Michael Schumacher Artikel ini telah dinilai sebagai artikel pilihan pada 4 November 2008 (Pembicaraan artikel)
Michael Schumacher (/ˈʃuːmɑːkər/, pelafalan dalam bahasa Jerman: [ˈmɪçaʔeːl ˈʃuːmaxɐ] ⓘ, lahir 3 Januari 1969), akrab disapa Schumi,[a][3] adalah seorang mantan pembalap mobil profesional dari Jerman yang pernah berkarier dalam ajang Formula Satu pada musim 1991 sampai musim 2006 dan dari musim 2010 sampai musim 2012. Dalam periode tersebut, ia pernah bergabung dengan tim Jordan, Benetton, Ferrari, dan Mercedes. Selama berkarier dalam ajang F1, ia telah memenangkan 91 perlombaan Grand Prix,[b] dan tujuh kali merebut gelar Kejuaraan Dunia Pembalap, yaitu pada musim 1994, 1995, 2000, 2001, 2002, 2003, dan 2004.[c][6] Merujuk pada catatan kariernya, Schumi merupakan salah satu pembalap terbaik sepanjang masa yang pernah membalap di ajang F1.[7][8] Bersama Jimmie Johnson (NASCAR), Valentino Rossi (MotoGP) dan Sebastien Loeb (WRC), Schumi sering dianggap sebagai salah satu legenda olahraga otomotif pada awal Abad 21.[9][10] Schumi bersama adiknya (Ralf) merupakan satu-satunya pasangan kakak beradik yang sukses mencatatkan finis 1-2 pada Grand Prix Kanada 2001 dan Grand Prix Kanada 2003. Di luar lintasan balap sendiri, Schumi pernah menjadi duta untuk UNESCO dan juga duta untuk keselamatan pengemudi jalan raya. Ia juga dikenal sebagai dermawan dengan menyumbangkan uang penghasilannya untuk beberapa kegiatan amal dan kemanusiaan bagi yang membutuhkan di seluruh dunia. Namun, di balik kariernya yang cukup luar biasa, Schumi juga terlibat dalam beberapa insiden perlombaan yang kontroversial. Ia pernah dua kali terlibat dalam insiden perebutan gelar juara dunia di perlombaan penutup musim. Insiden yang pertama adalah saat melawan Damon Hill pada Grand Prix Australia 1994, sementara insiden yang kedua adalah saat melawan Jacques Villeneuve pada Grand Prix Eropa 1997 yang menyebabkan Schumi dijatuhi hukuman diskualifikasi dari kejuaraan dunia. Sampai saat ini, Schumi memegang rekor sebagai satu-satunya pembalap yang pernah terkena hukuman diskualifikasi dari klasemen kejuaraan dunia. Schumi memulai kariernya dari balap gokar sebelum naik ke ajang balap mobil kursi tunggal. Selanjutnya, ia berhasil memenangi Formula König serta Formula Tiga Jerman sebelum dikontrak oleh Mercedes-Benz untuk turun dalam ajang Kejuaraan Sportscar. Debut perlombaan F1-nya dimulai pada Grand Prix Belgia 1991 bersama tim Jordan. Ia kemudian beralih ke tim Benetton dan meraih kemenangan lomba pertamanya pada Grand Prix Belgia 1992. Schumi berhasil menjadi juara dunia di musim 1994 dan 1995 sebelum pindah ke tim Ferrari pada musim 1996. Di sana, ia mendominasi F1 selama lima tahun berturut-turut dari musim 2000 sampai musim 2004 sebelum memutuskan untuk pensiun dari F1 pada akhir musim 2006. Namun, ia tetap bertahan di tim tersebut sebagai konsultan. Pada pertengahan musim 2009, Schumi hampir saja kembali membalap di F1 bersama tim Ferrari setelah Felipe Massa mengalami kecelakaan hebat pada Grand Prix Hungaria. Namun, rencana tersebut akhirnya dibatalkan karena dokter tidak memberikan izin karena Schumi masih belum pulih dari cedera leher akibat kecelakaan saat mengikuti sebuah perlombaan balap motor. Pada musim 2010, Schumi kembali aktif membalap di F1 bersama tim Mercedes dengan kontrak berdurasi tiga musim (2010–2012). Namun, selama periode tersebut, Schumi gagal menambah jumlah kemenangan lombanya dan hanya mampu naik podium satu kali saat finis di urutan ketiga pada Grand Prix Eropa 2012. Schumi kemudian memutuskan untuk pensiun untuk kedua kalinya pada akhir musim 2012. Kehidupan awal dan pribadiMichael Schumacher lahir pada tanggal 3 Januari 1969 di Hürth, Nordrhein-Westfalen, Jerman Barat. Ia merupakan putra pertama dari pasangan Rolf Schumacher dan Elisabeth. Ayahnya, Rolf, merupakan seorang tukang batu yang sering bekerja sampingan sebagai petugas marshal di sebuah sirkuit gokar di Kerpen.[11] Dari sinilah ketertarikan Schumi terhadap dunia balap tumbuh.[12] Pada tahun 1975, lahirlah sang adik yang diberi nama Ralf Schumacher, yang kelak kemudian juga mengikuti jejak langkah Schumi sebagai pembalap.[6] Schumi bersekolah di Sekolah Dasar Gudrun-Pausewang dan Otto-Hahn-Realschule di Kerpen.[13][14] Setelah memasuki sekolah menengah, ia mulai berlatih sebagai montir mobil di Otzberg dekat Darmstadt pada tahun 1986. Ia kemudian beralih ke mantan pembalap bernama Willi Bergmeister yang memiliki dealer mobil Volkswagen dengan nama yang sama di Langenfeld pada tahun 1987 dan berhasil lulus ujian pekerja harian pada tahun 1989.[15][16] Pada waktu itu, disela-sela pekerjaannya sebagai montir, Schumi kerap membantu adiknya yang mencoba balap gokar, mulai dari menyiapkan peralatan hingga mengatur settingan mesinnya.[17] Schumi adalah seorang penyayang binatang. Ia pernah memiliki lima ekor anjing di rumahnya di Swiss.[18] Dua ekor anjing peliharaan Schumi yang sempat terkenal adalah Flo, yang merupakan anjing yang dipungut saat lomba Grand Prix Brasil 1997, dan Ed yang membuat Schumi harus berurusan dengan pihak kepolisian karena tertangkap basah sedang melampaui batas kecepatan jalan raya saat membawa anjing tersebut pulang ke rumah.[19] Selain anjing, Schumi juga sempat memelihara seekor kura-kura. Kura-kura tersebut adalah pemberian dari Mika Häkkinen, yang merupakan seorang pecinta kura-kura.[20] Oleh Schumi, kura-kura tersebut kemudian diberi logo sponsor pribadinya, Deutsche Vermogensberatung, supaya mudah ditemukan bila hilang.[21] Schumi menikah dengan Corinna pada tanggal 1 Agustus 1995. Pasangan ini dikaruniai dua anak, yaitu Gina-Maria (lahir tahun 1997) dan Mick (lahir tahun 1999).[22] Sebelumnya, Corinna adalah mantan pacar dari Heinz-Harald Frentzen.[23] Keluarga Schumi sempat menetap di Monte Carlo, Monako, sebelum pindah ke Swiss dengan alasan privasi.[24] Saat ini, Gina-Maria menjadi seorang atlet berkuda mengikuti jejak karier ibunya, sementara Mick mengikuti jejak ayahnya sebagai pembalap mobil.[22][25] Mick kemudian berhasil masuk ke ajang F1 dan memulai debutnya di musim 2021 bersama tim Haas.[26] Dalam hal musik, Schumi adalah penggemar penyanyi legendaris Frank Sinatra. Lagu favoritnya adalah My Way. Ia menganggap bahwa beberapa bait lirik dari lagu itu mempunyai pengertian yang mendalam bagi hatinya.[27] Di luar balap mobil, Schumi juga adalah seorang penggemar sepeda motor, bahkan ia lebih senang mengendarai motor saat datang dari hotel ke sirkuit.[28] Schumi tercatat dua kali masuk dalam daftar "Top 100" majalah Forbes, yaitu pada urutan ke-15 edisi Selebriti Berpengaruh pada Abad 20 (terbit pada tahun 2001)[29] dan pada urutan ke-17 "The Power of Celebrity 100" (terbit pada tahun 2005).[30] Schumi menggambarkan dirinya sebagai seorang penganut Kristen Katolik yang taat. Saat aktif membalap ia selalu mengenakan kalung salib dibalik seragam balap anti-api yang ia pakai.[31] Kegiatan bisnis dan kesponsoranSejak awal karier membalapnya, Schumi telah mempunyai beberapa sponsor pribadi. Saat membalap di Kejuaraan Sportscar, ia di dukung penuh oleh Mercedes-Benz.[32] Hal ini sempat menjadi pertimbangan bagi Ron Dennis dari tim McLaren saat akan merekrutnya di akhir musim 1995, ketika tim tersebut berkerjasama dengan pabrikan Mercedes-Benz. Namun, karena faktor nilai gaji yang terlalu mahal, Dennis akhirnya memutuskan tidak jadi merekrut Schumi.[33] Pada tahun 1996, Deutsche Vermögensberatung resmi menjadi sponsor Schumi.[34] Pada awalnya, perusahaan tersebut memajang namanya di helm dengan singkatan "DVAG". Namun, mereka kemudian memutuskan untuk menulis nama perusahaannya secara lengkap, karena khawatir adanya salah pengertian dengan sponsor Schumi sebelumnya, yaitu DEKRA.[35] Mulai musim 1998, Deutsche Vermögensberatung memindahkan logo sponsornya dari helm ke topi. Sponsor ini bertahan hingga Schumi pensiun dari ajang F1 di akhir musim 2012.[36][37] Selain Deutsche Vermögensberatung, produsen jam tangan Omega juga menjadi salah satu sponsor Schumi.[38] Omega menjadi sponsor pribadi Schumi sampai akhir tahun 2009. Sponsor lainnya yang juga menggunakan Schumi sebagai bintang iklannya adalah produsen kosmetik L'Oreal.[39] Pada bulan Juni 2003, Michael Schumacher meluncurkan kartu kredit edisi spesial dirinya yang didukung oleh Deutsche Vermogensberatung. Dengan hanya membayar iuran tetap sebesar 100 ribu Euro, para penggemar Schumi sudah bisa berbelanja menggunakan kartu kredit tersebut.[40] Inovasi ini kemudian ditiru oleh mantan pesaingnya, Jacques Villeneuve, yang meluncurkan kartu kredit serupa di kawasan Kanada pada bulan Agustus 2004.[41] Pada tahun 2004, majalah Forbes menyatakan Schumi sebagai olahragawan dengan bayaran terbesar kedua di dunia.[42] Pada tahun 2005, majalah Eurobusiness mengidentifikasikan Schumi sebagai olahragawan miliuner pertama di dunia. Pendapatannya pada tahun 2004 diperkirakan sekitar $80 juta.[43] Sebagian besar pendapatannya berasal dari iklan; Deutsche Vermögensberatung membayarnya sebesar $8 juta selama tiga tahun sejak 1999, melalui logo perusahaan yang ditempelkan di topinya yang dipakai saat sesi konferensi pers sebelum dan sesudah lomba.[36] Pada tahun 2010 saat Schumi ke ajang F1, kekayaan pribadinya diperkirakan mencapai £515 juta.[44] Pada tahun 2017, majalah Forbes menetapkan Schumi sebagai atlet dengan pendapatan karier tertinggi kelima sepanjang masa.[45] Pada bulan Desember 2007, muncul laporan bahwa Schumi berencana membangun tujuh buah gedung pencakar langit di tujuh negara berbeda. Ketujuh gedung ini dibangun untuk mengenang prestasinya sebagai juara dunia F1 tujuh kali. Gedung-gedung tersebut dinamai sebagai "Michael Schumacher World Champion Towers".[46] Selain digunakan untuk perkantoran, gedung-gedung ini juga akan dirancang sebagai apartemen mewah dan gelanggang olahraga. Gedung pertama dalam proyek ini rencananya akan dibangun di Abu Dhabi, dan nantinya akan dilanjutkan di enam negara lainnya yaitu Monako, Singapura, Turki, Jerman, Italia, dan Tiongkok.[47] Ide pembangunan gedung-gedung ini berasal dari PNYG, sebuah perusahaan properti yang dimiliki oleh Joachim Swensson, yang juga merupakan teman baik Schumi. Namun, terhitung sejak akhir tahun 2008, tidak ada berita lebih lanjut atau konfirmasi mengenai kelanjutan proyek "Michael Schumacher World Champion Towers" tersebut.[48] Schumi bersama istrinya memiliki dan menjalankan usaha bisnis peternakan kuda. Diketahui ia memiliki peternakan ini di dua lokasi yaitu di Texas, Amerika Serikat[49] dan di kediaman pribadi mereka di Swiss.[50] Kegiatan amalUntuk kegiatan amal, Schumi diangkat menjadi duta UNESCO pada tahun 1995 dan telah menyumbangkan uang sebesar €1,5 juta untuk organisasi tersebut.[51] Selain itu, ia membiayai pembangunan sekolah untuk anak-anak miskin dan perbaikan daerah di Dakar, Senegal. Ia juga mendukung pembangunan sebuah rumah sakit untuk anak-anak korban perang di Sarajevo, Bosnia, yang berspesialisasi dalam merawat orang yang diamputasi. Di Lima, Peru, ia mendanai program Palace for the Poor, sebuah panti asuhan yang bertujuan membantu anak-anak jalanan yang tunawisma mendapatkan pendidikan, pakaian, makanan, perawatan medis, dan tempat tinggal. Schumi menyatakan minatnya dalam berbagai upaya ini karena rasa kasih sayangnya kepada anak-anak dan fakta bahwa hal-hal di atas sangat jarang mendapat perhatian. Jumlah total uang yang ia sumbangkan sepanjang kariernya tidak diketahui dengan pasti, meskipun diketahui bahwa dalam empat musim terakhirnya sebagai pembalap ia telah menyumbangkan sedikitnya $50 juta.