Dalam perjalanan karier balapannya yang panjang, Schumacher pernah terlibat dalam beberapa insiden perlombaan yang beberapa di antaranya berakhir dengan kontroversi.[4] Berikut ini adalah kasus-kasus kontroversial yang melibatkan Schumacher sampai yang terakhir terjadi saat ia memepet Rubens Barrichello ke dinding pit pada Grand Prix Hungaria 2010.[5]
Awal mula persaingan antara Schumacher dengan Mika Häkkinen telah dimulai sejak mereka pertama bertemu dalam berlombaan Grand Prix Makau di ajang Formula 3 pada tahun 1990.[6] Saat itu, Mika berhasil meraih posisi pole dan Schumacher harus puas meraih posisi start kedua.[6] Häkkinen berhasil memenangkan lomba pertama dari dua lomba yang digelar saat itu dan ia hanya membutuhkan finis di urutan kedua pada lomba kedua. Saat lomba kedua berlangsung, Häkkinen berupaya menyalip Schumacher yang ia nilai lambat. Upaya Häkkinen ini gagal dengan dirinya yang menyundul bagian belakang mobil Schumacher, yang berakhir dengan Häkkinen yang harus rela tersingkir dari lomba. Schumacher sendiri disisi lain mampu masuk finis dan memenangkan lomba meski bagian belakang mobilnya rusak.[7]
Seusai lomba, Schumacher mengaku bahwa insiden tersebut adalah insiden balap dan kemudian meminta maaf kepada Häkkinen atas insiden tersebut.[6] Namun, 14 tahun kemudian tepatnya pada tahun 2004, secara mengejutkan Schumacher berujar bahwa ia sengaja memblok Häkkinen dalam lomba kedua tersebut supaya dirinya bisa memenangkannya.[7] Menanggapi hal itu, Häkkinen lantas menjawab:
Itulah karakter tipikal dari seorang Michael Schumacher. Saya tidak habis pikir kenapa ia mencelakakan saya jika tujuannya hanya sebuah trofi yang tidak ada artinya bila dibandingkan dengan sebuah kemenangan sejati yang bersih.[8]
Persaingan Michael Schumacher dan Damon Hill dimulai sejak pertengahan musim balap 1994. Pada lomba Grand Prix Inggris, Schumacher 'marah' saat sesi latihan bebas karena "diacungi jari tengah" oleh Damon Hill, ketika Hill sedang berada di pitwall dan Schumacher keluar dari garasi Benetton.[9] Saat sesi pemanasan sebelum start, Hill keluar lebih dulu dari garasinya dan kemudian diikuti oleh Schumacher. Saat memasuki bagian tengah sirkuit, secara tiba-tiba Schumacher berupaya untuk menyalip Hill dengan agresif.[10] Tidak lama setelahnya, pihak pengawas lomba mengibarkan bendera hitam (tanda diskualifikasi dari perlombaan) untuk Schumacher. Tapi disisi lain, Schumacher malah mempertahankan kecepatan mobilnya, dan akhirnya ia dikenai hukuman tambahan: dilarang tampil dalam dua balapan.[10] Sementara itu, tim Benetton juga terkena denda setelah terbukti lalai tidak mampu mengontrol emosi pembalapnya. Prinsipal tim Flavio Briatore juga dihukum larangan tampil dalam lima balapan setelah melontarkan kata-kata kotor pada pengawas perlombaan. Sementara Damon Hill sendiri didenda sebesar 25.000 poundsterling karena mengacungkan jari tengah di hadapan orang banyak, yang tadinya ia tujukan kepada Schumacher.[9] Persaingan Schumacher dengan Hill mencapai klimaksnya di Australia, ketika mobil mereka saling bersenggolan dan kemudian tersingkir dari perlombaan, yang sekaligus memberikan gelar juara dunia yang pertama untuk Schumacher.[11]
Di musim balap 1995, tercatat tiga kali Schumacher dan Hill saling bersitegang. Dua di antaranya terjadi di Inggris[12] dan Italia.[13] Dalam dua lomba tersebut Schumacher dan Hill saling bertabrakan, dan nyaris saja keduanya berkelahi karena saling mempertahankan argumen. Kemudian di Belgia, Schumacher, yang memaksakan diri untuk start dengan ban kering di tengah cuaca saat itu yang basah akibat hujan deras, secara tiba-tiba melakukan manuver zig-zag dan berusaha sekuat tenaga untuk memblok Hill di lap 19. Keduanya kemudian bersenggolan di tikungan Las Combes.[14] Akibat dari insiden ini, Hill terkena penalti 10 detik setelah dinilai mencoba menabrak Schumacher di trek basah.[15] Sementara Schumacher sempat dikenai hukuman larangan membalap untuk satu lomba sebelum kemudian ia melakukan banding dan hukuman tersebut dibatalkan.[16]
Pada Desember 2017 atau bertepatan dengan empat tahun setelah kecelakaan ski yang membuat Schumacher koma, Hill mengingat kembali persaingan kerasnya dengan Schumacher dan memilih untuk memaafkan seluruh tindakan Schumacher yang pernah merugikan dirinya. Hill merasa tidak etis untuk terus menerus menganggap Schumacher sebagai "musuh" dengan kondisinya saat itu yang sedang koma.[17]
Perebutan gelar juara dunia
Australia 1994
Menjelang Grand Prix Australia 1994 di sirkuit Adelaide, yang merupakan balapan terakhir musim 1994, Schumacher memimpin satu poin atas Damon Hill di klasemen.[11] Saat lomba berjalan, Schumacher memimpin dengan Hill yang menguntit secara ketat di belakangnya. Pada lap 35, Schumacher melakukan manuver aneh dengan menabrakkan mobilnya ke dinding, sehingga menyebabkan mobilnya oleng dan mengambang ke atas. Ia kemudian kembali membawa mobilnya ke jalur yang benar meski tidak diketahui apakah saat itu mobilnya sudah rusak karena kejadian tersebut atau tidak. Di tikungan selanjutnya, ketika Hill mencoba mengambil kesempatan untuk menyalip, Schumacher menghalanginya dan akhirnya Hill yang tidak bisa menghindar kemudian menabrak Schumacher. Dampak dari insiden ini, Schumacher langsung tersingkir dari lomba setelah suspensi depannya rusak, sementara Hill tertatih-tatih kembali ke pit untuk mencoba memperbaiki mobil.[18] Tim Williams kemudian tidak bisa berbuat banyak setelah mengetahui suspensi mobil Hill juga rusak dan akhirnya Hill harus tersingkir dari perlombaan. Hasil ini sekaligus mengantarkan Schumacher menjadi juara dunia di musim tersebut.[19][20]
Paska perlombaan, beberapa pengamat F1 mulai mempertanyakan hal ini. Jurnalis F1 ternama, Alan Henry, menyebut tindakan Schumacher mirip Ayrton Senna, dan ia melakukannya demi gelar.[21] Sementara itu, komentator F1 BBC Murray Walker menyebut bahwa manuver Schumacher adalah murni insiden lomba.[22] Tim Williams lantas memilih untuk diam ketimbang mengadukannya kepada FIA. Patrick Head menegaskan bahwa ia dan timnya memilih diam karena di tahun tersebut tim Williams sudah mengalami hal menyedihkan dengan tewasnya Ayrton Senna. "Kalau saja Senna tidak tewas, kami mungkin akan protes," ujar Head.[23]
Eropa/Jerez 1997
Cerita yang sama namun sedikit berbeda terjadi di Grand Prix Eropa 1997 di Jerez. Sama halnya dengan di Australia 1994, lomba Grand Prix Eropa ini adalah balapan penutup musim. Lagi-lagi Schumacher bertarung untuk gelar juara dunia melawan tim yang sama (Williams), namun dengan pembalap yang berbeda (Jacques Villeneuve). Dan lagi-lagi selisih poin Schumacher di klasemen dengan pesaingnya tersebut hanya 1 poin.[24] Dalam sesi kualifikasi, Villeneuve dan Schumacher mencatat waktu yang sama. Villeneuve dinyatakan sebagai pemegang posisi pole karena menjadi pembalap pertama yang mencatat waktu tercepat saat itu.[25][26]
Saat balapan berjalan, Villeneuve sempat geram ketika mobil Sauber yang dikendarai oleh Norberto Fontana menghalang-halanginya.[27] Sebelumnya di sesi latihan bebas, prinsipal tim Ferrari, Jean Todt, dicurigai telah mendatangi garasi Sauber yang saat itu memakai mesin pasokan Ferrari. Diduga kuat Todt memaksa Peter Sauber agar pembalapnya mau membantu Schumacher untuk mengejar gelar dunia.[27] Villeneuve lantas berhasil menyalip Fontana dan target selanjutnya adalah Schumacher. Pada lap 48, Vileneuve menyalip Schumacher di tikungan Dry Sack. Schumacher lantas membalas dengan menabrak sidepod Williams Villeneuve, yang justru mengakibatkan Ferrari Schumacher tak bisa melanjutkan lomba. Sementara itu, Villeneuve yang mengalami sidepod rusak ternyata masih bisa jalan terus, dan walaupun hanya finis di posisi ketiga, raihan poin Villeneuve sudah cukup untuk meraih gelar juara dunia.[20][28][29]
Dua minggu sesudah lomba, FIA yang menerima protes dari tim Williams tentang insiden di Jerez tersebut akhirnya memutuskan bahwa Schumacher bersalah. Schumacher selanjutnya dikenai hukuman diskualifikasi dari klaseman akhir musim 1997.[30] FIA menyatakan bahwa insiden Schumacher melawan Villeneuve adalah sangat berbahaya, walaupun mungkin Schumacher tidak sengaja melakukannya.[31] Sampai saat ini, Schumacher menjadi satu-satunya pembalap yang pernah terkena diskualifikasi dari kejuaraan secara keseluruhan.[32] Schumacher menerima hukuman dari FIA tersebut tanpa melakukan banding.[33][34]
Musim 2006, ketika Schumacher kembali membuat kontroversi di Grand Prix Monako, Villeneuve yang saat memperkuat tim BMW Sauber berujar:
Setiap kali ada pembalap yang lebih kencang darinya (Schumacher), pasti ia akan melakukan tindakan tercela, yang sayangnya oleh sebagian orang malah dianggap tindakan heroik.[35]
Aksi Schumacher yang dinilai mencoba menyingkirkan Villeneuve dari arena balap membuatnya sempat tidak disukai oleh publik tanah airnya Jerman dan negara asal Ferrari, Italia.[29]
Team order
Secara sejarah, team order merupakan suatu hal yang biasa terjadi dalam balapan F1, ketika salah satu pembalap berkorban untuk membantu rekan setimnya.[36] Namun, ada klausul tidak tertulis dalam kontrak kerja Schumacher saat ia membalap di F1, yang secara tidak langsung meminta siapapun yang menjadi rekan setimnya untuk rela berkorban membantunya di lintasan. Pengecualian hanya diberikan di dua perlombaan terakhir musim 1999 karena saat itu Schumacher secara sukarela membantu rekan setimnya Eddie Irvine untuk meraih gelar juara dunia.[37]
Di Grand Prix Austria 2000, duet McLaren menguasai sesi kualifikasi, dan Schumacher duduk di posisi empat di belakang rekan setimnya, Rubens Barrichello.[39] Selepas start lomba, Barrichello melambat saat masuk ke Tikungan 1, dengan maksud untuk memberikan jalan kepada rekan setimnya itu. Sayangnya, Schumacher salah memahami manuver Barrichello dengan dirinya yang juga ikut-ikutan melambat. Sebagai akibatnya, Schumacher diseruduk dari belakang oleh Ricardo Zonta (B.A.R) dan Giancarlo Fisichella (Benetton).[39] Ia kemudian melintir dan berupaya agar lomba bisa dihentikan dengan melentangkan mobilnya di tengah trek. Tidak lama berselang, FIA bertindak dengan mengeluarkan safety car. Schumacher tampak kecewa apa yang ia harapkan tidak terwujud.[39] Beberapa jurnalis F1 kemudian mendeskripsikan kasus di Austria ini sebagai team order yang gagal, karena Barrichello masih belum paham dengan tim Ferrari yang baru ia perkuat pada tahun 2000.[40] Sebagian lagi menyatakan bahwa ini adalah salah satu upaya Schumacher untuk mencoba mengecoh panitia pengawas lomba (steward) agar bisa me-restart balapan.[41]
Ferrari kemudian melakukan team order di Grand Prix Austria 2001. Menyadari bahwa selisih poin antara Schumacher dan David Coulthard akan menipis menjadi empat poin, Jean Todt memerintahkan Barrichello untuk mengorbankan posisi keduanya di tikungan terakhir pada lap terakhir lomba, agar Schumacher bisa meraih keunggulan selisih sebanyak enam poin.[39] Kali ini Barrichello menerima permintaan Todt dan diduga Barrichello menerima perintah tersebut karena posisinya di tim Ferrari belum aman untuk musim 2002.[42]
Pada Grand Prix Austria 2002, giliran Barrichello yang tampil dominan di A1-Ring dengan meraih pole position dan memimpin lomba sejak start. Kembali lagi di 100 meter jelang finis, Barrichello diminta Todt untuk mengalah, dan akhirnya Schumacher menang.[39][43] Dalam seremonial podium, penonton yang kecewa mencemooh Schumacher dan Barrichello saat mereka berjalan menaiki podium. Mereka lantas meneriaki bahwa Schumacher tidak perlu diberikan trofi untuk kemenangannya. Keadaan makin kacau saat Schumacher mendorong Barrichello naik ke tangga podium tertinggi. KanselirAustria memberikan piala kemenangan kepada Schumacher, dan setelah itu Schumacher malah memberikannya kepada Barrichello, yang kemudian dinilai oleh FIA dan Bernie Ecclestone sebagai tindakan memalukan dan melecehkan kanselir Austria sebagai kepala pemerintahan suatu negara. Atas insiden Austria tersebut, FIA "menghadiahi" Schumacher dan Ferrari dengan denda sebesar satu juta dollar AS.[44][45] Di akhir musim 2002, FIA juga bahkan mengeluarkan aturan baru bahwa team order dilarang mulai musim 2003.[46]
Peraturan larangan team order di F1 kemudian dihapuskan di musim 2011 (musim kedua Schumacher aktif membalap kembali di arena F1) setelah FIA mengaku kesulitan memantau trik kreatif dan kode-kode halus yang kerap digunakan tim untuk melakukan team order selama larangan tersebut berlaku.[47]
Amerika Serikat 2002
Pada lomba di Indianapolis Motor Speedway, kembali duet Ferrari menguasai lomba dengan dominan. Schumacher yang memimpin lomba sejak awal berupaya membuat sebuah gerakan finis yang bagus dengan melambat di tikungan terakhir. Sayangnya, tindakan Schumacher ini tidak dipahami oleh Barrichello selaku rekan setimnya, yang kemudian masuk finis dan tampil sebagai pemenang lomba.[48] Saat konferensi pers setelah lomba, Schumacher berujar bahwa kemenangan yang Barrichello raih tersebut merupakan "balas jasa" atas tindakannya di Austria. Kembali Schumacher dicemooh, bahkan ia pun berperan besar atas menurunnya minat masyarakat AS menonton F1 akibat tindakan tersebut. Melihat hal ini, legenda balap NASCAR, Richard Petty, berujar:
Anda tidak akan menemukan insiden memalukan seperti yang terjadi hari ini, di Indianapolis, bila Anda adalah fans NASCAR. Kami di AS memang selalu berusaha memberikan kemenangan kepada setiap pembalap NASCAR, tetapi bukan dengan cara tidak berkelas seperti yang dilakukan Schumacher kepada Barrichello. Ini sama sekali tidak mencerminkan sebuah olahraga otomotif, tetapi hanya sebuah opera sabun saja.[49]
Gaya membalap berbahaya
Saat membalap bersama tim Sauber di Sportscar World Championship musim 1991, Michael Schumacher sempat terlibat dalam insiden serius dengan Derek Warwick dalam lomba 430 km of Nürburgring. Ketika sedang melakukan lap tercepat untuk pencatatan waktu di babak kualifikasi, Schumacher bertemu mobil Jaguar yang dikendarai Warwick yang sedang melakukan lap pendinginan sehingga Schumacher kehilangan banyak waktu. Sebagai pembalasan karena menghalangi jalannya, Schumacher yang emosi kemudian membelokkan mobilnya ke mobil Warwick dengan menabrak hidung dan roda depannya. Marah oleh sikap Schumacher, Warwick kemudian masuk ke pit Sauber dan kemudian mengejar Schumacher yang mencoba melarikan diri dari area pit. Warwick lantas berhasil mencegat Schumacher untuk kemudian meminta penjelasannya dan nyaris terlibat perkelahian sebelum dipisahkan oleh Jochen Mass.[50]
Pada Grand Prix Hungaria 2010, karena khawatir posisinya diambil alih Rubens Barrichello, Schumacher memepet pembalap Brazil tersebut ke sisi tembok pit di area garis start-finis dalam kecepatan 290 km/j. Menurut Barrichello, aksi Schumacher tersebut bisa membahayakan dirinya.[51] Pengawas lomba seusai balapan kemudian menghukum Schumacher dengan penalti turun posisi 10 grid di balapan selanjutnya di Grand Prix Belgia.[52] Tanpa melakukan protes, Schumacher dan Mercedes menerima hukuman tersebut dan meminta maaf kepada publik dan Barrichello.[53][54][55][56]
Insiden lain
Di musim 1994 muncul kecurigaan kecurangan yang dilakukan oleh tim Benetton (yang akhirnya ditemukan telah bertanggung jawab atas beberapa pelanggaran teknis selama musim berjalan) melalui penyelidikan dan dugaan dari Ayrton Senna saat itu. Senna yang tersingkir selepas start di lomba 1994 memilih untuk mengamati dan menonton jalannya lomba dari pinggir trek dan ia tertarik dengan suara mesin yang tidak biasanya dari mobil tim Benetton.[57] Schumacher tampil sebagai pemenang di lomba ini. FIA kemudian mengeluarkan siaran pers yang menetapkan tindakan yang diperlukan untuk mengambil keputusan sebelum Grand Prix Jerman, mengingat bahwa berbagai mobil ditemukan memiliki sistem manajemen mesin canggih yang meniru sistem peluncuran dan kontrol traksi.[58][59]
Pada Grand Prix Brasil 1995, Schumacher dan David Coulthard dari tim Williams terkena diskualifikasi akibat memakai bahan bakar ilegal.[60] Pengadilan FIA kemudian memutuskan bahwa kemenangan yang diraih Schumacher tetap sah, tetapi baik Benetton dan Williams tidak dicatatkan poinnya dalam klasemen.[61] Di musim 1995 sendiri, baik Williams dan Benetton menggunakan mesin yang sama dari pabrikan Renault dan bahan bakar yang sama dari Elf, di mana Elf sendirilah yang secara teknis harusnya disalahkan karena membawa bahan bakar yang salah bagi kedua tim mitranya.[60]
Grand Prix Kanada 1998 membuat Schumacher dijuluki "pembalap berbahaya" karena ia, yang baru saja keluar dari pitlane, secara tiba-tiba menyeruduk Heinz-Harald Frentzen sampai Frentzen terlempar keluar trek dan kemudian tersingkir.[62] Schumacher kemudian terkena penalti 10 detik. Tetapi ia berhasil bangkit dan kemudian memenangi lomba.[62] Dalam konferensi pers usai lomba, Schumacher ironisnya malah meminjam perkataan Hill yang pernah diungkapkan kepadanya di Australia 1994: "Jika kamu ingin membunuh saya, carilah jalan yang lain!", yang kemudian didefinisikan oleh para pengamat F1 sebagai ungkapan kepura-puraan dari Schumacher yang malu atas tindakannya tersebut.[63]
Dua lap jelang akhir Grand Prix Inggris 1998, Schumacher memimpin lomba, dan ia dijatuhi stop & go penalty karena menyalip Alexander Wurz di lap 43.[64] Penalti tersebut harusnya diberikan lewat papan pengumuman dari steward. Namun yang terjadi malah steward mengumumkannya kepada Schumacher melalui tim Ferrari hanya beberapa lap menjelang finish (jarak balapan Grand Prix Inggris saat itu adalah 65 lap). Tim Ferrari lantas bingung: apakah akan memanggil Schumacher masuk pit, ataukah penalti tersebut akan diberikan dengan cara menambah catatan waktu Schumacher setelah lomba?[64] Peraturan menyatakan bahwa seorang pembalap harus menjalani penalti stop & go dalam waktu maksimal tiga lap seusai diterimanya hukuman itu dari papan pemberitahuan steward.[64] Schumacher lantas dipanggil masuk ke pitstop. Secara kebetulan, lap yang ia masuki tersebut adalah lap terakhir, sementara pitbox Ferrari terletak pas setelah garis start/finish. Schumacher lantas dinyatakan sebagai pemenang Grand Prix Inggris, walaupun steward menambah waktu tempuhnya sebanyak 10 detik. Namun dua jam sesudah lomba, steward mencabut penalti tersebut dengan alasan "ada yang kurang jelas".[64] FIA lantas kemudian turun tangan dalam hal ini, dan memutuskan bahwa di kemudian hari jika ada pembalap yang menjalani hukuman di pit pada lap terakhir sementara ia memenangi lomba, kemenangannya akan dinyatakan tidak sah. Dengan demikian, kemenangan Schumacher di Grand Prix Inggris 1998 adalah kemenangan terakhir seorang pembalap di dalam pit lane.[65]
