Adrian Sutil (lahir 11 Januari 1983) adalah seorang mantan pembalap mobil profesional asal Jerman yang terakhir kali membalap di dalam ajang Formula Satu dengan memperkuat tim Sauber F1 bersama dengan Esteban Gutierrez.[1] Sutil memulai debut F1-nya pada musim 2007 bersama dengan tim Spyker. Sebelumnya, Sutil juga sempat memperkuat tim A1GP Jerman dalam tiga balapan di musim 2005-06, yaitu di Portugal, Australia, dan Dubai.
Profil
Adrian Sutil yang lahir di Jerman sebenarnya bukanlah 100% asli Jerman. Ayahnya, Jorge adalah seorang imigran asal Uruguay,[2] yang menjadi pemain biola di München Philharmonic Orchestra. Sementara ibunya, Monika adalah asli orang Jerman. Sutil merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, dua kakak Sutil bernama Daniel dan Raphael. Sutil lantas memilih untuk menjadi warga negara Jerman (sebuah pilihan yang bijak) ketimbang menjadi warga negara Uruguay.
Sejak kecil, dunia musik akrab ditelinga Sutil. Ia jago bermain piano dan biola.[3] Ia juga sangat cinta dengan musik klasik, dan jazz. Sutil sewaktu kecil juga disekolahkan musik oleh kedua orang tuanya. Namun rupanya kehendak orang tuanya berbeda dengan takdir Tuhan untuk Sutil. Pada usia 16 tahun, Sutil malah melenceng menjadi seorang pembalap amatir, tepatnya diajang gokart.
Sutil termasuk salah satu pembalap yang handal dalam berbahasa. Ia fasih berbicara dalam bahasa Jerman, Inggris, Spanyol, dan sedikit Italia. Ia merupakan sahabat dekat dari Lewis Hamilton, dan juga Nico Rosberg.
Koleksi mobil
Adrian Sutil adalah seorang kolektor mobil yang produktif, di mana memiliki banyak koleksi mobil yang penting dan mahal. Dia memiliki koleksi mobil terbesar dari semua pembalap Formula 1 dulu atau sekarang.
Pada tanggal 30 Juli 2020, Sutil menabrakkan mobil McLaren Senna LM miliknya ke tiang listrik di pinggir jalan Monako setelah kehilangan kendali atas mobilnya.[5] Mobil Senna milik Sutil – salah satu dari 35 unit mobil Senna LM yang dibuat – mengalami kerusakan yang berat; dengan bemper depan, panel depan, dan kap mesin yang terlepas dari sasisnya, serta kaca depan yang pecah. Sutil muncul dari reruntuhan tanpa cedera.[6] Alih-alih dibuang, mobil Senna LM milik Sutil justru dibangun kembali. Prosesnya memakan waktu selama lebih dari 2 tahun, dan proses pembangunan ulang pada akhirnya selesai sepenuhnya pada akhir bulan Desember 2022.
Ketika Sutil beralih ke Formula BMW ADAC dari gokart di tahun 2003, ia mampu berada di P6 di dalam klasemen akhir, tanpa kemenangan. Di musim tersebut juga, ia pindah ke ajang Formula 3 Euro Series bersama dengan tim balap milik Colin Kolles. Ia hanya mampu finis dua kali selama musim berjalan. Hubungan dekatnya dengan Colin Kolles membawanya ke tim papan atas, yaitu tim ASM, di balapan terakhir musim tersebut.[2]
Sutil kemudian bertahan di ASM sampai dengan musim 2005, di mana ia kemudian bergabung bersama dengan Lewis Hamilton. Duet Sutil-Hamilton menjadi duet maut Formula 3 Euro Series di musim 2005, di mana hanya mereka berdualah yang menguasai secara rutin balapan demi balapan, walaupun di bagian akhir, Hammy-lah yang berhasil menjadi juara umum.[2]
Sutil lantas melewati dua ronde terakhir balapan Formula 3 Euro Series di musim 2005, setelah ia diajak bergabung ke tim A1GP Jerman. Ia membalap di A1 untuk tiga balapan di Portugal, Australia, dan Dubai. Posisi terbaiknya adalah dua kali finis ke-13 di antara tiga balapan tersebut.[2]
Pada musim 2006, Sutil pergi ke negara Jepang, dan ia kemudian menjadi juara umum di Formula 3 Jepang. Ia juga berhasil finis ketiga di Formula 3 Macau Grand Prix, dan sekali tampil dalam Super GT Jepang.[2]
Formula 1
Midland F1 (2006)
2006 merupakan tahun di mana Sutil mencicipi mobil F1 untuk yang pertama kalinya. Pada bulan Januari, diumumkan bahwa ia akan menjadi pembalap tes untuk tim Midland MF1 Racing bersama dengan Markus Winkelhock dan Giorgio Mondini. Masuknya Sutil ke dalam tim MF1 tidak terlepas dari hubungan baiknya dengan Colin Kolles, sang bos tim.