[52] Pada tahun 2008, terungkap bahwa Schumi telah menyumbangkan uang antara $5 juta dan $10 juta kepada Clinton Foundation.[53] Pada awal tahun 2005, Schumi menyumbangkan setidaknya $10 juta untuk para korban gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004. Sumbangan dari Schumi ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sumbangan dari banyak atlet, tim/klub olahraga, perusahaan-perusahaan multinasional, dan bahkan beberapa negara.[54][55] Diketahui salah satu pengawal pribadi Schumi yang bernama Burkhard Cramer bersama keluarganya termasuk dalam korban bencana alam tersebut.[56] Sejak partisipasinya dalam kampanye keselamatan jalan Eropa FIA, yang menjadi bagian dari hukumannya setelah insiden pada Grand Prix Eropa 1997, Schumi terus mendukung kampanye lainnya, seperti Make Roads Safe. Kampanye tersebut dipimpin oleh Yayasan FIA dan menyerukan negara-negara G8 dan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengakui kematian di jalan raya umum sebagai masalah kesehatan global utama.[57] Pada tahun 2008, Schumi menjadi tokoh utama kampanye iklan Bacardi untuk meningkatkan kesadaran tentang minum yang bertanggung jawab. Ia tampil dalam kampanye iklan untuk televisi, bioskop, dan media daring dengan dukungan keterlibatan konsumen, hubungan masyarakat, dan media digital di seluruh dunia.[58] Musibah ski tahun 2013Pada 29 Desember 2013, Schumi melakukan olahraga ski bersama putranya, Mick, di kawasan Alpen Prancis. Saat melintasi area yang kurang aman di antara Piste Chamoix dan Piste Maudit, Schumi terjatuh dan kepalanya mengenai batu yang menyebabkan ia mengalami cedera kepala meskipun menggunakan helm ski.[59] Menurut keterangan dari pelatih fisiknya, Schumi kemungkinan tewas jika ia tidak mengenakan helm.[60] Akibat dari kecelakaan tersebut, Schumi didiagnosis mengalami cedera otak dan berada dalam kondisi koma. Pada 7 Maret 2014, dokter yang merawat Schumi menyatakan bahwa kondisinya stabil.[61][62] Pada 4 April 2014, humas pribadi Schumi mengumumkan bahwa kliennya menunjukkan tanda kemajuan dan sedang berangsur pulih meninggalkan fase koma induksi.[63] Pada pertengahan Juni, Schumi keluar dari ruang ICU dan dipindahkan ke ruang rehabilitasi.[64] Pada 16 Juni 2014, Schumi mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran dan akhirnya keluarganya membawa pulang Schumi dari Rumah Sakit Grenoble untuk kemudian dibawa ke sebuah tempat rehabilitasi di Rumah Sakit Universitas Lausanne (CHUV) di Swiss.[65] Pada 9 September 2014, Schumi keluar dari rumah sakit dan mulai menjalani perawatan di rumahnya sendiri.[66] Dua bulan kemudian, pada saat yang dilaporkan tahun 2015, Schumi dilaporkan mengalami lumpuh dan harus menggunakan kursi roda. Ia juga tidak bisa berbicara dan mengalami gangguan ingatan. Dalam sebuah video yang dirilis pada tahun 2015, manajer Schumi, Sabine Kehm, menyatakan bahwa kondisinya mulai membaik dan menunjukkan tanda-tanda kemajuan meskipun lambat.[67] Pada bulan September 2016, Felix Damm, pengacara keluarga Schumi, menyatakan kepada pengadilan Jerman bahwa kliennya tidak bisa berjalan sebagai respons atas berita yang dibuat oleh salah satu media Jerman, yaitu Die Bunte. Media tersebut menyatakan bahwa Schumi sudah bisa berjalan lagi, meskipun tersendat-sendat.[68][69] Pada bulan Desember 2018, dilaporkan bahwa Schumi "tidak berada di tempat tidur ataupun menggunakan tabung alat bantu makan". Sejak saat itu, Schumi menjalani rehabilitasi dengan privasi yang cukup ketat di rumahnya di Swiss.[70] Pada bulan Juli 2019, mantan bos Schumi, Jean Todt, mengabarkan bahwa kondisi Schumi mengalami "peningkatan yang baik", tetapi ia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Todt juga menyatakan bahwa Schumi mampu melakukan kegiatan sederhana seperti menonton televisi.[71] Pada bulan September 2019, harian Prancis Le Parisien melaporkan bahwa Schumi dibawa ke Hôpital Européen Georges-Pompidou untuk mendapatkan pengobatan dari ahli kardiovaskuler, Philippe Menasché, yang dijuluki "pionir dalam operasi sel". Pengobatan ini melibatkan penanganan perfusi sel induk anti-inflamasi. Setelah mendapatkan perawatan ini, staf medis di rumah sakit menyatakan bahwa Schumi berada dalam kondisi "sadar seutuhnya".[72] Keluarga Schumi menjaga privasi yang ketat tentang kondisinya. Sampai tahun 2024, ia tidak pernah terlihat di tempat umum sejak kecelakaan tersebut. Pada bulan April 2023, Die Aktuelle menerbitkan apa yang diiklankan sebagai "wawancara pertama" dengan Schumi, termasuk kutipan yang diduga berasal darinya tentang kesehatan dan keluarganya. Namun, beberapa waktu kemudian terungkap bahwa wawancara tersebut adalah palsu dikarenakan telah dibuat menggunakan kecerdasan buatan generatif. Keluarga Schumi mengatakan bahwa mereka akan menggugat majalah tersebut, yang kemudian berujung dengan pemecatan editornya.[73][74] Pada bulan September 2024, Schumi dilaporkan membuat penampilan publik untuk pertama kalinya sejak kecelakaan yang dialaminya. Ada desas-desus bahwa ia hadir dalam acara pernikahan putrinya, Gina, yang digelar Spanyol.[75] Meski demikian, hal ini dipertanyakan apakah ia benar-benar hadir dalam acara tersebut atau tidak.[76] Karier awalKarting
Michael Schumacher tentang dirinya yang suka dengan kondisi lintasan balap yang basah.[77][78] Perkenalan pertama Michael Schumacher dengan kendaraan bermotor dimulai saat usianya empat tahun, ketika sang ayah memberikannya sebuah kettcar yang dimodifikasi dengan menggunakan mesin moped bertenaga 5 hp.[79] Schumi kemudian bergabung dengan klub karting Rennsportfreunde Wolfgang Graf Berghe von Trips yang bernama Go-Kart-Club Horrem e. V. (sekarang Kart-Club Kerpen-Manheim). Di klub ini, ia mulai menjajal gokar di lintasan klub yang telah berdiri sejak tahun 1964. Selain itu, sang ayah memberikan kesempatan bagi Schumi untuk rutin mengikuti program pelatihan yang diadakan oleh pengelola klub.[79] Selama menjajal ajang gokar mini, Schumi selalu berusaha memperbaiki kekurangan yang ada pada dirinya terutama dalam kondisi trek basah setelah hujan. Ia menikmati kondisi trek basah yang membuatnya bisa menyeimbangkan antara refleks tangan dengan arah kemudi kendaraan. Schumi merayakan kemenangan balap gokar pertamanya pada usia lima tahun. Setahun kemudian ia memenangkan kejuaraan klub pertama melawan beberapa anggota klub yang usianya jauh lebih tua.[77][78] Ketika klub pindah dari Kerpen-Horrem ke Kerpen-Manheim dengan sirkuit gokart Erftlandring yang baru dibangun, merupakan hal yang baik bagi keluarga Schumi bahwa pihak klub sedang mencari penjaga fasilitas dan kedua orang tua ditawari sumber pendapatan tambahan.[80] Ibunda Schumi, Elisabeth, kemudian bertugas mengurusi katering di sirkuit ini. Namun, seiring waktu berjalan, uang yang digunakan untuk mendukung hobi Schumi mulai menipis. Masalah lainnya adalah pihak otoritas otomotif Jerman hanya memberikan surat izin membalap jika seseorang sudah berusia 14 tahun.[81] Schumi pun akhirnya terpaksa memakai identitas Luksemburg di beberapa tahun awal sampai akhirnya datang pihak sponsor pertama dari penjual perlengkapan karting Gerhard Noack yang kemudian memberikannya paket peralatan lengkap sekaligus menjadikannya ikon perusahaan.[81][82] Adolf Neubert kemudian membantu Eurokarts yang diperkuat Schumi menjadi juara kedua dalam Kejuaraan Dunia Junior tahun 1985. Pada tahun 1987, Schumi juga menjadi juara nasional Jerman di kelas A/100 dan juara regional Eropa A/100 dengan Eurokart.[83] Pada ajang karting inilah ia kemudian berkenalan dan bertemu dengan calon-calon pesaingnya di F1 kelak yaitu Heinz-Harald Frentzen dan Nick Heidfeld dari Mönchengladbach serta dua pembalap Finlandia, yaitu Mika Häkkinen dan Mika Salo.[81] Formula juniorMichael Schumacher memulai karier balap kursi tunggalnya pada tahun 1987 dalam ajang Formula König.[84][85] Jürgen Dilk, yang menginvestasikan uang sebesar 16.000 DM per musim, turut membantu Schumi dalam memasuki ajang ini. Pada tahun 1988, Schumi meraih peringkat kedua dalam ajang Formula Ford dan kemudian beralih ke Formula Tiga Jerman untuk tim WTS yang dimiliki manajernya yang baru, Willi Weber. Pada saat itu, Weber sedang mencari pengganti yang cocok setelah kepergian anak didik sebelumnya, Joachim Winkelhock, yang naik kelas ke ajang F1.[86] Selama pengujian pertama di Nürburgring, Schumi menabrak tembok pembatas pada putaran kelima. Weber mengingat prestasi Schumi di Formula Ford dan memberinya kesempatan kedua. Dalam pengujian kedua, Schumi berhasil mencatat waktu yang sangat baik.[87] Weber menyadari bahwa Schumi kekurangan sponsor dan memakai uang pribadi keluarganya sendiri untuk memasuki kelas formula yang lebih tinggi. Oleh karena itu, Weber mengambil keputusan berani untuk membantu mendanai karier balap Schumi.[88] Sebagai imbalannya, Weber menerima kontrak manajemen yang mengikat Schumacher selama sepuluh tahun, termasuk bagi hasil pendapatan sebesar 20 persen dari seluruh uang hadiah yang didapatkan Schumi.[89] Weber kemudian menciptakan bon mot dari "Lotre Schumacher". Saat itu hanya satu orang yang membeli lotre tersebut, yakni Weber sendiri.[88][90] Pada tahun 1989, Schumi finis kedua dalam klasemen akhir Formula Tiga Jerman dengan jumlah poin yang sama dengan Heinz-Harald Frentzen. Karl Wendlinger tampil sebagai juara musim ajang tersebut.[91] Pada musim panas 1991, Jochen Neerpasch mengadakan kesepakatan yang memungkinkan Schumi tampil sebagai pembalap tamu dalam ajang Formula 3000 Jepang, yang pada saat itu bernama Formula Nippon.[92] Schumi turun dengan Suntory Team Le Mans yang menggunakan sasis Ralt RT23 yang ditenagai mesin Mugen MF308.[93] Schumi menjalani perlombaan yang lancar di Sugo, dengan dirinya yang berhasil finis kedua dibelakang pembalap Amerika Serikat, Ross Cheever (adik dari Eddie Cheever).[94] Schumi membuktikan fleksibilitas dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan trek baru dan asing dalam waktu singkat. Namun, baik Schumi maupun Weber tidak mengandalkan Formula 3000 sebagai langkah menengah menuju karir F1, karena sejarah menunjukkan bahwa pintu ke F1 biasanya hanya terbuka untuk dua pembalap teratas pada klasemen akhir.[95] Schumi kemudian membalap dalam satu tim dengan rekan setimnya, Johnny Herbert, dan melawan rekan-rekan pembalap masa depan seperti Ukyo Katayama, yang memenangkan Kejuaraan Formula 3000 Jepang di musim 1991, dan juga pembalap asal Irlandia Utara, Eddie Irvine.[96] Schumi sendiri menganggap lebih aman untuk mencari jalan masuk melalui grup Mercedes-Benz yang masih ragu-ragu tentang rencana masa depan mereka, sementara Weber menjajaki peluang untuk kokpit Formula 3000 Internasional untuk musim 1992.[97] Mobil sport dan mobil turingPada tahun 1990, Michael Schumacher menerima kontrak dari Mercedes Junior Team untuk mengikuti lomba ketahanan Le Mans 24 Jam melalui tim yang dikelola oleh Peter Sauber dari Swiss.[98] Schumi dipasangkan dengan dua rekan semobil yang sama-sama masih muda, yaitu Heinz-Harald Frentzen dan Karl Wendlinger. Para pembalap muda ini kemudian dibimbing oleh manajer balap Jochen Neerpasch dan mantan pembalap F1 Jochen Mass.[92] Para "senjata muda" ini kemudian mulai mempelajari mobil prototipe Le Mans yang bertenaga 920 hp dan hampir mendekati kecepatan mobil F1 saat itu.[91] Schumi, Frentzen, dan Wendlinger sudah menjadi pembalap berpengalaman dengan pengalaman balap bertahun-tahun ketika mereka kelak beralih ke F1. Hampir tidak ada perbedaan performa yang signifikan di antara ketiganya selama mereka bersama di mobil yang identik. Dalam klasemen keseluruhan Kejuaraan Dunia Sportscar musim 1990, Schumi finis kelima bersama Wendlinger, sementara dua rekan satu timnya, Jean-Louis Schlesser dan Mauro Baldi, menjadi juara dunia dengan keunggulan tipis 1,5 poin atas Jochen Mass yang berada di posisi ketiga.[99] Pada musim berikutnya, Schumi finis di urutan kesembilan sekali lagi bersama rekan setim Wendlinger. Mereka finis di belakang Schlesser dan Mass yang berada di posisi ketujuh.[100] Sejalan dengan keterlibatannya dalam mobil sport, Schumi memenangkan kejuaraan nasional Formula 3 Jerman pada tahun 1990 dan juga memenangkan perlombaan internasional Grand Prix Makau. Meskipun dalam lomba Grand Prix Makau, ia secara kontroversial bertabrakan dengan Mika Häkkinen pada heat kedua.[101][102][103] Selanjutnya, para pembalap mobil sport diizinkan untuk mengambil bagian dalam perlombaan akhir musim DTM di Hockenheimring. Sebuah kesepakatan khusus dibuat antara Mercedes, BMW, dan Audi, yang masing-masing membawa pembalap tamu untuk mendukung pembalap utama mereka untuk gelar. Schumi bertabrakan dengan pembalap BMW, Johnny Cecotto (yang saat itu memimpin klasemen), di tikungan pertama lomba.[104] Karier Formula Satu
