David Coulthard
David Marshall Coulthard[2] (pengucapan bahasa Inggris: /ˈkoʊlθɑːrt/, biasa dipanggil DC, lahir 27 Maret 1971) adalah seorang mantan pembalap mobil profesional asal Skotlandia, yang saat ini berprofesi sebagai pembawa acara televisi, komentator olahraga, dan konsultan. Ia pernah membalap di ajang Formula Satu (F1) dari tahun 1994 sampai 2008, dengan bergabung bersama tim Williams, McLaren dan Red Bull. Coulthard dikenal luas sebagai salah satu pembalap tersukses di F1 era modern yang tidak pernah meraih gelar juara dunia sampai akhir kariernya. Selama berkarier di F1, Coulthard telah memenangi 13 lomba, dengan dua diantaranya adalah kemenangan beruntun di Grand Prix Inggris pada tahun 1999 dan 2000. Prestasi tertingginya saat berkarier di F1 adalah meraih posisi kedua dalam klasemen akhir kejuaraan pembalap musim 2001.[3] Usai pensiun dari ajang F1, Coulthard beralih ke ajang balap Deutsche Tourenwagen Masters (DTM), sebelum kemudian memutuskan pensiun sepenuhnya dari kegiatan membalap di akhir tahun 2012. Selain itu, ia juga menjadi pengusaha dengan memegang saham beberapa hotel mewah di Inggris dan juga sempat menjadi pemilik Hotel Colombus di Monte Carlo.[4] Coulthard juga dipercaya sebagai konsultan untuk Red Bull dan W Series, serta menjadi analis dan komentator siaran televisi untuk acara balap F1 di stasiun televisi BBC dan Channel 4. ProfilMasa kecilDavid Marshall Coulthard lahir di sebuah kawasan pinggiran di Twynholm, Skotlandia.[5] Keluarganya merupakan penduduk yang pindah dari kawasan London, Inggris, dan itu berarti Coulthard bukanlah murni orang Tartan seperti Jackie Stewart.[6] Ayahnya, Duncan, adalah seorang pengusaha perdagangan yang sukses, di mana ketika ia kecil, ia sempat turun balapan diajang karting, tetapi saat menginjak usia 14 tahun, Duncan menghentikan karier balapnya setelah ayahnya (kakek Coulthard) meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalu lintas.[7] Ibunya, Joyce Marshall, adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak suka dengan olahraga balapan.[8] Sewaktu Coulthard masih kecil, Joyce sering menghukumnya dengan menguncinya di kamar saat balapan F1 tengah berlangsung. Saking ketatnya, semua ajang balapan yang disiarkan di TV dari mulai F1, Grand Prix Sepeda Motor, dan masih banyak lagi, ia larang untuk Coulthard tonton.[8] Di sekolah, Coulthard termasuk murid yang cerdas dan kritis. Pelajaran yang ia sukai adalah IPA (matematika dan fisika). Ia merupakan alumni SMA Kirkcudbright Academy dengan catatan pencapaian delapan O Grades.[9][10] Meskipun begitu, ia sering mengaplikasikan kekritisan ala IPS dalam beragam hal yang kemudian ia bawa dalam kariernya sebagai pembalap dan juga sebagai pengusaha serta komentator televisi.[10] Kehidupan pribadiDavid Coulthard berteman dekat dengan beberapa pembalap yang juga menjadi rivalnya di arena F1. Salah satunya adalah Rubens Barrichello dengan keduanya yang kerap disebut sebagai pembalap F1 yang bagus pada era modern tetapi tidak memiliki kesempatan untuk merebut gelar juara dunia dan kerap disebut sebagai pembalap kedua.[11] Salah satu teman dekat lain dari Coulthard adalah Michael Schumacher yang meskipun mereka di beberapa balapan (seperti di Belgia 1998 atau di Prancis 2000), tetapi sampai saat ini hubungan Coulthard dan Schumi bisa dibilang tetap berjalan dengan baik.[12] Bahkan ia pun sempat berdiskusi dengan Schumi dan Ross Brawn soal kemungkinan ia menjadi rekan setimnya di Ferrari untuk musim 2000 pada pertengahan 1999.[13] Rekan Coulthard yang lain adalah Alex Barros dan Loris Capirossi dari balapan MotoGP/WSBK,[14] dan Colin McRae juga Richard Burns dari ajang WRC.[15] Selain itu ia juga merupakan teman baik dari Dario Franchitti dan Jacques Villeneuve yang sukses di ajang balap Amerika Serikat. Sementara teman masa kecilnya yang masih akrab hingga saat ini adalah Allan McNish[16] dan Johnny Herbert, di mana Coulthard pernah menjadi kawan sekaligus lawan saat mereka bertiga bertarung di ajang karting pada pertengahan 1980-an.[17] Saudara sepupu Coulthard yang berpaspor Selandia Baru, Fabian Coulthard, juga berprofesi sebagai pembalap mobil.