersama dengan Kvyat – artinya Vergne tidak akan mendapatkan kursi di tim.[27] Di Belgia, Kvyat start dari urutan ke-11 dan Vergne start dari urutan ke-12, dengan Kvyat yang berhasil mengumpulkan 2 poin setelah finis di urutan ke-9, sedangkan Vergne baru saja kehilangan posisi poin terakhir, di urutan ke-11. Pada balapan kandang tim di Italia, Kvyat sekali lagi mengungguli Vergne, start dari posisi ke-11 dan ke-13 bagi Vergne. Kedua pembalap menyelesaikan balapan di posisi yang sama pada saat mereka memulai balapan ini. Pada Grand Prix Singapura, Kvyat berada di urutan ke-10, sementara Vergne di urutan ke-12. Meskipun mendapat penalti waktu sebanyak 5 detik karena melebihi batas lintasan, namun Vergne berhasil menyelesaikan balapan ini di posisi ke-6, sementara Kvyat finis di posisi ke-14. Pada Grand Prix Jepang, Vergne mengungguli Kvyat dengan mereka yang masing-masing start dari posisi ke-11 dan ke-13, dan Vergne mencetak lebih banyak poin dengan finis di posisi ke-9, sementara Kvyat berada di luar zona poin di posisi ke-11. Tepat sebelum balapan ini, tim Red Bull mengumumkan bahwa Sebastian Vettel akan meninggalkan tim mereka di akhir musim, dan bahwa Kvyat akan dipromosikan ke tim senior– sehingga memberi Vergne pembaruan kesempatan untuk memperebutkan kursinya bersama dengan tim Toro Rosso untuk sisa musim ini.[28] Di antara kandidat yang dipertimbangkan untuk kursi kedua adalah Vergne, serta pembalap Tim Junior Red Bull, yaitu Carlos Sainz Jr. dan Pierre Gasly– yang menempati posisi pertama dan kedua di Seri Formula Renault 3.5– dan Alex Lynn, juara Seri GP3.[29][30]
Nasib Kvyat meningkat secara signifikan usai dia start dari posisi ke-5 untuk balapan yang berlangsung di kandangnya sendiri di Rusia, sementara Vergne start dari posisi ke-10. Kedua pembalap tersebut finis di luar zona poin, dengan Vergne yang finis di posisi ke-13 dan Kvyat yang finis di posisi ke-14. Pada Grand Prix Amerika Serikat, Kvyat start dari urutan ke-14 dan Vergne hanya tertinggal di urutan ke-15. Dalam balapan tersebut, Vergne finis di urutan ke-10, sementara Kvyat finis satu putaran di bawah, di urutan ke-15. Pada balapan kedua dari terakhir musim ini di Brasil, Kvyat start dari urutan ke-14, sementara Vergne start dari urutan ke-16; tidak ada mobil yang berhasil mendapatkan poin, dengan Kvyat yang finis di posisi ke-11 dan Vergne yang finis di posisi ke-13, dan kedua pembalap tertinggal satu putaran. Pada balapan terakhir musim ini di Abu Dhabi, Kvyat berhasil menyamai posisi terbaiknya di sesi kualifikasi dengan menempati posisi ke-5, sedangkan Vergne berada di posisi ke-10. Sekali lagi, kedua mobil gagal meraih poin; Kvyat terpaksa harus rela mundur dari balapan ini karena mobilnya mengalami kegagalan unit daya, sementara Vergne finis di urutan ke-12. Pada tahun 2014 ini, tim Toro Rosso secara keseluruhan berhasil mencetak 30 poin; Vergne berhasil mencetak 22 poin, sementara Kvyat berhasil mencetak 8 poin.
Pada Grand Prix Australia, Sainz start dari urutan ke-8, sementara rekan setimnya, yaitu Max Verstappen, start dari urutan ke-12. Sainz finis di posisi kesembilan dan mengumpulkan dua poin pada debutnya, sementara Verstappen terpaksa harus rela mundur dari balapan ini karena mobilnya mengalami kerusakan mesin.
Selama musim 2015, tim Toro Rosso menikmati kesuksesan yang tidak terduga di grid; tersingkirnya Max Verstappen, dikombinasikan dengan perolehan banyak poin, serta dua kali finis di tempat ke-4, keduanya oleh Verstappen, memastikan bahwa tim Toro Rosso menikmati musim tersukses mereka di dalam ajang Formula Satu berdasarkan perolehan poin. Verstappen berhasil mencetak 49 poin, sedangkan rekan setimnya, yaitu Carlos Sainz Jr., berhasil mencetak 18 poin.
