Nama "Makabe" diserap dari nama dalam bahasa Latin: Maccabaeus (har. "Makabe"), yang diserap dari bahasa Yunani Kuno: Μακκαβαῖος (Makkabaîos, har. "Makabe"), yang pada gilirannya diserap dari bahasa Ibrani: מַכַּבִּי (makkabi). Asal kata tersebut tidaklah jelas, tetapi beberapa pakar menduga bahwa kata ini berasal dari kata usang dalam bahasa Ibrani atau Aram, makkaba atau maqqəḇa, yang berarti "palu martil" atau "palu godam",[3] yang merujuk pada keganasan Yudas di medan perang.
Nama "Makabe" sebenarnya merupakan julukan pribadi (bukan marga) untuk tokoh Yudas, putra ketiga dari imam Matatias dan pemimpin pertama gerakan pemberontakan Makabe. Namun pada perkembangannya, nama ini kemudian dikenakan pula kepada saudara-saudara Yudas yang menggantikannya sebagai pemimpin (Yonatan Apfus dan Simon Tasi) pada pemberontakan tersebut.
Isi
Kitab Makabe yang Kedua berfokus pada peristiwa-peristiwa perlawananorang-orang Yahudi, yang dipimpin oleh Yudas Makabe, terhadap raja-raja dari dari Seleukia. Kitab ini diawali dengan surat pengantar kepada orang-orang Yahudi di Mesir, lalu dilanjutkan dengan narasi sejarah yang dimulai dari peristiwa seputar pejabat Seleukia Heliodorus yang ingin mengambil persembahan Bait Allah untuk kas negara pada tahun 180 SM, dan berakhir dengan kekalahan seorang jenderal Siria bernama Nikanor pada tahun 161 SM.
Kitab ini menyajikan versi revisi peristiwa-peristiwa historis yang diceritakan dalam tujuh bab pertama 1 Makabe, ditambah materi dari tradisi Farisi, termasuk doa bagi mereka yang meninggal dunia dan kebangkitan pada Hari Penghakiman.[4] Berbeda dengan 1 Makabe, 2 Makabe tidak memberikan laporan yang lengkap tentang berbagai peristiwa pada masa itu, sebaliknya hanya meliputi periode dari imam agung Onias III dan Raja Seleukus IV (180 SM) hingga kekalahan Nikanor pada 161 SM.
Pengarang 2 Makabe tidak disebutkan, tetapi ia menyebut dirinya menyederhanakan karya Yason dari Kirene yang terdiri atas lima jilid. Karya yang lebih panjang ini tidak dilestarikan, dan tidak diketahui pasti berapa banyak dari teks 2 Makabe yang sekarang ini disalin begitu saja dari karya itu. Si penulis tampaknya menulis dalam bahasa Yunani, karena tidak ada bukti khusus tentang versi bahasa Ibrani sebelumnya. Beberapa bagian dari kitab ini, seperti Pendahuluan, Epilog, dan sejumlah refleksi tentang moralitas pada umumnya dianggap berasal dari si pengarang, bukan dari Yason. Karya Yason sendiri tampaknya ditulis sekitar tahun 160 SM dan kemungkinan besar berakhir dengan kekalahan Nikanor, seperti yang digambarkan oleh ringkasannya yang ada sekarang.
Permulaan kitab ini mencakup dua surat yang dikirim oleh orang Yahudi di Yerusalem kepada orang Yahudi di Diaspora di Mesir mengenai hari perayaan yang dibentuk untuk merayakan penyucian Bait Allah (Lihat Hanukah) dan perayaan untuk memperingati kekalahan Nikanor. Bila pengarang kitab ini menyisipkan surat-surat ini, maka kitab ini mestinya ditulis setelah tahun 124 SM, yaitu waktu penulisan surat yang kedua. Sejumlah penafsir berpendapat bahwa surat-surat ini merupakan tambahan belakangan, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai dasar bagi karya ini. Para sarjana Katolik cenderung berpendapat bahwa penulisannya dilakukan pada tahun-tahun terakhir dari abad ke-2 SM, sementara para sarjana Yahudi sepakat untuk menempatkannya pada paruhan kedua dari abad pertama SM.
Kitab ini tampaknya ditulis untuk menolong orang-orang Yahudi di diaspora di Mesir, terutama untuk memberitahukan mereka tetang pemulihan Bait Allah, dan untuk memberikan semangat kepada mereka untuk melakukan ziarah tahunan ke Yerusalem. Kitab ini ditulis bukan dari sudut pandang seorang sejarawan profesional, tetapi lebih seperti dari sudut pandang seorang guru agama, yang menarik pelajaran dari sejarah.
Pada umumnya, kronologi kitab ini cocok dengan kronologi 1 Makabe, dan kitab ini mempunyai nilai historis karena melengkapi 1 Makabe, khususnya dalam memberikan sejumlah dokumen historis yang tampaknya otentik. Sang pengarang tampaknya secara khusus tertarik untuk memberikan suatu penafsiran teologis mengenai kejadian-kejadian itu; dalam kitab ini campur tangan Allah mengarahkan perjalanan berbagai peristiwa, menghukum orang jahat, dan memulihkan Bait Allah kepada umat-Nya. Mungkin saja bahwa sejumlah kejadian tampaknya disajikan berdasarkan urutan kronologis yang ketat untuk menyampaikan pesan-pesan teologis. Sejumlah angka yang disebutkan untuk ukuran pasukan mungkin tampak berlebihan, meskipun tidak semua naskah itu disetujui kitab ini.