[18] Ia saat ini membalap di ajang Supercars.[19] Sewaktu berkarier sebagai pembalap, Coulthard dikenal luas sebagai seorang playboy dengan kebiasaannya yang beberapa kali gonta-ganti pacar. Pada awal tahun 2000 ia santer diberitakan akan menikah dengan Heidi Wichlinski, seorang model professional asal Amerika Serikat.[20] Kemudian pada 2003 ia berganti pacar kepada model asal Brazil, Simone Abdelnour.[21] Coulthard bertemu dengan Simone di bandara Hearthrow, London, saat ia akan menjemput temannya yang baru pulang dari Brazil. Lantas mereka kemudian bertunangan, tetapi lagi-lagi gagal saat akan melaju ke pelaminan.[22] Pada 2006 Coulthard kembali lagi ganti pacar, kali ini kepada reporter televisi asal Belgia, Karen Minier.[23] Pertengahan 2007 mereka kemudian bertunangan kembali. Coulthard pun berjanji bahwa pertunangan mereka kali ini adalah pertunangannya yang terakhir. Pada 20 November 2008, pasangan Coulthard-Minier kemudian dikaruniai seorang bayi yang kemudian diberi nama Dayton Minier.[24] Pada tahun 2013, Coulthard menikahi Minier di Monte Carlo, Monako.[25] Selanjutnya pasangan ini menetap di beberapa tempat diantaranya di Monako, Inggris, Belgia dan Swiss.[26] Pada tahun 2022, diketahui Coulthard telah bercerai dengan Minier setelah sembilan tahun menikah.[1] Hobi Coulthard di kala ia senggang adalah mengurus burung. Dimana sejak kecil, ia memang menjadi seorang penggemar dari hewan tersebut. Burung favoritnya saat ini adalah seekor kakaktua yang terawat dengan baik di apartemennya di Monte Carlo. Nama panggilan Coulthard sendiri sewaktu kecil adalah Budgie yang merupakan nama burung yang diperlihara oleh ayahnya.[27] Selain hobi mengurus burung, Coulthard juga gemar bermain permainan komputer, atau PlayStation.[28] Teman baiknya dalam urusan bermain video game adalah mantan juara dunia F1 1997, Jacques Villeneuve.[29] Coulthard juga suka bermain golf dan berselancar ketika musim balap usai, di mana kawasan laut favoritnya adalah laut Karibia di Amerika Tengah, yang mana ia datang ke daerah ini melalui kapal pesiar pribadinya.[30] Dalam hal musik, Coulthard adalah fans Queen dan U2.[31] Lagu favoritnya adalah We Will Rock You dan Beautiful Day. Sedangkan untuk film, Coulthard menyukai film-film produksi atau yang dibintangi oleh aktor-aktris Inggris, terutama James Bond yang dibintangi oleh Sean Connery dan Roger Moore.[32] Karier awalKarier Coulthard di ajang balap di mulai di usia 11 tahun saat ayahnya membelikan gokart pertamanya sebagai hadiah ulang tahun.[33] Perjalanan kariernya di karting sangat sukses dengan beberapa kali menjadi juara kejuaraan nasional karting Skotlandia sampai akhir 1988.[33] Pada tahun 1989 ia meneruskan jenjangnya ke ajang Formula Ford di mana ia meraih penghargaan McLaren/Autosport Young Driver of the Year untuk pertama kalinya.[34] Hadiahnya adalah kesempatan untuk menjajal mobil F1. Lantas, ia sempat mengecap beberapa kategori junior, meski di 1990 Coulthard terpaksa kehilangan beberapa pertandingan akibat patah kaki saat kecelakaan di Spa-Francorchamps, Belgia.[35] Reputasi Coulthard kian cemerlang di 1991 dengan menjuarai dua lomba Formula 3 Internasional di Zandvoort dan Macau.[36] Ia berhasil finis ke sembilan di Formula 3000 pada 1992 bersama Paul Stewart Racing, dan ketiga di 1993 bersama tim Pasific Racing Team.[37] Di musim 1993 juga Coulthard akhirnya bisa memperoleh kursi test driver F1 untuk tim Williams.[38] Ia juga sempat turun di lomba balap ketahanan Le Mans 24 Jam bersama tim TWR Jaguar Racing bersama John Nielsen dan David Brabham. Trio pembalap ini sukses memenangi kategori Kelas GT sebelum kemudian terkena diskualifikasi akibat pelanggaran teknis.[39] Di luar single seater, Coulthard juga adalah fans reli. Pada usia 14 tahun ia sempat mencoba turun di ajang reli amatir. Namun, setelah mempertimbangkan secara matang, ia akhirnya memilih untuk fokus di ajang balap mobil kursi tunggal. Meskipun katanya, tidak tertutup kemungkinan untuk terjun diajang reli pada masa mendatang.[40] Karier Formula Satu1994–1995: WilliamsPada musim 1994, Coulthard masih belum juga bisa mendapat kursi F1 yang diharapkannya, hingga akhirnya ia memilih terus berkiprah di Formula 3000 dan juga merangkap sebagai pembalap penguji untuk tim Williams. Setelah terjadinya kecelakaan tragis yang menewaskan Ayrton Senna di Grand Prix San Marino, Coulthard kemudian ditunjuk oleh Frank Williams untuk mengisi posisi di Williams sebagai pembalap penuh waktu secara dadakan mulai di Grand Prix Spanyol.[41] Meski hanya berlomba di delapan balapan, karena posisinya bergantian dengan Nigel Mansell,[42] Coulthard akhirnya mampu finis ke delapan dalam klasemen pembalap.[43] Mendekati akhir musim, Coulthard sempat terlibat dalam sengketa kontrak. Ia secara sepihak memutuskan hengkang dari tim Williams untuk beralih ke tim McLaren.[44][45] Williams yang merasa dikhianati berkeras mempertahankan dan menggugat Coulthard ke pengadilan berbekal kontrak tiga tahun yang sudah ditandatangani Coulthard, meski disisi lain manajemen Coulthard merasa kontrak tersebut bisa dibatalkan.[46] Pada akhirnya pihak Contract Recognition Board sebagai pihak mediasi untuk sengketa kontrak pembalap F1 akhirnya memutuskan bahwa kontrak yang ditandatangani Coulthard dengan Williams adalah sah dan harus dihormati yang akhirnya membuat Coulthard mau tidak mau harus bertahan di Williams untuk musim 1995.[47] Untuk musim 1995, Coulthard bertahan di Williams dengan menjadi rekan setim dari Damon Hill. Ia kemudian menjuarai lomba F1 pertamanya di Portugal, mengalahkan rekan setimnya dan Michael Schumacher (Benetton).[48] Namun, ia juga harus menanggung malu ketika sedang memimpin di Grand Prix Australia. Dalam lomba tersebut ia menabrak dinding setelah melakukan kesalahan dalam menekan tombol pit limiter saat akan memasuki area pit.[49] Beberapa detik setelah kejadian tersebut, Coulthard masih berdiam diri di dalam kokpitnya, ia lantas berujar bahwa itulah kejadian paling bodoh yang ia alami selama kariernya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi di kemudian hari.[50] Coulthard lantas finis ketiga di musim itu dengan 49 poin. Dengan prestasinya tersebut para pengamat F1 meyakini bahwa Coulthard akan meraih gelar juara dunia pada tahun 1996 dan 1997.[51] Namun, Coulthard yang merasa tidak puas dengan apa yang ia dapatkan di Williams mencoba menegosiasikan untuk bisa keluar sekalipun masih terikat kontrak. Williams akhirnya memutuskan untuk mengakhiri kerjasamanya dengan Coulthard di akhir musim 1995.[52] 1996–2004: McLarenMembantu Mika HakkinenPada musim 1996, setelah hengkang dari Williams, Coulthard berpasangan dengan Mika Hakkinen di McLaren. Sempat terjadi sedikit masalah antara Mika dan dirinya pada balapan di Portugal.[53] Namun, Coullthard yang terkenal santun terkesan tidak mau membesar-besarkan masalah tersebut dan lebih memilih untuk meminta maaf kepada Mika. Ia kemudian lomba pembuka musim di Grand Prix Australia 1997, dan membawa McLaren kembali ke jalur kemenangannya.[54] Ia kemudian kembali menjadi pemenang di Italia, dan finis di tempat ketiga di klasemen pembalap, bersama Jean Alesi.[55] Sebelumnya, ia sempat jadi korban team order dalam balapan pamungkas 1997 di Jerez. Atas perintah tim, ia disuruh untuk menyingkir dan memberi jalan kepada Mika Hakkinen agar Mika bisa meraih kemenangan pertamanya di ajang F1.[56] Pada musim 1998, McLaren berhasil meraih gelar konstruktor, tetapi Coulthard di musim tersebut hanya memperoleh satu kemenangan saja di San Marino.[57] Meski didera berbagai masalah seperti kesalahan pit stop, kecelakaan dan masalah mesin yang lumrah terjadi, ia tetap mampu finis ketiga dalam klasemen pembalap dengan total 56 poin, di belakang persaingan antara Michael Schumacher dan Mika Hakkinen.[58] Sekali lagi, pada balapan pembuka di Australia, Coulthard kembali mengalah kepada Mika lagi-lagi atas perintah tim. Pada balapan tersebut, Mika Hakkinen salah mendengar instruksi radio dari pit yang membuatnya mendadak masuk pit dan membuat Coulthard memimpin. Tanpa protes, ia pun memberikan posisi pimpinan lomba kepada Mika hanya beberapa meter sebelum garis finish.