1 Tesalonika 4
1 Tesalonika 4 (disingkat 1Tes 4) adalah bagian dari Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Tesalonika dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Digubah oleh rasul Paulus, Silwanus dan Timotius.[3] Teks
StrukturPembagian isi pasal:
Ayat 3
Walaupun jemaat itu hidup di tengah-tengah masyarakat di mana percabulan seksual adalah hal yang wajar dan diterima umum, para rasul tidak berkompromi kekudusan dan kebenaran Allah. Mereka tidak bersedia menurunkan pendirian mereka agar sesuai dengan pandangan atau kecenderungan masyarakat mereka. Apabila mereka menjumpai standar yang rendah di jemaat tertentu (bandingkan Wahyu 2:14–15,20), maka mereka menegur dan berusaha memperbaikinya. Mengingat standar moral yang rendah dewasa ini, para pemimpin yang berperanan rasuli masih diperlukan untuk memanggil gereja untuk kembali kepada patokan kebenaran Allah. Allah menentukan standar kemurnian dan kekudusan yang tinggi bagi semua orang percaya berhubung dengan soal seksual.[5] Kebejatan seksual merugikan orang lain, baik orang percaya atau tidak. Merugikan (bahasa Yunani: pleonokteo) berarti "melanggar", "melampaui yang benar". Semua bentuk hubungan seksual di luar pernikahan merupakan tindakan yang sangat merugikan orang lain. Perzinaan melanggar hak orang lain yang sudah menikah. Kebebasan seksual sebelum pernikahan mencemarkan dan merampas kekudusan dan kemurnian yang dikehendaki Allah untuk seseorang. Perbuatan itu merusak kemurnian dan keperawanan yang harus dibawa dalam pernikahan.[5] Ayat 9
Ayat 16-17
Jemaat Tesalonika tidak paham bagaimana kebangkitan orang Kristen yang sudah mati berhubungan dengan pengangkatan orang Kristen yang hidup pada kedatangan Kristus (lihat Yohanes 14:3). Rupanya mereka berpikir bahwa orang yang sudah mati sebelum Kristus datang kembali untuk gereja tidak akan dibangkitkan sehingga saat lebih kemudian. Paulus mengatakan bahwa orang yang mati di dalam Kristus akan bangkit pada saat yang bersamaan dengan kedatangan Tuhan kembali untuk mereka yang setia dalam gereja-Nya. Peristiwa yang dijelaskan Paulus dalam ayat-ayat ini sering kali disebut sebagai "Keangkatan Gereja".[5] Referensi
Lihat pula
Pranala luar
|