Bait Allah dalam sebagian kepercayaan umat Kristen di Indonesia dikaitkan dengan Bait Suci (bahasa Ibrani: בֵּית־הַמִּקְדָּשׁ, Modern: Bēt HaMīqdaš, Tiberian: Bēṯ HamMīqdāš; bahasa Arab: بيت المقدسBait al-Maqdis) atau disebut juga sebagai Bait Yerusalem atau Bait Salomo sebagai tempat peribadatan orang Yahudi yang terletak di Bukit Bait Suci. Bait Pertama yang disebut juga Bait Salomo dibangun pada tahun 957 SM dan dihancurkan oleh Babel pada tahun 586 SM[1]. Menurut Kitab Suci Ibrani dan Perjanjian Lama, Bait Salomo dibangun untuk menggantikan Kemah Suci yang dibangun Musa. Bait Kedua dibangun ulang di tempat yang sama pada tahun 515 SM dan hancur pada peristiwa Pengepungan Romawi atas Yerusalem pada tahun 70 M[2].
Pada saat itu, bangunan ini berfungsi sebagai tempat untuk beribadah dan juga untuk mempersembahkan kurban bakaran. Selama beberapa abad tempat ini menjadi pusat ibadah agama Yahudi sebelum benar-benar runtuh.
Baik di dalam naskah PB Aramaik ataupun PB Yunani, ataupun di dalam Alkitab keseluruhan sebenarnya tidak ada frasa yang bisa diterjemahkan menjadi Bait Allah ke dalam bahasa Indonesia. Bait Allah diketahui oleh umum sebagai nama lain dari Kaabah yang bukan berada di Yerusalem, melainkan di kota Mekah.
Asal-usul berubahnya Bait Suci menjadi Bait Allah adalah saat penerjemah Hindia Belanda menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Melayu. Dalam proses penerjemahnya mereka banyak dibantu oleh muslim terpelajar. Di proses itulah kemudian masuk berbagai istilah Islam atau Arab ke dalam terjemahan bahasa Melayu, contohnya pada kasus ayat Mat 4:5 berikut:
Terjemahan Klinkert 1863[3]: Habis bagitoe iblis hantarken sama Toehan kanegari jang soetji, dan menaroh Toehan di-atas hoedjoengnja soetoeh kabah; {Kabah = mesdjid besar sekali}
Terjemahan Klinkert 1870[4]: Laloe di-ambil ibelis akan Isa, dibawanja sertanja ka Baitoe'lmoekadis, didirikannja di-atas boemboengan roemah Allah.
Terjemahan Alkitab Melayu Baba[5]: Habis itu, iblis bawa dia pergi negri suchi; dan kasi dia berdiri di atas ka'abah punya kmunchak,
Terjemahan Alkitab Leydeker[6]: Sudah 'itu maka 'Iblis pawn meng`ambillah dija bawa kadalam bejtu-'lmukhadas, lalu berdirikanlah dija di`atas ringkit Kaxbah.
Pada saat Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerima tongkat estafet untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Indonesia, mereka banyak menghapus istilah Islam di dalam terjemahannya, namun masih tetap mempertahankan nama Allah, termasuk di ayat Matius 4:5 di atas, tercatat demikian, Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah. Frasa ini kemudian bertahan pada terjemahan berikutnya, TB LAI dan TB2 LAI.
Naskah Yunani yang menjadi referensi utama kitab PB untuk penerjemahan LAI, di sana tidak ada frasa tersebut. Perhatikan ayat tersebut dalam versi Yunaninya, yaitu,
Tote paralambanei auton ho diabolos eis ten hagian polin kai estēsen auton epi to pterygion tou hierou.
Di dalam berbagai terjemahan bahasa Inggris-nya tercatat demikian[7]:
New International Version: Then the devil took him to the holy city and had him stand on the highest point of the temple.
New Living Translation: Then the devil took him to the holy city, Jerusalem, to the highest point of the Temple,
English Standard Version: Then the devil took him to the holy city and set him on the pinnacle of the temple
Berean Standard Bible: Then the devil took Him to the holy city and set Him on the pinnacle of the temple.