Gaya bahasa Yunani si penulis sangat terdidik, dan ia tampaknya cukup paham mengenai adat-istiadat Yunani. Aksinya mengikuti rencana yang sangat sederhana. Setelah kematian Antiokhus Epifanes, Pesta Penyerahan Bait Suci dilembagakan. Bait Suci yang baru dipersembahkan itu diancam oleh Nikanor, dan setelah kematiannya, pesta untuk penyerahan itupun selesai.
Perikop
Judul perikop dalam Kitab Makabe yang Pertama menurut Alkitab Terjemahan BaruDeuterokanonika oleh LAI dan LBI adalah sebagai berikut. Perlu dicatat bahwa seluruh judul bagian berikut berasal langsung dari Alkitab.
Alkimus mengobar-ngobarkan api permusuhan (14:26–36)
Razis membunuh diri (14:37–46)
Hujatan Nikanor (15:1–5)
Yudas mengajak orang-orang Yahudi untuk bertempur (15:6–16)
Persiapan untuk pertempuran (15:17–24)
Nikanor kalah dan tewas (15:25–36)
Kata penutup (15:37–39)
Isu doktrinal
Kitab Makabe yang Kedua memperlihatkan beberapa pokok penafsiran doktrinal yang berasal dari Yudaisme Farisi, serta ditemukan juga dalam teologi Katolik dan Ortodoks Timur.
Isu-isu doktrinal yang diangkat dalam 2 Makabe, misalnya:
Perantaraan para orang kudus (15:11–17) (setidaknya sebagaimana terlihat dari suatu sudut pandang Kristen); komentari di New American Bible tentang ayat 14 menyebutkan bahwa "doa Yeremia di surga telah digunakan dalam tradisi Katolik Roma sebagai kesaksian biblika tentang perantaraan para kudus"[9]
Penyebutan secara spesifik mengenai penciptaan ex nihilo (2 Makabe 7:28)
Secara khusus, penjelasan yang panjang lebar mengenai kemartiranEleazar dan seorang ibu dengan ketujuh putranya (2 Makabe 6:18–7:42) menarik perhatian kalangan Kristen abad pertengahan. Beberapa gereja dipersembahkan untuk "para martir Makabe", dan mereka termasuk di antara sedikit tokoh pra-Kristen yang muncul dalam kalender peringatan para kudus Katolik (jumlahnya jauh lebih banyak dalam kalender gereja-gereja Ortodoks Timur, yang juga menampilkan mereka). Kitab ini dianggap sebagai model pertama kisah-kisah para martir dari abad pertengahan.
Jimmy Akin, seorang apologis Katolik dari Catholic Answers, meneliti Ibrani 11:35 ("... orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik") dan menyatakan bahwa harapan akan kehidupan kekal setelah penyiksaan yang terkandung di dalamnya tidak ditemukan di bagian mana pun dalam ProtokanonikaPerjanjian Lama, tetapi ditemukan dalam 2 Makabe 7.[10]
Katolik dan Ortodoks Timur memandang Kitab Makabe yang Kedua kanonik, sementara Yahudi dan Protestan tidak. Kitab Makabe yang Kedua, serta 1 dan 3 Makabe, tercantum dalam Septuaginta, terjemahan Alkitab Ibrani dalam bahasa Yunani yang terselesaikan pada abad ke-1 SM.[4] Di Yamnia, ca 90 M, menurut suatu teori yang saat ini banyak didiskreditkan, para rabi mengesahkan suatu kanon yang lebih sempit, tidak termasuk kitab-kitab deuterokanonika seperti Kitab Makabe yang Kedua. Namun hal ini hanya memiliki pengaruh yang kecil pada kalangan Kristen, karena kebanyakan kalangan Kristen tidak mengerti bahasa Ibrani dan menjadi akrab dengan Alkitab Ibrani melalui teks Septuaginta Yunani karya kaum Yahudi Helenistik, yang menyertakan Kitab Makabe yang Kedua dan karya-karya deuterokanonik lainnya.
Kitab Makabe yang Kedua dikecam oleh kalangan Protestan.[4]Martin Luther mengatakan: "Saya begitu membenci kitab kedua Makabe, dan Ester, sehingga saya berharap seandainya keduanya tidak pernah kita kenal, karena terlalu banyak ketidakwajaran yang menyesatkan."[11] Para penulis evangelikal lainnya memiliki pandangan yang lebih positif terhadap kitab ini. James B. Jordan, misalnya, berpendapat bahwa 1 Makabe "ditulis untuk berupaya memperlihatkan kaum Makabe perampas kuasa sebagai ahli waris sejati dari Daud dan sebagai para Imam Besar sejati" serta merupakan sebuah "kitab yang buruk", tetapi suatu "gambaran yang jauh lebih akurat atas situasi tersebut disajikan dalam Kitab Makabe yang Kedua".[12]
^II Maccabees: "Unlike I Maccabees, the book known as II Maccabees was written in Greek."
^Pada saat itu Aleksandria (sekarang Iskandariyah) adalah pusat perkumpulan para cendekiawanYudaisme Hellenistik, dan setelahnya para cendekiawan Kristen.
^Merekapun lalu mohon dan minta, semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semuanya. Tetapi Yudas yang berbudi luhur memperingatkan khalayak ramai, supaya memelihara diri tanpa dosa, justru oleh karena telah mereka saksikan dengan mata kepala sendiri apa yang sudah terjadi oleh sebab dosa orang-orang yang gugur itu. Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka. (2 Makabe 12:42–45Diarsipkan 2016-08-06 di Wayback Machine.)
^12:44 Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati.