Jules Bianchi
Artikel ini telah dinilai sebagai artikel pilihan pada 5 Februari 2023 (Pembicaraan artikel)
Jules Lucien André Bianchi (pengucapan bahasa Prancis: [ʒyl bjɑ̃ki]; 3 Agustus 1989 – 17 Juli 2015) adalah seorang pembalap mobil profesional dari Prancis. Ia pernah berkompetisi dalam ajang Formula Satu (F1) pada musim 2013 dan 2014 bersama tim Marussia. Bianchi memulai karier membalapnya sejak usia 10 tahun dengan mengikuti kejuaraan gokar di Prancis dengan berbagai prestasi, di antaranya menjadi juara Kejuaraan Junior Prancis dan peringkat kedua dalam Kejuaraan Junior Eropa pada tahun 2004. Selanjutnya, ia mengikuti berbagai ajang kejuaraan junior seperti Formula 3 Euro Series, Seri GP2 dan Formula Renault 3.5. Pada tahun 2009, Bianchi menjadi pembalap pertama yang bergabung dengan Akademi Pembalap Ferrari, sebuah program pembinaan pembalap dari tim Scuderia Ferrari yang bertujuan untuk mendidik seorang pembalap muda untuk nantinya bisa berkiprah dalam ajang F1. Bianchi memasuki ajang F1 dengan menjadi pembalap sesi latihan bebas untuk tim Force India dalam sembilan perlombaan pada musim 2012. Pada musim 2013, ia memulai debut perlombaan resminya di Grand Prix Australia bersama tim Marussia, dan finis di posisi ke-15. Selama musim berjalan, Bianchi tidak berhasil meraih poin dan hanya menempati posisi ke-19 dalam klasemen akhir kejuaraan pembalap. Hasil finis terbaiknya adalah posisi ke-13 di Grand Prix Malaysia. Tim Marussia mempertahankan Bianchi untuk musim 2014. Pada lomba Grand Prix Monako, Bianchi berhasil finis di urutan kesembilan, dan sekaligus mencatat poin perdana baik untuk dirinya maupun untuk tim Marussia. Pada Grand Prix Jepang yang digelar tanggal 5 Oktober 2014 di Sirkuit Suzuka, Bianchi kehilangan kendali atas mobil balapnya dalam kondisi lintasan sirkuit yang sangat basah sebelum kemudian bertabrakan dengan alat derek yang ada di pinggir lintasan. Ia menderita cedera aksonal difus akibat insiden tersebut. Ia selanjutnya menjalani serangkaian operasi dan mengalami koma, sampai kematiannya pada tanggal 17 Juli 2015. Kematian Bianchi adalah kematian pertama akibat kecelakaan dalam sebuah perlombaan F1 selama 20 tahun terakhir, setelah kecelakaan fatal Ayrton Senna yang terjadi di Grand Prix San Marino 1994. Hingga 2024, kecelakaan yang menimpa Bianchi adalah kecelakaan maut terakhir dalam arena balap F1. Kehidupan pribadiJules Lucien André Bianchi berasal dari keluarga yang sudah lama berkecimpung dalam dunia balap.[4] Kakeknya, Mauro Bianchi, adalah seorang pembalap yang membalap di ajang balap mobil sport dan pernah juga berpartisipasi dalam tiga perlombaan non-kejuaraan F1.[5] Paman buyutnya, Lucien Bianchi, pernah berkarier sebagai pembalap F1 dengan berpartisipasi dalam 19 perlombaan dari musim 1959 sampai 1968. Hasil terbaiknya adalah saat finis ketiga pada Grand Prix Monako 1968.[6] Selain itu, ia bersama pembalap Meksiko, Pedro Rodríguez, juga berhasil memenangkan lomba Le Mans 24 Jam 1968 dengan mengemudikan mobil Ford GT40. Namun, karier Lucien terhenti secara tragis setelah dirinya mengalami kecelakaan fatal dalam sesi latihan untuk lomba Le Mans 24 Jam 1969.[4][7] Kecelakaan tersebut juga berdampak pada Mauro yang memilih untuk pensiun dari karier membalap karena efek trauma yang dirasakannya.[4] Bianchi lahir pada 3 Agustus 1989, di kota Nice yang berada di sebelah tenggara Prancis. Ia merupakan anak kedua dari pasangan Philippe Bianchi dan istrinya, Christine.[8][9] Jules memiliki dua saudara kandung, yaitu kakak perempuan yang bernama Melanie dan adik laki-laki yang bernama Tom.[10] Jules mulai mengenal mobil balap saat berusia lima tahun dengan mencoba mengendarai sebuah gokar.[11] Pengalaman balap pertamanya dimulai pada usia enam tahun, ketika ayahnya membawanya ke sebuah sirkuit gokar.[8] Idola masa kecilnya adalah pembalap F1 Michael Schumacher.[12] Sampai dengan kematiannya pada tahun 2015, Bianchi menjalin hubungan dengan seorang perempuan bernama Camille Marchetti, yang pada saat itu sedang menempuh pendidikan ahli osteopati.[13] Sebagai seorang penganut Kristen, Bianchi juga menjadi wali baptis untuk pembalap asal Monako, Charles Leclerc.[14] Karier awalBalap gokar (1999–2006)Bianchi memulai balap gokar pertamanya di Sirkuit Trois-Lacs yang dimiliki oleh orang tuanya, saat ia berusia 10 tahun di akhir 1999.[15] Saat mengikuti lomba gokar resmi pertamanya, Bianchi meraih hasil yang mengecewakan dikarenakan perlengkapan balapnya yang terbatas.