Sutil lantas tampil sebagai pembalap tes hari Jumat di Grand Prix Eropa, Prancis, dan Jepang. Di Jepang diumumkan bahwa tim MF1 akan diambil alih oleh pabrikan mobil asal Belanda, yakni Spyker Cars. Dan pada akhir 2006, diumumkan pula bahwa Sutil akan menjadi pembalap tetap tim untuk turun di musim 2007, bersama dengan rekan setimnya yang baru asal Belanda, yakni Christijan Albers.[7] Dalam sebuah wawancara dengan situs resmi Formula Satu, rekan setim pertama Sutil di musim 2007, yaitu Christijan Albers, berkomentar bahwa "Adrian adalah pembalap yang baik dan dia akan cepat tahun ini, tetapi sebagai pembalap Anda harus selalu berusaha mencapai batasnya tanpa memikirkan apa yang dilakukan oleh orang di dalam mobil di sebelah Anda. Akan tetapi, Adrian akan menjadi rekan satu tim yang baik dan sepertinya dia akan menjadi talenta besar [untuk masa depan]".[8]
Spyker F1 (2007)
Sutil memulai debut F1-nya di tim Spyker yang sangat jauh dari mumpuni. Ia hanya mampu meraih satu poin sepanjang 2007, yaitu saat di GP Jepang, di mana aslinya posisi poin yang Sutil raih adalah milik Vitantonio Liuzzi, tetapi karena Liuzzi ketahuan menyalip Sutil saat bendera kuning berkibar, akhirnya steward menghukum Liuzzi dengan penalty 25 detik seusai finis.
Selama musim 2007, Sutil berhasil mengungguli dan mengungguli rekan setimnya, yaitu Albers, di semua Grand Prix sebelum posisi pembalap asal Belanda itu digantikan oleh rekan senegaranya Sutil, yaitu Markus Winkelhock, yang merupakan pembalap tes untuk tim hingga saat itu di Grand Prix Eropa. Sutil berhasil mengungguli Winkelhock, meskipun Winkelhock sempat memimpin jalannya balapan, dan memulai kembali balapan setelah hujan deras yang tiba-tiba. Winkelhock melanjutkan perannya sebagai pembalap ketiga untuk Grand Prix berikutnya di Hungaria ketika pembalap Jepang, yaitu Sakon Yamamoto, mengambil alih kursi tim kedua. Sutil berhasil mengungguli Yamamoto dalam balapan ini, melewati duet pembalap Honda, yaitu Rubens Barrichello dan Jenson Button.
Pada Grand Prix Hungaria, Sutil adalah pembalap Spyker yang pertama pada musim 2007 yang berhasil mengalahkan pembalap yang berhasil finis yang lainnya, yaitu Rubens Barrichello dari tim Honda.[9]
Untuk Grand Prix Turki, mobil spesifikasi B diharapkan untuk tim Spyker, tetapi gagal dalam uji tabrak belakang, dan Sutil terus menggunakan mobil spesifikasi yang lama. Setelah mengalami masalah tekanan bahan bakar, ia terpaksa memulai balapan dari dalam jalur pit, dan tertinggal lima putaran. Di Monza, meskipun telah diperkenalkan mobil Spyker F8-VII spek B dan karena sifat sirkuitnya, namun performa mobil Spyker sekali lagi tidak kompetitif, dan Sutil finis di urutan ke-19, lagi-lagi hanya di depan rekan satu timnya saja.