Berean Literal Bible: Then the devil takes Him to the holy city and sets Him upon the pinnacle of the temple,
King James Version: Then the devil taketh him up into the holy city, and setteth him on a pinnacle of the temple,
New KJV: Then the devil took Him up into the holy city, set Him on the pinnacle of the temple,
New American Standard Bible: Then the devil took Him along into the holy city and had Him stand on the pinnacle of the temple,
NASB 1995: Then the devil took Him into the holy city and had Him stand on the pinnacle of the temple,
Jika frasa tou hierou(Inggris,the temple) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang baik seharusnya menjadi bait itu. Pada saat frasa itu diterjemahkan terus menjadi Bait Allah, maka distorsi ini terus ada di sebagian ajaran sebagian Kristen di indonesia.
Kedua Bait Suci
Ada dua Bait Suci yang berdiri berturut-turut di Bukit Bait Suci di Yerusalem:
Bait Suci Herodes adalah perluasan dari Bait Suci Kedua termasuk renovasi atas seluruh Bukit Bait Suci. (Bangunan ini tidak disebut "Bait Suci Ketiga".) Herodes Agung memulai proyek perluasannya sekitar tahun 19 SM. Bangunan ini dihancurkan oleh pasukan-pasukan Romawi di bawah Kaisar Titus pada tahun 70 M. Namun sebagian sejarahwan menduga bahwa orang-orang Yahudi sendiri telah membakar Bait Suci Kedua agar tidak dicemari.
Sejak dihancurkannya Bait Suci ini pada tahun 70 M., orang Yahudi terus berdoa agar Tuhan mengizinkan mereka membangunnya kembali. Doa ini adalah bagian resmi dari doa-doa Yahudi tiga kali sehari.
Namun tidak semua rabi setuju tentang apa yang akan terjadi terhadap Bait Suci yang dibangun kembali itu. Secara tradisional dianggap bahwa lembaga kurban binatang akan dihidupkan kembali, sesuai dengan aturan-aturan dalam Kitab Imamat dan Talmud. Namun ada pendapat lain, mulai dari Maimonides, bahwa Tuhan dengan sengaja telah mengalihkan orang Yahudi dari kurban kepada doa, karena doa adalah bentuk ibadah yang lebih tinggi. Jadi, sebagian rabi berpendapat bahwa kurban tidak dilakukan lagi di Bait Suci yang dibangun kembali. Rabi Abraham Isaac Kook, rabi kepala pertama dari komunitas Yahudi di Israel, pada masa sebelum negara itu terbentuk, mengatakan bahwa pengurbanan binatang tidak akan dilakukan lagi. Namun pandangan ini tidak diikuti oleh kebanyakan rabi. Salah satunya adalah rabi Haredi.
(Pandangan Rabi Kook tentang ibadah di Bait Suci kadang-kadang dipahami secara keliru. Bila orang membaca secara sepintas bagian dari "Olat Ri'iah" akan tampak bahwa hanya kurban biji-bijian yang akan dipersembahkan di dalam ibadah Bait Suci yang dipulihkan. Untuk memahami dengan benar posisi Rabi Kook tentang masalah ini, kita perlu membaca sebuah esai terkait dari "Otzarot Hari'iah")
Segelintir kecil kelompok Yahudi membangun pembangunan Bait Suci Ketiga pada masa ini, tetapi kebanyakan orang Yahudi menentangnya, karena berbagai alasan. Kebanyakan orang Yahudi yang saleh yakin bahwa Bait Suci itu hanya boleh dibangun kembali pada masa mesianik, dan karena itu terlalu sombong bila orang "seolah-olah" memaksakan tangan Tuhan membangunnya. Lebih jauh, ada banyak persyaratan ritual yang terkait dengan kesucian mereka yang membangunnya, sehingga pembangunan Bait Suci itu praktis tidak mungkin dilakukan.