[11] Namun, kekecewaan ini justru malah menambah motivasinya untuk bisa berjuang lebih baik lagi sampai akhirnya mampu meraih kemenangan. Hasil demi hasil yang Bianchi raih kemudian membawanya untuk bersaing ikut serta dalam balapan gokar tingkat nasional Prancis dan regional Eropa.[16] Selanjutnya, keluarganya pindah ke Brignoles dan Bianchi melanjutkan balapan gokarnya di sebuah sirkuit yang terletak di tengah kota, yang juga dimiliki oleh orang tuanya. Pada usia 11 tahun, ia menyambut kehadiran juara dunia F1 Michael Schumacher ke sirkuit ini dan turut berpartisipasi dalam sebuah perlombaan ekshibisi bersamanya.[17][18] Prestasi awal yang diraih Bianchi diantaranya adalah gelar juara Kejuaraan Junior Prancis dan meraih posisi kedua dalam Kejuaraan Junior Eropa pada tahun 2004.[19][20] Bianchi memutuskan untuk mengundurkan diri dari sekolah saat memasuki usia 15 tahun.[21] Ia menjelaskan: "Saya sudah menjadi profesional di karting. Jika Anda bukan penggemar berat sekolah, akan sangat susah untuk menyeimbangkan keduanya. Selain itu, para guru juga tidak pernah membantu saya. Ketika saya absen selama seminggu untuk mengikuti balapan dan tiba-tiba ada ulangan harian, mereka langsung memberi saya nilai nol!"[21] Setelah berhenti bersekolah, Bianchi berhasil meraih beberapa kesuksesan lainnya dalam ajang gokar, antara lain menjadi juara Karting Asia-Pasifik pada tahun 2005, dan posisi kedua dalam Piala Dunia Karting pada tahun 2006.[22][23] Kedua hasil tersebut berhasil menarik perhatian Nicolas Todt, yang pada saat itu menjadi manajer Felipe Massa, yang menawari Bianchi untuk menjadi kliennya. Ia memberikan janji kepada Bianchi untuk bisa memasuki ajang balap F1 di masa yang akan datang.[24] Formula Renault dan Formula 3 Euro (2007–2009)Pada tahun 2007, Bianchi membalap dalam ajang Formula Renault Prancis. Ia juga mengikuti beberapa perlombaan dalam ajang Formula Renault Eropa. Dalam kejuaraan nasional Prancis, ia bersaing ketat dengan Mathieu Arzeno.[25] Selama musim berjalan, Bianchi mampu mengalahkan pesaingnya tersebut dengan meraih lima kali kemenangan dari 13 lomba yang digelar, sekaligus berhasil menjadi juara Formula Renault Prancis termuda dalam sejarah. Ia juga menjadi pembalap pertama sejak Alain Prost, yang mampu meraih gelar juara di musim perdananya.[26] Pada tahun 2008, Bianchi membalap di Formula 3 Euro Series, dengan bergabung bersama tim ART Grand Prix yang dikelola oleh Nicolas Todt.[27] Ia menjadi rekan satu tim Jon Lancaster, James Jakes, dan Nico Hülkenberg. Selama setengah musim berjalan, Bianchi hanya mampu meraih empat kali podium. Meski demikian, ia berhasil meraih kemenangan dalam lomba non-kejuaraan Masters of Formula 3 di Sirkuit Zolder, setelah mengalahkan Hulkenberg dalam kondisi lintasan sirkuit yang basah.[8] Dalam lomba penutup musim yang digelar di Hockenheimring, Bianchi berhasil meraih podium ketiga dalam perlombaan pertama, yang dilanjutkan dengan raihan kemenangan dalam perlombaan kedua. Secara keseluruhan, Bianchi mengakhiri musim dengan berada di posisi ketiga klasemen pembalap.[28] Bianchi melanjutkan kariernya dalam ajang Formula 3 Euro Series pada tahun 2009. Ia tetap bertahan bersama tim ART dan kali ini ia bermitra bersama Valtteri Bottas, Esteban Gutiérrez, dan Adrien Tambay.[29] Selama musim berjalan, Bianchi meraih delapan kali kemenangan dan sukses meraih gelar juara saat musim menyisakan satu lomba.[30] Ia meraih kemenangan kesembilannya dalam perlombaan pertama di Hockenheim. Ia juga mengendarai Formula Renault 3.5 Series di Monako, setelah tim SG Formula memperoleh mobil yang sebelumnya dijalankan oleh Kurt Mollekens.[31] Seri GP2 (2010)Bianchi beralih ke Seri GP2 pada musim 2010, dengan tetap bertahan bersama tim ART Grand Prix.[32] Selain itu, setelah resmi dikontrak Scuderia Ferrari untuk menjadi anggota Akademi Pembalap Ferrari, Bianchi juga memilih pindah ke Italia.[21] Dari Februari hingga Maret, Bianchi berpartisipasi dalam Seri GP2 Asia. Dalam lomba pertamanya di Sirkuit Yas Marina, Bianchi sukses meraih podium pertamanya.[33] Pada lomba di Sirkuit Sakhir, Bianchi meraih posisi pole pertamanya.[34] Secara keseluruhan, ia berada di posisi ke-12 dalam klasemen akhir pembalap.[35] Dalam Seri GP2 utama, Bianchi sukses meraih posisi pole pertamanya di Circuit de Catalunya, tetapi gagal memaksimalkannya setelah tersingkir saat lomba fitur dan finis diluar zona poin pada lomba sprint.