Surat Yohanes yang Kedua adalah salah satu surat yang terdapat di dalam Perjanjian Baru di AlkitabKristen yang ditujukan pada sebuah jemaat untuk memberikan beberapa petunjuk mengenai sikap yang harus diambil oleh jemaat-jemaat Kristen terhadap orang-orang yang diketahui telah menyebarkan ajaran yang menyesatkan.[1] Surat ini ditulis oleh "pemimpin jemaat" (Rasul Yohanes) kepada "Ibu yang dipilih oleh Tuhan" dan kepada anak-anaknya yang dicintai. Mungkin yang dimaksud dengan "Ibu dan anak-anaknya" ialah sebuah jemaat dan anggota-anggotanya.[2]
Latar Belakang
Penulis
Penulis surat 2 Yohanes dan 3 Yohanes adalah orang yang sama.[3] Ia memperkenalkan dirinya sebagai seorang "Penatua" (2 Yohanes 1; 3 Yohanes 1).[3] Gelar penatua merupakan sebuah gelar kehormatan yang mengandung kewibaan penulis.[3] Gelar penatua juga bukan merupakan gelar petugas/pejabat jemaat seperti dalam surat-surat pastoral.[3] Penatua adalah seorang tokoh yang berwibawa secara pribadi.[3]
Surat 2 Yohanes ditujukan kepada "Ibu" yang terpilih serta anak-anaknya.[3] Maksud dari penggunaan kata "ibu" bukanlah seorang ibu secara harafiah yang diketahui oleh banyak orang, melainkan ini adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah jemaat serta anggota-anggotanya.[3]2 Yohanes 4 mengatakan hanya sebagian anggota-anggota jemaat hidup dalam kebenaran dan bagian inti surat ini adalah berupa peringatan terhadap pihak-pihak penyesat yang mengancam iman kepada Yesus Kristus.[3] Orang seharusnya berpegang teguh pada pengajaran Yesus.[3] Surat ini dengan demikian ditulis untuk membuat pembacanya siap siaga untuk menghadapi pengajar-pengajar sesat.[4]
Waktu Penulisan
Surat ini diyakini ditulis antara tahun 60-65 M.[5] Pendapat lain memberi perkiraan tahun 90-100.[6]
Dan sekarang aku minta kepadamu, Ibu--bukan seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya--supaya kita saling mengasihi.[7]
Ayat 6
Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.[8]
Ayat 9
'Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak.[9]
Permasalahan dalam surat
Masalah yang nyata dalam surat ini adalah untuk memutuskan Surat Kedua dikirimkan kepada seorang individu ataukah pada sekelompok orang.[10] Permasalahan ini muncul karena ada ungkapan ibu yang terpilih yang dalam bahasa Yunani memiliki arti eklekte kuria. Dalam memahami ungkapan ini, terdapat tiga cara untuk memahaminya, antara lain:[10]
Eklekte adalah suatu nama diri dan kuria adalah suatu alamat pemanis yang lazim.[10]
Ada kemungkinan untuk memahami kuria sebagai nama diri.[10]
Harus menyimpulkan bahwa yang dimaksud Ibu yang terpilih adalah gereja.[10]
Muatan Teologi
Kebenaran, Kasih, dan Ketaatan
Kata kebenaran dalam bahasa Yunani diterjemahkan sebagai atletheia.[11] Kata kebenaran ini terus mendominasi bagian pembukaan surat khususnya dalam ayat 1-3.[11] Dalam ayat 2 jelas dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kebenaran adalah iman Kristen.[11] Maksud dari kata kasih sendiri adalah sesuai dengan kebenaran Allah, yaitu kasih yang tulus, yang tidak dimotivasi oleh keinginan untuk menguntungkan diri sendiri.[11] Ketaatan juga tidak dapat dipisahkan dengan kata kasih dan kebenaran.[11] Hidup yang mengasihi berarti hidup yang berjalan menurut kehendak Allah.[11] Hidup dalam kasih sama artinya dengan hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah Bapa.[11] Hidup dalam kebenaran sama artinya dengan hidup dalam ketaatan.[11] Jadi, kasih, kebenaran, ketaatan merupakan sebuah rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.[11] Ketaatan tanpa kasih merupakan pembudakan diri, kasih tanpa ketaatan merupakan kedustaan, dan tanpa salah satu semuanya merupakan ketidakbenaran.[11]
Kristologi
Secara implisit, pandangan Kristologis mengenai surat 2 Yohanes terdapat dalam "Anak Bapa" dalam ayat 3.[11]
Isi
Pendahuluan (ayat 1-3)
Pentingnya kasih (ayat 4-6)
Peringatan terhadap ajaran-ajaran yang salah (ayat 7-11)
^(Indonesia)Donald Guthrie. 1992. Teologi Perjanjian Baru 3. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm.55.
^Donald Guthrie, dkk. 2003. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius-Wahyu. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF. Hlm.877.
^ abcdefghijklC. Groenen. 1984. Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hlm.371-374.
^D. Guthrie, dkk. 2003. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF. hal.877.
^John Arthur Thomas Robinson (1919-1983). "Redating the New Testament". Westminster Press, 1976. 369 halaman. ISBN 10: 1-57910-527-0; ISBN 13: 978-1-57910-527-3
^W. G. Kummel, "Introduction to the New Testament" (Heidelberg i963),ET 1966; 21975.