Pada Grand Prix Belgia, kekuatan mobil spesifikasi B terlihat dengan jelas, dengan Sutil dan Yamamoto yang menetapkan waktu kompetitif melalui tiga sesi latihan bebas yang berpuncak pada hasil akhir untuk Sutil di sesi kualifikasi yang hanya tertinggal setengah detik saja dari Vitantonio Liuzzi yang berada di posisi ke-16. Selama balapan, Sutil melewati pembalap Toyota, yaitu Jarno Trulli, duet pembalap Honda, yaitu Rubens Barrichello dan Jenson Button, serta pembalap Red Bull, yaitu David Coulthard, pembalap Toro Rosso, yaitu Vitantonio Liuzzi, dan pembalap Williams, yaitu Alexander Wurz. Dia terus melaju hingga naik ke posisi ke-12 sebelum finis di posisi ke-14. Dia sangat dipuji atas usahanya oleh tim dan juga media.[10]
Dua minggu kemudian di tengah hujan di Fuji Speedway, Jepang, tampaknya Sutil nyaris melewatkan kesempatan untuk mencetak poin yang pertama bagi tim Spyker, dengan sempat memegang posisi ke-8 pada putaran kedua terakhir dari balapan dengan gesekan tinggi tersebut, setelah Nick Heidfeld memensiunkan mobil BMW miliknya, tetapi segera dilewati oleh sesama backmarker, yaitu Vitantonio Liuzzi dari tim Toro Rosso, dan finis di urutan ke-9. Setelah balapan, diketahui bahwa Liuzzi telah menyalip Sutil di bawah bendera kuning, dan penalti waktu 25 detik untuk pembalap asal Italia itu mempromosikan Sutil ke posisi poin terakhir. Tim Toro Rosso mengajukan banding atas keputusan tersebut, tetapi hukumannya tetap ditegakkan.[11]
Performa tim Spyker tidak kompetitif dalam dua balapan terakhir tahun ini, tidak satu pun yang berhasil diselesaikan oleh Sutil. Dia dipuji oleh banyak orang atas penampilannya di Kejuaraan Dunia FIA Formula Satu musim 2007. Meskipun mengendarai mobil yang paling tidak kompetitif di musim ini, namun rookie asal Jerman ini tampil mengesankan dengan tidak hanya mendominasi seluruh rekan satu timnya saja, baik di kondisi kualifikasi maupun balapan, namun juga dengan menantang pembalap lain dengan perlengkapan yang lebih unggul.
Pada bulan November2007, secara pribadi Lewis Hamilton sempat menginginkan agar tim McLaren merekrut Sutil sebagai rekan setimnya untuk musim 2008 menyusul kepergian Fernando Alonso. Namun ternyata yang muncul adalah Heikki Kovalainen. Baik Lewis ataupun Sutil (yang menginginkan agar kerjasama seperti di F3 Euroseries terulang lagi) kecewa.
Force India (2008–2011, 2013)
2008
Pada musim 2008, Adrian Sutil mendapat suntikan moral baru dengan masuknya jutawan asal India (Vijjay Mallya) ke tim Spyker. Sehingga nama tim pun berubah menjadi Force India,[12] setelah sempat memikirkan kemungkinan membalap dengan tim McLaren atau Williams.[butuh rujukan] Ia kemudian mendapatkan rekan setim yang berpengalaman, yaitu Giancarlo Fisichella. Walaupun tampil apik di sepanjang musim, dan dengan didukung oleh kekuatan mesin Ferrari, tim Force India sayangnya gagal meraih satu poin pun sepanjang musim 2008, di mana dua balapan pertama di musim ini berakhir dengan kegagalan mekanis,[13] padahal dengan mesin yang sama (di luar kekuatan aerodinamika karya Adrian Newey), tim Scuderia Toro Rosso mampu mencuri kemenangan di Grand Prix Italia 2008. Sutil sebenarnya berpeluang besar untuk meraih poin di Grand Prix Monako pada saat ia berada di P4 sampai empat putaran sebelum finis, ketika secara tiba-tiba Kimi Räikkönen menabraknya dari belakang akibat masalah pada rem di mobil F2008-nya. Sutil tersingkir, dan kemudian terlihat oleh kamera ia menangis di garasi tim Force India. Sehabis lomba, Kimi kemudian datang meminta maaf kepada Sutil atas kejadian tersebut.[14]Mike Gascoyne menyerukan agar Räikkönen dihukum atas insiden tersebut. Namun, tidak ada hukuman yang diberikan.[15] Namun, Sutil telah menyalip tiga mobil di bawah bendera kuning, dan menurut pengawas balapan, yaitu Paul Gutjahr, jika dia berhasil mencapai garis finis, maka dia akan diberi penalti 25 detik yang akan membuatnya keluar dari posisi untuk mencetak poin.[16] Nama Sutil kemudian kian tertinggal kala ia melihat rekan senegaranya, yaitu Sebastian Vettel, berhasil memenangi lomba di Italia. Akan tetapi, Sutil tidak patah arang, dia yakin suatu hari nanti dengan kekuatan yang baru dan faktor keberuntungan, dia bisa meraih apa yang telah Vettel raih.
Pada tanggal 17 Oktober 2008, Vijay Mallya memutuskan, Sutil dan Fisichella tetap akan dipertahankan untuk musim 2009.[17]
2009
Sutil dan tim Force India memulai musim ini dengan optimisme nyata dalam mencetak poin ketika bagian musim Eropa dimulai setelah empat balapan pertama.[18] Komentator BBC, yaitu Martin Brundle, mengungkapkan pandangan pribadinya bahwa:
"Adrian Sutil harus lebih konsisten di musim 2009 jika ingin membuktikan dirinya sebagai pembalap F1 yang bonafid. [Namun,] Sutil dapat melakukan balapan dengan baik dan saya rasa Force India tidak akan selalu berada di urutan terbawah musim ini.."[19]
Di paruh musim pertama 2009, tim Force India masih belum bisa menunjukkan penampilan terbaiknya. Pada Grand Prix Australia, setelah start dari posisi ke-16 di grid, Sutil terus maju melewati pembalap yang lain, hingga finis di luar poin di posisi ke-9. Pada Grand Prix Malaysia, ia start dari posisi ke-19 dan finis di posisi ke-15 setelah balapan dihentikan pada putaran ke-33 karena hujan lebat.
Pada Grand Prix Tiongkok, Sutil berada di posisi ke-6 dengan 6 putaran yang masih tersisa ketika ia kehilangan kendali atas mobil Force India-nya – karena aquaplaning – yang mengakibatkan dia melintir, menghantam tembok pembatas, dan memaksanya untuk mundur.
Di Grand Prix Bahrain, Sutil dihukum karena memblokir Mark Webber selama sesi kualifikasi pertama. Dia secara pribadi masuk ke dalam kamar Mark untuk meminta maaf atas kejadian tersebut.
Di Grand Prix Spanyol, setelah melebar di tikungan pertama di putaran pertama, Sutil kembali ke trek hanya untuk menabrak pembalap Toyota, yaitu Jarno Trulli. Pembalap asal Italia itu juga melebar dan kembali lagi bergabung dengan lintasan. Hal ini memaksa kedua pembalap untuk pensiun dan menyebabkan dua pembalap Toro Rosso, yaitu Sébastien Bourdais dan Sébastien Buemi, saling bertabrakan satu sama lain.
Di Grand Prix Monako, Sutil finis di urutan ke-14 dan ke-17 di Grand Prix Turki, setelah sebelumnya mendapat posisi start yang terbaik di dalam kariernya di posisi ke-15.
Di dalam sesi kualifikasi untuk Grand Prix Inggris, Sutil keluar dari trek di tikungan Abbey setelah rem mobilnya mengalami kerusakan di seai Q1. Sesi kualifikasi ditandai dengan dikibarkannya bendera merah, dan akibatnya, tidak ada satu pun pembalap yang lain yang dapat mencatatkan waktu putaran. Hal ini membuat Sutil harus start dari posisi ke-18 di grid, meskipun tim berharap Sutil dan Giancarlo Fisichella bisa lolos ke sesi Q2. Akibat kerusakan akibat kecelakaan itu, dia harus start dari dalam jalur pit karena perlu menggunakan mobil yang baru dan mesin yang baru, dan berhasil finis di urutan ke-17 dalam balapan yang lancar.
Di Jerman, Sutil memanfaatkan kondisi yang tidak terduga di sesi kualifikasi, dan mengamankan posisi terbaiknya di sesi kualifikasi, yakni posisi ketujuh. Di dalam balapan tersebut, ia sempat "terkapar" di posisi kedua sebelum pit stop pertamanya. Namun, tabrakan dengan Kimi Räikkönen setelah keluar dari jalur pit membuat dia harus masuk ke dalam pit lagi untuk mengganti sayap depan mobilnya. Dia finis di urutan ke-15. Ini adalah kali kedua tabrakan dengan Räikkönen membuat Sutil kehilangan peluang untuk mencetak poin, setelah insiden sebelumnya di Grand Prix Monako 2008.
Di Grand Prix Hungaria, ia terpaksa harus mundur setelah hanya dua putaran saja karena masalah suhu air menyebabkan mesin mobilnya menjadi terlalu panas, setelah menyelesaikan sesi kualifikasi di posisi ke-17.
Di Valencia, peningkatan aerodinamis yang baru untuk mobil VJM02 membuatnya start dari posisi ke-12, dan ia kemudian terus melaju hingga finis di posisi ke-10, menunjukkan bahwa tim tersebut akhirnya menunjukkan tanda-tanda daya saing, saat rekan setimnya, yaitu Fisichella, finis di urutan ke-12 di belakang mobil BMW Sauber milik Heidfeld.
Di Grand Prix Belgia, dia start dari posisi ke-11, meskipun perayaan utama di dalam pit tim Force India adalah untuk posisi terdepan rekan setimnya, yaitu Giancarlo Fisichella, yang sangat baik. Sutil finis di urutan ke-11, sementara Fisichella finis kurang dari satu detik di belakang pemenang balapan ini, yaitu pembalap Ferrari Kimi Räikkönen.
Pada Grand Prix Italia, Sutil mengambil hasil sesi kualifikasi yang terbaik di dalam kariernya dengan start dari posisi kedua dan finis di posisi keempat dalam balapan di belakang Räikkönen, meskipun secara tidak sengaja melampaui mekaniknya selama menjalani pit stop terakhirnya, namun mereka hanya mengalami cedera ringan saja. Dia juga berhasil mencatatkan putaran tercepat di dalam balapan tersebut, yang merupakan putaran tercepat yang pertama di dalam ajang Formula Satu dan putaran tercepat yang pertama yang tercatat untuk tim Force India. Hasil akhir ini akan menjadi yang terbaik di dalam karier F1-nya.
Di Grand Prix Singapura, Sutil terpaksa mundur setelah ia bertabrakan dengan Nick Heidfeld dari tim BMW Sauber, di mana dia bergerak ke jalurnya pada saat ia sedang berusaha untuk kembali lagi ke trek usai melintir. Usai balapan, Sutil ditegur oleh pengawas balapan dan denda sebesar $20.000 karena menyebabkan kecelakaan yang dapat dihindari.[20]
Di Grand Prix Jepang, Sutil meraih hasil sesi kualifikasi yang terbaik yang kedua di dalam kariernya dengan start dari posisi keempat, namun mendapat penalti turun 5 grid bersama dengan Jenson Button, Rubens Barrichello, dan Fernando Alonso karena tidak melambat pada saat bendera kuning dikibarkan (akibat kecelakaan yang dialami oleh Sebastien Buemi, yang juga diturunkan lima peringkat karena mencoba untuk membawa mobil Toro Rosso yang rusak parah kembali ke dalam pit) dan memulai balapan ini dari posisi kedelapan di grid. Sutil finis di urutan ke-13.
Pada sesi kualifikasi yang berlangsung dalam kondisi yang basah di Grand Prix Brasil, Sutil start dari posisi ketiga, namun tersingkir pada putaran pertama menyusul tabrakan dengan mobil Toyota milik Jarno Trulli. Di luar kendali di rumput basah di luar Tikungan ke-5, Trulli menabrak Sutil, lalu meluncur kembali ke trek dan menabrak pembalap Renault, yaitu Alonso, dan mengakibatkan ketiganya tersingkir dari balapan. Trulli menyalahkan Sutil karena mendorongnya keluar trek pada tikungan kelima dan menyebabkan kecelakaan, dan dengan marah mencaci-maki pembalap asal Jerman itu di sisi trek di depan kamera TV di seluruh dunia. Kali ini, pengawas balapan tidak mengambil tindakan terhadap Sutil atas kecelakaan tersebut, sementara Trulli didenda sebesar $10.000 karena perilakunya yang tidak dapat diterima.[21] Namun, masalah tersebut tidak terselesaikan, karena Sutil dan Trulli masih saling berdebat satu sama lain tentang kecelakaan itu dua minggu kemudian pada konferensi pers pembalap untuk Grand Prix Abu Dhabi.[22]
Di Grand Prix Abu Dhabi, Sutil sangat tertinggal, di mana dia hanya menempati posisi ke-18 di grid. Meskipun dia berhasil menyalip beberapa mobil selama balapan, namun strategi pit yang buruk mengakibatkan Sutil menyelesaikan balapan ini di barisan belakang, di mana dia bersaing dengan Fisichella (yang bergabung bersama dengan tim Ferrari) dan Romain Grosjean dari tim Renault. Pembalap asal Jerman itu pada akhirnya finis di urutan ke-17, tertinggal 1 putaran, tetapi di depan pembalap asal Prancis tersebut. Sutil berhasil finis di P17 klasemen dengan raihan 5 poin. Posisinya di tim Force India masih dipertahankan hingga akhir 2010.
2010
Sutil masih bersama dengan tim Force India untuk musim 2010. Sutil sedang dalam pembicaraan dengan tim Force India untuk memperbarui kontraknya, dan pada tanggal 27 November 2009, tim mengumumkan bahwa kontrak pembalap asal Jerman itu telah diperbarui, sementara pembalap-tes Vitantonio Liuzzi diberikan kesempatan untuk kursi balapan penuh waktu.[23] Sutil start dari urutan kesepuluh untuk dua balapan pertama di musim ini, tetapi tabrakan dengan Robert Kubica di Bahrain dan kerusakan mekanis di Australia membuat dia tidak dapat mencetak poin di kedua balapan tersebut. Meskipun demikian, Sutil menilai bahwa penampilan tersebut telah membuktikan bahwa tim kini sudah bisa meraih poin di balapan kering.[24] Ia meraih poin perdana musim 2010 saat finis P5 di Malaysia. Setelah itu ia secara berurutan mampu finis meraih poin di Spanyol, Monako, Turki, Kanada, Valencia, dan Inggris. Poin lainnya berhasil Sutil catatkan saat finis di P5 di Belgia dan P9 di Singapura. Posisi klasemen Sutil adalah P11 dengan 47 poin.
2011
Untuk musim 2011, Sutil masih tetap bertahan bersama dengan tim Force India, dan bergabung bersama dengan mantan juara DTMmusim 2010, yaitu Paul di Resta. Dalam tiga balapan pertama musim ini, Sutil dikalahkan oleh di Resta. Ia langsung meraih angka pada saat finis di P9 di Australia setelah kedua mobil Sauber didiskualifikasi dari balapan, setelah sebelumnya finis di urutan kesebelas di garis finis. Di Malaysia, Sutil finis di urutan kesebelas, tepat di belakang di Resta, dan di Tiongkok, dia start dari posisi kesebelas. Kemudian, hasil finis terbaik ia dapatkan di Monako pada saat finis di urutan ketujuh. Setelah gagal finis di Kanada akibat menabrak tembok pembatas, Sutil kembali beraksi dengan finis di P9 di Eropa, diikuti oleh posisi kesebelas di Grand Prix Inggris, di mana dia kehilangan posisi pencetak poin terakhir, yang dipegang oleh Jaime Alguersuari, hanya dengan selisih 0,6 detik saja. Di balapan kandangnya sendiri di Jerman, Sutil berhasil finis di P6 melalui sebuah keputusan yang gila, yaitu menggunakan strategi dua kali pit stop, berbeda dengan strategi tiga kali pit stop yang dilakukan oleh rival-rivalnya.
Meskipun start dari posisi sepuluh besar di Hungaria, namun Sutil hanya mampu finis di urutan ke-14, sebelum kembali mencetak poin – dengan finis di urutan ketujuh, setelah start dari posisi ke-15 di grid setelah mengalami kecelakaan pada saat sesi kualifikasi – di Grand Prix Belgia. Dia tersingkir di Monza setelah mobilnya mengalami masalah hidrolik, sebelum Sutil kemudian mencatatkan poin yang lainnya di Singapura pada saat ia bertarung ketat dengan Felipe Massa. Pada Grand Prix Jepang, Sutil berada di posisi sepuluh besar pada sebagian besar jalannya balapan, namun menyelesaikan balapan sedikit di luar zona poin di posisi kesebelas, setelah berhasil dilewati oleh Vitaly Petrov dan Nico Rosberg di tahap penutupan balapan. Posisi finis kesebelas yang lainnya menyusul di Korea, sebelum finis di posisi kesembilan pada balapan perdana di India,[25] yang dilanjutkan di Abu Dhabi dan Brasil. Sutil mengakhiri musim 2011 dengan berada di posisi ke-9 di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap dengan 42 poin.[26] Akibat hukuman atas penyerangannya (lihat di bawah), Sutil dibebaskan pada akhir musim 2011, dan posisinya digantikan dengan Nico Hülkenberg.[27]
Insiden perkelahian
Malam hari menjelang GP Cina 2011, Adrian Sutil sempat terlibat insiden perkelahian dengan salah satu petinggi Genii Capital, yaitu Eric Lux, di dalam sebuah klub malam di kota Shanghai. Saat itu, Lux mengaku terprovokasi oleh perkataan Lewis Hamilton yang kemungkinan sedang mabuk, dan Lux mencoba untuk memukul Hamilton sebelum secara tiba-tiba ia dilempar gelas champagne oleh Sutil yang kebetulan datang ke klub malam bersama dengan sahabatnya tersebut (Hamilton). Leher Lux kemudian terluka terkena pecahan gelas, dan kemudian Sutil bersama dengan Hamilton diamankan oleh satpam setempat, dengan Lux yang segera pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Pada tanggal 16 Mei 2011, Lux kemudian menuntut Sutil ke pengadilan atas ulahnya tersebut dengan Lewis Hamilton sebagai saksi. Bos tim Force India, yaitu Vijay Mallya, kemudian membela penuh anak asuhnya tersebut atas gugatan Lux, dan mengatakan bahwa insiden tersebut mungkin tidak sengaja terjadi karena kondisi Sutil (yang juga sedang mabuk pada saat itu). Sutil lantas meminta maaf atas insiden tersebut, dan mengatakan bahwa kejadian tersebut murni tidak disengaja.
2013
Pada tanggal 28 Februari 2013, tim Force India secara resmi mengumumkan bahwa Sutil akan kembali lagi ke tim untuk melengkapi susunan pembalap mereka bersama dengan Paul di Resta.[28] Dia berhasil finis di posisi ketujuh pada balapan pembukaan musim ini di Grand Prix Australia, di mana dia tampil mengesankan setelah kembali dengan sempat memimpin jalannya lomba ini selama beberapa putaran sepanjang balapan.[29]
Pada Grand Prix Malaysia, ia mengundurkan diri dari balapan menyusul adanya masalah dengan sistem penahan wheel nut yang baru, yang diperkenalkan oleh tim pada awal musim ini.[30]
Pada tanggal 13 Desember 2013, diumumkan bahwa Sutil akan bergabung bersama dengan tim Sauber untuk musim 2014.[1] Dalam enam balapan pertama di musim 2014, Sutil berjuang dengan mobil yang kurang cepat, dan dia juga membuat sejumlah kesalahan, yang membuatnya kehilangan kesempatan untuk meraih poin. Pada Grand Prix Jepang 2014 di Sirkuit Suzuka, Sutil kehilangan kendali atas mobil balapnya dalam kondisi lintasan sirkuit yang sangat basah di tikungan Dunlop Curve, di mana kemudian Jules Bianchi mengalami kecelakaan fatal di tikungan tersebut, dan membuat Bianchi merenggut nyawanya, dan Bianchi meninggal dunia pada tahun berikutnya.
Pada bulan November 2014, diumumkan bahwa dia akan dicoret dan digantikan untuk Formula Satu musim 2015.[32]
Williams (2015)
Sutil bergabung bersama dengan tim Williams sebagai pembalap cadangan sebelum Grand Prix Malaysia 2015. Sutil ditunjuk setelah pembalap Williams, yaitu Valtteri Bottas, mengalami cedera selama Templat:F1 gp, di mana tim menginginkan pembalap berpengalaman untuk menggantikan posisi Bottas atau Felipe Massa untuk memaksimalkan performa poin mereka di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, jika ada salah satu dari dua pembalap yang tidak dapat berpartisipasi.[33]
Tabrakan dan kecelakaan fatal Jules Bianchi di Grand Prix Jepang 2014
Pada putaran ke-42, ia menabrak tembok pembatas ban bagian luar di tikungan Dunlop Curve sebelah kiri di atas bukit. Bendera kuning ganda dikibarkan di tikungan untuk memperingatkan para pembalap tentang insiden tersebut, dan Charlie Whiting tidak menggunakan mobil keselamatan. Mobilnya dikeluarkan dari lintasan oleh traktor derek yang berputar dan berbelok ke belakang ke arah celah pembatas. Kemudian, pada putaran ke-43, Jules Bianchi kehilangan kendali atas mobil Marussia-nya dengan kecepatan 213 km/jam (132 mph), di mana dia berbelok ke arah kanan menuju area run-off di sisi luar tikungan Dunlop Curve. Meskipun ia menginjak pedal gas dan rem secara bersamaan, namun sistem pengamannya tidak berfungsi karena pengaturan sistem rem-by-wire-nya tidak sesuai.