[36] Di Monako, ia berhasil meraih poin perdananya saat finis keempat dalam lomba fitur yang dilanjutkan dengan finis di posisi ketiga pada lomba sprint.[37] Pada akhir pekan lomba di Hungaroring, Bianchi mengalami cedera setelah terlibat insiden dengan pembalap Tiongkok Ho-Pin Tung saat lomba fitur, yang membuatnya harus absen untuk lomba sprint. Bianchi berada di urutan keempat dalam kejuaraan pembalap saat insiden tersebut terjadi.[38] Terlepas dari pemeriksaan awal yang pesimis tentang tingkat keparahan cederanya, ia berhasil pulih untuk ambil bagian dalam perlombaan berikutnya di Sirkuit Spa-Francorchamps.[39] Bianchi tetap bertahan bersama ART untuk musim 2011, dan bermitra dengan juara Seri GP3 musim 2010, Esteban Gutiérrez.[40] Ia mendapat sorotan dalam perlombaan Seri GP2 Asia musim 2011 di Abu Dhabi saat menahan Romain Grosjean untuk merebut kemenangan dalam lomba fitur dan meraih posisi keempat dalam lomba sprint.[41][42] Dalam klasemen akhir Seri GP2 Asia, Bianchi menempati posisi kedua di belakang Grosjean.[43] Sementara dalam klasemen akhir Seri GP2 utama, ia menempati posisi ketiga di belakang Grosjean dan Luca Filippi.[44] Formula Renault 3.5 (2011)Bianchi memilih beralih ke Seri Formula Renault 3.5 untuk musim 2012. Sebelumnya, ia pernah tampil satu kali di ajang tersebut pada musim 2009.[45] Ia menandatangani kontrak dengan tim Tech 1 Racing dan menjadi rekan setim untuk Kevin Korjus, sebelum Korjus digantikan oleh Daniel Abt di tiga perlombaan terakhir musim.[46] Bianchi mengawali musim dengan hasil diskualifikasi pada perlombaan pertama di Aragón setelah tim pengawas perlombaan menemukan pelanggaran dalam penyusunan piringan cakram diferensial pada rem mobilnya.[47] Sementara pada perlombaan kedua di tempat yang sama ia hanya finis di posisi ke-13.[48] Selama musim berjalan, Bianchi sukses memenangkan tiga lomba dan meraih delapan kali podium. Pada akhir musim, ia finis kedua dalam klasemen pembalap dibawah Robin Frijns.[49] Karier Formula SatuPembalap penguji Ferrari dan Force India (2011–2012)Pada Agustus 2009, Bianchi dihubungkan oleh BBC dan berbagai sumber media lainnya untuk posisi kursi kedua di tim Ferrari yang ditempati oleh Luca Badoer, sehubungan dengan absennya Felipe Massa karena cedera yang ia alami saat mengikuti lomba Grand Prix Hungaria.[50] Bianchi melakukan pengujian mobil Ferrari pada sesi pengujian untuk pembalap muda di Circuito de Jerez selama dua hari pada tanggal 1 sampai 2 Desember 2009. Pembalap lainnya yang mendapat sesi pengujian ini antara lain Daniel Zampieri, Marco Zipoli, dan Pablo Sánchez López. Mereka adalah para pembalap yang berhasil menduduki tiga peringkat teratas dalam Formula Tiga Italia musim 2009.[51] Performa Bianchi dalam pengujian tersebut membuatnya menjadi pembalap pertama yang direkrut oleh Akademi Pembalap Ferrari. Selain itu, ia juga langsung diberikan kontrak jangka panjang untuk membantu tim Ferrari di masa yang akan datang, termasuk kemungkinan ditarik menjadi pembalap utama untuk membalap di ajang Formula Satu.[52] Pada 11 November 2010, Ferrari mengumumkan Bianchi sebagai pembalap penguji dan cadangan tim untuk musim 2011, menggantikan Luca Badoer, Giancarlo Fisichella dan Marc Gené.[52] Ia juga dikonfirmasikan untuk mengikuti pengujian bersama tim dalam sesi pengujian pembalap muda di Abu Dhabi yang diselenggarakan pada tanggal 16 sampai 17 November. Bianchi melanjutkan kariernya di Seri GP2, karena aturan F1 memungkinkan seorang pembalap yang memiliki kontrak sebagai pembalap penguji dan cadangan untuk membalap dalam kompetisi lainnya.[40] Pada 13 September 2011, Bianchi melakukan pengujian mobil Ferrari di Sirkuit Fiorano, sebagai bagian dari sesi pengujian penyegaran yang diselenggarakan oleh Akademi Pembalap Ferrari. Dalam pengujian ini tampil pula sesama rekan akademi yang saat itu sudah menjadi pembalap F1 untuk tim Sauber, Sergio Pérez. Bianchi menyelesaikan 70 putaran dan mencatat waktu putaran tercepat 1 menit dan 0,213 detik.[53] Untuk musim 2012, Ferrari meminjamkannya ke tim Force India, untuk menjadi pembalap yang hanya mengikuti sesi latihan dalam sembilan sesi latihan bebas hari Jumat sepanjang musim. Ia juga menjadi pembalap cadangan dari tim tersebut.[54] Marussia F1 (2013–2014)2013: Musim debutPada tanggal 1 Maret 2013, tim Marussia mengumumkan bahwa Bianchi akan menggantikan Luiz Razia sebagai pembalap, setelah kontrak Razia diputus karena masalah sponsor.