Toto Wolff tentang sosok Michael Schumacher.[105] Jordan (1991)Michael Schumacher memulai debutnya di ajang Formula Satu bersama tim Jordan Grand Prix pada lomba Grand Prix Belgia. Saat itu, ia mengendarai mobil Jordan 191 yang bermesin Ford dengan nomor mobil #32 sebagai pengganti untuk Bertrand Gachot yang dipenjara akibat menyerang seorang pengemudi taksi di London.[106] Menariknya, Schumi pada saat itu masih berada dalam kontrak dengan tim Sauber-Mercedes untuk Kejuaraan Sportscar. Namun, ia bisa bergabung dengan tim Jordan setelah pihak Mercedes membayar £150.000 kepada Eddie Jordan agar Schumi bisa membuat debutnya di F1. Hal ini merupakan langkah awal yang menandai karier gemilang Schumi di dunia balap mobil tingkat tertinggi.[107] Sepekan sebelum perlombaan, Schumi berhasil membuat kepala perancang tim, yaitu Gary Anderson, dan manajer tim, yaitu Trevor Foster, terkesan selama sesi pengujian di Silverstone.[108] Manajer Schumi, yaitu Willi Weber, berhasil meyakinkan Eddie Jordan bahwa Schumi sudah familiar dengan Sirkuit Spa-Francorchamps, meskipun sebenarnya Schumi hanya mengetahui sirkuit tersebut sebagai seorang penonton saja. Selama akhir pekan perlombaan, rekan setimnya, yaitu Andrea de Cesaris, bermaksud untuk memperkenalkan Schumi dengan kondisi lintasan, tetapi niatnya tertahan oleh klausul kontrak. Schumi kemudian mempelajari lintasan itu sendirian dengan cara bersepeda.[109] Ia mengesankan paddock dengan berhasil mencatat posisi start ketujuh dalam sesi kualifikasi, yang sekaligus menjadi posisi grid terbaik untuk tim Jordan pada musim tersebut. Schumi juga berhasil mengalahkan rekan setimnya di dalam sesi kualifikasi. Namun, dalam perlombaan, Schumi tersingkir tidak lama setelah start karena mengalami masalah pada kopling mobilnya.[110] Benetton (1991–1995)Setelah debut yang terbilang "sukses" di Grand Prix Belgia, dan meskipun pada prinsipnya ada kesepakatan antara tim Jordan dan manajemen Mercedes mengenai status Schumi yang akan tetap membalap bersama dengan tim asal Irlandia tersebut sampai musim berakhir, secara tiba-tiba Schumi memutuskan untuk menerima tawaran dari tim Benetton untuk lomba selanjutnya di Italia. Eddie Jordan, sebagai pemilik tim Jordan, merasa kecewa dengan keputusan tersebut dan melayangkan tuntutan hukum kepada tim Benetton dan Flavio Briatore, manajer tim tersebut. Namun, upaya ini akhirnya terselesaikan melalui jalan tengah yang ditawarkan oleh Bernie Ecclestone. Ecclestone menawarkan kontrak mesin gratis dari Yamaha untuk tim Jordan mulai musim 1992 sebagai kompensasi ganti rugi terkait kontrak kerja Schumi.[107][111] 1991–1993: Musim pembelajaranDalam perlombaan pertamanya bersama tim Benetton pada Grand Prix Italia, Schumi berhasil meraih poin F1 pertamanya saat finis di posisi kelima. Ia mengungguli rekan setimnya yang merupakan mantan juara dunia tiga kali, yaitu Nelson Piquet. Ia juga berhasil meraih poin lainnya saat finis keenam masing-masing di Portugal dan Spanyol. Sementara dalam dua perlomba terakhir musim, yaitu di Jepang dan Australia, Schumi mengalami gagal finis. Secara keseluruhan, ia mengakhiri musim di posisi ke-14 klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap dengan raihan 4 poin.[112] Pada awal musim 1992, tim Sauber merencanakan debut mereka di ajang F1 dengan dukungan teknis dari Mercedes. Awalnya, mereka berencana memanfaatkan klausul dalam kontrak Schumi yang menyatakan bahwa jika Mercedes masuk ke F1, maka Schumi akan membalap untuk mereka. Namun, akhirnya disepakati bahwa Schumi tetap akan berada di tim Benetton. Peter Sauber menyatakan bahwa "[Schumi] tidak mau membalap untuk kami, jadi mengapa saya harus memaksanya?".[113] Musim 1992 didominasi oleh mobil tim Williams yang dikendarai oleh Nigel Mansell dan Riccardo Patrese. Mereka menggunakan mesin Renault yang bertenaga, girboks semi-otomatis, dan suspensi aktif untuk mengontrol ketinggian mobil saat melintas di trek. Meski mobil Benetton B192 lebih "konvensional", Schumi berhasil meraih posisi ketiga pada Grand Prix Meksiko. Selanjutnya, Schumi meraih kemenangan F1 pertamanya pada Grand Prix Belgia, di sirkuit Spa-Francorchamps yang basah.[114][115][116] Ia mengakhiri musim tersebut dengan menempati posisi ketiga di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap, mengumpulkan 53 poin, hanya tiga poin di belakang peringkat kedua Patrese, dan tiga poin di depan Ayrton Senna.[117] Pada musim 1993, tim Williams kembali tampil dominan. Tim Benetton memperkenalkan suspensi aktif dan kontrol traksi rancangan mereka sendiri, dan menjadi tim terakhir yang melakukannya.[118] Schumi berhasil meraih satu kemenangan, yaitu pada Grand Prix Portugal, setelah bersaing sengit melawan Alain Prost. Selama 16 lomba dalam musim tersebut, Schumi berhasil naik podium sebanyak 9 kali, namun tersingkir dari 7 perlombaan. Ia mengakhiri musim di posisi keempat dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap dengan 52 poin.[119] 1994–1995: Juara Dunia dua kaliSchumi berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap pertamanya pada musim 1994. Musim ini sendiri diwarnai duka dengan kematian Ayrton Senna — dengan Schumi yang menjadi saksi mata, karena pada saat insiden terjadi, ia berada tepat di belakangnya — dan meninggalnya Roland Ratzenberger selama akhir pekan lomba Grand Prix San Marino. Selain itu, tim Benetton juga menjadi subjek kecurigaan karena diduga telah melanggar peraturan teknis olahraga tersebut.[120][121] Schumi berhasil memenangkan enam dari tujuh lomba pertama dan memimpin jalannya Grand Prix Spanyol, sebelum kerusakan girboks membuatnya terjebak di gigi kelima untuk sebagian besar perlombaan. Pada akhirnya, ia mampu menyelesaikan lomba itu di posisi kedua.[122] Setelah Grand Prix San Marino, tim Benetton, Ferrari, dan McLaren diselidiki karena dicurigai melanggar larangan alat bantu elektronik yang diberlakukan oleh FIA. Tim Benetton dan McLaren pada awalnya menolak untuk menyerahkan kode sumber mereka untuk penyelidikan. Ketika mereka melakukannya, FIA menemukan fungsi tersembunyi dalam perangkat lunak yang dimiliki oleh tim Benetton dan McLaren, tetapi tidak ada bukti bahwa fungsi tersebut benar-benar digunakan dalam perlombaan. FIA selanjutnya menjatuhkan denda sebesar $100.000 karena penolakan awal mereka untuk bekerja sama. Namun, perangkat lunak milik tim McLaren, yang merupakan program girboks yang memungkinkan pemindahan gigi otomatis, dianggap legal. Sebaliknya, perangkat lunak milik tim Benetton dianggap sebagai bentuk launch control (bahasa Indonesia: kontrol peluncuran), yang memungkinkan Schumi mampu melakukan start perlombaan yang sempurna, yang secara eksplisit dilarang oleh peraturan. Namun, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa perangkat lunak ini benar-benar digunakan.[123][124] Dalam lomba Grand Prix Britania, Schumi dihukum karena menyalip Hill pada saat putaran pemanasan. Ia dan tim Benetton kemudian mengabaikan hukuman tersebut dan bendera hitam berikutnya, yang menandakan bahwa pembalap tersebut harus segera kembali ke dalam pit. Pihak pengawas lomba kemudian memberikan hukuman diskualifikasi dan larangan tampil dalam dua lomba. Tim Benetton berkilah bahwa insiden tersebut terjadi karena kesalahan komunikasi antara pengawas lomba dan tim.[125] Schumi juga didiskualifikasi setelah berhasil memenangkan Grand Prix Belgia, setelah mobilnya diketahui memiliki keausan ilegal pada lapisan papan di kolong mobil. Sejak lomba di Imola sendiri, ukuran papan di kolong mobil diatur ulang untuk membatasi downforce dan kecepatan saat menikung.[126] Tim Benetton memprotes bahwa papan itu telah rusak ketika Schumi melintir di tengah lomba, tetapi FIA menolak banding mereka karena pola keausan dan kerusakan mencolok yang terlihat pada blok tersebut.[127] Insiden ini membantu Damon Hill merapatkan jarak poin, dan Schumi memimpin klasemen sementara Kejuaraan Dunia Pembalap dengan satu poin menuju perlombaan penutup musim di Australia. Pada putaran ke-36, Schumi membentur pagar pembatas di luar lintasan pada saat sedang memimpin jalannya lomba. Hill berusaha melewatinya, tetapi saat mobil Schumi kembali ke lintasan, terjadi tabrakan di tikungan yang menyebabkan keduanya tersingkir dari lomba.[128] Akibatnya, Schumi berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap, yang sekaligus juga menjadi pembalap asal Jerman yang pertama kali meraihnya. Pengawas lomba menilainya sebagai insiden perlombaan dan tidak mengambil tindakan terhadap salah satu pembalap, tetapi opini publik terbagi atas insiden tersebut, dan Schumi pun dicela oleh media Britania.[129][130] Pada konferensi pers FIA setelah lomba, Schumi mendedikasikan gelarnya untuk mendiang Ayrton Senna.[131] Pada musim 1995, Schumi berhasil mempertahankan gelarnya bersama dengan tim Benetton, yang kini sama-sama memakai mesin Renault seperti tim Williams. Selama musim berjalan, tim Benetton memiliki tim yang lebih baik, sedangkan tim Williams memiliki mobil yang lebih unggul.[132] Schumi mengumpulkan 33 poin lebih banyak dari Hill yang berada di posisi kedua. Bersama rekan setimnya, Johnny Herbert, ia mengantarkan tim Benetton menjuarai Kejuaraan Dunia Konstruktor, mematahkan dominasi tim McLaren dan Williams. Pada usia 26 tahun dan 293 hari, Schumi mencatatkan rekor sebagai Juara Dunia dua kali termuda dalam sejarah F1 pada saat itu.[d][134] Musim ini juga dinodai oleh beberapa tabrakan antara dirinya dengan Hill, khususnya manuver menyalip oleh Hill yang membawa mereka berdua tersingkir dari Grand Prix Britania pada putaran ke-45, dan sekali lagi pada putaran ke-23 pada Grand Prix Italia. Schumi berhasil memenangkan 9 dari 17 perlombaan, dan naik ke atas podium sebanyak 11 kali. Hanya sekali saja ia meraih posisi start lebih buruk dari posisi keempat, yaitu pada Grand Prix Belgia, saat ia memulai lomba dari posisi ke-16, namun tetap berhasil memenangkan perlombaan.[135] Ferrari (1996–2009)Pada musim 1996, Schumi bergabung bersama tim Ferrari, sebuah tim yang terakhir kali memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap pada musim 1979 dan Kejuaraan Dunia Konstruktor pada tahun 1983, dengan gaji sebesar $60 juta selama dua tahun. Ia meninggalkan tim Benetton setahun sebelum kontraknya dengan tim tersebut berakhir. Ia kemudian mengutip 'kecerdikan tim dalam menanggapi aturan larangan perangkat bantu elektronik' pada musim 1994 sebagai alasannya untuk memilih keluar dari sisa masa kontraknya.