Bubur
Istilah ini biasa dipakai dalam dunia boga, seperti pada bubur ayam, bubur ketan hitam, atau bubur kacang hijau, bubur ketan.[1] Istilah bubur juga dipakai dalam bidang lain, pertanian atau biologi misalnya, yaitu bubur bordo (bubur bubur bordeaux): fungisida campuran antara sulfat tembaga (kuprihidroksida) dan kapur (kalium-sulfat), biasanya dicemprotkan pada tanaman yang diserang hama.[1] Di Sulawesi terdapat bubur tinutuan atau bubur manado yang dibuat dari beras diberi bumbu: garam, daun salam, sereh, daun kemangi, dan ditambah jagung dan ubi merah.[1] Bubur kanji, bubur beras, bubur nasi atau kadang hanya disebut bubur adalah sejenis hidangan bubur yang dibuat dari beras yang dimasak dengan sejumlah air yang cukup banyak. Hidangan ini populer di sejumlah negara-negara Asia. Bubur kanji ini biasanya dijadikan makanan pokok pengganti nasi. Karena rasanya tawar, biasanya hidangan ini disajikan dengan hidangan pendamping, bumbu, dan saus penambah rasa; misalnya menambahkan suiran daging ayam yaitu sebagai bubur ayam, daging, atau ikan. Kecap asin, garam, merica, kecap manis, dan kadang kaldu ayam ditambahkan untuk menambah citarasa bubur kanji. Nama bubur kanji dapat beraneka ragam sesuai variasi resep dan bahannya. Meskipun resepnya berbeda-beda, istilah bubur kanji biasanya merujuk pada adonan bubur berwarna putih yang dihasilkan dari merebus beras dalam waktu yang relatif lama. Jika beras direbus di dalam air yang banyak dalam kurun waktu yang lama di atas api, maka lapisan kulit ari pelapis butiran beras akan luruh, maka butiran beras luruh menjadi bubur. Jenis bubur berdasarkan bahan pembuatnyaNama bubur berdasarkan daerah asalnyaKoreaJuk (죽) adalah bubur khas Korea yang terbuat dari bahan palawija seperti beras, kacang kedelai, dan kacang tanah dan wijen yang direbus.[2][3] Bahan-bahan tambahan untuk isi juk antara lain abalon, ayam, kacang pinus, sayuran, ginseng dan ikan.[3] Orang Korea menikmati juk selagi hangat, terutama di pagi hari sebagai ganti nasi.[3] Juk baik untuk pencernaan karena teksturnya lembut.[3] Tradisi memasak juk sudah lama dipraktikkan orang Korea, namun resep masakannya baru tertulis pada zaman Dinasti Joseon (1397-1910).[3] Orang pada masa Joseon menyajikan juk untuk orang tua di pagi hari di istana dan rumah-rumah rakyat biasa.[3] Pada musim dingin khususnya pada hari dongji (titik balik musim dingin), juk dimasak bersama kacang merah yang dipercaya dapat mengusir arwah jahat yang membenci warna merah.[3] Pranala luar
Referensi
|