Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius adalah salah satu kitab dalam AlkitabKristen bagian Perjanjian Baru yang sebagian besar berisi nasihat-nasihat pribadi kepada Timotius sebagai teman sekerja dan pembantu yang masih muda.[1][2] Inti nasihatnya ialah supaya Timotius tabah. Ia dinasihati dan didorong supaya terus setia menyebarkan berita tentang Tuhan Yesus Kristus serta berpegang pada Perjanjian Lama dan ajaran tentang Injil dari Tuhan; juga supaya Timotius tetap bertugas sebagai guru dan pemberita Injil dari Tuhan, sekalipun menghadapi penderitaan dan pertentangan. Surat ini dimaksudkan agar Timotius semangat mengabarjan firman Tuhan dan menjadi penerus Paulus.
Timotius khusus diperingatkan supaya tidak turut campur dalam perdebatan-perdebatan yang bodoh dan tak bernilai. Perdebatan-perdebatan seperti itu tidak menghasilkan apa-apa, kecuali merusak pikiran orang yang mendengarnya.
Terhadap semuanya itu Timotius diingatkan supaya mengambil contoh dari kehidupan Paulus—yaitu kepercayaannya kepada Kristus, kesabarannya, kasihnya, ketabahannya dan penderitaan yang dialaminya dalam penganiayaan.
Surat ini diasumsikan ditulis pada saat Paulus mencapai akhir masa kehidupannya dan melalui surat ini, Paulus berharap Timotius menjadi penerusnya.
Waktu penulisan
Surat ini diyakini ditulis pada musim gugur (antara bulan September-Desember) tahun 58 M.[3] Pendapat lain memberi perkiraan tahun 50-60.[4]
Ayat-ayat terkenal
2 Timotius 1:7: Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
2 Timotius 3:16: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Isi
Pendahuluan 1:1-2
Pujian dan dorongan 1:3--2:13
Nasihat dan peringatan 2:14–4:5
Keterangan tentang keadaan Paulus 4:6-18
Penutup 4:19-22
Analisis
Surat ini digolongkan "surat-surat Pastoral" yang meliputi juga Surat 1 Timotius dan Surat Titus, di mana gaya bahasa maupun isinya berbeda dengan surat-surat tulisan Paulus yang lain, tetapi satu sama lain sangat mirip, sehingga mungkin sekali ditulis pada waktu yang hampir bersamaan.[5] Ada 4 pokok utama dikupas di dalamnya:[5]
Guru-guru palsu: yaitu "secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya."[6]
Iman sejati: yaitu segala sesuatu yang telah didengar daripada Paulus hendaknya dipegang sebagai contoh ajaran yang sehat dan dilakukan dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.[7]
Perilaku Kristen: mengusahakan supaya selalu layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran.[8]
Kepemimpinan Kristen: harus berani membela kebenaran,[9] dengan menyadari bahwa Injil tidak bergantung kepada pendapat pribadi melainkan kepada Allah sendiri.[10]
Surat 2 Timotius diperkirakan ditulis pada periode yang sama dengan Surat Filipi. Satu-satunya alasan untuk memperkirakan bahwa surat 2 Timotius ini ditulis menjelang akhir hidup Paulus (kecuali jika disimpulkan dari 2 Timotius 1:8 bahwa surat ini ditulis di Roma) adalah kesan bahwa Paulus menyadari kematiannya sudah dekat.[3] Namun, menurut Kisah Para Rasul 20:24, sebelum sampai di Roma, Paulus sudah mengatakan pada musim semi tahun 57 di Melitus: "Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah."[11] Tetapi urusannya menjadi berlarut-larut.