[136] Setahun kemudian, Schumi berhasil membujuk dua karyawan tim Benetton, yaitu Rory Byrne (perancang mobil) dan Ross Brawn (direktur teknis), untuk mengikutinya pindah ke tim Ferrari.[137][138] Tim Ferrari sebelumnya nyaris saja berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia pada musim 1982 dan 1990. Tim tersebut mengalami penurunan yang menghancurkan pada awal dasawarsa 1990-an, sebagian karena mesin V12 yang terkenal tidak lagi kompetitif melawan V10 yang lebih kecil, lebih ringan, dan lebih hemat bahan bakar dari para pesaingnya. Berbagai pembalap, terutama Alain Prost, telah memberi label kendaraan seperti "truk", "babi", dan "menunggu kecelakaan yang pasti akan terjadi".[139] Selain itu, kinerja yang buruk dari kru pit tim Ferrari dianggap sebagai lelucon. Pada akhir musim 1995, meskipun tim telah berkembang menjadi pesaing yang solid, mereka masih tetap dianggap kalah dengan tim-tim terdepan seperti tim Benetton dan Williams. Namun, Schumi menyatakan bahwa mobil Ferrari F310 cukup baik untuk memenangkan gelar Kejuaraan Dunia.[140] Meskipun setelah itu, rekan setimnya, yaitu Eddie Irvine, memberi label mobil F310 sebagai sebuah "mobil yang mengerikan", "sampah", dan "hampir tidak dapat dikendarai", sementara perancang mobil John Barnard mengakui bahwa mobilnya "tidak terlalu bagus".[141] Selama berlangsungnya sesi pengujian musim dingin, Schumi mengendarai mobil Ferrari 412 T2 yang dipakai selama musim 1995, dan meraih waktu dua detik lebih cepat dari mantan pembalap tetap, yaitu Jean Alesi dan Gerhard Berger.[142] Schumacher, Brawn, Byrne, dan Jean Todt, telah diakui sebagai para tokoh yang mengubah tim yang sedang berjuang menjadi tim yang paling sukses dalam sejarah ajang F1.[143][144] Juara Dunia tiga kali, yaitu Jackie Stewart, percaya bahwa transformasi kebangkitan tim Ferrari adalah prestasi terbesar Schumi.[145] 1996–1999: Reformasi dan pembangunan tim
Stirling Moss menyoroti penampilan Michael Schumacher pada Grand Prix Spanyol 1996[146] Schumi finis ketiga dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap musim 1996 dan membantu tim Ferrari menempati posisi kedua dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, mengungguli tim lamanya, yaitu tim Benetton. Selama musim berjalan, mobil mengalami masalah reliabilitas yang menyebabkan Schumi gagal finis dalam 7 dari 16 perlombaan. Pada Grand Prix Prancis, Schumi berhasil meraih posisi pole, tetapi mengalami kerusakan mesin pada putaran pemanasan.[147] Ia berhasil memenangkan tiga perlombaan, yang menjadi hasil terbaik yang pernah diraih oleh tim Ferrari dalam dekade 1990-an. Kemenangan pertamanya untuk tim Ferrari dicatat pada Grand Prix Spanyol dengan penampilan yang sangat apik di lintasan sirkuit yang basah karena hujan. Setelah memimpin jalannya lomba pada putaran ke-19, ia secara konsisten melakukan putaran lebih cepat lima detik dari semua pesaingnya.[148] Pada Grand Prix Belgia, Schumi menggunakan strategi pit yang jitu untuk mengalahkan Jacques Villeneuve dari tim Williams. Schumi juga berhasil finis pertama dalam Grand Prix Italia, menyenangkan para tifosi (sebutan untuk pendukung tim Ferrari).[149] Pada musim 1997, Schumi dan Villeneuve bersaing memperebutkan gelar Kejuaraan Dunia. Villeneuve, yang mengendarai mobil Williams FW19 yang unggul, memimpin klasemen sementara Kejuaraan Dunia Pembalap pada awal musim.[150] Namun, memasuki pertengahan musim, Schumi berhasil mengambil alih posisinya setelah memenangkan lima perlombaan. Saat memasuki lomba penutup musim yang digelar di Jerez, Schumi unggul satu poin atas Villeneuve. Pada lomba tersebut, mobil Ferrari yang dikemudikan oleh Schumi mengalami kebocoran cairan pendingin dan kehilangan performa, mengindikasikan bahwa ia mungkin tidak akan bisa masuk finis.[151] Pada saat Villeneuve mendekati untuk melewati saingannya di putaran ke-48, Schumi mencoba menyingkirkannya, tetapi upayanya gagal dan malah ia sendiri tersingkir dari lomba. Villeneuve sendiri berhasil melanjutkan lomba sampai finis untuk merebut gelar Kejuaraan Dunia. Pengawas lomba pada awalnya tidak memberikan hukuman apapun kepada Schumi. Namun, dua minggu setelah perlombaan, ia akhirnya dikenai hukuman diskualifikasi dari klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap musim 1997, setelah sidang disipliner FIA menemukan bahwa "manuvernya adalah reaksi naluriah dan meskipun disengaja tidak dibuat dengan maksud jahat atau direncanakan sebelumnya, itu adalah kesalahan serius".[e][153][154] Schumi menerima keputusan tersebut dan mengaku bahwa ia telah melakukan kesalahan.[153][155] Tindakannya dikutuk secara luas di surat kabar Britania, Jerman, dan Italia.[129][155] Pada musim 1998, pembalap asal Finlandia, Mika Häkkinen, menjadi pesaing utama Schumi dalam perebutan gelar Kejuaraan Dunia. Häkkinen berhasil memenangkan dua lomba pertama di musim ini, dan memperoleh keunggulan 16 poin atas Schumi. Schumi kemudian berhasil menang di Argentina, dan dengan performa mobil Ferrari yang meningkat secara signifikan di paruh kedua musim, Schumi berhasil meraih enam kemenangan dan lima podium lainnya. Tim Ferrari finis 1–2 pada Grand Prix Prancis, yang menjadi posisi finis 1–2 yang pertama untuk tim tersebut sejak musim 1990, serta pada Grand Prix Italia, yang membuat Schumi dan Häkkinen dalam keadaan yang setara di klasemen sementara Kejuaraan Dunia Pembalap dengan 80 poin. Pada akhirnya, Häkkinen berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap setelah berhasil memenangkan dua lomba terakhir musim. Terdapat dua kontroversi selama musim tersebut berjalan. Pada Grand Prix Britania, Schumi memimpin jalannya lomba pada putaran terakhir ketika ia berbelok ke jalur pit, melewati garis start-finis, dan berhenti untuk menjalani hukuman stop-go sepuluh detik. Ia sendiri mendapatkan hukuman tersebut karena menyalip mobil Alexander Wurz selama periode safety car. Ada beberapa keraguan apakah ini dihitung sebagai menjalankan hukuman penalti atau tidak. Namun, karena ia telah melewati garis finis ketika masuk ke jalur pit, kemenangan itu diakui sebagai sah.[156] Selanjutnya, pada Grand Prix Belgia, Schumi memimpin jalannya lomba dengan selisih waktu 40 detik dalam kondisi hujan deras, tetapi secara tiba-tiba, ia bertabrakan dengan David Coulthard ketika pembalap asal Skotlandia itu melambat di garis balap dalam jarak pandang yang sangat buruk untuk memberikan jalan kepada Schumi. Mobil Ferrari-nya kehilangan satu roda, tetapi bisa kembali ke pit, meskipun terpaksa tersingkir. Schumi melompat keluar dari mobilnya dan menuju ke garasi tim McLaren dengan marah, dan menuduh bahwa Coulthard "mencoba membunuhnya". Coulthard mengakui lima tahun kemudian bahwa kecelakaan itu adalah kesalahannya.[157] Pada musim 1999, upaya Schumi untuk membantu tim Ferrari memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor berhasil. Namun, ia kehilangan kesempatan untuk memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap setelah mengalami patah kaki akibat kecelakaan dalam lomba Grand Prix Britania. Belakangan diketahui bahwa rem belakang mobilnya rusak, menyebabkannya keluar jalur dan menghantam pembatas, mengakibatkan patah kaki.[158] Ia harus absen selama 98 hari, dan selama periode tersebut, ia digantikan oleh pembalap asal Finlandia, Mika Salo. Setelah melewatkan enam perlombaan, Schumi kembali membalap pada Grand Prix Malaysia yang perdana. Ia berhasil meraih posisi pole dengan keunggulan hampir satu detik lebih cepat dari pesaingnya. Namun, saat perlombaan berlangsung, ia memilih untuk membantu rekan setimnya, yaitu Irvine, dalam perebutan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap untuk tim Ferrari.[159] Pada perlombaan terakhir musim ini, yaitu Grand Prix Jepang, Mika Häkkinen berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap untuk yang kedua kalinya secara berturut-turut.[160] 2000–2004: Era dominasiSchumi berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap untuk yang ketiga kalinya pada musim 2000, dan ini menjadi yang pertama bersama tim Ferrari, setelah pertarungan sengit sepanjang musim melawan Häkkinen. Schumi meraih tiga kemenangan pertama musim ini, dan lima dari delapan perlombaan di paruh pertama musim. Namun, di pertengahan musim, peluangnya sempat terancam dengan tiga kali gagal finis secara berturut-turut, sehingga Häkkinen berhasil mendekat di klasemen sementara Kejuaraan Dunia Pembalap. Häkkinen kemudian meraih dua kemenangan lagi, sebelum Schumi berhasil menang pada Grand Prix Italia. Setelah berhasil menyamai jumlah kemenangan (41) yang diraih oleh Senna, Schumi menangis tersedu-sedu dalam konferensi pers pasca-lomba Grand Prix Italia..[161] Pertarungan untuk gelar Kejuaraan Dunia Pembalap berlanjut hingga lomba terakhir musim ini, yaitu Grand Prix Jepang. Schumi memulai lomba tersebut dari posisi terdepan, tetapi kehilangan keunggulan dari Häkkinen di awal lomba. Namun, setelah pit stop keduanya, Schumi keluar di depan Häkkinen, dan berhasil memenangkan lomba serta gelar Kejuaraan Dunia Pembalap.[162] Meskipun Schumi berhasil memenangkan Grand Prix dua kali lebih banyak daripada Häkkinen, jurnalis BBC Sport, Andrew Benson, menyatakan bahwa "tantangan dari Mika Häkkinen dan McLaren-Mercedes jauh lebih kuat daripada yang ditunjukkan oleh statistik mentah" dan bahwa McLaren yang dirancang oleh Adrian Newey adalah "mobil tercepat di F1 untuk tahun ketiga berturut-turut". Benson juga memuji Schumi sebagai "pembalap terhebat di masanya".[163] Pada musim 2001, Schumi berhasil meraih gelar Kejuaraan Dunia Pembalap untuk yang keempat kalinya. Meskipun ada empat pembalap lain yang berhasil memenangkan lomba, namun tidak ada yang mampu menantang secara konsisten sepanjang musim untuk Kejuaraan Dunia. Schumi mencatatkan rekor sembilan kemenangan dan merebut gelar keempatnya dengan sisa empat perlombaan lagi. Ia menyelesaikan musim ini dengan meraih 123 poin, unggul 58 poin dari peringkat kedua yang dipegang oleh Coulthard. Salah satu lomba yang menjadi sorotan adalah Grand Prix Kanada. Pada lomba ini, Schumi finis kedua di belakang adik kandungnya, Ralf Schumacher, sehingga mencatat posisi finis 1-2 yang pertama bagi pasangan kakak beradik dalam sejarah ajang F1.[164] Pada Grand Prix Belgia, Schumi berhasil mencetak kemenangan yang ke-52 dalam karirnya, memecahkan rekor kemenangan karier terbanyak yang sebelumnya dipegang oleh Alain Prost.[165] Pada musim 2002, Schumi berhasil mempertahankan gelar juara dunianya. Terdapat beberapa kontroversi yang terjadi selama musim berjalan. Salah satunya adalah pada Grand Prix Austria. Dalam lomba tersebut, rekan setim Schumi, yaitu Rubens Barrichello, memimpin sejak awal, tetapi pada putaran terakhir, di bawah team order (bahasa Indonesia: perintah tim), ia melambat untuk memungkinkan Schumi memenangkan lomba.[166] Meskipun pergantian posisi tidak melanggar peraturan olahraga atau teknis yang sebenarnya, hal itu membuat marah para penggemar, dan diklaim bahwa tindakan tim tersebut menunjukkan kurangnya sportivitas dan rasa hormat kepada penonton. Banyak yang berpendapat bahwa Schumi tidak perlu "diberikan" kemenangan dalam lomba tersebut, terutama mengingat ia telah berhasil memenangkan empat dari lima Grand Prix sebelumnya, dan bahwa Barrichello telah mendominasi selama akhir pekan lomba saat itu. Pada upacara podium, Schumi mendorong Barrichello ke posisi teratas podium.[166] Atas kejadian ini, tim Ferrari dikenai denda sebesar US$1 juta.[167] Pada Grand Prix Amerika Serikat di akhir musim, Schumi memberikan Barrichello kemenangan dengan margin terdekat yang kedua dalam sejarah ajang F1, yaitu 0,011 detik, di garis finis.[168] Penjelasan Schumi bervariasi, antara ia "membalas budi" untuk Austria, atau mencoba merekayasa hasil finis, sebuah catatan yang dicemooh sebagai hampir mustahil dalam olahraga, karena perhitungan waktu dilakukan dalam seperseribu detik.[169] Setelah musim berakhir, FIA melarang "team order yang mengganggu hasil perlombaan".[170][171] Namun, larangan tersebut dicabut pada musim 2011, karena peraturan tersebut sulit untuk ditegakkan.[172] Dalam memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap, ia menyamai rekor yang dibuat oleh Juan Manuel Fangio yang berhasil meraih lima gelar Kejuaraan Dunia Pembalap. Tim Ferrari berhasil memenangkan 15 dari 17 perlombaan, dan Schumi memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap dengan enam lomba tersisa di musim ini, yang masih merupakan poin yang paling awal bagi seorang pembalap untuk dinobatkan sebagai Juara Dunia.[173] Schumi memecahkan rekornya sendiri, berbagi dengan Nigel Mansell yang meraih sembilan kemenangan lomba dalam satu musim, dengan menang 11 kali dan menyelesaikan setiap perlombaan di podium. Ia menyelesaikan musim ini dengan 144 poin, memecahkan rekor selisih 67 poin di depan peringkat kedua dan sekaligus rekan setimnya, yaitu Barrichello. Pasangan ini menyelesaikan sembilan dari 17 perlombaan di dua posisi pertama.[174] Schumi memecahkan rekor Fangio dengan memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap untuk yang keenam kalinya pada musim 2003, setelah pertarungan sengit dengan pesaing utamanya. Sebelum musim ini dimulai, FIA memperkenalkan peraturan baru dan sistem poin baru untuk membuat Kejuaraan Dunia menjadi lebih terbuka.[175] Persaingan terbesar datang dari tim McLaren-Mercedes dan Williams-BMW. Dalam lomba pertama musim di Australia, Schumi mengawali lomba dari posisi pole, tetapi ia hanya mampu finis keempat setelah mobilnya keluar jalur. Dalam dua perlombaan berikutnya, ia terlibat tabrakan dan gagal meraih poin maksimal.[176][177][178] Ia tertinggal 16 poin di belakang pembalap McLaren, yaitu Kimi Räikkönen. Schumi berhasil memenangkan Grand Prix San Marino, meskipun ibunya, yaitu Elisabeth, meninggal dunia beberapa jam sebelum lomba dimulai. Ia juga berhasil meraih kemenangan di dua lomba berikutnya.[179] Sebuah hasil yang membuatnya memperpendek selisih poin dari Räikkönen. Selain kemenangan Schumi di Kanada dan kemenangan Barrichello di Britania, pertengahan musim ini didominasi oleh pembalap Williams, yaitu Ralf Schumacher dan Juan Pablo Montoya, yang masing-masing berhasil mengeklaim dua kemenangan. Setelah Grand Prix Hungaria, Schumi memimpin atas Montoya dan Räikkönen masing-masing hanya dengan keunggulan satu dan dua poin dalam klasemen sementara saat itu. Menjelang lomba berikutnya, FIA secara resmi mengumumkan perubahan cara mengukur lebar ban. Peraturan baru ini memaksa Michelin, pemasok ban untuk tim Williams dan McLaren, untuk mendesain ulang ban mereka dengan cepat sebelum Grand Prix Italia.[180] Schumi, yang menggunakan ban Bridgestone, berhasil memenangkan dua perlombaan berikutnya. Setelah Montoya mendapatkan hukuman pada Grand Prix Amerika Serikat, hanya Schumi dan Räikkönen saja yang memiliki peluang untuk merebut gelar Kejuaraan Dunia Pembalap. Dalam lomba terakhir musim, yaitu Grand Prix Jepang, Schumi hanya membutuhkan satu poin saja, sementara Räikkönen perlu menang. Dengan menyelesaikan lomba di posisi kedelapan, Schumi meraih satu poin dan memastikan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap keenamnya, mengakhiri musim ini dengan unggul dua poin dari Räikkönen.[181] Pada musim 2004, Schumi berhasil memenangkan rekor 12 dari 13 perlombaan pertama musim ini. Ia hanya gagal finis di Monako setelah mengalami kecelakaan dengan Montoya selama periode safety car. Schumi meraih gelar Kejuaraan Dunia Pembalap ketujuhnya pada Grand Prix Belgia, meskipun finis kedua dibelakang Räikkönen dalam lomba tersebut. Ia menyelesaikan musim ini dengan rekor 148 poin, unggul 34 poin dari peringkat kedua Barrichello, dan mencetak rekor baru 13 kemenangan perlombaan dari kemungkinan 18, melampaui rekor terbaik sebelumnya dari 11 kemenangan yang ia berhasil raih pada musim 2002.[182] 2005–2006: Kemunduran dan memilih pensiunPerubahan aturan untuk musim 2005 menuntut ban agar mampu bertahan sepanjang lomba.[183] Hal ini memberikan keuntungan bagi tim yang menggunakan Michelin, dibandingkan tim seperti Ferrari yang mengandalkan ban Bridgestone.[184] Perubahan aturan tersebut adalah sebagai upaya untuk melemahkan dominasi tim Ferrari dan membuat ajang F1 kembali menjadi lebih menarik.[185] Momen yang paling menonjol di awal musim bagi Schumi adalah pertarungannya dengan pembalap Renault, Fernando Alonso, pada Grand Prix San Marino. Schumi start dari posisi ke-13 dan finis hanya 0,2 detik di belakang Alonso.[186] Setelah setengah musim berjalan, Schumi menyatakan, "Saya rasa saya tidak dapat menghitung diri saya lagi dalam pertempuran ini. Karena saat ini saya seperti mencoba bertarung dengan senjata tumpul. Jika senjata Anda lemah, Anda tidak memiliki kesempatan".[187] Satu-satunya kemenangan Schumi pada musim ini datang pada Grand Prix Amerika Serikat. Sebelum lomba ini digelar, ban Michelin ditemukan memiliki masalah keamanan yang signifikan. Ketika tidak ada kompromi antara tim dan FIA yang dapat dicapai, semua tim yang memakai ban Michelin memilih mundur setelah putaran pemanasan, yang menyisakan enam mobil pemakai ban Bridgestone yang tetap berlomba.[188] Schumi tersingkir dalam 6 dari 19 perlombaan, dan menyelesaikan musim ini di urutan ketiga dengan 62 poin, kurang dari setengah poin yang diraih oleh Alonso sebagai Juara Dunia Pembalap musim tersebut.[189] Musim 2006 menjadi musim terakhir bagi karier Schumi di tim Ferrari. Setelah tiga lomba berlalu, ia hanya berhasil mengumpulkan 11 poin dan tertinggal 17 poin dari Alonso. Namun, Schumi berhasil memenangkan dua perlombaan berikutnya, termasuk posisi pole yang ke-66 di San Marino, yang memecahkan rekor Ayrton Senna yang telah bertahan selama 12 tahun.[190] Pada Grand Prix Monako, Schumi dilucuti dari posisi terdepan dan dipaksa memulai lomba dari grid belakang. Ini terjadi karena ia dihukum setelah diketahui sengaja menghentikan mobilnya dan memblokir sebagian sirkuit saat Alonso sedang mencatatkan putaran tercepat saat kualifikasi berlangsung. Meskipun menghadapi hambatan tersebut, Schumi berhasil naik dan finis di posisi kelima di sirkuit Monako yang terkenal sempit. Saat Grand Prix Kanada, yang merupakan lomba kesembilan dalam musim ini, Schumi tertinggal 25 poin dari Alonso. Namun, ia kemudian berhasil memenangkan tiga lomba berikutnya, mengurangi ketertinggalannya menjadi 11 poin. Setelah kemenangan lebih lanjut di Italia dan Tiongkok, Schumi memimpin klasemen sementara Kejuaraan Dunia Pembalap untuk pertama kalinya pada musim ini.[191] Setelah kemenangan di Italia, tim Ferrari merilis siaran pers yang menyatakan bahwa Schumi akan pensiun dari ajang F1 pada akhir musim 2006, tetapi ia akan tetap bekerja sebagai konsultan untuk tim tersebut.[192] Respons penuh kasih sayang ditunjukkan oleh tifosi dan pers Italia setelah ia mengumumkan pengunduran dirinya, meskipun sebelumnya mereka tidak selalu menerima persona publik Schumi yang relatif dingin.[193] Schumi memimpin jalannya Grand Prix Jepang. Namun, di sisa 16 putaran terakhir, mobilnya mengalami kerusakan mesin untuk pertama kalinya sejak Grand Prix Prancis 2000, sehingga Alonso berhasil menang dan kembali memimpin klasemen.[194] Pada acara pra-lomba sebelum Grand Prix Brasil, mantan pemain sepak bola, Pelé, memberikan trofi khusus kepada Schumi sebagai penghargaan atas prestasinya selama berkarier di dalam ajang F1.[195][196] Masalah tekanan bahan bakar pada mobil membuat Schumi gagal menyelesaikan putaran dalam sesi Q3 kualifikasi, dan memaksanya untuk memulai lomba dari posisi kesepuluh.[197] Pada awal perlombaan, Schumi berhasil naik ke posisi keenam, tetapi mengalami pecah ban akibat insiden dengan sayap depan mobil Renault yang dikendarai oleh Giancarlo Fisichella.[198] Schumi jatuh ke posisi ke-19, dengan selisih waktu 70 detik dari rekan setimnya dan pemimpin perlombaan, Felipe Massa. Namun, Schumi tidak menyerah. Ia bangkit dan menyusul Fisichella dan Räikkönen untuk akhirnya mengamankan posisi keempat. Penampilannya diklasifikasikan dalam pers sebagai "heroik",[199] sebuah "dorongan yang benar-benar menakjubkan",[200] dan "pertunjukan yang... menyimpulkan kariernya".[201] 2007–2009: Duta FerrariSelama musim 2007 berjalan, Schumi berperan sebagai penasihat untuk tim Ferrari dan menjabat sebagai 'asisten super' untuk mendampingi pimpinan tim, Jean Todt.[202] Selain itu, ia membantu tim Ferrari dengan program pengembangan mereka di sirkuit Jerez, dengan fokus pada pengujian elektronik dan ban untuk musim 2008.[203] Pada Grand Prix Hungaria 2009, pembalap Ferrari asal Brasil, Felipe Massa, mengalami cedera serius akibat terkena pegas suspensi saat sesi kualifikasi. Sebagai tanggapan atas cedera Massa, tim Ferrari mengumumkan rencananya untuk menurunkan Schumi pada Grand Prix Eropa dan lomba-lomba berikutnya, sampai Massa pulih dan siap untuk membalap kembali.[204] Schumi pun menguji mobil Ferrari F2007 yang sudah disesuaikan sedemikian rupa untuk mempersiapkan diri karena ia tidak dapat menguji mobil yang turun pada musim 2009 karena adanya pembatasan pengujian.[205] Tim Ferrari pada awalnya sempat mengajukan izin supaya Schumi bisa menguji mobil musim 2009. Beberapa tim, termasuk Williams, Red Bull, dan Toro Rosso, menentang pengujian ini.[206][207] Pada akhirnya, rencana Schumi untuk kembali membalap terpaksa dibatalkan karena ia mengalami cedera leher yang parah dalam kecelakaan sepeda motor yang menimpanya pada awal tahun.[208][209] Sebagai pengganti sementara Massa, tim Ferrari akhirnya memilih Luca Badoer dan selanjutnya oleh Giancarlo Fisichella.[210] Mercedes (2010–2012)
