Bahasa Ibrani dikategorikan sebagai C1 National menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini menjadi bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
^Sephardi: [ʕivˈɾit]; Arab Yahudi Irak: [ʕibˈriːθ]; Yaman: [ʕivˈriːθ]; Ashkenazi: [ivˈʀis] atau [ivˈris], atau juga [ʔivˈris] dan [ʔivˈʀis] dalam pelafalan sangat tertekan fonologikalnya.
^Sensus Amerika Serikat tahun 2000 PHC-T-37. Kemampung Berbahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari: 2000. Table 1a.PDF (11.8 KB)
Contoh paling awal dari bahasa Ibrani tertulis ditulis dalam aksara Paleo-Ibrani tertanggal abad ke-10 SM.[21] Hampir semua ayat dalam Alkitab Ibrani ditulis dalam dialek bahasa Ibrani Alkitab yang diperkirakan oleh para ahli muncul pada kisaran abad ke-6 SM, yakni tepatnya pada masa pembuangan ke Babilonia. Karena alasan ini, bahasa Ibrani dipakai oleh masyarakat Yahudi pada kala itu disebut sebagai Lashon Hakodesh (לְשׁוֹן הַקֹּדֶש, terj. har.'lidah suci' atau 'lidah [yang terbuat] dari kesucian'). Bahasa ini pada awalnya tidak dikenal sebagai [bahasa] Ibrani pada Alkitab, tetapi sebagai Yehudit (terjemahan: 'bahasa kuno dari Judah') atau Səpaṯ Kəna'an (terjemahan: "bahasa dari Kanaan").[1]
Sejarah
Sebagai kewarganegaraan istilah "Ibrani" merujuk kepada Bani Israel purba, tetapi, sebagai bahasa, kata "Ibrani" merujuk kepada salah satu dari beberapa dialek bahasa Kanaan.
“Bahasa Ibrani adalah cabang dari bahasa Kanaan dan Amorit, atau lebih tepat Kanaan dan Amorit adalah dialek-dialek nenek moyang yang melalui percampuran keduanya pertumbuhan bahasa Ibrani dapat dijelaskan.”(Interpreter’s Dictionary of the Bible, vol.2, 552).
Bahasa Ibrani (Israel) dan Moabit (Yordan) bisa disebut dialek Kanaan Selatan sedangkan Fenisia (Libanon) bisa disebut dialek Kanaan Utara. Bahasa Kanaan dekat berhubungan dengan Aram dan juga dengan bahasa Arab Selatan-Tengah dalam kadar lebih sedikit. Manakala dialek Kanaan lain telah punah, bahasa Ibrani terus hidup. Ibrani berkembang sebagai bahasa tuturan di Israel dari abad ke-10 SM hingga masa sebelum Zaman Bizantium pada abad ke-3 atau ke-4 Masehi. Selepas itu bahasa Ibrani diteruskan sebagai bahasa kesusasteraan hingga Era Moden sebagai bahasa tuturan pada abad ke-19.
Bahasa Ibrani mengalami lima tahap perkembangan yang utama,[22] yaitu:
Ibrani Kuno (sebelum 500 SM)
Ibrani Kitab Suci (~500-200 SM; mis. di kitab Ezra, Nehemia, Ester)
Ibrani Mishnah (~200 SM - 600 M; mis. gulungan naskah Qumran)
Abjad Ibrani terdiri dari 22 huruf.
Abjad Ibrani pada bagan di atas hanya terdiri dari konsonan saja (juga termasuk huruf alef dan ayin). Karena teks Ibrani kuno hanya ditulis dalam bentuk konsonan saja (tanpa vokal), maka pelafalannya didasarkan pada tradisi lisan yang turun-temurun dari generasi ke generasi. Sistem penulisan vokal baru muncul sekitar tahun 500 M sampai 1000 M. Sistem penulisan vokal ini diadakan dengan tujuan untuk melestarikan tradisi lisan tersebut. Teks Ibrani kuno yang tanpa vokal tersebut disebut 'teks tanpa titik'. Gulungan-gulungan yang terdapat di sinagoge-sinagoge dewasa ini ditulis dengan tidak membubuhkan vokal sebagaimana kebanyakan buku-buku, majalah-majalah dan surat-kabar-surat-kabar yang dicetak dalam huruf Ibrani modern. Penulisan yang dibubuhi vokal sangat besar manfaatnya bagi para pemula yang belajar bahasa Ibrani.
Dialek dalam bahasa Ibrani
Terdapat dua jenis tradisi pelafalan bahasa Ibrani, yaitu tradisi pelafalan sefardis dan tradisi pelafalan askenas. Tradisi pelafalan sefardis saat ini dipakai oleh orang-orang Yahudi di Eropa Barat dan juga menjadi pelafalan resmi negara Israel modern. Sedangkan tradisi pelafalan askenas sampai saat ini dipakai oleh perkumpulan-perkumpulan ibadah Yahudi di Eropa Timur. Contoh perbedaan dari kedua pelafalan tersebut di atas sebagai berikut:
Sefardi: Wa'ani tfilati lekha hasyem et ratson ...
^H. S. Nyberg 1952. Hebreisk Grammatik. s. 2. Reprinted in Sweden by Universitetstryckeriet, Uppsala, 2006.
^"Hebrew". Ethnologue. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 May 2020. Diakses tanggal 4 April 2018.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Yağmur, Kutlay (2001), Extra, G.; Gorter, D., ed., "Turkish and other languages in Turkey", The Other Languages of Europe, Clevedon: Multilingual Matters, hlm. 407–427, ISBN978-1-85359-510-3, diakses tanggal 2023-10-06, "Mother tongue" education is mostly limited to Turkish teaching in Turkey. No other language can be taught as a mother tongue other than Armenian, Greek, and Hebrew, as agreed in the Lausanne Treaty [...] Like Jews and Greeks, Armenians enjoy the privilege of an officially recognized minority status. [...] No language other than Turkish can be taught at schools or at cultural centers. Only Armenian, Greek, and Hebrew are exceptions to this constitutional rule.
^Bayır, Derya (2013). Minorities and nationalism in Turkish law. Cultural Diversity and Law. Farnham: Ashgate Publishing. hlm. 89–90. ISBN978-1-4094-7254-4. Oran farther points out that the rights set out for the four categories are stated to be the ‘fundamental law’ of the land, so that no legislation or official action shall conflict or interfere with these stipulations or prevail over them (article 37). [...] According to the Turkish state, only Greek, Armenian and Jewish non-Muslims were granted minority protection by the Lausanne Treaty. [...] Except for non-Muslim populations - that is, Greeks, Jews and Armenians - none of the other minority groups’ language rights have been de jure protected by the legal system in Turkey.
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Hebrewic". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)
^"Bahasa Ibrani". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
^Chomsky, William (1957). Hebrew: The Eternal Language (dalam bahasa Inggris). Philadelphia: The Jewish Publication Society of America. hlm. 1–13.
^Grenoble, Leonore A.; Whaley, Lindsay J. (2005). Saving Languages: An Introduction to Language Revitalization. United Kingdom: Cambridge University Press. hlm. 63. ISBN978-0-521-01652-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 April 2023. Diakses tanggal 28 Maret 2017. Hebrew is cited by Paulston et al. (1993:276) as 'the only true example of language revival.'Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)