Jesa adalah upacara yang dipraktikkan di Korea untuk memperingati hari kematian leluhur di sebuah keluarga.
Jenis ritual
Ada beberapa jenis ritual yang diadakan seperti gijesa (기제사), charye (차례), seongmyo (성묘), myosa (묘사). Gijesa adalah upacara yang dilakukan pada peringatan hari kematian leluhur setiap tahunnya. Gijesa diadakan untuk memberikan persembahan bagi 4 generasi nenek moyang terdahulu di rumah keturunan yang paling tua. Sedangkan upacara persembahan yang diperingati pada hari Chuseok disebut charye. Pada hari Hansik atau 1 hari sebelum Chuseok, orang Korea berziarah dan membersihkan makam leluhur mereka. Kemudian mereka memberikan persembahan makanan, buah-buahan dan arak, lalu bersujud di depan makam. Upacara ini disebut seongmyo. Sedangkan Myosa adalah upacara yang diadakan di makam leluhur setiap bulan Oktober pada kalender lunar kepada 5 atau lebih generasi nenek moyang terdahulu.
Ritual
Untuk memulai upacara, anak lelaki tertua menyiapkan berbagai jenis makanan seperti arak, sup taro, daging sapi, ikan dan 3 jenis sayuran berbeda warna, buah-buahan, tteok atau seongpyeon.
Di malam hari atau pada tengah malam, keluarga menyusun meja altar dan menyusun tulisan-tulisan berisi doa. Setelah itu mereka memberi salam (kangshin), menuangkan arak, dan membaca doa. Setelah ritual pertama selesai, anak tertua akan memberi sujud dua kali diikuti anak laki-laki berikutnya dan anak menantu lelaki. Ketika semua ritual selesai, semua anggota keluarga memberi sujud 2 kali dan mengantarkan arwah leluhur pulang sampai tahun berikutnya. Meja altar lalu dibersihkan dan kertas-kertas doa dibakar pada keesokan harinya.
Setelah upacara berakhir, semua anggota keluarga akan menikmati makanan persembahan dan minum arak (umbok). Menikmati makanan persembahan dan arak dianggap sebagai bagian penting dari upacara, karena melambangkan rezeki dan berkat yang dilimpahkan kepada keluarga.
Ritual pada masa kini
Upacara persembahan bagi arwah nenek moyang telah banyak berubah saat ini di Korea. Pada umumnya orang Korea kini hanya memberi persembahan bagi 2 generasi nenek moyang terdahulu, dan dalam beberapa kasus, ada yang hanya memberi persembahan bagi orang tua mereka sendiri. Selain itu, lebih banyak orang yang melakukan upacara di malam hari, bukan lagi pada dini hari. Mereka juga melakukan ritual di rumah anak lelaki yang lebih muda.