[55] Bianchi mengawali debut F1-nya dengan meraih posisi start ke-19 di Grand Prix Australia, mengungguli rekan setimnya Max Chilton dengan selisih tiga perempat detik. Bianchi menyalip Pastor Maldonado dan Daniel Ricciardo pada putaran pertama. Ia menyelesaikan lomba dengan finis di urutan ke-15.[56] Pada lomba selanjutnya di Malaysia, Bianchi kembali meraih posisi start ke-19. Saat lomba berjalan, ia sempat terhalang oleh mobil tim Caterham, sebelum berhasil naik posisi setelah pit stop. Ia berhasil menyelesaikan perlombaan di urutan ke-13 dan mengungguli rekan setimnya yang finis di urutan ke-16.[57] Pada Grand Prix Jepang, ia dan Charles Pic dari Caterham mendapat hukuman turun sepuluh posisi grid karena sudah menerima akumulasi sebanyak tiga teguran selama musim berjalan. Saat lomba berjalan, Bianchi tersingkir lebih awal setelah bertabrakan dengan Giedo van der Garde.[58] Sampai dengan akhir musim, Bianchi tidak berhasil meraih poin dan hanya menempati posisi ke-19 dalam klasemen akhir kejuaraan pembalap. Meski demikian, ia berhasil mengalahkan rekan setimnya sebanyak 14 kali, kalah dua kali, dan gagal finis tiga kali dari total 19 perlombaan.[59][60] 2014: Keberhasilan meraih poin pertamaPada bulan Oktober 2013, tim Marussia mengkonfirmasikan bahwa Bianchi akan bertahan di tim untuk musim 2014.[61] Pada lomba pembuka musim di Australia, Bianchi terpaksa start dari pitlane setelah mobilnya mengalami kendala teknis saat akan menjalani putaran pemanasan. Kendala teknis ini kemudian berlanjut saat lomba berjalan dan membuat ia harus rela tertinggal delapan putaran saat perlombaan selesai.[a][63] Di Malaysia, Bianchi kembali mendapat hasil buruk setelah bertabrakan dengan Pastor Maldonado di awal lomba. Ia kemudian menerima hukuman dua penalti poin akibat terlibat insiden tabrakan dengan Jean-Eric Vergne yang membuat keduanya gagal finis dalam lomba tersebut.[64] Bianchi selanjutnya menjalani tiga lomba tanpa hasil yang memuaskan di Bahrain, Tiongkok, dan Spanyol. Dalam lomba Grand Prix Monako, Bianchi secara mengejutkan mampu finis di posisi kedelapan, setelah sebelumnya mengawali lomba dari posisi grid paling belakang akibat mengganti girboks.[65][66] Namun, setelah dilakukan pemeriksaan ulang, diketahui ia melakukan pelanggaran dengan menyalip safety car yang kemudian membuatnya terkena hukuman penalti selama 5 detik. Ia akhirnya harus puas turun satu posisi dan diklasifikasikan finis di urutan kesembilan.[66] Meski demikian, hasil ini tetap membawa kebahagiaan untuk Bianchi dan juga tim Marussia, karena mereka berhasil meraih poin F1 perdananya.[67] Dari sembilan lomba yang diikuti Bianchi dan Chilton dengan hasil masuk finis, Bianchi unggul di delapan lomba dan sekaligus mengukuhkan statusnya sebagai pembalap pertama dalam tim.[68][69] Sampai dengan lomba di Singapura, Chilton mencatat hasil gagal finis yang lebih sedikit, yaitu dua kali berbanding Bianchi yang gagal finis empat kali. Namun, tiga dari empat kejadian gagal finis yang dialami Bianchi adalah karena masalah teknis.[68] Beberapa hari sebelum lomba Grand Prix Jepang, Bianchi menyatakan dirinya "siap", jika diminta oleh Scuderia Ferrari untuk naik ke tim utama sehubungan dengan hengkangnya Fernando Alonso di akhir musim 2014.[70] Namun, tim Ferrari akhirnya mengumumkan Sebastian Vettel sebagai pembalap yang akan mengisi kursi lowong yang ditinggalkan oleh Alonso.[71] Kecelakaan pada Grand Prix Jepang 2014Lomba Grand Prix Jepang 2014 diselenggarakan pada tanggal 5 Oktober di Sirkuit Suzuka, dengan kondisi lintasan yang sangat basah karena hujan lebat yang terjadi akibat pengaruh Topan Phanfone.[72] Pada putaran ke-43, Bianchi kehilangan kendali atas mobilnya dan berbelok ke arah kanan menuju area run-off di luar Curve Dunlop (tikungan ketujuh sirkuit). Ia bertabrakan dengan bagian belakang sebuah traktor derek yang sedang mengangkat mobil Sauber milik Adrian Sutil, setelah Sutil tergelincir dan tersingkir di lokasi yang sama pada satu putaran sebelumnya.[73] Rekaman video penonton dan foto-foto kecelakaan mengungkapkan bahwa sisi kiri mobil Marussia milik Bianchi rusak parah, dengan roll bar yang hancur saat meluncur ke bagian bawah traktor derek. Dampaknya adalah traktor derek tersentak sebagian dari tanah dan menyebabkan mobil Sauber milik Sutil yang tergantung jatuh kembali ke tanah.[74] Perlombaan dihentikan dan Lewis Hamilton dinyatakan sebagai pemenang.[75] Bianchi dilaporkan tidak sadarkan diri setelah tidak menanggapi panggilan radio tim atau marshal. Ia dirawat di lokasi kecelakaan sebelum dibawa memakai ambulans ke pusat medis sirkuit.