[59] Pada Grand Prix Belgia 1998, Coulthard sempat bermasalah dengan Michael Schumacher. Saat itu ia yang tertinggal satu lap di balapan yang diwarnai hujan tersebut tiba-tiba diseruduk oleh Schumi yang tengah memimpin lomba.[60] Seusai keduanya kembali ke pit, Schumi sempat mencoba merangsek masuk ke garasi McLaren dan hendak akan mengajak Coulthard berduel dan menuduh Coulthard berniat untuk membunuh Schumi, tetapi untungnya berhasil dipisahkan oleh para mekanik McLaren sebelum Schumi sempat melemparkan pukulan. Coulthard sendiri saat itu masih mengenakan helm ketika Schumi mencoba untuk mengajaknya berkelahi. Coulthard mengakui lima tahun kemudian bahwa kecelakaan itu adalah kesalahannya.[61] Pada musim 1999, Coulthard kembali menghadapi beberapa masalah pada mobilnya, tetapi ia akhirnya berhasil memenangi Grand Prix Inggris dan di balapan yang sama, rival sekaligus temannya, Michael Schumacher mengalami kecelakaan parah yang menyebabkannya harus absen beberapa bulan.[62] Selain di Inggris, ia juga berhasil menjadi pemenang lomba di Belgia. Namun, ia juga nyaris saja menjadi musuh bagi tim McLaren saat ia menyeruduk Mika Hakkinen di Austria dan kemudian insiden tersebut nyaris menggagalkan usaha Mika untuk mempertahankan gelar juara dunia.[63] Dalam klasemen pembalap di akhir musim, Coulthard memperoleh posisi keempat dengan raihan 48 poin, dengan selisih empat poin di atas Schumi (44 poin). Di akhir musim sempat tersiar kabar bahwa ia akan bertukar tempat dengan Eddie Irvine di Ferrari sebagai mitra Michael Schumacher, hal ini diperkuat dengan kedekatan dirinya dengan Ross Brawn. Namun, akhirnya yang terpilih sebagai rekan setim Schumi ternyata adalah Rubens Barrichello, Eddie Irvine sendiri akhirnya hengkang ke Jaguar Racing dan Coulthard tetap bertahan di McLaren.[13] Menjadi pemimpin timCoulthard masih bertahan di 2000 untuk mendampingi rekan setimnya yang saat itu telah berhasil menjadi juara dunia dua kali, Mika Hakkinen. Ia sempat shock saat mengalami kecelakaan pesawat yang menewaskan kedua pilotnya, tepat menjelang berlangsungnya Grand Prix Spanyol.[64] Pada tahun itu, ia kembali menempati posisi tiga klasemen pembalap. Sebelumnya ia kembali lagi memenangi balapan di kandangnya sendiri, di Inggris, dan juga di Prancis, di mana ia sempat unjuk jari kepada Schumi.[65] Namun, setelah balapan ia merasa tidak enak hati dan langsung meminta maaf kepada Schumi atas ulahnya tersebut.[65] Di luar hal-hal tadi, sebenarnya Coulthard bisa saja maju sebagai kandidat juara dunia tahun 2000, kalau saja tim McLaren mengizinkannya menang di Austria, dan tidak melakukan kesalahan konyol di Jerman.[66] Peluang dirinya untuk menjadi juara dunia 2000 tertutup setelah hanya mampu finis keempat di Belgia dan gagal finis di Italia akibat terlibat dalam insiden kecelakaan beruntun yang menewaskan seorang marshal bernama Paolo Gislimberti.[67] Tahun 2001 merupakan tahun berat yang dipenuhi dengan masalah reliabilitas bagi tim McLaren. Di luar usahanya yang cemerlang dengan menjadi pemimpin tim dan penantang gelar dunia dengan menggantikan Mika Hakkinen yang terpuruk, Coulthard tetap tidak bisa menandingi performa dominan Michael Schumacher dan tim Ferrari. Ia lantas berhasil menang di Brazil, dalam kondisi basah setelah Juan Pablo Montoya tersingkir akibat ditabrak Jos Verstappen,[68] dan juga di Austria setelah duo Williams salah strategi.[69] Kekecewaannya memuncak pada Monaco, saat ia harus start dari grid belakang setelah mesinnya macet saat lap pemanasan, padahal sehari sebelumnya ia sukses meraih pole position, dan kemudian saat lomba berlangsung ia harus tertahan Enrique Bernoldi sepanjang hampir setengah balapan.[70][71] Di Italia, tak lama setelah Mika Hakkinen mengumumkan pengunduran dirinya, tim McLaren mengumumkan bahwa Kimi Räikkönen akan menjadi tandem Coulthard untuk musim 2002.[72] Kemudian di sisa tiga balapan akhir musim 2001, Schumi mencoba untuk menghalang-halangi Coulthard ketika berlangsungnya lomba, untuk memberikan jalan kepada Rubens Barrichello agar bisa menempati posisi kedua klasemen, tetapi Coulthard yang tetap konsisten, akhirnya berhasil menutup musim 2001 dengan meraih posisi runner-up klasemen, dengan selisih 9 angka di atas peringkat ketiga, Rubens Barrichello.