[3] Mulanya Paulus mengira bahwa kasusnya akan segera selesai begitu kepala pasukan Lisias datang dari Yerusalem ke Kaisarea (Kisah Para Rasul 24:22) dan ia mengharapkan untuk segera dilepaskan. Sampai saat itu, sepanjang yang diketahui, Paulus tidak mengalami penahanan dalam waktu lama, dan kalaupun dimasukkan dalam penjara setempat (seperti insiden di Filipi yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 16:19–40 sebagai contoh) hanya semalam saja (Kisah Para Rasul 16:35), meskipun tanpa pengaruh adanya gempa bumi. Kata yang dipakai untuk melukiskan pengalamannya, φυλακαί (fulakai, "tahanan"; bahasa Inggris: custody) pada 2 Korintus 6:5; 11:23), tidak pernah digunakan dalam surat-surat yang ditulis dalam masa penjara, di mana selalu dipakai kata δέσμοι (desmoi); dan situasi yang digambarkan memang berbeda.[3] Setelah beberapa bulan, keyakinan Paulus bahwa ia akan dilepaskan mulai kendor. Dalam surat Filipi, meskipun tidak tahu bagaimana akhirnya, Paulus yakin akan bertemu mereka kembali sebentar lagi (Filipi 1:25 dst.; Filipi 2:24).[3] Dalam surat Filemon ia berharap, doa-doa mereka dikabulkan (Filemon 1:22).[3] Dalam surat Kolose dan surat Efesus, ia hanya mengatakan bahwa Tikhikus akan menyampaikan segara berita mengenai dirinya kepada mereka, serta berdoa agar diberi kata-kata yang tepat pada waktunya (Kolose 4:7–9; Efesus 6:19–22).[3] Pada waktu menulis surat 2 Timotius tampaknya hanya kemungkinan kematian yang muncul, harapan untuk dilepaskan rupanya pudar; ia ditinggalkan dan mengharapkan orang-orang untuk mendatanginya (2 Timotius 1:12; 4:6–13).[3] Sebagaimana ia menjelaskan kemudian, sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul 28:19, ia "tidak mempunyai pilihan lain" - selain kartu terakhirnya, "naik banding kepada Kaisar".[3]
Kaitan - dan urutan yang serupa - antara poin-poin dalam surat Filipi dan surat 2 Timotius sangat menarik untuk dilihat, terutama bagaimana ia sampai kepada kata-kata "menyelesaikan pertandingan" (τελειώσω τὸν δρόμον) yang menurut laporan Lukas (Kisah Para Rasul 20:24), disampaikan dalam pidatonya di Miletus. Sebelumnya Paulus menggunakan perumpamaan tentang pertandingan, tetapi di sana dikatakan "berlari" bukan "mencapai garis akhir" (1 Korintus 9:24–26; 1 Timotius 6:12. Tabel berikut memperlihatkan frasa-frasa yang dipakai dalam kolom paralel:[3]
Surat Filipi
Surat 2 Timotius
aku ingin pergi (ἀναλῦσαι) dan diam bersama-sama dengan Kristus (1:23).
saat kematianku (= kepergianku, ἀναλύσεως) sudah dekat. (4:6).
darahku dicurahkan pada korban dan ibadah (εἰ καὶ σπένδομαι) (2:17).
darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan (ἢδη σπένδομαι) (4:6).
Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna (οὐκ ... ἢδη τετελείωμαι), melainkan aku mengejarnya (3:12).
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir (τὸν δρόμον τετέλεκα) (4:7).
berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah (3:14).
Sekarang telah tersedia bagiku (hadiah) mahkota kebenaran (4:8).
^Arnold E. Airhart.1969. "Beacon Bible Commentary", Vol. IX. USA. Beacon Hill Press. 433-438.
^W. R. F. Brown. 2007. "Kamus Alkitab". Jakarta. Gunung Mulia. 447-448.
^ abcdefghijJohn Arthur Thomas Robinson (1919-1983). "Redating the New Testament". Westminster Press, 1976. 369 halaman. ISBN 10: 1-57910-527-0; ISBN 13: 978-1-57910-527-3
^"New Testament chronology" oleh H. von Soden dalam "Encyclopaedia Biblica", disunting oleh T. K. Cheyne dan J. S. Black, 1899-1903, I, 799-819.
^ abJohn Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 9794159050.