Beberapa lama kemudian, orang-orang Yahudi iri hati kepada Paulus dan mulai menentang usaha Paulus untuk memberitakan ajaran Kristen kepada orang-orang non-Yahudi.[1][2] Mereka marah karena orang non-Yahudi telah menunjukkan minat terhadap agama Yahudi.[1][2] Oleh sebab itu, Paulus dengan terpaksa meninggalkan Tesalonika, lalu dia pergi ke Berea.[1][2] Setibanya di Korintus, ia menerima surat dari Timotius, danrekan- rekannya yang lain, tentang keadaan jemaat di Tesalonika.[1][2]
Tujuan penulisan
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Tesalonika ini memiliki tujuan khusus.[4] Surat ini ditulis untuk memberi dorongan dan keteguhan kepada jemaat-jemaat yang ada di daerah itu.[4] Paulus bersyukur atas berita yang diterimanya tentang iman dan kasih mereka.[4] Paulus mengingatkan mereka tentang kehidupannya sendiri ketika ia masih berada di tengah-tengah jemaat-jemaat di Tesalonika pada masa lalu.[4] Setelah menceritakan semuanya itu, Paulus pun menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang kembalinya Kristus datang ke dunia.[4] Ada pun pertanyaan yang mereka ajukan, seperti:[5] kalau seorang Kristen meninggal sebelum Kristus datang kembali, apakah orang itu menerima hidup yang kekal dan sejati dari Kristus? Kapankah Kristus akan datang kembali? Paulus pun menasihati mereka supaya terus bekerja dengan tenang sambil menantikan kedatangan Kristus dengan penuh harapan.[5]
Mayoritas pakar Perjanjian Baru menyatakan Surat 1 Tesalonikato ini otentik, sekalipun ada segelintir yang meragukannya. Gaya penulisan dan isi surat ini selaras dengan surat-surat Paulus yang lain, dan informasi pengarangnya juga dikuatkan di dalam Surat 2 Tesalonika.[7]
Jemaat Gereja
Paulus menyebut dirinya "Rasul untuk orang-orang asing", serta mendirikan gereja-gereja untuk orang bukan-Yahudi di beberapa kota penting di wilayah Kekaisaran Romawi.[8] Orang Tesalonika yang dikirimi surat ini umumnya adalah orang Kristen dari golongan bukan-Yahudi yang merupakan jemaat gereja yang didirikan Paulus. Ini didukung oleh komentar pendek Paulus dalam 1 Tesalonika 1:9 bahwa mereka "berpaling kepada Allah dari berhala-berhala." Hanya orang bukan-Yahudi yang berhenti menyembah berhala setelah menjadi Kristen.
Waktu penulisan
Surat ini diyakini ditulis di permulaan tahun 50 M.[9] Pendapat lain memberi perkiraan tahun 48-49,[10] atau tahun 50-51.[11]
Ayat-ayat terkenal
1 Tesalonika 2:17: Tetapi kami, saudara-saudara, yang seketika terpisah dari kamu, jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu.