Banyak orang Yahudi yang menentang pembangunan Bait Suci ini karena reaksi negatif dari kaum Muslim yang mungkin akan muncul. Andaikan pun bangunan itu melengkapi bangunan-bangunan yang dianggap suci di dalam Islam yang saat ini berdiri di lokasi Bukit Suci itu, akan muncul kecurigaan besar bahwa proyek bangunan seperti itu akhirnya akan menghancurkan bangunan-bangunan itu dan digantikan oleh Bait Suci yang didirikan kembali di situ.
Membangun kembali Bait Suci Ketiga
Masalah sekitar status Bait Suci yang ketiga diliputi oleh misteri, ketidakpastian, kontroversi, dan perdebatan, tetapi semuanya berakar pada teks-teks Kitab Suci Ibrani, maupun dalam keilmuan dan doa-doa Yahudi tradisional.
Yudaisme Ortodoks percaya dan mengharapkan bahwa Bait Suci akan dibangun kembali dan ibadah kurban, yang dikenal sebagai korbanot akan kembali dipraktikkan dengan pembangunan kembali Bait Suci yang ketiga.
Yudaisme Konservatif
Yudaisme Konservatif telah memodifikasi doa-doa mereka. Buku-buku doa mereka mengharapkan pemulihan Bait Suci, tetapi tidak memohon dipulihkannya kurban binatang. Kebanyakan naskah yang terkait dengan kurban digantikan dengan ajaran Talmud bahwa perbuatan baik kini berfungsi sebagai penebus dosa. Dalam doa utama, Amidah, ungkapan Ibrani, na'ase ve'nakriv (kami akan mempersembahkan dan mengurbankan) kini diubah hingga berbunyi asu ve'hikrivu (mereka dipersembahkan dan dikurbankan), hingga menunjukkan bahwa kurban binatang adalah praktik pada masa lampau. Permohonan agar "kurban api-apian Israel" diterima pun dihapuskan.
Yudaisme Reformasi
Yudaisme Reformasi tidak menuntut dipulihkannya lembaga kurban ataupun pembangunan kembali Bait Suci, meskipun sebagian buku doa kelompok ini mulai beralih kepada pengharapan pembangunan kembali Bait Suci sebagai suatu pilihan.
"Bait Suci Ketiga" Romawi oleh Kaisar Yulianus
Kaisar RomawiJulianus (331-363) pernah merencanakan, tetapi kemudian dibatalkan, untuk mengizinkan orang-orang Yahudi membangun kembali "Bait Suci Ketiga", sebagai bagian dari programnya di seluruh kekaisaran untuk memulihkan/menghidupkan kembali agama-agama setempat. Ada alasan untuk menduga bahwa Yulianus ingin membangun kembali "Bait Suci Ketiga" untuk tujuannya sendiri yaitu mengangkat dirinya menjadi dewa, dan bukan untuk peribadahan menyembah Tuhan orang Yahudi. Rabi Hilkiyah, salah seorang rabi terkemuka pada masa itu, menolak uang Julianus, dengan mengatakan bahwa orang non Yahudi tidak boleh ikut serta di dalam pembangunan kembali Bait Suci.[8]
Pandangan Kristen
Pandangan Protestan
Pandangan yang dominan di lingkungan orang-orang Kristen Protestan ialah bahwa kurban binatang di lingkungan Bait Allah merupakan gambaran bagi pengurbanan yang dilakukan Yesus kelak bagi dosa-dosa semua orang, melalui kematiannya. Karena itu, mereka percaya bahwa keberadaan Bait Allah tersebut secara fisik serta ritual-ritualnya tidaklah diperlukan lagi.
Orang-orang Protestan yang percaya akan pembangunan kembali Bait Suci pada masa depan (mis. kaum dispensasionalis) berpendapat bahwa sistem kurban tidaklah sepenuhnya dihapuskan dengan pengorbanan Yesus bagi dosa manusia, melainkan tetap merupakan bahan pelajaran seremonial bagi pengakuan dosa dan pengampunan (mirip dengan baptisan air dan Perjamuan Kudus sekarang); dan dengan demikian kurban binatang masih tetap perlu bagi pembersihan ritual dan bagi akta perayaan dan pengucapan syukur kepada Tuhan. Kaum dispensasionalis percaya bahwa itulah yang akan terjadi dengan Kedatangan Kristus yang kedua kali ketika Yesus memerintah di muka bumi dari kota Yerusalem.