Pada akhir musim 2015, setelah Grand Prix Abu Dhabi, diumumkan bahwa tim Toro Rosso akan menghidupkan kembali kemitraan pelanggan mereka dengan Ferrari untuk musim 2016, di mana satu-satunya perbedaan kali ini adalah bahwa mobil tim Toro Rosso akan dilengkapi dengan unit tenaga tahun 2015, dibandingkan dengan unit tenaga terbaru tahun 2016 yang digunakan pada musim sebelumnya, tetapi tanpa dukungan dari pabrikan secara langsung dari Ferrari, meskipun ada kemitraan. Tim Toro Rosso menggunakan mesin Ferrari dari tahun 2007 hingga 2013 selama era V8 yang biasanya disedot. Pada tanggal 4 Januari 2016, diumumkan bahwa tim Toro Rosso akan mengadopsi jarak sumbu roda yang lebih panjang untuk mobil STR11 yang baru karena unit tenaga dan girboks Ferrari 060 memerlukan spacer untuk mengakomodasi MGU-K di bagian belakang mesin (mirip dengan mobil Marussia MR03 yang memiliki sumbu roda lebih panjang: sekitar 3,700 milimeter (0,1457 in)).[33] Setelah kecelakaan kontroversial di Rusia, Kvyat dibawa kembali ke tim Toro Rosso dari tim Red Bull, dan Max Verstappen menggantikan posisinya.
Selama Grand Prix Monako 2016, diumumkan bahwa tim Scuderia Toro Rosso akan menghidupkan kembali kemitraan mesin pelanggan mereka dengan Renault untuk musim 2017.[34] Tim juga tetap mempertahankan Sainz dan Kvyat sebagai pembalap mereka. Meskipun ada kemitraan dengan Renault, namun tim lebih memilih untuk menggunakan merek Toro Rosso pada mesinnya, sehingga tidak ada dukungan dari pabrikan.
Pada tanggal 26 September 2017, diumumkan bahwa Pierre Gasly akan menggantikan posisi Kvyat untuk jumlah balapan yang tidak ditentukan, dimulai dengan Grand Prix Malaysia.[35] Pada Grand Prix Amerika Serikat, Sainz pindah ke tim Renault untuk sisa putaran di musim ini, menjelang kepindahannya yang telah diumumkan sebelumnya untuk musim 2018,[36][37] dengan Kvyat yang kembali lagi ke tim. Gasly absen untuk mengikuti babak final Kejuaraan Super Formula Jepang, jadi Brendon Hartley menggantikan posisinya untuk balapan ini.[38] Usai balapan, diumumkan bahwa Gasly akan kembali lagi dan bermitra bersama dengan Hartley untuk Grand Prix Meksiko.[39] Setelah Grand Prix Meksiko 2017, Helmut Marko mengatakan bahwa Daniil Kvyat tidak akan kembali ke tim Toro Rosso, dan tim akan balapan dengan Brendon Hartley dan Pierre Gasly untuk sisa musim ini.[40]
Pada tanggal 15 September 2017, diumumkan bahwa tim Toro Rosso akan mengakhiri sisa kontrak kemitraan mesin pelanggan Renault untuk menandatangani kontrak kemitraan unit tenaga Honda yang berfungsi penuh untuk tahun 2018 dan seterusnya, setelah Honda memutuskan hubungannya dengan tim McLaren, dan dengan demikian, maka tim Toro Rosso mendapatkan dukungan dari pabrikan secara langsung dari Honda sebagai sebuah tim andalan yang menyertakan mesin gratis. Selain itu, kemitraan Toro Rosso-Honda juga mencakup staf Honda dari negara Jepang yang akan bekerja di markas mereka di Faenza, serta kendaraan resmi tim dan dukungan merek.[41] Keesokan harinya, tim mengonfirmasi bahwa mereka akan tetap mempertahankan susunan pembalap terakhir mereka di tahun 2017 untuk musim 2018, yaitu Pierre Gasly dan Brendon Hartley.[42] Selama sesi pengujian pra-musim, banyak yang merasa terkejut dengan kecepatan dan keandalan mesin Honda, yang telah mendapatkan reputasi yang buruk selama tiga tahun terakhir bersama dengan tim McLaren. Namun, balapan pertama di Australia tidak spektakuler, dengan Gasly yang mengundurkan diri karena mobilnya mengalami kerusakan mesin setelah menyelesaikan sesi kualifikasi di posisi terakhir dan Hartley finis di urutan ke-15. Balapan berikutnya di Bahrain akan jauh lebih sukses, dengan Gasly yang memulai balapan dari posisi ke-5 dan finis ke-4, yang pada akhirnya akan menjadi hasil akhir yang terbaik bagi tim di musim ini, meskipun Hartley mengalami balapan yang penuh dengan insiden, dan diklasifikasikan di posisi ke-17.
