Kitab dalam Alkitab
Alkitab Kristen berkisar dari 66 kitab (kanon Protestan) sampai dengan 81 kitab (kanon Tewahedo Ortodoks Ethiopia). Kelompok religius yang berbeda memasukkan kitab-kitab yang berbeda dalam kanon Alkitab mereka masing-masing, dengan urutan yang berbeda pula, dan terkadang membagi atau menyatukan kitab-kitab tertentu. Tanakh (terkadang disebut Alkitab Ibrani) memuat 24 kitab yang dibagi menjadi tiga bagian: 5 kitab Torah ("ajaran") atau Taurat, Nevi'im ("nabi-nabi"), dan Ketuvim ("tulisan-tulisan"). Bagian pertama Alkitab Kristen disebut Perjanjian Lama, yang mana memuat setidaknya 24 kitab tersebut tetapi dibagi-bagi menjadi 39 kitab dengan urutan berbeda. Gereja Katolik dan semua Gereja Timur juga berpegang pada keyakinan bahwa berbagai bagian dan kitab deuterokanonika tertentu merupakan bagian dari kanon Perjanjian Lama. Bagian kedua Alkitab Kristen adalah Perjanjian Baru, yang mana memuat 27 kitab: empat Injil kanonik, Kisah Para Rasul, dua puluh satu surat atau Epistola, dan Kitab Wahyu. Gereja-gereja Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, dan Kristen Asiria mungkin memiliki sedikit perbedaan dalam daftar kitab-kitab kanonik mereka. Daftar yang disajikan di bawah bagi gereja-gereja ini adalah yang paling inklusif: jika setidaknya ada satu gereja Timur menerima suatu kitab maka akan disertakan di sini. Alkitab Ibrani dan Perjanjian LamaAlkitab IbraniYudaisme Rabinik mengakui 24 kitab dari Teks Masoret, yang biasanya disebut Tanakh atau Alkitab Ibrani, sebagai otoritatif.[1] Tidak ada konsensus keilmuan mengenai kapan kanon Kitab Suci atau Alkitab Ibrani ditetapkan; beberapa akademisi berpendapat bahwa kanon tersebut ditetapkan oleh dinasti Hashmonayim,[2] sementara lainnya berpendapat bahwa tidak ada penetapan hingga abad ke-2 M atau bahkan setelahnya.[3] Teori sebelumnya yang populer adalah bahwa Torah dikanonisasi ca 200 SM, Para nabi ca 200 SM, dan Tulisan-tulisan ca 100 M,[4] mungkin pada suatu konsili hipotetis di Yamnia sebagaimana disimpulkan oleh Heinrich Graetz pada tahun 1871. Teori Konsili Yamnia semakin hari semakin banyak ditolak oleh para akademisi modern.[3][5][6][7][8] Kitab protokanonika Perjanjian LamaKalangan Protestan dan Katolik[9] menggunakan Teks Masoretik sebagai dasar tekstual untuk penerjemahan kitab-kitab protokanonika (kitab-kitab yang dipandang kanonik oleh kalangan Yahudi dan semua Kekristenan), dengan berbagai perubahan yang berasal dari aneka ragam sumber kuno lainnya (seperti Septuaginta, Vulgata, Naskah Laut Mati, dan lainnya). Septuaginta dan Vulgata, yang mana sekarang dilengkapi dengan naskah-naskah Aramaik dan Ibrani kuno, juga digunakan sebagai dasar tekstual bagi penerjemahan kitab-kitab deuterokanonika. Gereja Ortodoks Timur menggunakan Septuaginta (diterjemahkan pada abad ke-3 SM) sebagai dasar tekstual bagi keseluruhan Perjanjian Lama, baik kitab-kitab protokanonika maupun deuterokanonika, untuk digunakan dalam keperluan liturgis dan sebagai dasar penerjemahan ke dalam bahasa setempat (vernakular).