Prinsipal tim Mercedes Toto Wolff, tentang pengaruh Michael Schumacher pada tim Mercedes.[211] Pada bulan Desember 2009, Schumi mengumumkan kembali akan membalap dalam ajang F1 untuk musim 2010 bersama dengan sesama pembalap asal Jerman, yaitu Nico Rosberg, di tim baru Mercedes GP.[212] Pabrikan asal Jerman ini kembali berpartisipasi dalam ajang F1 sebagai sebuah konstruktor untuk pertama kalinya sejak musim 1955. Schumi menyatakan bahwa persiapannya untuk menggantikan posisi Massa yang cedera telah memicu minat baru untuk kembali lagi ke dalam arena F1, yang dikombinasikan dengan kesempatan untuk memenuhi ambisi lamanya untuk membalap. Di tim ini, Schumi bekerjasama kembali dengan Ross Brawn yang pernah bekerja dengannya di tim Ferrari.[213] Schumi menandatangani kontrak berdurasi tiga tahun, yang dilaporkan bernilai £20 juta. Pada tahun 2010, ia berusia 41 tahun, dan prospeknya bersama dengan tim Mercedes dibandingkan dengan Juan Manuel Fangio, juara dunia Formula Satu tertua yang berusia 46 tahun pada saat memenangkan gelar juara dunia kelimanya.[212] 2010: Membalap kembaliSchumi finis di urutan keenam pada lomba pembuka musim di Bahrain. Ia selanjutnya finis di belakang rekan setimnya, yaitu Rosberg, dalam masing-masing empat sesi kualifikasi dan perlombaan. Mantan pembalap Stirling Moss menyatakan bahwa mungkin "era Schumi sudah lewat".[214] Beberapa mantan pembalap F1 lainnya berpikir sebaliknya, termasuk mantan saingannya, yaitu Damon Hill, yang memperingatkan bahwa "Anda tidak boleh meremehkan sosok Schumi".[215] Situs GrandPrix.com mengidentifikasi understeer yang melekat pada mobil Mercedes, diperparah oleh ban depan yang sempit diperkenalkan untuk musim 2010, sebagai kontribusi terhadap kesulitan Schumi.[216] Jenson Button kemudian mengeklaim bahwa mobil Mercedes dirancang untuknya, karena ia awalnya membalap untuk tim, dan bahwa gaya membalap mereka yang berbeda mungkin telah menyebabkan kesulitan bagi Schumi.[217] Tim Mercedes meningkatkan mobil mereka untuk Grand Prix Spanyol, sehingga Schumi berhasil finis di urutan keempat. Pada Grand Prix Monako, Schumi finis di urutan keenam setelah melewati pembalap Ferrari, yaitu Fernando Alonso, di tikungan terakhir sebelum garis finis, ketika safety car kembali lagi ke dalam pit. Tim Mercedes berpendapat bahwa "kombinasi dari pesan pengawas lomba mengenai 'Safety Car yang masuk ke pit pada putaran' dan status lintasan yang menunjukkan pesan Track Clear disertai bendera dan lampu hijau yang ditunjukkan oleh tim marshal setelah mobil-mobil melewati garis safety car menunjukkan bahwa perlombaan tidak selesai di bawah safety car dan semua pembalap bebas untuk berlomba".[218] Namun, penyelidikan FIA menemukan bahwa Schumi bersalah karena melanggar peraturan mengenai safety car, dan memberikannya hukuman waktu 20 detik, sehingga membuatnya diklasifikasikan finis di urutan ke-12.[219] Pada Grand Prix Turki, Schumi memulai lomba dari posisi kelima dan berhasil finis di posisi keempat. Ini menjadi hasil terbaiknya sejak ia kembali aktif membalap. Pada Grand Prix Eropa di Valencia, Schumi finis di urutan ke-15 dan menjadikannya catatan finis terendah dalam kariernya.[220] Di Hungaria, Rubens Barrichello mencoba untuk melewati Schumi di bagian dalam lintasan lurus garis start-finis. Schumi menutup garis dalam untuk memaksa Barrichello keluar, tetapi Barrichello bertahan di dalam dengan kecepatan 180 mph (290 km/h), meskipun sangat dekat dengan tembok beton pembatas dan Schumi hanya memberikan beberapa inci ruang aman saja.[221][222] Schumi dinyatakan bersalah karena aksi membalap berbahaya, dan dihukum dengan turun 10 posisi grid untuk lomba berikutnya, Grand Prix Belgia. Di Belgia, Ia finis di posisi ke-7 meskipun memulai perlombaan dari posisi start ke-21 setelah menerima hukuman gridnya. Pada perlombaan terakhir musim ini di Abu Dhabi, Schumi mengalami kecelakaan besar di putaran pertama, ketika mobil Vitantonio Liuzzi bertabrakan dengan mobilnya dan nyaris saja bagian bawah mobil Liuzzi mengenai kepala Schumi.[223][224] Schumi menyelesaikan musim ini di posisi kesembilan dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap dengan 72 poin. Untuk pertama kalinya sejak musim 1991, Schumi menyelesaikan satu tahun tanpa kemenangan, posisi pole, podium, atau putaran tercepat.[225] 2011: Musim yang sulitSchumi merasa optimis saat menatap musim 2011, meskipun hasil pada musim sebelumnya tidak sesuai dengan harapannya.[226] Namun, hasil di lapangan memberikan cerita yang berbeda dengan Mercedes yang masih belum mampu memberikannya mobil yang cukup kompetitif, yang membuatnya tidak bisa tampil maksimal.[227] Pada lomba pembuka musim di Australia, Schumi terlibat insiden dengan Jaime Alguersuari selepas start. Dampak dari insiden ini, mobilnya mengalami kerusakan dan hanya mampu bertahan selama 19 putaran saja.[228] Selanjutnya, Schumi berhasil meraih poin perdananya di musim ini saat finis kesembilan di Malaysia. Ia meraih poin lainnya saat finis kedelapan di Tiongkok dan keenam di Spanyol. Schumi menjalani lomba yang buruk di Monako saat menyeruduk bagian belakang mobil Lewis Hamilton selepas start yang membuat sayap depannya rusak. Selanjutnya, ia terpaksa gagal finis setelah mobilnya mengalami kebakaran di bagian kotak saluran udara pada putaran ke-34.[229] Penampilan terbaik Schumi diraih pada Grand Prix Kanada saat finis di posisi keempat. Sebelumnya ia sempat berada di posisi kedua selama 19 putaran setelah menyalip Kamui Kobayashi dan Felipe Massa dalam lomba yang diguyur hujan tersebut.[230] Pada Grand Prix Belgia, Schumi merayakan 20 tahun keikutsertaannya dalam ajang balap F1.[231] Pada sesi kualifikasi, ia tidak dapat mencatatkan waktu karena mengalami insiden dan terpaksa harus memulai lomba dari posisi ke-24. Posisi ini merupakan posisi grid paling buruk yang pernah Schumi raih sepanjang kariernya.[232] Saat lomba berjalan, ia mampu bangkit untuk mengejar ketertinggalannya dan finis kelima.[233] Pada lomba di Italia, Schumi mampu menahan laju Hamilton selama 30 putaran sebelum menjalani pitstop. Ia kemudian finis kelima dalam perlombaan tersebut.[234] Pada Grand Prix Jepang, Schumi sempat memimpin jalannya perlombaan selama tiga putaran, yang menandai pertama kalinya ia memimpin jalannya sebuah perlombaan F1 sejak terakhir kali pada musim 2006. Dengan pencapaian tersebut, ia menjadi pembalap tertua yang memimpin jalannya sebuah perlombaan F1 sejak Jack Brabham pada musim 1970.[235] Selanjutnya, dalam tiga perlombaan tersisa di akhir musim, Schumi hanya mampu meraih 16 poin sebagai hasil dari kelima di India dan ketujuh di Abu Dhabi. Ia menutup musim dengan finis ke-15 di Brasil. Secara keseluruhan, Schumi menyelesaikan musim 2011 dengan berada di posisi kedelapan dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap, dengan total 76 poin.[236] 2012: Perjuangan terakhir dan pensiun lagiSchumi kembali bermitra dengan Rosberg di tim Mercedes untuk musim 2012.[237] Ia tersingkir dari lomba pembuka musim di Australia, dan mencetak satu poin dalam lomba kedua di Malaysia.[238] Di Tiongkok, Schumi memulai lomba dari barisan depan, tetapi lajunya terhenti karena roda mobilnya longgar akibat kesalahan mekanik saat pit stop.[239] Setelah menyebabkan tabrakan dengan Bruno Senna di Spanyol, Schumi menerima hukuman turun lima posisi grid untuk Grand Prix Monako. Meskipun berhasil mencatatkan waktu tercepat di sesi kualifikasi di Monako, ia harus start dari posisi keenam karena hukuman tersebut.[240] Saat lomba berjalan, ia tersingkir setelah sempat menempati posisi ketujuh.[241] Namun, Schumi berhasil finis di posisi ketiga dalam Grand Prix Eropa, meraih satu-satunya podiumnya sejak kembali ke ajang F1. Pada usia 43 tahun dan 173 hari, ia menjadi pembalap tertua yang berhasil meraih podium sejak Jack Brabham finis di posisi kedua di Grand Prix Britania 1970.[242] Di Jerman, Schumi mencetak putaran tercepat untuk ke-77 kalinya dalam kariernya. Di Belgia, ia menjadi pembalap kedua dalam sejarah yang mencatatkan 300 start dalam Grand Prix.[243] Keragu-raguan Schumi mengenai rencana masa depannya membuat posisinya digantikan oleh Lewis Hamilton untuk musim 2013.[244] Pada tanggal 4 Oktober 2012, Schumi mengumumkan pengunduran dirinya dari ajang F1 untuk yang kedua kalinya.[245] Mengenai keputusannya untuk pensiun penuh, ia menyatakan bahwa: "Ada saat-saat bagi saya dalam beberapa bulan terakhir untuk memutuskan bahwa saya tidak ingin lagi berurusan dengan Formula Satu atau bersiap untuk Grand Prix berikutnya".[246] Ia mengakhiri musim ini dengan finis di posisi ketujuh di Grand Prix Brasil. Dalam klasemen akhir musim, Schumi menempati posisi ke-13 dengan total 49 poin.[247] Gaya mengemudi dan strategi membalapBanyak yang telah ditulis tentang gaya mengemudi dan strategi yang digunakan oleh Michael Schumacher sepanjang kariernya di ajang F1.[248] Para penulis kebanyakan merujuk pada pernyataan mantan rekan setimnya atau insinyur tim yang pernah bekerja bersama Schumi. Namun, Schumi sendiri tidak pernah secara langsung mengomentari hal ini. Ia hanya menjelaskan dalam sesi wawancara bahwa dirinya sering memperhatikan beberapa rekan pembalap yang mungkin tidak termasuk dalam jajaran pembalap top, tetapi mampu memperlihatkan keterampilan yang sangat baik di beberapa bagian tikungan tertentu di sebuah sirkuit. Contohnya seperti Ukyo Katayama atau Pedro Diniz di musim 1996.[249] Pada akhir musim 1994, setelah Schumi tampil sebagai juara dunia, dua rekan setimnya saat itu, yaitu Jos Verstappen dan JJ Lehto, mengeklaim bahwa mereka menghadapi kesulitan saat membalap jika mobil mereka disetel mengikuti gaya membalap Schumi karena mobilnya cenderung oversteer.[250] Verstappen menggambarkan mobil Benetton B194 sebagai mobil yang seolah-olah dikendalikan sepenuhnya dari bagian roda belakang, sehingga terlihat longgar dan bergoyang. Sementara itu, bagian sayap dan ban mengalami cengkeraman depan yang besar sebagai efek dari bagian belakang yang lebih longgar tersebut.[251] Pernyataan-pernyataan ini kemudian dijelaskan dalam bentuk yang sama oleh rekan-rekan Schumi yang lainnya, seperti Johnny Herbert, Eddie Irvine, Rubens Barrichello, dan Gerhard Berger (meski Berger tidak pernah menjadi rekan setim dengan Schumi), yang semuanya mengacu pada preferensi pengaturan mobil yang disukai oleh Schumi.[252] Berger, yang tertarik untuk memahami mengapa mobil Benetton B195 yang berhasil menjadi juara dunia di musim 1995, merasa kecewa dengan perbedaan dalam perilaku mengemudi mobil tersebut. Ia kemudian menjelaskan bahwa ia ingin menghargai pengaturan mobil yang pernah diatur oleh tim Schumi sebelumnya.[253] Seiring berjalannya waktu, dan setelah mengalami dua kali kecelakaan, Berger mengidentifikasi masalah utama perbedaan gaya mengemudi antara dirinya dan gaya mengemudi Schumi:
Meskipun pembalap F1 lainnya juga berasal dari karting, tidak ada yang menyetel mobil mereka dengan cara yang biasa dilakukan oleh Schumi. Menurut Pat Symonds, mantan insinyur balap Ayrton Senna di tim Toleman (pendahulu tim Benetton) yang kemudian menjadi insinyur balap Schumi di tim Benetton, terdapat kesamaan antara gaya mengemudi Schumi dan Senna karena keduanya memiliki pemahaman yang mendalam tentang telemetri. Pernyataan Symonds ini dianggap cukup beralasan.[255][256] Schumi sendiri biasanya mendekati tikungan dengan kecepatan maksimum, mengambil garis yang lebih ketat daripada kebanyakan pembalap lain, dan mengerem lebih terlambat, yang dikonfirmasi oleh Martin Brundle saat melakukan manuver menyalip pada Grand Prix Belgia 1995.[257] Inilah sebabnya mengapa Schumi mampu menjaga kecepatannya saat memasuki tikungan, sehingga ia dapat melempar bagian belakang mobil dengan hentakan pedal gas yang terukur dan merasakan batas tikungan seperti Senna.[258] Segera setelah mobil disejajarkan ke arah jalur balap, ia mampu berakselerasi lebih cepat dari lawan-lawannya. Gaya mengemudi ini setidaknya menjelaskan keunggulannya di tikungan lambat dan juga di tikungan cepat berkat hentakan pedal gas yang terukur.[258] Dengan memainkan pedal rem, Schumi dinilai jago dalam mengstabilkan mobil balapnya lebih jauh. Alur menikung yang sering tidak biasa juga menjelaskan pencariannya terhadap skema alternatif yang disebutkan di atas.[258] Schumi menjelaskan bahwa ia terkadang membiarkan mobil menikung mencari jalurnya sendiri untuk menguji efisiensinya. Eksperimen ini sesekali juga mengalami kegagalan, seperti yang ditampilkan pada Grand Prix Monako 1996. Pada awalnya di sesi latihan bebas, Schumi menemukan bahwa bagian dalam kerb memberinya lebih banyak cengkeraman, sehingga ia bisa mengambil tikungan berikutnya dengan traksi yang lebih baik.