[73] Pada musim 2002, Coulthard disandingkan dengan pembalap muda belia Kimi Räikkönen.[74] Namun, harapan tim untuk kembali bersinar belum terwujud. Coulthard hanya menempati tempat kelima di klasemen pembalap sementara McLaren melorot ke posisi tiga konstruktor. Meskipun begitu, ia sukses menyumbangkan kemenangan satu-satunya bagi McLaren di Grand Prix Monako,[75] di musim yang didominasi oleh Ferrari tersebut. Ia bersama Ralf Schumacher (Williams) yang menang di Malaysia, adalah dua pembalap yang sukses mengalahkan duet maut tim Ferrari (Schumi dan Rubinho) di dua dari 17 balapan yang digelar di musim tersebut.[76] Di awal musim 2003, Coulthard berhasil menjuarai putaran pembuka di Australia, tetapi posisinya berada semakin jauh dari rekan setimnya, Kimi Raikkonen yang sukses menjadi penantang serius Michael Schumacher untuk gelar juara dunia musim 2003.[77] Di akhir musim Coulthard terpaksa harus puas di tempat ketujuh klasemen pembalap, sementara Kimi mampu melejit menjadi runner-up dunia di belakang sang juara dunia, Michael Schumacher. Coulthard lantas harus menghadapi tantangan berat untuk tetap bisa bertahan di timnya pada musim 2004, karena McLaren telah memutuskan untuk merekrut Juan Pablo Montoya di 2005.[78] Setelah hanya mampu meraih 24 angka di musim 2004, dan tanpa meraih satu kemenangan pun, Coulthard akhirnya hengkang dari McLaren, dan saat itu tidak jelas ia akan berlabuh ke tim mana.[79] 2005–2008: Red Bull RacingMembangun Red BullBulan Januari 2005 datanglah malaikat penolong bagi Coulthard. Setelah sempat memikirkan untuk pensiun dari ajang F1, ia akhirnya diajak oleh tim Red Bull Racing untuk bergabung sebagai pembalap utama bersama tim yang dulunya bernama Jaguar Racing tersebut.[80] Bersama Red Bull, Coulthard seolah mendapat semangat baru. Ia nyaris mengantar Red Bull ke podium di Grand Prix Eropa, sebelum akhirnya gagal gara-gara terkena drive-trough penalty.[81] Sepanjang musim 2005, Coulthard menjadi satu-satunya penyumbang poin terbanyak bagi Red Bull. Walaupun baru satu musim bergabung bersama Red Bull, Ia serasa mendapatkan semangat dan motivasi baru, di mana manajemen Red Bull yang bercitra anak muda membuatnya kembali bergairah dalam menjalani balapan.[82] Berbeda jauh dengan semasa ia berada di McLaren yang dirasanya sangat kaku dan tidak bebas. Dua rekan setimnya saat itu yang masih muda, Christian Klien dan Vitantonio Liuzzi bahkan sering memanggil Coultahrd dengan panggilan uncle (paman).[83] Awal musim 2006, masuklah tokoh yang juga adalah teman baik Coulthard selama ia masih bergabung di McLaren yaitu insinyur aero Adrian Newey.[84] Newey mengaku ia berani menerima tawaran dari Red Bull adalah berkat desakan dari Coulthard, selain alasan gaji yang lebih besar ketimbang di McLaren. Kemudian setelah Newey, Coulthard juga berhasil meyakinkan Peter Prodromou yang juga merupakan salah satu insinyur aero McLaren untuk pindah ke tim Red Bull. Coulthard lantas mempersembahkan podium pertama untuk Red Bull di Grand Prix Monako dengan finis di urutan ketiga di belakang Fernando Alonso dan Juan Pablo Montoya.[85] Pada musim 2007, Coulthard mendapat rekan setim baru, Mark Webber.[86] Meskipun Webber sukses meraih podium untuk Red Bull di Grand Prix Eropa, tetapi tidak bisa dimungkiri bahwa penampilan Coulthard lebih konsisten ketimbang Webber di musim 2007 tersebut. Coulthard meraih poin perdananya di musim 2007 dengan finis kelima di Grand Prix Spanyol.[87] Di akhir musim ia menduduki posisi 10 klasemen pembalap dengan 14 poin dan unggul empat angka atas Webber yang menduduki posisi 12 klasemen dengan duet pembalap ini yang berhasil membantu Red Bull duduk di posisi kelima klasemen konstruktor. Pada bulan Juli, manajemen Red Bull mengumumkan bahwa Coulthard akan tetap membalap bersama mereka untuk musim 2008.[88] Akhir karier di Formula SatuCoulthard mengawali musim 2008 dengan sedikit berat. Di Australia ia bertabrakan dengan Felipe Massa.