Banyak masalah keandalan dan nasib buruk yang melanda tim sepanjang tahun, terutama bagi Hartley. Dia mengalami kegagalan girboks pada mobilnya di Tiongkok, balapan yang sama di mana dia dan Gasly mengalami kecelakaan di tikungan tajam pada putaran ke-30, namun mencetak poin pertamanya di dalam ajang Formula Satu dengan finis di posisi ke-10 di Azerbaijan. Gasly tersingkir akibat mengalami tabrakan yang keras pada putaran pertama dengan Romain Grosjean di Spanyol, namun finis di posisi ke-7 pada balapan berikutnya di Monako, sementara Hartley terpaksa harus rela mundur dari balapan ini setelah Charles Leclerc bertabrakan dengannya di belakangnya setelah rem mobilnya mengalami kerusakan. Hartley terpaksa harus rela mundur lagi dari Kanada, ketika dia dipaksa menabrak tembok pada putaran pertama oleh Lance Stroll. Gasly kembali tersingkir dalam tabrakan pada putaran pembuka di balapan yang berlangsung di kandangnya sendiri di Prancis. Dua kali Hartley terpaksa harus tersingkir secara berturut-turut, terjadi kerusakan hidrolik di Austria dan kegagalan unit daya di Inggris. Dia finis di urutan ke-10 di Jerman, dan sekaligus pula mengakhiri rentetan empat balapan beruntun, di mana tim gagal mencetak poin. Gasly finis dengan dua poin, usai finis di peringkat ke-6 yang mengesankan di Hungaria dan peringkat ke-9 di Belgia. Hartley terpaksa harus mundur dari balapan di Italia setelah mengalami tabrakan pada putaran pertama, sebelum kedua pembalap mengalami kerusakan rem pada mobilnya di Rusia, secara kebetulan pada waktu yang hampir bersamaan. Kedua pembalap berhasil tampil mengesankan di Jepang, dengan menyelesaikan sesi kualifikasi di posisi ke-6 dan ke-7, namun keduanya finis di luar zona poin. Pencapaian dua poin lagi terjadi sebelum akhir musim, dengan hasil akhir peringkat ke-9 untuk Hartley di Amerika Serikat—hasil terbaik dalam kariernya—dan peringkat ke-10 untuk Gasly di Meksiko.
Tim menyelesaikan musim ini di posisi ke-9 di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 33 poin, 29 untuk Gasly, dan empat untuk Hartley.
Pierre Gasly dipromosikan ke tim Red Bull pada tahun 2019. Penggantinya di tim Toro Rosso adalah Daniil Kvyat—dipekerjakan kembali oleh tim setelah sebelumnya dia dikeluarkan pada tahun 2017. Posisi Brendon Hartley digantikan oleh Alexander Albon, yang finis di posisi ketiga di Formula 2 musim 2018. Kvyat finis di urutan ke-10 pada balapan pembuka musim ini di Australia, dan menjaga Gasly yang baru dipromosikan dari tim Red Bull di belakangnya selama hampir sepanjang balapan. Albon berhasil mencetak poin Formula Satu pertamanya dengan menempati posisi ke-9 di Bahrain, sebelum finis ke-10 di Tiongkok setelah memulai balapan ini dari dalam jalur pit. Kvyat mengalami pengunduran diri terkait tabrakan sebanyak dua kali secara berturut-turut di Tiongkok dan di Azerbaijan. Tim Toro Rosso berhasil mencatatkan perolehan poin ganda di Monako, pertama kalinya tim melakukannya dalam lebih dari dua tahun sejak Grand Prix Spanyol 2017. Tim ini mencetak hasil akhir yang luar biasa di Grand Prix Jerman yang terkena dampak hujan, di mana strategi cerdas membuat Kvyat dan Albon masing-masing finis di posisi ke-3 dan ke-6. Ini adalah podium pertama bagi tim Toro Rosso sejak kemenangan mengejutkan mereka di Grand Prix Italia 2008, dan hasil balapan terbaik mereka dalam hal total poin.
