Kitab Barukh dan Surat Nabi Yeremia atau hanya Kitab Barukh (disingkat Barukh; akronim Bar.) merupakan salah satu kitab yang termasuk dalam kelompok kitab-kitab kenabian, khususnya dalam kelompok nabi-nabi besar, dan menjadi bagian dari golongan Deuterokanonika pada Perjanjian Lama bagi kanon Kitab Suci Katolik. Kitab ini juga terkadang disebut Kitab 1 Barukh untuk membedakannya dengan kitab atau teks lain yang bernama serupa, yaitu 2 Barukh (Apokalips Barukh Siria), 3 Barukh (Apokalips Barukh Yunani), dan 4 Barukh (Paralipomena Barukh).
Nama "Barukh" merujuk pada tokoh Barukh bin Neria, yaitu teman dekat, yang juga menjadi juru tulis dan murid, dari nabi Yeremia yang hidup pada abad ke-6 SM. Nama tersebut diserap dari nama dalam bahasa Ibrani: בָּרוּךְ (barukh), yang secara harfiah berarti "terberkati".
Nama "Surat Nabi Yeremia" diterjemahkan dari nama kitab/bagian kitab ini dalam Alkitab Septuagintabahasa Yunani Kuno: Ἐπῐστολή Ἰερεμίου (Epistolḗ Ieremíou, har."Epistola Yeremia, Surat Yeremia"), yang merujuk pada tema surat ini yang berbentuk epistola/surat dan tradisi yang menyebutkan bahwa surat ini ditulis oleh Nabi Yeremia.
Isi
Struktur
Prakata (1:1–14): "Inilah segala perkataan ... yang ditulis oleh Barukh ... di negeri Babel. ... Maka menangislah mereka semua, berpuasa dan berdoa di hadapan Tuhan."
Pengakuan dosa (1:15 – 2:10): "... Tuhan telah menjaga segala bencana itu, lalu didatangkan-Nya atas diri kami. Sebab Tuhan adalah adil dalam segala sesuatunya ... Namun demikian belum juga kami mendengarkan suara Tuhan ..."
Doa permohonan (2:11 – 3:8): "... bukan orang di dalam dunia orang mati yang nyawanya sudah dicabut dari batinnya itulah yang menyampaikan kemuliaan yang menjadi hak Tuhan ..." (lih. Mazmur 6:6/5)
Kebijaksanaan, milik khusus umat Allah (3:9 – 4:14): "Di manakah para pemimpin sekalian bangsa ... yang menimbun perak dan emas -- yang dipercaya oleh manusia ... Mereka sudah lenyap semua dan turun ke dunia orang mati ..."
Pesan bagi mereka yang berada dalam pembuangan (4:5 – 5:9): "Kamu telah dijual kepada bangsa-bangsa lain, tetapi tidak untuk dibinasakan. Karena telah memurkakan Allah ... Karena dosa anak-anakku ... Allah telah mengirim kepada mereka suatu bangsa dari jauh, ... yang tidak menghormat uban, dan tidak pula menyayangkan kanak-kanak."
Surat Nabi Yeremia tercantum dalam Kitab Suci Katolik sebagai bab terakhir dari Kitab Barukh, yakni Barukh 6. Oleh karena itu nama lengkap kitab ini dalam Alkitab Terjemahan Baru adalah "Kitab Barukh dan Surat Nabi Yeremia". Menurut prakata (pengantar) dari bab tersebut, surat tersebut dituliskan sendiri oleh Nabi Yeremia kepada orang-orang buangan yang berisi tentang pesan-pesan dari Allah untuk orang-orang tersebut.
Kepengarangan
Kitab ini menurut tradisi ditulis oleh Barukh sendiri, meskipun tradisi lain juga menyebutkan bahwa pengarang kitab yang sebenarnya adalah Nabi Yeremia. Namun, beberapa akademisi beranggapan bahwa kitab ini tidak ditulis pada masa kedua tokoh tersebut hidup, malahan kitab ini diperkirakan ditulis pada masa atau tak lama setelah masa kaum Makabe.[2]
Dalam Summa TheologiaeBagian III Soal 4 Pasal 4, Pujangga Gereja St. Thomas Aquinas mengutip Barukh 3:38 untuk menegaskan bahwa "Putra Allah mengenakan kodrat manusia untuk memperlihatkan diri-Nya sendiri di hadapan orang-orang, menurut Barukh 3:38: 'Sesudahnya kebijaksanaan tampil di bumi, lalu bergaul di tengah-tengah manusia.'" Ini merupakan bagian dari pembahasannya tentang "cara persatuan di sisi kodrat manusia" (Bagian III Soal 4). Ia mengutip bagian yang sama dari Barukh dalam Bagian III Soal 40 Pasal 1 untuk membantu menjawab "apakah Kristus harus berhubungan dengan orang-orang, atau menjalani hidup yang menyendiri" (Bagian III Soal 40).
Bapa Gereja St. Klemens dari Aleksandria,[4] ca 217 M, mengutip Barukh 3:16–19, merujuk pada bagian tersebut demikian: "Kitab Suci Ilahi, yang berbicara kepada mereka yang mengasihi diri sendiri dan mereka yang sombong, pada suatu bagian mengatakan dengan sangat baik: 'Di manakah para pemimpin sekalian bangsa ... '" (lih. "Kebijaksanaan, milik khusus umat Allah") (Jurgens §410a).
St. Hilarius dari Poitiers,[5] wafat 368 M, juga seorang Bapa Gereja, mengutip bagian yang sama sebagaimana St. Thomas, supra, (Barukh 3:36–38), mengutip "Yeremia", yang mengenainya Jurgens menyatakan: "Barukh adalah sekretaris Yeremia, dan dikutip oleh para Bapa Gereja kebanyakan menggunakan nama Yeremia" (§864n). St. Hilarius menyatakan: "Selain Musa dan Yesaya, dengarlah sekarang untuk yang ketiga kalinya, dan untuk Yeremia, yang mengajarkan hal yang sama, ketika Ia berkata:..." (Jurgens §864).
^"Baruch" oleh P. P. Saydon, direvisi oleh T. Hanlon, dalam A New Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Reginald C. Fuller, Thomas Nelson, Inc. Publishers, 1953, 1975, §504j. Sumber yang sama menyatakan bahwa "Ada pula bukti-bukti bahwa Barukh dibaca di sinagoge-sinagoge Yahudi pada perayaan-perayaan tertentu pada abad-abad pertama era Kristen (Thackeray, 107-11)," mis. Henry St. John Thackeray, The Septuagint and Jewish Worship, 1923.
^Reginald C. Fuller, ed. (1975) [1953]. A New Catholic Commentary on Holy Scripture. Thomas Nelson., §504h. Juga, "akhir zaman Babel"; "tampaknya dirujuk pula dalam 2Mak.2:1-3" dalam The Jerusalem Bible, 1966, hlm. 1128.