[76] Setelah mengetahui bahwa Bianchi berada dalam kondisi serius, tim medis berupaya secepat mungkin melarikannya ke rumah sakit terdekat, yaitu ke Pusat Medis Umum Prefektur Mie di Yokkaichi yang berjarak 15 km dari sirkuit.[77] Karena faktor cuaca yang buruk, upaya membawa Bianchi melalui helikopter tidak bisa dilakukan dan akhirnya diputuskan bahwa ia akan dibawa menggunakan ambulans dengan pengawalan dari kepolisian setempat, yang memerlukan waktu sekitar 32 menit.[78][79][80] Laporan awal oleh ayahnya, Philippe, ke saluran televisi France 3, menyatakan bahwa Bianchi dalam kondisi kritis dengan cedera kepala dan sedang menjalani operasi untuk mengurangi pendarahan akibat memar parah di kepalanya.[81] FIA kemudian mengatakan bahwa CT scan menunjukkan Bianchi menderita "cedera kepala parah" dalam kecelakaan itu, dan bahwa ia akan dirawat di ruang perawatan intensif setelah operasi.[82][83] Di antara tokoh-tokoh F1 yang menjenguk Bianchi adalah kepala eksekutif tim Marussia Graeme Lowdon dan pimpinan tim John Booth. Booth bahkan tetap memilih menemani Bianchi disaat timnya menjalani lomba di Grand Prix Rusia edisi pertama.[84] Dari tim Ferrari, pimpinan tim Marco Mattiacci dan pembalap Felipe Massa juga turut menjenguk Bianchi.[85] Orang tua Bianchi tiba di Jepang pada tanggal 6 Oktober dan tiga hari kemudian bergabung anak-anak mereka yang lain, Mélanie dan Tom, serta sahabat Jules, Lorenzo Leclerc.[10] Keluarga mengeluarkan pernyataan keesokan harinya, mengungkapkan rasa terima kasih atas doa dan dukungan dari masyarakat dan juga kehadiran profesor Gerard Saillant, presiden Komisi Medis FIA, serta profesor Alessandro Frati, ahli bedah saraf dari Universitas Roma La Sapienza, yang melakukan perjalanan ke Jepang atas permintaan tim Ferrari. Mereka juga memberikan pembaruan medis, mengonfirmasi bahwa cedera yang diderita adalah cedera aksonal difus dan menyatakan bahwa Bianchi masih berada dalam kondisi kritis namun stabil.[86][87][88] Laporan pendahuluan dari media yang dirilis pada bulan Oktober 2014, yang berdasarkan informasi yang diperoleh dari dokumen Fédération Internationale de l'Automobile (FIA), menyatakan bahwa kecepatan saat Bianchi kehilangan kendali tercatat sebesar 212 km/jam dan dampaknya menghasilkan 900 m/s².[89][90] Data ini bersumber dari alat sensor gaya g yang terdapat di penyuara telinga yang dikenakan Bianchi saat membalap. Namun, diketahui juga bahwa penyuara telinga tersebut telah terlepas pada saat titik kritis benturan.[91] Sebuah analisis perhitungan yang dirilis pada Juli 2015 menunjukkan beban puncak gaya g yang diterima Bianchi saat kecelakaan terjadi adalah sebesar 2.490 m/s². Sementara itu, data dari FIA World Accident Database, yang bertugas untuk mengumpulkan seluruh informasi dari berbagai kecelakaan balap di seluruh dunia, menunjukkan bahwa benturan terjadi 2,61 detik setelah Bianchi kehilangan kendali atas mobilnya, dengan kecepatan 123 km/jam pada sudut 55 derajat. Menurut Andy Mellor, Wakil Presiden Komisi Keselamatan FIA, efek benturan ini setara dengan "menjatuhkan mobil sejauh 48 meter (157 kaki) ke tanah tanpa zona remuk."[91] Reaksi tim dan para pembalapSatu hari setelah Grand Prix Jepang, presiden Ferrari saat itu, Luca Montezemolo, mengungkapkan rasa sedihnya atas kecelakaan yang menimpa Bianchi. Ia menyatakan bahwa kecelakaan dalam balapan adalah salah satu faktor yang tidak bisa diprediksikan dan juga bagaimana para tokoh olahraga otomotif bisa memahaminya, supaya dampak paling pahit dari kecelakaan tersebut bisa diminimalisir pada masa yang akan datang.[92] Montezemolo juga mengungkapkan bahwa Bianchi telah siap untuk menjadi pembalap ketiga Ferrari pada tahun 2015, jika pihak kejuaraan setuju untuk memperbolehkan tim menurunkan tiga mobil, seperti yang pernah terjadi pada dekade 1980-an.[92] Dalam lomba Grand Prix Rusia, yang diselenggarakan satu minggu setelah kecelakaan Bianchi di Jepang, Marussia awalnya mendaftarkan pembalap Amerika Serikat, Alexander Rossi, untuk menggantikan Bianchi yang dirawat di rumah sakit, sebelum akhirnya memutuskan untuk menurunkan hanya satu mobil yang dikemudikan oleh Max Chilton.[93] Dalam lomba tersebut dimunculkan juga pernyataan penghormatan untuk Bianchi. Atas saran dari sesama pembalap Prancis, Jean-Éric Vergne, para pembalap menyepakati untuk memasang stiker khusus pada helm masing-masing yang bertuliskan "Tous avec Jules #17" (bahasa Indonesia: "Kita semua bersama Jules #17") sebagai wujud empati atas musibah yang menimpa Bianchi.