[10][11] Sebagian besar kutipan Perjanjian Lama (300 dari 400) dalam Perjanjian Baru, meski sedikit banyak berbeda dengan versi yang disajikan oleh Teks Masoret, selaras dengan yang termuat dalam Septuaginta.[12] Kitab deuterokanonika Perjanjian LamaKitab-kitab yang dikatakan banyak ditulis selama periode 'antar perjanjian' disebut sebagai apokrifa Alkitab ("hal-hal yang tersembunyi") oleh Protestan, deuterokanon ("kanon kedua") oleh Katolik, dan deuterokanon atau anagignoskomena ("layak dibaca") oleh Ortodoks. Semua kitab ini merupakan karya-karya yang diakui oleh Gereja Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Ortodoks Oriental sebagai bagian dari kitab suci (dan dengan demikian artinya lebih kepada deuterokanonika daripada apokrifa), tetapi Protestan tidak mengakuinya sebagai inspirasi ilahi. Ortodoks membedakan kitab-kitab suci dengan mengabaikan kitab-kitab ini (dan yang lainnya) dari ibadat bersama dan dari penggunaannya sebagai suatu dasar tunggal untuk penetapan doktrin.[butuh rujukan] Banyak kalangan yang mengakui bahwa kitab-kitab tersebut bermanfaat, namun tidak setingkat dengan kitab-kitab lainnya dalam Alkitab. Kalangan Anglikan menganggap bahwa apokrifa tersebut "dibaca sebagai teladan dalam kehidupan" tetapi tidak digunakan "untuk menetapkan doktrin apa pun."[13] Martin Luther membuat sebuah pernyataan paralel dengan menyebutnya: "tidak dianggap sama dengan Kitab Suci, tetapi berguna dan baik untuk dibaca."[14] Perbedaan dalam semua kanon tersebut berasal dari perbedaan dalam Teks Masoret dengan Septuaginta. Kitab-kitab yang ditemukan baik dalam teks Ibrani maupun Yunani tersebut diterima oleh semua denominasi Kristen, dan Yahudi; ini disebut kitab-kitab protokanonika. Katolik dan Ortodoks juga menerima kitab-kitab tersebut yang mana terdapat dalam naskah Septuaginta, suatu terjemahan Yunani kuno dari Perjanjian Lama yang tersebar luas di kalangan Yahudi zaman dahulu, dengan catatan bahwa Katolik menganggap 3 Esdras dan 3 Makabe apokrif. Sebagian besar kutipan Perjanjian Lama di Perjanjian Baru, yang mana terdapat perbedaan dalam berbagai tingkatan dari Teks Masoret, diambil dari Septuaginta. Kitab Daniel dituliskan beberapa ratus tahun setelah zaman Ezra, dan sejak saat itu beberapa kitab Septuaginta ditemukan dalam bahasa Ibrani aslinya, yakni dalam Gulungan Laut Mati, Geniza Kairo, dan di Masada; misalnya Sirakh dalam sebuah teks Ibrani (di Qumran, Masada), dan Tobit dalam sebuah teks Aramaik (di Qumran). Tambahan untuk Kitab Ester dan Daniel juga dalam bahasa Semit masing-masing kitab tersebut. Konsensus yang disepakati oleh para akademisi menganggap beberapa kitab lainnya, seperti Kitab 1 Makabe dan Yudit, disusun dalam bahasa Ibrani atau Aramaik. Namun ada perbedaan pendapat mengenai Kitab Barukh, kendati Surat Nabi Yeremia, Kitab Kebijaksanaan Salomo, dan 2 Makabe diakui berasal dari komposisi Yunani.