Bianchi bertabrakan dengan roda belakang kiri derek traktor, yang menyebabkan kerusakan parah pada mobilnya; rollbar mobil-nya hancur pada saat meluncur di bawahnya. Benturan tersebut sempat membuat derek traktor terguncang dari tanah, menyebabkan mobilnya (yang tergantung di udara oleh derek) jatuh ke tanah. Para marshal menjauh dari tempat kejadian untuk menghindari tabrakan dengan mobil Marussia milik Bianchi. Rekaman video penonton dan foto-foto kecelakaan mengungkapkan bahwa sisi kiri mobil Marussia milik Bianchi rusak parah, dengan roll bar yang hancur pada saat meluncur ke bagian bawah traktor derek. Dampaknya adalah traktor derek tersentak sebagian dari tanah dan menyebabkan mobil-nya yang tergantung jatuh kembali ke tanah.[35] Perlombaan ini dihentikan, dan Lewis Hamilton dinyatakan sebagai pemenang.[36]
Bianchi dilaporkan tidak sadarkan diri setelah tidak menanggapi panggilan dari radio tim atau marshal. Ia dirawat di lokasi kecelakaan sebelum dibawa memakai ambulans ke pusat medis sirkuit.[37] Setelah mengetahui bahwa Bianchi berada dalam kondisi serius, tim medis berupaya secepat mungkin melarikannya ke rumah sakit terdekat, yaitu ke Pusat Medis Umum Prefektur Mie di Yokkaichi yang berjarak 15 km dari sirkuit.[38] Karena faktor cuaca yang buruk, upaya untuk membawa Bianchi melalui helikopter tidak bisa dilakukan, dan pada akhirnya diputuskan bahwa ia akan dibawa dengan menggunakan ambulans dengan pengawalan dari kepolisian setempat, yang memerlukan waktu sekitar 32 menit.[39][40][41] Laporan awal oleh Philippe Bianchi, ke saluran televisi France 3, menyatakan bahwa Jules Bianchi dalam kondisi kritis dengan cedera kepala dan sedang menjalani operasi untuk mengurangi pendarahan akibat memar parah di kepalanya.[42]FIA kemudian mengatakan bahwa CT scan menunjukkan bahwa Bianchi menderita "cedera kepala parah" dalam kecelakaan itu, dan bahwa ia akan dirawat di ruang perawatan intensif setelah operasi.[43][44]
Dirawat di rumah sakit di Yokkaichi, Bianchi tetap berada dalam kondisi kritis namun stabil dengan ventilator medis. Bianchi telah terbangun dari koma yang diinduksi pada bulan November, dan mulai bernapas tanpa bantuan, sehingga memungkinkannya untuk dipindahkan ke Centre Hospitalier Universitaire de Nice (CHU) di Nice. Bianchi tetap tidak sadarkan diri dalam kondisi kritis di sana, namun keluarganya sudah bisa menjenguk dengan lebih baik. Pada tanggal 13 Juli 2015, ayah Bianchi mengatakan bahwa ia "kurang optimis" dengan peluang putranya karena tidak adanya perkembangan yang signifikan dan lamanya waktu sejak kecelakaan. Bianchi meninggal dunia empat hari kemudian, dalam usia 25 tahun, sehingga menjadi pembalap Formula Satu pertama yang meninggal dunia akibat cedera yang diderita olehnya selama Grand Prix sejak Ayrton Senna dan Roland Ratzenberger pada musim 1994.
Statistik
Biodata
Nama lengkap: Adrian Sutil
TTL:Grafelfing, Jerman, 11 Januari1983 Status: Single
Tinggi: 183 cm
Berat: 75 kg
Debut: Australia 2007 (bersama Spyker)
Musim ke musim
2002, Swiss Formula Ford 1800 (SSPT Racing) – juara umum
2003, German Formula BMW (HBR Motorsport) – posisi 6 dengan 86 poin
2004, Formula 3 Euroseries (Team Kolles/ASM Formule 3) – posisi 17 dengan 9 poin
2005, Formula 3 Euroseries (ASM Formule 3) – runner-up dengan 94 poin
2006, All-Japan Formula 3 (TOM'S) – juara umum dengan 212 poin
^"Sutil joins Albers at Spyker". Grandprix.com. 21 December 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 January 2007. Diakses tanggal 21 December 2006.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Q&A with Spyker's Albers and Sutil". Official Formula One website. 5 February 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 February 2007. Diakses tanggal 6 March 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Force India team profile". BBC Sport. 3 March 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 March 2009. Diakses tanggal 4 April 2009.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Adrian Sutil BBC profile". BBC Sport. 2 March 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 March 2009. Diakses tanggal 4 April 2009.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Trulli fined for Sutil incident". f1-live.com. 18 October 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 October 2009. Diakses tanggal 4 November 2009.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Adrian Sutil completes Sahara Force India's 2013 line-up". forceindiaf1.com. Force India. 28 February 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 March 2013. Diakses tanggal 28 February 2013. Sahara Force India is pleased to announce that Adrian Sutil will complete its driver line-up for the 2013 season.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Polychronis, Jacob (17 March 2013). "Adrian Sutil enjoys a day in the lead". F1 Plus. Tornasol Media LLC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 March 2013. Diakses tanggal 28 March 2013. Adrian Sutil spent a large portion of Sunday's Australian Grand Prix in the lead...Nonetheless, Sutil's race was impressive as he retained the lead after his first pit-stop.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Force India stand by troublesome wheelnut system". Reuters. Thomson Reuters. 24 March 2013. Diakses tanggal 28 March 2013. Britain's Paul Di Resta and Germany's Adrian Sutil both missed out on likely points at Sepang as mechanics struggled in vain to remove and replace wheels using a 'captive wheelnut' system.