[89] Kemudian di Malaysia, suspensi mobilnya jebol dan memupus harapannya untuk meraih poin.[90] Sampai lomba di Monako, Coulthard belum meraih satu poin pun. Namun, dengan kejadian unik yang terjadi di Grand Prix Kanada, Coulthard akhirnya mampu meraih poin dan bukan cuma poin, sebab ia mampu finish podium di balapan yang penuh drama tersebut.[91] Hari Jumat sebelum berlangsungnya Grand Prix Prancis, Coulthard mengumumkan bahwa ia akan pensiun di akhir musim.[92] Posisinya di tim Red Bull akan digantikan oleh pembalap Jerman, Sebastian Vettel. Sebagai kenang-kenangan untuk dirinya, tim Red Bull lantas memberikannya sebuah sasis RB4.[93] Sementara bekas tim Coulthard terdahulu, McLaren, juga memberikan sebuah hadiah, yaitu ujicoba mobil McLaren two seat dengan Coulthard yang diperbolehkan membawa tiga tamu ke markas McLaren di Woking.[94] Yang beruntung diajak oleh Coulthard adalah pacarnya sendiri, Karen Minier, mantan bos teknik McLaren, Adrian Newey, dan bos RBR, Christian Horner.[94] Di Grand Prix Inggris terakhirnya, Coulthard harus pulang dengan tangan hampa setelah terlibat insiden dengan penggantinya di Red Bull, Sebastian Vettel. Sepanjang 2008 Coulthard hanya mampu mencetak dua kali finish dengan angka. Selain di Kanada ia finish dengan poin di Singapura saat berada di posisi tujuh. Total Coulthard hanya mampu meraup 8 poin saja. Balapan terakhirnya di F1, yaitu di Grand Prix Brasil harus berakhir dengan kekecewaan setelah ia terlibat insiden di tikungan pertama. Total kemenangan Coulthard selama berada di F1 adalah 13 kemenangan, dengan dua kali kemenangan di GP Inggris (1999-2000) dan Monaco (2000, 2002).[95] Dan sebagai wujud penghargaan kepada Coulthard, sebuah museum khusus didirikan di kampung halamannya di Tywnholm, Skotlandia. Museum ini berisi pernak-pernik dan memorabilia Coulthard selama berkarier di ajang balap.[96] Karier selanjutnyaRace of ChampionsPada tanggal 4 Desember 2004, Coulthard berpartisipasi dalam acara tahunan Race of Champions pertamanya mewakili Inggris Raya bersama dengan juara dunia WRC tahun 1995 Colin McRae.[97] Coulthard tersingkir di perempatfinal grup balap setelah terkena hukuman penalti waktu dan kemudian dikalahkan oleh Heikki Kovalainen dari tim Finlandia. Coulthard dan McRae kembali terpilih untuk berkompetisi pada tahun 2005, saat acara digelar di Stade de France.[98] Coulthard tersingkir di babak 16 besar oleh Tom Kristensen dan Inggris dikalahkan oleh Prancis di semifinal kategori Nations Cup. Pada tahun 2006, Coulthard tersingkir di perempat final oleh Yvan Muller.[99] Untuk tahun 2007, Alister McRae bermitra dengan Coulthard setelah Colin McRae meninggal akibat kecelakaan helikopter.[100] Untuk tahun kedua berturut-turut, Coulthard tersingkir di perempat final kali ini oleh Sébastien Bourdais. Pada tanggal 30 Oktober 2008, Coulthard diumumkan sebagai salah satu penantang dalam acara edisi 2008 untuk mewakili kontingen Formula Satu yang diadakan di Stadion Wembley pada tanggal 14 Desember.[101] Ia mencapai final untuk kategori Drivers Cup sebelum kalah juara WRC Sébastien Loeb.[102] Pada tahun 2009, Coulthard berpacu untuk tim All-Stars bersama Giniel de Villiers.[103] Pasangan ini tersingkir di Grup B Nations Cup dan Coulthard dikalahkan di perempat final acara Worlds Final oleh Sebastian Vettel.[104] Coulthard tidak berpartisipasi pada acara edisi tahun 2010 dan digantikan oleh pembalap BTCC Jason Plato.[105] Coulthard kembali untuk tahun 2011 dengan bergabung dengan tim All-Stars bersama Filipe Albuquerque. Pasangan All-Stars tersingkir di babak grup dengan Coulthard yang tersingkir di perempat final Drivers Cup oleh Martin Tomczyk. Pada tahun 2012, Coulthard kembali berpartisipasi di Race of Champions dan kembali berkompetisi untuk Inggris Raya, bermitra dengan Andy Priaulx.[106] Pasangan tersebut tersingkir di babak grup, dengan Coulthard tersingkir pada semifinal oleh Tom Kristensen di Drivers Cup.[107] Untuk 2013, Coulthard direncanakan akan berpasangan dengan pembalap wanita Susie Wolff yang juga mencatatkan diri sebagai peserta wanita pertama dalam Race of Champions.