[259] Trik ini kemudian berhasil membawanya meraih posisi pole. Namun, pada lomba keesokan harinya, Schumi lupa memperhitungkan fakta bahwa trotoar menjadi basah karena hujan, dan akhirnya ia menabrak tembok pembatas di putaran pertama.[260] Pada tahun-tahun awalnya bersama dengan tim Ferrari, Schumi merasa tidak cocok dengan mobil Ferrari yang cenderung understeer, yang bertentangan dengan setelan favoritnya.[261] Baru pada musim 1998, pemasok ban Ferrari, yaitu Goodyear, dengan tekanan dan keluhan dari tim Ferrari dan Schumi sendiri, menawarkan ban depan yang lebih lebar, yang mirip dengan ban Bridgestone, untuk digunakan pada Grand Prix Argentina. Ban ini memberikan stabilitas yang lebih pada gandar depan. Schumi pada akhirnya mampu memenangkan lomba tersebut.[262] Pada tahun 2003, majalah F1 Racing berkesempatan untuk membandingkan data telemetri dari berbagai lomba yang diikuti oleh Barrichello dan Schumi. Kesimpulan yang didapatkan adalah Schumi lebih mampu menahan pedal gas lebih lama daripada Barrichello jika mereka masuk ke tikungan tajam. Schumi dinilai lebih lihai dalam mengatur keseimbangan antara rem dan gas, sehingga bisa membuat mobil lebih cepat berbelok dan berada dalam kondisi yang stabil saat berada di tikungan.[263] Namun, salah satu kelemahan dari gaya mengemudi khas Schumi ini adalah fakta bahwa ia memberikan tekanan lebih pada roda depan, dan, tidak seperti rekan satu timnya, sering kali tidak dapat memulai perlombaan dengan kompon ban yang lebih lembut, yang menghasilkan strategi balap yang berbeda untuk kedua pembalap.[264] Demikian juga, rem dan mesin mobilnya dipaksa untuk bekerja lebih maksimal dari biasanya; konsumsi bahan bakar cenderung lebih tinggi dari rata-rata. Namun, seperti yang ia tampilkan pada Grand Prix Kanada, Schumi beberapa kali menunjukkan bahwa setelah beberapa saat membiasakan diri, ia mampu menyesuaikan diri dengan efek pengereman yang berkurang.[264] Sebelum musim 2005 dimulai, Irvine dan Brawn mengidentifikasi peningkatan keausan ban sebagai kemungkinan alasan melemahnya dominasi Schumi saat itu:
Seperti Jim Clark, Jackie Stewart, dan Ayrton Senna, Schumi memiliki ciri khasnya untuk mencatat serangkaian putaran tercepat dalam sesi kualifikasi untuk menciptakan jarak yang diperlukan dari para pesaingnya. Dengan diperkenalkannya kembali aturan pit stop yang memperbolehkan pengisian bahan bakar, Schumi bahkan mampu menjadi "Master Sprint" seperti yang dikutip oleh pers Britania.[266] Meskipun terkadang dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk bersiap menyalip lawan dan hanya mobil selanjutnya yang memiliki keunggulan, taktik pit stop menjadi semakin penting. Sejak didampingi oleh Ross Brawn, Schumi mengandalkannya sebagai ahli strategi di pit yang sering membuat prediksi terbaik dengan bantuan simulasi komputer, dan ia sendiri mampu mengeksekusi strategi Brawn tersebut sesuai perintah dengan memperhatikan situasi perlombaan yang sedang berjalan.[267] Schumi telah menyalip beberapa lawan lebih banyak saat mereka masuk pit daripada beradu roda saat berada di trek.[268] Saat berada puncak kariernya, Schumi sangat sulit untuk dikalahkan. Ia memiliki spesialisasi dalam in-lap dan out-lap, yaitu putaran terakhir sebelum dan pertama sesudah masuk ke area pit.[269][270] Secara khusus, kemampuannya untuk mendorong kendaraan ke batasnya lagi dengan tangki penuh sering memberinya keuntungan beberapa detik yang diperlukan untuk kemudian dapat melewati lawan.[271] Mantan pembalap dan penulis buku spesialis otomotif, yaitu Ross Bentley, berkomentar tentang hal ini: "Sangat berharga untuk melihat Michael Schumacher di putaran sebelum dan sesudah pit stop-nya. Pria ini benar-benar gila karena kehilangan sesedikit mungkin waktu yang bisa membuatnya kalah."[272] PersainganMelawan pembalap lainSaat pertama kali memasuki ajang F1, Michael Schumacher sering disebut sebagai salah satu suksesor Ayrton Senna. Kedua pembalap sendiri sempat saling bersaing meski dalam waktu yang pendek, yaitu dari musim 1992, yang merupakan musim penuh pertama Schumi di F1, sampai dengan musim 1994. Keduanya dinilai memiliki gaya membalap yang sama-sama agresif, meski Senna karena pengalamannya bisa lebih tenang saat menghadapi lawan.[273] Senna juga merupakan salah satu pembalap yang ahli dalam lomba yang digelar di lintasan basah yang kemudian dilanjutkan oleh Schumi.[274] Pada Grand Prix Brasil 1992, Schumi menuduh Senna sengaja menghambat lajunya di trek, sementara di sisi lain, saat itu Senna sedang mengalami masalah elektrik pada mobilnya yang membuat lajunya menjadi lambat.[275] Selanjutnya, pada lomba Grand Prix Prancis yang digelar dalam kondisi lintasan basah, Schumi menabrak Senna pada putaran pertama. Senna yang tersingkir kemudian menunggu Schumi untuk meminta penjelasan terkait aksinya tersebut sambil menyindir ulah Schumi di Brasil yang menuduh Senna sengaja melambat. Persaingan dua pembalap ini berlanjut di Jerman, dengan keduanya saling senggol di sesi latihan bebas dan nyaris akan berkelahi saat mereka berdua berpapasan di pit.[275] Persaingan mereka berlanjut ke musim 1993. Dalam lomba di Afrika Selatan, Schumi yang tampil lebih cepat mencoba menyalip Senna tapi gagal dengan mobilnya yang melintir dan harus rela tersingkir dari perlombaan.[276] Persaingan Senna dan Schumi terhenti pada musim 1994 setelah Senna meninggal dunia akibat insiden di San Marino. Saat tampil sebagai juara dunia di akhir musim, Schumi mendedikasikan gelarnya tersebut untuk Senna.[277] Pada Grand Prix Italia 2000, Schumi memberikan apresiasi untuk Senna usai dirinya berhasil menyamai catatan 41 kemenangan lombanya.[278] Setelah kematian Senna, Damon Hill tampil sebagai pesaing baru Schumi, dan kedua pembalap saling bersitegang selama sisa musim 1994. Beberapa kejadian yang terjadi di antaranya saat Schumi menyalip Hill di putaran pemanasan jelang lomba Grand Prix Britania yang berujung pada hukuman larangan membalap selama dua lomba bagi Schumi.[130] Pada akhir musim, saat Hill menjadi pesaing berat Schumi dalam memperebutkan gelar, keduanya kembali terlibat insiden yang cukup kontroversial di Australia dengan kedua pembalap yang bersenggolan dan tersingkir, yang kemudian turut membantu Schumi mengamankan gelar pertamanya.[128] Pada musim 1995, tercatat dua kali Hill dan Schumi berseteru, yaitu pada lomba di Britania dan Italia. Pada tahun 2018, setelah Schumi mengalami koma akibat kecelakaan ski yang menimpanya pada akhir tahun 2013, Hill menyatakan memaafkan Schumi atas semua tindakan kontroversialnya saat mereka bersaing di arena F1.[279]
Jacques Villeneuve tentang Michael Schumacher pada tahun 2006.[280] Pesaing Schumi selanjutnya adalah Jacques Villeneuve. Kedua pembalap terlibat persaingan yang sengit pada musim 1997. Pada musim tersebut Hill telah hengkang dari tim Williams. Sekali lagi, Schumi terlibat dalam insiden kontroversial yang terjadi pada lomba penutup musim.[128] Schumi, yang saat itu sedang memimpin jalannya perlombaan, terlibat dalam senggolan dengan Villeneuve yang membuat mobil Schumi rusak dan terpaksa tersingkir, sekaligus memastikan gelar untuk Villeneuve.[155] Akibat dari insiden ini, FIA menghukum Schumi dengan diskualifikasi dari klasemen akhir musim.[154] Persaingan antara Schumi dan Villeneuve tetap berlanjut sampai keduanya keluar dari F1 di akhir musim 2006, meski selama periode tersebut Villeneuve lebih banyak menjadi pengkritik atas semua tindakan Schumi karena dirinya tidak lagi bersaing di barisan depan grid.[280] Pembalap Finlandia, Mika Häkkinen, menjadi pesaing utama Schumi pada musim 1998 hingga 2001. Keduanya sudah saling kenal dan bersaing sejak perlombaan Grand Prix Makau pada tahun 1990.[101] Meski demikian, hubungan persaingan antara keduanya bisa disebut sehat dan harmonis, seperti contoh saat Häkkinen mengalahkan Schumi pada Grand Prix Belgia 2000, saat keduanya saling berbagi bir dan cerutu di garasi tim Ferrari setelah perlombaan selesai.[281] Saat Schumi meraih gelar juara dunia kelimanya pada musim 2002, Häkkinen memberikan hadiah seekor kura-kura untuk dirinya. Schumi juga menyebut bahwa Häkkinen adalah satu-satunya pembalap lawan yang paling ia hormati dan segani sepanjang kariernya.[282] Pembalap pesaing besar terakhir untuk Schumi adalah Fernando Alonso, yang sering dianggap sebagai penerus tahta juara. Bukan tanpa alasan karena Alonso-lah yang berhasil menghentikan dominasi Schumi pada musim 2005.[283] Selain itu, Alonso juga berada di bawah pimpinan Flavio Briatore, yang juga sempat menjadi bos Schumi saat masih bergabung di tim Benetton (yang kemudian berubah nama menjadi tim Renault pada 2002). Beberapa lomba yang melibatkan persaingan kedua pembalap adalah pada Grand Prix Prancis 2004 saat Schumi mengalahkan Alonso lewat strategi nekat empat kali pitstop dan pada Grand Prix San Marino 2005 yang menjadi sinyal bahwa telah terjadi regenerasi dalam ajang F1.[186] Titik balik persaingan mereka terjadi pada Grand Prix Jepang 2006, saat Alonso menang dan mengambil alih puncak klasemen dengan satu lomba tersisa usai Schumi tersingkir akibat masalah mesin.[194] Pada lomba berikutnya di Brasil, yang menjadi lomba terakhir Schumi bersama Ferrari, Schumi dengan sportif mengakui kekalahan di musim 2006 kepada Alonso.[187] Perbandingan dengan rekan setimDalam perjalanan kariernya, secara statistik, Schumi selalu mampu mengalahkan rekan setimnya.[284] Dengan mengesampingkan musim 1991, saat Schumi memulai debut F1 di tengah musim dan berpindah tim setelah satu lomba, hanya empat kali dirinya dikalahkan oleh rekan setimnya. Pertama, pada musim 1999 ketika harus absen selama enam lomba karena cedera patah kaki. Kedua, selama periode musim 2010 sampai 2012 saat dikalahkan oleh Nico Rosberg.[285] Saat bergabung bersama Ferrari, Schumi bisa tampil dominan atas rekan setimnya, salah satunya karena terbantu oleh team order yang juga menjadi isu kontroversial terutama pada Grand Prix Austria 2001 dan 2002, saat Rubens Barrichello diperintahkan untuk mengalah beberapa ratus meter jelang finis.[166] Desain helmMichael Schumacher dengan kerjasama bersama Schuberth, membantu mengembangkan helm karbon ringan pertama. Pada tahun 2004 sebuah purwarupa helm diuji secara publik dengan dilindas oleh sebuah tank dan helm tersebut bertahan utuh.[286] Helm pengembangan Schumi dan Schuberth ini dirancang untuk menjaga kepala pengemudi tetap dingin dengan menyalurkan aliran udara langsung melalui lima puluh lubang kecil.[287] Helm asli Schumi saat memulai karier profesionalnya memakai corak warna bendera Jerman dengan tambahan elemen stiker sponsor. Pada bagian atasnya diwarnai dengan lingkaran biru dengan elemen bintang atau asteroid warna putih.[288] Sejak Grand Prix Monako 2000 dan untuk membedakan warna helmnya dari Rubens Barrichello, Schumi mengubah warna biru di atas helm dan beberapa area putih di sekeliling helm menjadi merah.[289] Untuk lomba Grand Prix Brasil 2006, yang pada saat itu diyakini menjadi perlombaan F1 terakhirnya, ia mengenakan helm serba merah dengan elemen tulisan kecil berisikan 91 lomba F1 yang pernah ia menangi.[290] Pada Grand Prix Belgia 2011 yang menjadi peringatan tahun ke-20 Schumi di F1, ia mengenakan helm berwarna emas. Helm tersebut desainnya sama dengan helm yang biasa ia pakai, tetapi ditambahi dengan elemen tulisan tahun saat Schumi meraih gelar juara dunia.[231] Setahun kemudian dalam Grand Prix Belgia 2012 yang penampilan Grand Prix ke-300 untuk Schumi, ia mengenakan helm khusus berdaun platinum dengan berisikan tulisan terkait prestasi yang pernah ia raih.[291]