[94][95] Tim Marussia juga memasang stiker khusus bertuliskan "#JB17" pada sisi kokpit mobil MR03, yang terus digunakan pada musim berikutnya.[96] Para pembalap beserta seluruh kru tim mengadakan sesi mengheningkan cipta selama satu menit untuk menghormati Bianchi sebelum lomba digelar.[97] Lomba tersebut dimenangkan oleh Lewis Hamilton, yang kemudian mendedikasikan kemenangannya untuk Bianchi.[98] Setelah Grand Prix Rusia, kepala eksekutif tim Marussia, Graeme Lowdon, menegaskan bahwa tim akan kembali ke operasional dua mobil untuk sisa musim. Meski demikian, tim kemudian masuk ke dalam pengawasan administrator pengadilan sebelum Grand Prix Amerika Serikat.[99][100][101] Salah satu pemodal tim, Andrei Cheglakov, mengungkapkan bahwa kecelakaan Bianchi menjadi alasan utama dirinya untuk memutuskan mengakhiri dukungan keuangan kepada tim dan keluar dari F1.[102] Pada Grand Prix Australia 2015, John Booth, yang sekarang menjadi prinsipal dari tim Manor Marussia yang baru didirikan, memberikan penghormatan atas kinerja luar biasa Bianchi di Grand Prix Monako 2014, yang membuat tim bisa bertahan di F1 berkat hadiah uang yang mereka dapatkan pada akhir musim.[103] Selain itu, pada lomba Grand Prix Monako, Manor Marussia terus menunjukkan dukungan untuk Bianchi dengan gelang merah khusus bertuliskan "Monaco 2014 P8 JB17".[104][105] Reaksi dan investigasi oleh FIASebagai reaksi atas kecelakaan yang menimpa Bianchi, FIA memulai penyelidikan dan juga mempertimbangkan perubahan yang sesuai pada prosedur keselamatan, seperti yang terjadi untuk lomba Grand Prix Brasil, dengan lokasi traktor derek yang berada di sekitar chicane Senna S diubah.[106] FIA juga merilis hasil temuan awal pada konferensi pers khusus yang diadakan pada lomba Grand Prix Rusia, yang digelar satu pekan setelah lomba Grand Prix Jepang. Dalam pengumuman hasil awal penyelidikan tersebut, FIA mengungkap beberapa hal di antaranya bahwa Bianchi telah melambat di Tikungan 7 pada putaran ke-43 dalam lomba Grand Prix Jepang, tetapi tanpa mengungkapkan lebih rinci mengenai kecepatan benturan yang terjadi. Selain itu, FIA juga meyakini tidak ada kaitan antara kondisi Bianchi yang memburuk dengan upaya membawanya ke rumah sakit dengan menggunakan mobil ambulans yang membutuhkan waktu 32 menit jika dibandingkan dengan memakai helikopter.[107] Lebih lanjut, FIA mengkonfirmasi penelitian yang sedang berlangsung tentang rencana penerapan kokpit tertutup untuk mobil F1,[108] kemungkinan memasang lapisan pelindung untuk semua kendaraan pemulihan serta cara untuk memperlambat mobil yang memasuki zona tabrakan dengan lebih efektif alih-alih memberikannya peringatan dengan bendera kuning ganda.[109] Terkait dengan opsi yang terakhir, FIA segera mempertimbangkan pengenalan virtual safety car (atau sistem VSC) yang kemudian diuji cobakan dalam tiga perlombaan terakhir musim 2014 yaitu di Amerika Serikat, Brasil, dan Abu Dhabi. Sistem VSC ini didasarkan pada sistem serupa yang diterapkan dalam ajang Kejuaraan Ketahanan Dunia, yang memberlakukan "zona lambat" saat terjadi sebuah insiden pada bagian tertentu dari sirkuit.[110] Minggu berikutnya, FIA dilaporkan mengirim surat elektronik ke semua tim untuk meminta agar mereka menyimpan informasi terkait kecelakaan Bianchi di Suzuka, untuk digunakan secara eksklusif oleh panel kecelakaan yang dibentuk oleh FIA untuk menyelidiki kecelakaan Bianchi.[111] Satu minggu kemudian, FIA mengumumkan panel peninjau untuk menyelidiki penyebab kecelakaan, yang terdiri dari mantan pembalap dan kepala tim,[112] dan menerbitkan temuannya empat minggu kemudian.[113] Laporan tersebut menemukan bahwa tidak ada penyebab tunggal untuk kecelakaan Bianchi. Sebaliknya, faktor-faktor yang berkontribusi ditemukan meliputi kondisi trek, kecepatan mobil, dan keberadaan alat derek yang ada di sirkuit.[114] Laporan tersebut juga membuat beberapa saran untuk meningkatkan keselamatan saat berada dalam situasi yang sama, yang kemudian diperkenalkan untuk musim 2015, sebelum menyimpulkan bahwa cedera Bianchi tidak dapat dikurangi melalui perubahan desain kokpit. Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa Bianchi menekan pedal gas dan rem yang seharusnya mematikan tenaga ke mesin. Namun, sistem brake-by-wire Marussia yang dirancang secara unik ternyata tidak kompatibel dengan konsep gagal-aman, sehingga mesin tidak bisa dimatikan. Meskipun demikian, Marussia tidak dianggap bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut.[114] Atas pertimbangan keamanan, mulai musim 2015 FIA mengambil kebijakan terkait waktu mulai lomba, dengan menegaskan bahwa perlombaan tidak boleh digelar dalam rentang waktu kurang dari empat jam sebelum matahari terbenam atau senja, kecuali dalam perlombaan yang dinyatakan sebagai "balapan malam hari". Regulasi yang direvisi ini memengaruhi waktu start untuk Grand Prix Australia, Malaysia, Tiongkok, Jepang, dan Rusia.[115] Pada Juli 2015, Ketua Komisi Keselamatan FIA, Peter Wright, mengatakan bahwa kokpit tertutup tidak akan mencegah cedera kepala Bianchi. Sementara Wakil Presiden FIA, Andy Mellow, menegaskan bahwa memasang pelindung benturan pada alat derek yang ada di sekeliling sirkuit bukanlah sebuah solusi yang layak.[91] Pembaruan mengenai perawatan medisPembaruan untuk informasi terkini terkait kondisi Bianchi setelah operasi dilakukan oleh ayahnya mulai tanggal 13 Oktober 2014. Bianchi dilaporkan berada dalam kondisi "putus asa", dengan dokter menggambarkan keadaan Bianchi yang masih hidup sebagai sebuah keajaiban. Meski begitu, sang ayah terang-terangan menyatakan bahwa dirinya optimis melihat putranya akan sadar dari masa komanya. Ia mengambil contoh Michael Schumacher yang tersadar dari masa koma usai menjalani serangkaian operasi setelah mengalami kecelakaan ski pada akhir tahun 2013.[116] Tim Marussia juga mengeluarkan pembaruan rutin tentang kondisi Bianchi, sambil menolak mengenai spekulasi awal tentang peran mereka dalam kecelakaan itu.[117] Saat dirawat di rumah sakit di Yokkaichi, Bianchi tetap dalam kondisi kritis tapi stabil, dan membutuhkan ventilator medis.[118][119][120] Ia keluar dari masa koma induksinya pada November 2014 dan mulai bernapas tanpa bantuan alat, yang memungkinkan untuk pemindahan ke Centre Hospitalier Universitaire de Nice (CHU) di Prancis.[121] Di sana, Bianchi tetap tidak sadarkan diri dan dalam kondisi kritis tetapi lebih mudah diakses oleh keluarganya untuk berjaga sehari-hari.[122][123] Pada tanggal 13 Juli 2015, ayah Bianchi secara terbuka mengakui menjadi "pesimis" karena tidak ada kemajuan berarti dan selang waktu sejak kecelakaan itu.[124] Akhir hayatBianchi meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 2015, dalam usia 25 tahun, akibat cedera parah yang dideritanya saat kecelakaan di Suzuka sembilan bulan sebelumnya.[125] Kematiannya membuatnya menjadi pembalap F1 pertama yang tewas akibat cedera dalam sebuah perlombaan Grand Prix sejak Ayrton Senna pada musim 1994.[126][127] Dalam pernyataan resminya, keluarga Bianchi mengatakan:[128][129]
Upacara pemakaman diadakan di Gereja Katedral Nice, pada tanggal 21 Juli 2015. Jenazah Bianchi kemudian dikremasi dan abunya disemayamkan di Pemakaman Monte Carlo.[130] Rekan-rekan sesama pembalap F1 menghadiri pemakaman Bianchi, termasuk Alexander Wurz, Esteban Gutiérrez, Allan McNish, Alexander Rossi, Lewis Hamilton, Charles Leclerc, Nico Rosberg, Jenson Button, Sebastian Vettel, Jean-Éric Vergne, Marcus Ericsson, Roberto Merhi, Adrian Sutil, Valtteri Bottas, Pastor Maldonado, Pedro de la Rosa, Romain Grosjean, Daniel Ricciardo, Felipe Massa, Alain Prost, Nico Hülkenberg, Olivier Panis, Daniil Kvyat, dan Max Chilton.[131][132] Pada bulan Mei 2016, diumumkan bahwa keluarga Bianchi berencana untuk mengambil tindakan tuntutan hukum terhadap FIA, tim Marussia, dan Formula One Group pimpinan Bernie Ecclestone.[133] Pada bulan Mei 2017, keluarga Bianchi bersama pihak-pihak yang terkait mengumumkan kesepakatan untuk mengakhiri tuntutan hukum. Mereka menyepakati bahwa pelajaran penting yang bisa diambil dari musibah yang menimpa Bianchi adalah FIA harus terus menerus memperhatikan dan meningkatkan standar keselamatan di ajang F1 semaksimal mungkin.[134] PenghormatanSebuah acara penghormatan secara luas diikuti oleh sesama rekan pembalap, baik yang masih aktif ataupun yang sudah pensiun. Hadir juga pimpinan Formula One Group Bernie Ecclestone, presiden Prancis saat itu François Hollande, dan tokoh olahraga lainnya.[135] Tim Manor Marussia juga menerbitkan pernyataan dalam halaman Facebook mereka yang menggambarkan Bianchi sebagai "sosok yang luar biasa" dan "seorang yang memiliki bakat yang bersinar".[135] Grand Prix Drivers' Association mengumumkan bahwa mereka merasa bertanggung jawab "untuk tidak menyerah dalam meningkatkan keselamatan".