Di musim yang sama, di Grand Prix Belgia 1998, setelah Schumacher dan DC tersingkir akibat bertabrakan di Les Combes, Schumacher melabrak masuk ke garasi McLaren untuk mencari Coulthard.[66] Dengan memakai ungkapan yang sama seperti yang Hill katakan pada Schumacher di 1994, Schumacher menuduh DC mencoba membunuhnya. Penonton TV di seluruh dunia kemudian disuguhi adegan perang mulut dan nyaris baku pukul dari Schumacher dan Coulthard, namun untungnya para mekanik Ferrari dan McLaren bisa memisahkan keduanya.[67]
Pada sesi kualifikasi untuk Grand Prix Monako 2006, Schumacher secara tiba-tiba menghentikan mobilnya di tikungan Rascasse dan melentangkan mobilnya di tengah trek untuk menghalangi laju Fernando Alonso, yang saat itu tengah mencatat lap pencatatan waktu. Schumacher lantas menerangkan bahwa ia mengalami masalah pengereman dan pembelokan sehingga kesulitan mengendalikan mobilnya.[68] Sementara Alonso yakin bahwa ia bisa meraih pole kalau saja Schumacher tidak melakukan aksi tersebut.[69] Malam harinya seusai kualifikasi, FIA berkesimpulan bahwa tindakan Schumacher tersebut memang disengaja, dan hasilnya ia terkena hukuman harus start dari posisi paling buncit (posisi ke-20).[70]
Pada lap terakhir lomba Grand Prix Monako 2010, ketika safety car baru saja masuk pit, Schumacher dengan nekat memepet dan menyalip Fernando Alonso. Seusai lomba pengawas lomba kemudian menyelidiki adanya kejanggalan pada aksi menyalip Schumacher.[71] Sesuai peraturan, sekalipun lampu telah hijau, pembalap hanya diperbolehkan menyalip saat semua mobil telah melindas garis start/finish. Sebagai akibatnya, Schumacher kemudian dikenai hukuman tambahan waktu lomba selama 20 detik.[72]
^ ab"Ketika Schumacher Tersungkur". F1 Racing. Indonesia: Quadra Media Publika. Mei 2005. hlm. 50–51.
^Henry, Alan (1998) [1996]. Wheel to Wheel: Great Duels of Formula One Racing. Weidenfeld Nicolson Illustrated. hlm. 117. ISBN0-7538-0522-7.Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)
^Walker, Murray (18 Oktober 1999). "Now we are 76..." Grand Prix. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Desember 2007. Diakses tanggal 30 November 2007.
^"Bagaimana Nasib Schumi Selanjutnya?". F1 Racing. Indonesia: Quadra Media Publika. Juli 2006. hlm. 59.
^Tremayne, David (1999). The Concise Encyclopedia of Formula 1. hlm. 195. ISBN1-40541-645-9.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
^"Serangan Villeneuve". F1 Racing. Indonesia: Quadra Media Publika. September 2006. hlm. 44–49.
^"Nasib Rubinho Tahun 2002". F1 Racing. Indonesia: Quadra Media Publika. Desember 2001. hlm. 100–105.
^"Schumacher steals Austrian win". BBC Sport. 12 Mei 2002. Archived from the original on 2010-04-14. Diakses tanggal 24 Oktober 2006.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"Pitpass: Ketika Bendera Finish Dikibarkan, Masalah di Mulai". F1 Racing. Indonesia: Quadra Media Publika. Juni 2002. hlm. 20.
^Wirayudha, Randy (18 Januari 2020). "Kontroversi Schumi". Historia. Archived from the original on 2022-10-16. Diakses tanggal 16 Oktober 2022.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"Crash was my fault, Coulthard admits". Sydney Morning Herald. Reuters. 7 Juni 2003. Archived from the original on 2009-09-25. Diakses tanggal 28 September 2006.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)