Ortodoks TimurKitab-kitab tambahan yang diterima oleh Ortodoks Timur:
Ortodoks SiriaKitab-kitab tambahan yang diterima oleh Ortodoks Siria (karena diikutsertakannya dalam Pesyita):
Ortodoks EthiopiaGereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia menerima semua kitab deuterokanonika Katolik dan anagignoskomena Ortodoks Timur selain keempat Kitab Makabe.[17] Mereka menerima 39 kitab protokanonika beserta kitab-kitab di bawah ini, yang mana disebut "kanon yang lebih sempit".[18] Enumerasi kitab-kitab dalam Alkitab Ethiopik sangat bervariasi di antara cetakan dan otoritas yang berbeda.[19]
TabelTabel di bawah ini menggunakan pengejaan dan penamaan dalam edisi-edisi modern Alkitab saat ini, seperti misalnya New American Bible Revised Edition, Revised Standard Version, dan English Standard Version, untuk edisi-edisi bahasa Inggris, atau Alkitab Terjemahan Baru LAI dan Alkitab Deuterokanonika (LAI-LBI) untuk edisi-edisi bahasa Indonesia. Pengejaan dan penamaan baik dalam Perjanjian Lama Douay-Rheims 1609 (dan dalam Perjanjian Baru Douay-Rheims 1582) serta revisinya tahun 1749 oleh Uskup Challoner (DRC, edisi cetak saat ini yang digunakan banyak umat Katolik dan sebagai sumber pengejaan Katolik tradisional dalam bahasa Inggris) maupun dalam Septuaginta (LXX) berbeda dengan penamaan dan pengejaan dalam edisi-edisi modern yang berasal dari Teks Masoret Ibrani.[20] Untuk kanon Ortodoks, judul-judul Septuaginta dituliskan dalam tanda kurung apabila berbeda dari edisi-edisi tersebut. Untuk kanon Katolik, judul-judul dari Douay-Rheims dituliskan dalam tanda kurung apabila berbeda dengan edisi-edisi tersebut. Demikian juga King James Version mereferensikan beberapa dari kitab-kitab ini dengan pengejaan tradisional ketika merujuknya dalam Perjanjian Baru, seperti "Esaias" untuk Isaiah (Yesaya). Dalam semangat ekumenisme, banyak terjemahan Katolik dalam bahasa Inggris belakangan ini (seperti New American Bible, Jerusalem Bible, dan berbagai terjemahan ekumenis yang digunakan kalangan Katolik seperti Revised Standard Version Catholic Edition) menggunakan penamaan dan pengejaan [Alkitab Raja James] "standar" yang sama seperti Alkitab Protestan (misalnya 1 Chronicles bukannya 1 Paralipomenon, 1–2 Samuel dan 1–2 Kings bukannya 1–4 Kings) pada kitab-kitab yang secara universal dianggap kanonik, yakni protokanonika. Talmud (komentari Yahudi tentang kitab suci) dalam Baba Batra 14b menyajikan suatu urutan yang berbeda untuk kitab-kitab dalam Nevi'im dan Ketuvim. Pengurutan ini juga dikutip dalam Mishneh Torah Hilchot Sefer Torah 7:15. Urutan kitab-kitab Torah/Taurat bersifat universal dalam semua denominasi agama Yahudi dan Kekristenan. Kitab-kitab yang diperdebatkan, yang termasuk dalam suatu kanon namun tidak terdapat dalam yang lainnya, sering kali disebut apokrifa Alkitab, suatu istilah yang kadang-kadang digunakan secara khusus untuk mendeskripsikan kitab-kitab dalam kanon Ortodoks dan Katolik yang tidak ada dalam Teks Masoret Yahudi dan kebanyakan Alkitab Protestan modern. Kalangan Katolik, mengikuti Kanon Trente (1546), mendeskripsikan kitab-kitab ini sebagai deuterokanonika, sedangkan kalangan Ortodoks Yunani, mengikuti Sinode Yerusalem (1672), menggunakan nama tradisional anagignoskomena (artinya "yang harus dibaca"). Kitab-kitab tersebut terdapat dalam versi-versi Protestan historis; Alkitab Luther berbahasa Jerman menyertakan kitab-kitab tersebut, sebagaimana juga Alkitab Raja James tahun 1611 yang berbahasa Inggris.[13] Sel-sel yang kosong pada tabel menunjukkan bahwa suatu kitab tidak termasuk dalam kanon tersebut.
Beberapa kitab dalam kanon Ortodoks Timur juga ditemukan dalam lampiran Vulgata Latin, yang mana dahulu merupakan Kitab Suci resmi dalam Gereja Katolik Roma (sekarang menggunakan Nova Vulgata).
Perjanjian BaruPada umumnya, di antara semua denominasi Kristen, kanon Perjanjian Baru adalah suatu daftar yang telah disepakati berisikan 27 kitab. Tabel di bawah ini menunjukkan susunan yang benar dari kitab-kitab Perjanjian Baru dan seharusnya selalu menggunakan urutan demikian dalam tradisi Katolik, Ortodoks, dan Protestan.[N 1] Namun tradisi Slavia, Armenia, dan Ethiopia memiliki urutan kitab Perjanjian Baru yang berbeda.
Catatan tabel
Diagram perkembangan Perjanjian LamaLihat pulaCatatan
Pranala luar
|