1 Tesalonika 4:14: Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.
1 Tesalonika 5:16–18: Bersukacitalah senantiasa. (5:17) Tetaplah berdoa. (5:18) Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Isi
Berikut adalah garis besar isi Kitab Satu Tesalonika:[4]
Salam (1:1)
Doa Ucapan Syukur (1:2-3)
Kenang-kenangan Tesalonika (1:4-2:16)
Jawaban untuk Jemaat Tesalonika (1:4-10)
Pengajaran Injil di Tesalonika (2:1-16)
Motif-motif si Pengkhotbah (2:1-6)
Upah si Pengkhotbah (2:7-9)
Perilaku si Pengkhotbah (2:10-12)
Pesan si Pengkhotbah (2:13)
Penganiayaan (2:14-16)
Hubungan Paulus dengan Jemaat Tesalonika (2:17-3:13)
Keinginan Paulus untuk Kembali (2:17-18)
Paulus Bersukacita (2:19-20)
Misi Timotius (3:1-5)
Laporan Timotius (3:6-8)
Kepuasan Paulus (3:9-10)
Doa Paulus (3:11-13)
Nasihat Kehidupan Orang Kristen (4:1-12)
Umum (4:1-2)
Kesucian Seksualitas (4:3-8)
Kasih Persaudaraan (4:9-10)
Upah Kehidupan Seseorang (4:11-12)
Masalah-masalah yang berkaitan dengan Parousia (4:13-5:11)
Orang-orang Percaya yang Mati sebelum Parousia (4:13-18)
kedatangan Yesus Kristus kembali ke dunia ini adalah fokus utama Paulus dalam suratnya ke jemaat Tesalonika.[13] Hal ini tidak mengherankan, jikalau kita teringat sebab-sebabnya Paulus mengarang surat ini.[13] Tidak dapat tidak bahwa kesukaran, yang dialami di dunia ini mengantar pikiran orang saleh kepada saat yang berbahagia.[13] Dalam hal ini, Kristus menyatakan diri-Nya dalam segala keagungan dan kekuasaan-Nya.[13] Apalagi Paulus merasa dirinya wajib memperbaiki anggapan-anggapan yang salah tentang zaman akhir pada saat itu.[13]
Namun, ini bukan berarti bahwa rasul Paulus bermaksud memberikan suatu eskatologi yang lengkap dan teratur.[13] Paulus tidak menganjurkan suatu filsafat sejarah dan tidak juga mengembangkan pikiran manusia tentang keadaan alam semesta.[13] Dia malah menjelaskan tentang penyataan Allah sendiri, yang diakui dan sah oleh iman dan yang sangat besar artinya bagi jemaat Kristus.[13]
Oleh karena itu, apa yang dikatakan Paulus dalam surat ini tentang pengharapan jemaat Kristen akan penggenapan segala janji Tuhan pada kesudahan alam, semuanya itu tak boleh dipandang sebagai ramalan atau alasan pelbagai perhitungan saja.[13] maksud Paulus tidak lain hanyalah untuk menunjukkan kepada jemaat kepastian dan kesempurnaan keselamatan yang sudah disediakan baginya.[13] Kepercayaan kepada Hari Tuhan itu seharusnya merupakan sumber penghiburan, kekuatan, kegembiraan dan ketabahan hati bagi jemaat dalam sengsaranya.[13] Pengharapan akan parousia segera memenuhi batin orang Kristen dengan terang dan pengharapan, yang tidak diberikan oleh dunia ini, dan akan memberikan kekuatan kepada segenap kehidupan jemaat selama masih berjuang di bumi.[13]
^ abcdefghArnnold E. Airhart.1969.Beacon Bible Commentary, Vol. IX.USA.Beacon Hill Press.433-438.
^ abcdefghF. F. Bruce.1982.Word Biblical Commentary: 1&2 Thessalonians.USA.WORD BOOKS, PUBLISHER.xix-xxvii.
^ abcdW. R. F. Brown.2007.Kamus Alkitab.Jakarta.Gunung Mulia.447-448.
^ abcdefLeon Morris.1984.Tyndale New Tetament Commentaries: 1 and 2 Tessalonians.England.Inter-Varsity Press.20-24.
^ abAbraham Smith.1994.The New Interpreter’s Bible, Vol. XI.USA.Abingdon Press.673-686.
^Ernest Best, The First and Second Epistles to the Thessalonians (New York: Harper and Row, 1972), p. 7
^"The only possible reference to a previous missive is in 2:15...." Raymond E. Brown, An Introduction to the New Testament, Anchor Bible, 1997. p. 590.
^Ehrman, Bart. Peter, Paul, and Mary Magdalene: The Followers of Jesus in History and Legend. Oxford University Press, USA. 2006. ISBN 0-19-530013-0
^John Arthur Thomas Robinson (1919-1983). "Redating the New Testament". Westminster Press, 1976. 369 halaman. ISBN 10: 1-57910-527-0; ISBN 13: 978-1-57910-527-3
^A. Harnack, Geschichte der altchristlichen Litteratur bis Eusehius, Leipzig 1893-7, vol. II.
^W. G. Kummel, "Introduction to the New Testament" (Heidelberg i963),ET 1966; 21975.