[108] Namun, dua minggu sebelum acara tersebut yang dijadwalkan berlangsung di Bangkok, pihak penyelenggara yaitu Sports Authority of Thailand dan manajemen Race of Champions mengumumkan bahwa acara tersebut akan dibatalkan karena kerusuhan politik di Thailand.[109] Untuk 2014, Coulthard yang berpasangan dengan Wolff sukses masuk ke babak final Nations Cup sebelum kemudian kalah dari tim Nordic yang diisi oleh Tom Kristensen dan Petter Solberg. Coulthard kemudian sukses memenangkan Drivers Cup setelah mengalahkan Pascal Wehrlein di final.[110] Konsultan Red BullSetelah pensiun dari karier membalap F1 bersama Red Bull Racing, Coulthard masih tetap bertahan di tim tersebut dengan peran sebagai konsultan.[111] Ia juga menjadi semacam pembalap tes khusus yang kerap kali melakukan demo pameran mobil F1 dalam beberapa acara khusus baik yang diadakan oleh manajemen Red Bull ataupun yang diadakan oleh pihak Formula Satu secara resmi.[112] Coulthard juga menjadi duta untuk yayasan Wings For Life yang didirikan Red Bull yang bergerak di bidang amal untuk para penderita cedera tulang belakang.[113] JurnalismePada tanggal 25 November 2008, diumumkan bahwa Coulthard akan bergabung dengan BBC sebagai analis mendampingi Jake Humphrey dan Eddie Jordan untuk peliputan siaran langsung F1.[114] Dengan komentator Jonathan Legard yang hengkang pada akhir tahun 2010, Coulthard diumumkan sebagai rekan komentator mendampingi Martin Brundle, setelah menjalani tes layar yang sukses.[115] Ia juga menulis kolom reguler untuk The Daily Telegraph dan BBC Sport.[116] Pada tahun 2016, Coulthard meninggalkan BBC untuk bergabung dengan Channel 4 setelah BBC memilih mengakhiri kontrak penyiaran F1, dengan Channel 4 ia akan terus menjadi komentator dan sesekali pembawa acara untuk siaran langsung maupun highlights.[117] Coulthard memiliki rumah produksi Whisper Films bersama pembawa acara Jake Humphrey, rumah produksi ini lantas dipilih oleh Channel 4 untuk memproduksi paket acara liputan 10 lomba yang hak siarnya dimiliki oleh mereka.[118] Coulthard ditawari peran pembawa acara Top Gear bersama Eddie Jordan. Ia kemudian menolak tawaran tersebut karena menilai "Channel 4 menarik presenter yang buta".[119] Coulthard juga mempresentasikan liputan untuk Channel 4 dari acara Race of Champions 2017.[120] Untuk ePrix Mexico City 2017 Coulthard membuat penampilan tamu sebagai analis untuk saluran Channel 5.[121] Balap DTMPada tanggal 4 April 2010, Coulthard mengumumkan ia akan membali membalap dengan kontrak balapan di ajang DTM untuk tim Mücke Motorsport dan akan berpasangan dengan Maro Engel.[122] Coulthard memulai musim dengan menyelesaikan dua balapan pertama dan tersingkir akibat tabrakan di Lausitz. Ia lantas berhasil mengamankan posisi finis di lima lomba berikutnya, meski ia tidak mencetak poin dalam balapan-balapan tersebut. Coulthard kemudian tersingkir pada lap pertama balapan lomba di Hockenheimring saat ia terlibat dalam tabrakan multi-mobil.[123] Coulthard menutup musim dengan finis kedelapan di Shanghai.[124] Secara keseluruhan ia berada di posisi 16 klasemen pembalap dengan satu poin dan tim Mücke finis kedelapan di klasemen.[125] Pada tanggal 6 April 2011, diumumkan bahwa Coulthard akan bertahan bersama tim Mücke dan sekali lagi akan berpasangan dengan Engel. Coulthard menyatakan perjalanannya di musim 2010 adalah "masa magang" dan berjanji pada tahun 2011 bahwa ia akan menjadi lebih kompetitif.[126] Coulthard memulai musimnya dengan finis di empat balapan pertama meski berada di luar posisi poin. Ia sukses mengamankan satu-satunya poin tahun ini pada balapan kelima musim di Norisring, di mana ia finis di urutan kedelapan.[127] Selanjutnya di sisa musim ini Coulthard sukses menyelesaikan setiap balapan, meskipun ia didiskualifikasi dari balapan di Ricardo Tormo karena sayap belakang mobilnya ditemukan tidak terpasang dengan benar saat sesi kualifikasi.[128] Untuk tahun kedua berturut-turut, ia kembali berada di posisi 16 klasemen pembalap dengan satu poin dan tim Mücke finis kedelapan di klasemen.