Sejumlah para sarjana modern menggolongkan Kitab Raja-raja ke dalam kelompok "Sejarah Deuteronomistis", yang serangkaian dengan Kitab Ulangan, Kitab Yosua, Kitab Hakim-hakim, dan Kitab Samuel, yang merupakan susunan sejarah teologis bangsa Israel dan dimaksudkan untuk menjelaskan hukum Allah untuk Israel di bawah bimbingan para nabi.[1] Pada mulanya, Sejarah Deuteronomistis dianggap ditulis oleh satu orang, tetapi saat ini para pakar lebih meyakini bahwa kitab-kitab dalam Sejarah Deuteronomistis ditulis dengan menggabungkan sejumlah teks-teks terpisah yang berasal dari berbagai zaman.[2][3]
Nama
Nama "Raja-raja" merupakan terjemahan dari nama kitab ini dalam bahasa Ibrani מְלָכִים (melakhim, har. "raja-raja"), yaitu bentuk jamak dari מֶלֶךְ (melekh, har. raja) yang seakar dengan kata מָלַךְ (malakh, har. "memerintah"). Dengan demikian, nama kitab ini merujuk pada raja-raja dari Kerajaan Israel bersatu, dan kemudian dari Kerajaan Israel Samaria dan Kerajaan Yehuda, yang riwayatnya dituliskan dalam kitab ini.
Tokoh penting
Sejumlah tokoh yang mendapat perhatian dalam Kitab Raja-raja antara lain:
Para ahli percaya bahwa Kitab Raja-raja ditulis untuk memberikan penjelasan teologis mengenai kehancuran Kerajaan Yehuda oleh Babilonia (Babel) sekitar tahun 586 SM dan untuk mengokohkan alasan untuk kembali dari pembuangan ke Babilonia.[4] Kitab Raja-raja (1 Raja-Raja dan 2 Raja-Raja) yang terdapat dalam Tanakh memuat pandangan Alkitab terhadap sejarah bangsa Israel sejak kisah hari tua dan kematian Daud sampai kepada pelepasan keturunannya, raja Yoyakhin dari penjara di Babel, meliputi periode sekitar 400 tahun (~.960-560 SM).[4] Para ahli cenderung membagi kitab ini menjadi tiga edisi, yaitu edisi pertama dari akhir abad ke-7 SM serta edisi kedua dan terakhir dari pertengahan abad ke-6 SM.[5][6]
Kitab Raja-raja ditulis sebagai kitab sejarah, tetapi juga mencampurkan legenda, cerita rakyat, kisah mujizat dan ada anggapan "kisah khayalan", dalam suatu tawarikh, dengan tujuan utama untuk menjelaskan apa yang terjadi berdasarkan nilai kebenaran ilahi, sehingga lebih tepat dibaca sebagai pustaka teologi dalam bentuk kitab sejarah.[7]
Penyusunan kitab
Seperti halnya pada Kitab Samuel, Kitab Raja-raja pada sebagian besar Alkitab Ibrani modern masih berupa kitab tunggal, sedangkan Kitab Raja-raja pada AlkitabKristen berupa dua kitab, yang disebut Kitab 1 dan 2 Raja-raja.
Sejarah pembagian kitab
Kitab Raja-raja pada mulanya (dan masih dipertahankan hingga saat ini pada sejumlah versi Alkitab Ibrani) diperkirakan hanya berupa satu kitab (gulungan) tunggal yang bernama "Kitab Raja-raja". Pembagian kitab ini menjadi 2 kitab terpisah berasal dari Alkitab Ibrani terjemahan bahasa Yunani Koine pertama, yaitu Septuaginta (LXX). Septuaginta membagi dan juga mengelompokkan Kitab Samuel dengan Kitab Raja-raja, sehingga menjadi 4 buah kitab terpisah dengan nama yang sama, yaitu "Kitab Kerajaan-kerajaan" atau "Kitab Penguasa-penguasa" (bahasa Yunani Koine: Βíβλοι Βασιλειῶν translit. Bíbloi Basileiôn). Kitab 1 dan 2 Samuel modern masing-masing pada saat itu disebut "Kitab 1 dan 2 Kerajaan-kerajaan", sedangkan Kitab 1 dan 2 Raja-raja modern masing-masing disebut "Kitab 3 dan 4 Kerajaan-kerajaan".
Pembagian pada Septuaginta ini kemudian diadopsi oleh umat Kristen perdana dan diadopsi ke dalam Alkitab Katolik terjemahan bahasa Latin Klasik, Vulgata, dengan perubahan nama label menjadi "Kitab Raja-raja" (bahasa Latin: Liber Regum. Kitab 1 dan 2 Samuel modern masing-masing pada saat itu disebut "Kitab 1 dan 2 Raja-raja", sedangkan Kitab 1 dan 2 Raja-raja modern masing-masing disebut "Kitab 3 dan 4 Raja-raja").[8] Pembagian dan penamaan ini masih diikuti oleh versi-versi Alkitab setelahnya untuk waktu yang lama, dan bahkan sempat dipakai oleh edisi-edisi bahasa Ibrani sekitar awal abad ke-16.[9]
Pembagian Kitab Raja-raja pada versi-versi Alkitab Kristen modern dimulai pada abad ke-16 setelah peristiwa Reformasi Protestan. Alkitab Luther dan versi-versi Alkitab Protestan yang menirunya mulai menggunakan pembagian dan penamaan modern, yaitu dengan mengembalikan nama Kitab Samuel dan Kitab Raja-raja menurut versi konservatifnya tetapi Kitab Samuel dan Kitab Raja-raja masing-masing tetap terbagi menjadi dua. Model ini kemudian dikenal luas dan bahkan akhirnya diterima juga oleh versi Kitab Suci Katolik hingga sekarang (yang ditandai dengan penyesuaian nama kitab pada Nova Vulgata). Meskipun begitu, beberapa versi Alkitab modern masih memelihara pembagian lama (seperti Vulgata Hieronimus), misalnya, Alkitab Douay Rheims.[10]
Pelabelan kembali seperti Alkitab konservatif juga mulai diterapkan kembali dalam Alkitab Ibrani pada kurun waktu dewasa ini, tetapi umumnya tanpa pembagian menjadi dua kitab seperti dalam Alkitab Kristen.[11]
Pembagian pada Alkitab Kristen
Dalam Alkitab Kristen, Kitab Raja-raja terbagi menjadi 2 kitab terpisah.
Kitab 1 Raja-raja, berisi tentang riwayat pemerintahan raja Salomo serta raja-raja Israel dan Yehuda setelah perpecahan atau skisme. Selain itu, terdapat pula catatan nubuat dari beberapa nabi, dan yang paling menonjol di antaranya adalah Elia.
^Grabbe, Lester L. (2016-12-01). 1 & 2 Kings: An Introduction and Study Guide: History and Story in Ancient Israel (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). T&T Clark. ASINB01MTO6I34.