Penampilan di luar lintasan balapDalam olahraga lainnyaSepak bolaSejak masih anak-anak, Michael Schumacher menyukai dan sering bermain sepak bola. Lokasi rumah Schumi dan Ralf yang tidak jauh dari markas FC Köln memungkinkan kakak beradik ini untuk dengan leluasa belajar sepak bola.[292] Salah satu pemain sepak bola yang menjadi instruktur bagi Schumi adalah pemain timnas Jerman sekaligus kiper FC Köln,Toni Schumacher. Pada awalnya, Schumi lebih sering bermain pada posisi kiper sebelum kemudian perlahan-lahan beralih posisi menjadi seorang penyerang.[293] Schumi dan Rubens Barrichello menyempatkan diri untuk hadir dalam pertandingan final Liga Champions musim 2002-03 antara AC Milan vs. Juventus di stadion Old Trafford, Manchester, Inggris. Mereka berdua muncul sebagai duta untuk Juventus yang juga merupakan salah satu anak perusahaan FIAT yang juga membawahi tim Ferrari.[293] Schumi sempat berkoordinasi dengan beberapa pemain sepak bola profesional seperti Ronaldo, Zinédine Zidane, dan David Beckham untuk mengadakan sebuah pertandingan sepakbola amal guna membantu Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pertandingan tersebut diisi oleh kesebelasan yang terdiri dari para atlet lintas cabang, seperti Rafael Nadal (tenis) dan Carlos Sainz (pereli WRC), dan diadakan pada tahun 2004. Marcello Lippi dan Luis Fernández turun sebagai pelatih dalam pertandingan amal tersebut.[294] Schumi juga aktif dan sering tampil dalam pertandingan sepak bola amal tahunan yang diselenggarakan di Monako.[295] Dalam kesebelasan yang bernama "Nazionale Piloti", Schumi bergabung bersama sesama rekan pembalap F1, antara lain Felipe Massa, Giancarlo Fisichella, dan Nico Rosberg, untuk melawan kesebelasan gabungan atlet lintas cabang yang tinggal di Monako, seperti Max Biaggi dan Dirk Nowitzki.[296] Schumi berteman dekat dengan beberapa pesepakbola dunia. Ia pernah berlatih di kamp pelatihan Juventus di Vinovo bersama Alessandro Del Piero.[297] Ia juga berteman dekat dengan Ronaldo dan Zidane, yang diajaknya menjajal mobil balap GT milik Ferrari.[298][299] Selain itu, Schumi pernah menjadi pemain klub sepakbola Divisi 2 Liga Super Swiss, FC Echichens, dan sempat tampil dalam beberapa pertandingan klub tersebut.[300] Pada tahun 2008, Swiss Football Association menunjuk Schumi, yang sudah lama tinggal menetap di Swiss, sebagai duta besar negara untuk acara Piala Eropa 2008.[301] Ajang balap lainnyaPada tanggal 20 Maret 2008, Schumi mengikuti acara balap motor pertamanya di Sirkuit Pannonia Ring, Hungaria. Sebagai bagian dari acara yang disebut Racing for Fun (SKOOX Cup), ia mengendarai motor Honda CBR1000RR dari tim Holzhauer Racing Promotion (HRP) dan berhasil finis di urutan ketiga dalam lomba yang diikuti oleh 27 peserta. Ia hanya kalah dari dua pembalap motor profesional asal Austria Martin Bauer dan Andreas Meklau, yang finis masing-masing di urutan pertama dan kedua. Pada acara tersebut, ia juga memberi tahu seorang jurnalis Motorsport aktuell bahwa ia berencana untuk turun semusim penuh di Racing for Fun musim tersebut.[302] Setelah lomba di Sirkuit Pannonia Ring, Schumi mengikuti acara perlombaan lainnya di Catalunya, Spanyol. Dalam lomba di Catalunya, ia berhasil memenangkan perlombaan dengan mengendarai sepeda motor Triumph Daytona 675. Setelah itu, ia kemudian mengikuti lomba balap motor "rahasia" pertamanya pada tanggal 30 Maret 2008 di Misano, Italia. Sebagai bagian dari acara KTM Trophy Run, ia mengendarai KTM Super Duke dan berhasil finis di posisi keempat secara keseluruhan. Lomba tersebut diikuti oleh sebanyak 22 peserta.[303] Berselang beberapa hari kemudian, Schumi mencoba motor MotoGP Ducati Desmosedici di sirkuit Jerez, Spanyol.[304] Kemudian pada bulan Mei, Schumi turun dalam perlombaan Kejurnas Superbike Jerman di Oschersleben.[305] Sebelumnya, ia berniat menggunakan nama samaran Marcel Niederhausen agar tidak menarik perhatian massa.[306] Namun, rencananya itu tidak dapat dilaksanakan karena ada alasan dari pihak asuransi. Akhirnya, ia tetap turun dengan menggunakan nama Michael Schumacher.[307] Rombongan penggemar dan kru media kemudian berbondong-bondong memenuhi sirkuit yang berada di bagian Jerman Timur tersebut. Saat lomba berlangsung, Schumi mengalami kecelakaan, tetapi beruntung ia tidak mengalami cedera sedikit pun.[308][309] Schumi lantas menjelaskan kepada media bahwa ia hanya mencoba-coba turun dalam balap motor dan tidak ada rencana untuk beralih profesi menjadi pembalap motor.[310] Schumi juga turut berpartisipasi dalam tujuh gelaran acara Race of Champions, yaitu pada edisi 2004, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012.[311] Pada salah satu sesi balap yang direncanakan dalam acara Race of Champions 2004, Schumi tadinya dijadwalkan akan bersaing melawan pembalap NASCAR, Jeff Gordon. Namun, Gordon terpaksa absen dalam acara ini dikarenakan menderita flu, dan posisinya digantikan oleh Casey Mears.[312] Dalam kategori individual, ia meraih dua kali posisi kedua, yaitu pada 2004 dan 2007. Dalam dua kesempatan tersebut ia dikalahkan oleh pembalap DTM, Mattias Ekström.[313][314] Beberapa pembalap lain yang sempat mengalahkan Schumi dalam kategori individual adalah Heikki Kovalainen pada tahun 2004 dan pembalap NASCAR, Carl Edwards, pada edisi 2010.[315][316] Dalam kategori tim, Schumi merupakan juara enam kali Nations Cup untuk tim Jerman.[311] Ia meraihnya dengan bermitra bersama Sebastian Vettel.[317] Duet Schumi dan Vettel berjaya di kategori Nations Cup selama enam tahun beruntun dari edisi 2007 sampai 2012.[318][319] Dalam budaya populerFilm dan televisiMichael Schumacher untuk kali pertama muncul dalam dunia perfilman adalah saat ia tampil menjadi pengisi suara tamu dalam film animasi Cars produksi Walt Disney dan Pixar Studios. Sesi perekaman suara Schumi, Alonso, dan Montoya diambil disela-sela menjelang Grand Prix Amerika Serikat 2006. Dalam film tersebut, ketiga pembalap tadi bertemu dengan kompatriot mereka dari ajang NASCAR seperti Dale Earnhardt Junior, Richard Petty, dan Darrell Waltrip, serta Mario Andretti dari ajang Champ Car.[320] Ia juga muncul dalam film peran hidup yang diambil dari komik terkenal dari Prancis, Asterix dan Obelix. Film tersebut dibuat tahun 2008 dengan judul Asterix and Obelix at the Olympic Games (bahasa Prancis: Astérix aux Jeux Olympiques). Dalam film ini, Schumi tampil bersama beberapa bintang asal Prancis seperti Zinédine Zidane dan mantan bosnya di Ferrari, Jean Todt. Muncul pula dalam film tersebut aktor Belgia, Jean Claude Van Damme.[321] Pada tahun 2019, bersamaan dengan ulang tahunnya yang ke-50, pihak keluarga Schumi mengumumkan pemberian izin untuk produksi film dokumenter resmi yang diberi judul Schumacher.[322] Film ini disutradarai oleh Michael Wech dan Hanns-Bruno Kammertoens, dan menampilkan wawancara eksklusif dengan anggota keluarga Schumi seperti Rolf, istri (Corinna), dan kedua anak Schumi (Gina-Maria dan Mick), serta orang lain yang turut mewarnai karier balap Schumi seperti Damon Hill dan Mika Hakkinen.[323] Sejumlah arsip rekaman yang belum pernah terlihat sebelumnya juga akan ditampilkan untuk kali pertama. Film ini dirilis secara resmi melalui Netflix pada bulan September 2021.[324] Pada tanggal 21 Juni 2009, Michael Schumacher muncul di program otomotif BBC Top Gear sebagai The Stig. Pembawa acara Jeremy Clarkson kemudian mengisyaratkan dalam program bahwa Schumi bukanlah The Stig yang biasa muncul, dan kemudian dikonfirmasi ulang oleh pihak BBC.[f][326] Schumi bersedia memerankan karakter The Stig karena pada kesempatan itu Ferrari tidak mengizinkan orang lain untuk mengendarai mobil Ferrari FXX warna hitam yang ditampilkan dalam acara tersebut.[327] Masih dalam acara yang sama, Schumi menjelaskan tentang mobil pribadinya yang biasa dipakai sehari-hari, antara lain Fiat 500 Abarth dan sebuah Fiat Croma yang dipakai oleh keluarganya.[328] Permainan videoMichael Schumacher telah memberikan izin penggunaan namanya untuk dua judul permainan video, yaitu Michael Schumacher Racing World Kart 2002 yang dirilis untuk konsol PlayStation pada 18 September 2002,[329] dan Michael Schumacher World Tour Kart 2004 yang dirilis khusus untuk komputer pada 22 April 2004.[330] Pencapaian dan statistik karierMusim ke musimDaftar kemenangan Formula SatuPenghargaanDalam perjalanan kariernya yang panjang dan penuh warna, Michael Schumacher mendapat banyak penghargaan individual. Pada tahun 1992, Federasi Olahraga Berotor Jerman memberinya Piala ONS, penghargaan tertinggi dalam olahraga otomotif Jerman; ia juga memenangkan trofi serupa pada tahun 1994, 1995 dan 2002.[331] Pada tahun 1993, ia memenangkan Bambi Sports Award dan menjadi pembalap pertama yang menerima Golden Steering Wheel.[332][333] Pada tahun 1994 dan dari tahun 2001 hingga 2003, Schumi terpilih sebagai Olahragawan Terbaik Eropa Tahun Ini oleh Asosiasi Pers Olahraga Internasional.[334] Ia lantas terpilih sebagai Olahragawan Terbaik Eropa dari Badan Pers Polandia (PAP) pada 2001 hingga 2003.[335] Pada tahun 1995 dan dari tahun 2000 hingga 2002, ia dinobatkan sebagai Autosport International Racing Driver of the Year.[336][337] Schumi terpilih sebagai German Sportspersonality of the Year pada 1995 dan 2004.[338] Mendekati akhir abad 20, ia terpilih sebagai Olahragawan Terbesar Jerman Abad ke-20, mengalahkan Birgit Fischer dan Steffi Graf untuk penghargaan tersebut.[339] Untuk prestasi olahraga dan komitmennya terhadap keselamatan jalan raya umum, Schumi dianugerahi penghargaan olahraga tertinggi Jerman, Silbernes Lorbeerblatt, pada tahun 1997.[340] Pada tahun 2002, atas kontribusinya pada olahraga dan kontribusinya dalam meningkatkan kesadaran pendidikan anak, Schumacher dinobatkan sebagai salah satu Juara Olahraga UNESCO.[341] Schumi juga memenangkan Laureus World Sportsman of the Year pada tahun 2002 dan 2004,[342] menerima penghargaan Marca Leylenda pada tahun 2001,[343] dinobatkan sebagai L'quipe Champion of Champions tiga kali (dari tahun 2001 hingga 2003),[344] memenangkan Gazzetta World Sports Award dua kali (2001 dan 2002)[345] dan memenangkan Trofi Lorenzo Bandini 2003.[346] Untuk menghormati karier balap Schumi dan usahanya untuk meningkatkan keselamatan jalan raya dan kemajuan olahraga, ia dianugerahi Medali Emas FIA untuk Olahraga Bermotor pada tahun 2006.[347] Setahun kemudian, ia menerima Penghargaan Pangeran Asturias untuk kategori olahraga atas kecakapan olahraganya dan catatan kemanusiaannya.[348] Pada tahun 2017, Schumacher dilantik ke dalam FIA Hall of Fame dan Hall of Fame Olahraga Jerman.[349][350] Pada tahun 2020, Jean Todt menghormati Schumacher dengan FIA President Award, sebagai pengakuan atas tujuh Kejuaraan Dunia yang diraih oleh Schumi dan "inspirasi dari komitmen olahraga dan pribadinya yang dibawa ke dunia".[351] Schumi telah diberikan kewarganegaraan kehormatan dari kota Maranello,[352] Modena,[353] Spa[354] dan Sarajevo,[355] ia juga mendapatkan Chevalier de la Légion d'honneur,[356] telah dihormati dengan Komandan Order Merit Republik Italia[357] dan telah ditunjuk sebagai duta besar kehormatan San Marino.[358] Sebagai pengakuan atas kontribusinya pada Formula Satu, Sirkuit Nürburgring mengganti namanya area Tikungan 9 dan Tikungan 10 sebagai "Schumacher S", pada 2007.[359] Pada tahun 2014, tikungan pertama Sirkuit Internasional Bahrain juga diubah namanya untuk menghormati Schumacher.[360] Catatan kaki
Referensi
Daftar pustaka
Pranala luar
|