[129] Pada tanggal 29 Februari 2012, diumumkan bahwa Coulthard sekali lagi bertahan bersama Mücke dan akan dipasangkan dengan pembalap baru Robert Wickens.[130] Coulthard finis di posisi ke 8 di lomba pembuka musim yang digelar di Hockenheimring. Ia tidak mencetak poin dalam tiga balapan berikutnya, termasuk tersingkir dari lomba di Red Bull Ring.[131] Ia pulih dari sini untuk menempati posisi kelima di lomba berikutnya di Norisring.[132] Sebelum balapan terakhir di Hockenheim, Coulthard mengumumkan pengunduran dirinya dari balap mobil dengan alasan untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarganya dan berkonsentrasi pada peran bersama rekannya dengan BBC serta mengelola bisnis off-tracknya.[133] Secara keseluruhan, Coulthard memastikan posisi kelima belas di klasemen pembalap dengan 14 poin dan Mücke meraih posisi kesepuluh di klasemen tim.[134] Konsultan W SeriesPada bulan Januari 2019, Coulthard ditunjuk menjadi konsultan sekaligus duta untuk ajang balap khusus wanita W Series.[135] Ia juga ditunjuk menjadi salah satu komentator untuk siaran balapan tersebut di Channel 4 Inggris.[136] Gaya membalapSelama aktif membalap, Coulthard dikenal memiliki gaya mengemudi yang mulus dan halus. Gaya ini membuatnya bisa tampil di sirkuit yang memiliki konfigurasi chicane biasa. Namun, ini juga berarti bahwa ia tidak cocok dengan konfigurasi sirkuit modern di mana sebagian besar sudut tikungan diambil dengan kecepatan sedang.[137] Selama kariernya di Formula Ford, Coulthard mendapatkan reputasi sebagai pembalap yang tampil lebih baik di balapan daripada pada sesi kualifikasi. Masalahnya menjadi sangat umum selama musim F1 2003, ketika sistem kualifikasi satu lap diperkenalkan dalam rangka agar tim yang lebih kecil untuk memperoleh lebih banyak eksposur televisi.[138] Coulthard menjadi pemain vokal yang terbuka dalam format, dengan mengatakan: "Saya hanya tidak menyukai format kualifikasi satu putaran dan saya rasa tidak tepat bila satu putaran bisa dijadikan penilaian apakah Anda cepat atau tidak."[139] Desain helmDesain dasar helm Coulthard berwarna biru dan terdiri dari strip putih di bagian atas yang menyerupai bendera Skotlandia dan keempat garisnya memanjang lurus dari atas ke bagian dagu.[140] Coulthard meminjam helm milik Michael Schumacher untuk lomba GP Monaco 1996 karena helmnya yang biasa ia pakai mengalami masalah dengan pengembunan selama akhir pekan lomba.[141] Saat Schumi memutuskan pensiun untuk kali pertama di akhir 2006, ia meminta kepada Coulthard untuk bersedia saling tukar helm yang kemudian disetujui oleh Coulthard.[142] Pada GP Jepang di Sirkuit Fuji, Coulthard mendengar bahwa salah satu sahabatnya, Colin McRae tewas dalam sebuah kecelakaan helikopter.[143] Untuk mengenang dan menghormati McRae, ia kemudian mendesain sebuah helm khusus dengan corak yang sama persis dengan helm yang dipakai McRae di ajang WRC. Helm itu kemudian ia gunakan di GP Jepang, dan sesudahnya dikabarkan helm itu ia serahkan kepada keluarga McRae sebagai barang kenang-kenangan terakhir dari dirinya untuk Colin McRae.[144] StatistikMusim ke musim
Hasil Formula 3000 Internasional(kunci) (Lomba yang ditebalkan mengindikasikan pole position sementara yang dimiringkan mengindikasikan lap tercepat; angka kecil menandakan posisi saat finis)
Hasil Le Mans 24 Jam
Hasil Kejuaraan Balap Mobil Turing Britania(kunci) (Lomba yang ditebalkan mengindikasikan pole position sementara yang dimiringkan mengindikasikan lap tercepat dikelasnya; angka kecil menandakan posisi saat finis)
Hasil Deutsche Tourenwagen Masters(kunci) (Lomba yang ditebalkan mengindikasikan pole position sementara yang dimiringkan mengindikasikan lap tercepat; angka kecil menandakan posisi saat finis)
Hasil Formula SatuHasil lengkap perlombaan(kunci) (Lomba yang ditebalkan mengindikasikan pole position sementara yang dimiringkan mengindikasikan lap tercepat; angka kecil menandakan posisi saat finis) Daftar kemenangan Grand Prix
Penghargaan
ReferensiSitus web dan publikasi sejenis
Daftar pustaka
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai David Coulthard.
|