Sebelum Grand Prix Belgia, Albon meninggalkan tim setelah dipromosikan ke tim Red Bull, menggantikan posisi Gasly yang kembali lagi ke tim Toro Rosso.[43] Sejumlah poin yang didapatkan secara konsisten menyusul, usai mobil STR14 menunjukkan kemampuannya bertarung di lini tengah ke depan. Ini termasuk finis di posisi ke-7 dan ke-9 di Belgia, serta posisi ke-7 dan ke-10 di Jepang. Pada Grand Prix Brasil yang kacau, tim Toro Rosso berhasil meraih podium yang ketiga bagi mereka. Gasly memanfaatkan banyak insiden dan menahan laju pembalap Mercedes, yaitu Lewis Hamilton, dalam sebuah balapan drag ke garis finis untuk finis di posisi ke-2. Pada balapan yang terakhir, Danill Kvyat finis di posisi kesembilan untuk memberikan poin yang ke-500 bagi tim.
Sepanjang tahun 2019, tim Toro Rosso hanya mengalami satu kali saja tersingkir dari lomba terkait keandalan, yaitu kebocoran oli yang menimpa mobil Kvyat di Italia. Hal ini sangat berbeda dengan tahun 2018, di mana ada tujuh hasil akhir yang menyebutkan mereka tersingkir dari balapan. Konsistensi ini membuahkan hasil setelah tim mengakhiri musim ini di posisi ke-6 di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 85 poin, perolehan poin yang terbaik bagi mereka di dalam sejarah tim.
Pada tanggal 6 September 2011, seminggu sebelum Grand Prix Italia, tim mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima investasi yang cukup besar dari grup minyak asal Spanyol, yaitu Cepsa (hanya sponsor tetapi bukan pemasok bahan bakar dan pelumas de facto), yang berakhir setelah musim 2015.[44]
Antara musim 2016 dan 2019, tim Toro Rosso memiliki perjanjian dengan sebuah produsen jam tangan asal Jepang, yaitu Casio (melalui merek Edifice).[45] Pada musim 2019, tim mendapatkan sponsor yang berbasis di negara Thailand, yaitu Moose Craft Cider[46] dan PTT Lubricants (hanya sponsor tetapi bukan pemasok pelumas de facto) karena faktor Alexander Albon.[47]
^ abPada musim 2017, tim Toro Rosso menggunakan unit tenaga Renault R.E.17. Untuk tujuan sponsor, mesin ini diubah namanya menjadi "Toro Rosso". Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "RE17" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
^Irvine in talks over Minardi sale news.bbc.co.uk. Diakses tanggal 2 Agustus 2006.
^Press Information – FIA Formula One World Championship 22 October 2004www.fia.com. Retrieved 26 April 2006.
^"Liuzzi to race for Toro Rosso". GPUpdate.net. 13 February 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 April 2012. Diakses tanggal 1 February 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Toro Rosso team put up for sale". autosport.com. 18 March 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 March 2008. Diakses tanggal 18 March 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Bourdais view on Massa incident". Autosport. 12 October 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 December 2014. Diakses tanggal 31 January 2015.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Loeb interested in Bourdais' seat". autosport.com. 11 July 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 July 2009. Diakses tanggal 1 November 2009.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Key replaces Ascanelli at Toro Rosso". Formula1.com. Formula One World Championship Limited. 6 September 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 September 2012. Diakses tanggal 8 September 2012.
^"2014 Scuderia Toro Rosso Driver Line-Up". Scuderia Toro Rosso. Scuderia Toro Rosso SPA. 21 October 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 September 2015. Diakses tanggal 21 October 2013.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Sainz to race for Scuderia Toro Rosso". Scuderia Toro Rosso. 28 November 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 August 2017. Diakses tanggal 28 November 2014.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Carlos Sainz to join Renault in 2018". BBC Sport. 15 September 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 September 2017. Diakses tanggal 15 September 2017.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Sainz to replace Palmer at Renault from Austin". Formula1.com. Formula One World Championship Limited. 7 October 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 August 2018. Diakses tanggal 7 October 2017.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Toro Rosso confirm Hartley and Gasly for Mexico". Formula1.com. Formula One World Championship Limited. 23 October 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 October 2017. Diakses tanggal 23 October 2017.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Renault power for 2018 McLaren, Honda switch to Toro Rosso". Formula1.com (dalam bahasa Inggris). Formula One World Championship Limited. 15 September 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 November 2017. Diakses tanggal 17 November 2017.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Alex joins the team". Red Bull Racing. 12 August 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 August 2019. Diakses tanggal 12 August 2019.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Pada tahun 1952 dan 1953, regulasi Kejuaraan Dunia memakai regulasi Formula Dua, konstruktor yang berlaga di era regulasi tersebut tetap dimasukkan sebagai peserta balap Formula Satu. Konstruktor yang hanya berlaga di Indianapolis 500 yang menjadi bagian Kejuaraan Dunia antara tahun 1950 sampai 1960 tidak dimasukkan dalam daftar di atas.