[136] Presiden FIA Jean Todt juga mengumumkan bahwa nomor balap #17 akan dipensiunkan dari daftar nomor yang tersedia untuk pembalap F1 sebagai tanda penghormatan.[137] Presiden Ferrari Luca Montezemolo menyatakan bahwa berkat pengalaman selama mengikuti ajang Seri GP2, performa bagus bersama Marussia serta konsistensi yang didapatkan dari serangkaian hasil uji coba, Bianchi adalah pembalap yang telah dipilih olth tim Scuderia Ferrari untuk masa depan dan bahkan digambarkan sebagai calon kandidat kuat untuk menggantikan Kimi Räikkönen.[138] Sementara itu, pada lomba Indy Lights di Iowa Speedway yang digelar pada akhir pekan yang sama dengan kematian Bianchi, Max Chilton berhasil meraih posisi start terdepan dan selanjutnya tampil sebagai pemenang lomba. Chilton kemudian mendedikasikan prestasinya tersebut untuk menghormati Bianchi, yang pernah menjadi rekan setimnya saat membalap di ajang F1.[139][140] Sesi mengheningkan cipta selama satu menit diselenggarakan sebelum dimulainya Grand Prix Hungaria 2015 untuk menghormati Bianchi dan di hadapan keluarganya yang dikelilingi oleh para pembalap.[141] Stiker untuk mengenang Bianchi yang ditempelkan pada helm dan mobil masing-masing pembalap adalah bentuk penghormatan lain yang diadakan di perlombaan tersebut. Pemenang balapan Grand Prix Hungaria, Sebastian Vettel, mendedikasikan kemenangannya untuk Bianchi dan keluarga. Ia mengakui bahwa pembalap Prancis itu akan menjadi bagian dari tim Ferrari di masa depan. Daniil Kvyat dan Daniel Ricciardo, yang masing-masing finis kedua dan ketiga, juga mendedikasikan podium yang mereka raih untuk mengenang Bianchi.[142] Pada tahun 2016, Rue du Sapin, sebuah jalan raya akses menuju ke stadion Allianz Riviera yang menjadi kandang dari klub sepak bola OGC Nice, telah diubah namanya menjadi Rue Jules Bianchi untuk menghormati Bianchi.[143] Pada Grand Prix Monako 2019, pembalap Monako Charles Leclerc, yang merupakan anak baptis Bianchi, mengenakan helm penghormatan untuk Bianchi dan ayah Leclerc, Herve. Leclerc menggunakan desain helm Bianchi di satu sisi, dan desain helm ayahnya di sisi yang lain.[144] Pada Grand Prix Bahrain 2020, Romain Grosjean mengalami kecelakaan besar yang membuat mobilnya terbelah menjadi dua dan terbakar. Grosjean memuji peningkatan standar keamanan mobil F1 yang menyelamatkan nyawanya, yang ia sebut merupakan warisan berharga dari kecelakaan yang dialami Bianchi.[145] YayasanPada bulan Desember 2015, ayah Bianchi mengumumkan rencana untuk membuat yayasan untuk menghormati putranya, serta untuk membantu membina pembalap muda sepanjang karier mereka.[134] Inisiatif ini melibatkan pameran memorabilia Jules Bianchi (mulai dari gokar, mobil balap kursi tunggal, hingga gambar dan video pribadi) dan pernak-pernik koleksi dengan branding JB17. Di antara para pendukungnya adalah Pangeran Albert II dari Monako, yang juga turut berperan dalam berdirinya yayasan tersebut.[146] Dalam budaya populerMusisi Prancis Benjamin Biolay menciptakan singel yang berjudul Grand Prix, yang isi liriknya mendeskripsikan mengenai musibah yang dialami Bianchi. Singel ini menjadi bagian dalam album yang juga berjudul Grand Prix. Biolay menyebut bahwa ia merupakan penggemar balap mobil dan ikut sedih saat mendengar berita kematian Bianchi.[147] Dalam acara Victoires de la Musique 2021, album Grand Prix berhasil meraih penghargaan sebagai Album Terbaik.[148] Bianchi juga dimunculkan sebagai ekstra dalam film dokudrama Formula E berjudul And We Go Green yang diproduseri oleh Leonardo DiCaprio, dengan menggunakan potongan arsip video saat ia masih hidup. Film ini dirilis pada tahun 2020.[149] Statistik karierCatatan karting
Musim ke musim
† Bianchi tampil sebagai pembalap tamu. Oleh karena itu, ia tidak memenuhi syarat untuk meraih poin kejuaraan. Hasil kejuaraan junior(kunci) (Lomba yang ditebalkan mengindikasikan pole position sementara yang dimiringkan mengindikasikan lap tercepat; angka kecil menandakan posisi saat finis) Hasil Formula 3 Euro Series
Hasil Seri Formula Renault 3.5
Hasil Seri GP2
Hasil Seri GP2 Asia
Hasil Formula Satu(kunci) (Lomba yang ditebalkan mengindikasikan pole position sementara yang dimiringkan mengindikasikan lap tercepat; angka kecil menandakan posisi saat finis)
† Pembalap tidak menyelesaikan Grand Prix, tetapi diklasifikasikan masuk finis karena sudah menyelesaikan lebih dari 90% jarak perlombaan. Catatan kakiReferensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Jules Bianchi.
|