Pandangan Katolik Roma dan Ortodoks Timur
Gereja-gereja Katolik dan Ortodoks percaya bahwa Ekaristi, yang mereka yakini sehakikat dengan pengorbanan diri Kristus pada salib, jauh lebih baik dibandingkan dengan sekadar kurban-kurban persiapan di bait suci, seperti yang dijelaskan dalam Surat Ibrani. Mereka juga percaya bahwa gedung-gedung gereja Kristen tempat Ekaristi dirayakan adalah pengganti yang sah dari bait suci, hingga gedung-gedung gereja mereka pun kadang-kadang disebut "bait suci". Karena itu mereka tidak menganggap penting pembangunan kembali Bait Suci Yerusalem pada masa depan.
Pandangan Restorasionis Mormon (OSZA)
Joseph Smith, Jr. mengajarkan bahwa bukan saja Bait Suci di Yerusalem akan dibangun kembali, tetapi bahwa padanannya, sebuah bait suci yang lain, akan dibangun di Amerika Serikat. Keyakinan ini dipegang oleh lebih dari 12 juta lebih anggota dari berbagai varian dari Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir ("Gereja OSZA"). Tempat Bait Suci yang dinubuatkan itu akan dibangun adalah di Independence, Missouri; lokasi ini adalah milik Church of Christ (Temple Lot). Dengan demikian, tanah yang di atasnya diharapkan oleh Gereja Mormon akan dibangun Bait Suci, saat ini tidak dimiliki oleh Gereja Mormon. Mulanya, Bait Suci di Independence ini direncanakan akan dibangun pada tahun 1830-an. Pembangunan Bait Suci itu oleh Gereja Mormon ditunda untuk menunggu waktu yang lebih tepat. Sebuah upaya berikutnya untuk membangun bait suci ini oleh salah satu cabang dari Gereja Mormon pada akhir tahun 1920-an tidak terwujud, karena saat itu terjadilah Depresi Besar. Bait Suci ini juga dikenal sebagai bait suci Yerusalem Baru, atau Sion, dan di sekitarnya sebuah kota yang indah akan dibangun. Kurban binatang tidak disebutkan secara eksplisit dalam kitab-kitab suci, tetapi kitab Ajaran dan Perjanjian ps. 13:1 merujuk kepada masa ketika "anak-anak Lewi mempersembahkan kembali persembahan kurban kepada Tuhan di dalam kebenaran."
Pembangunan kembali Bait Suci pada masa kini
Umat Muslim membangun Kubah Shakhrah dan Masjid Al-Aqsa di lokasi dari Bait Yerusalem yang telah dihancurkan dulu.
Setiap upaya untuk menghancurkan dan menggantikan tempat-tempat suci Muslim ini dengan sebuah Bait Yerusalem akan berbahaya dalam iklim politik dan keagamaan sekarang. Namun demikian, tak mungkin orang Yahudi membangun kembali Bait Suci di tempat yang lain karena hal itu bertentangan dengan pandangan hukum Yahudi yang diakui, termasuk pandangan para tokoh hukum terkemuka Yahudi, Sanhedrin yang kini telah dibentuk kembali. Kompleksitas yang muncul di sekitar pembangunan kembali Bait Suci merupakan suatu tantangan yang tampaknya tak mungkin diatasi.
Kontroversi modern tentang lokasi situs Bait Suci
Pada 1999Dr. Ernest L. Martin menerbitkan sebuah bukuDiarsipkan 2004-12-25 di Wayback Machine. yang kontroversial berjudul The Temples that Jerusalem Forgot (Bait Suci yang Dilupakan Yerusalem) berdasarkan gagasan dari Ory Mazar, anak Profesor Benjamin Mazar dari Universitas Ibrani. Pada 1995 Dr. Martin menulis sebuah rancangan laporan untuk mendukung teori ini. Ia menulis: "Saat itu saya percaya bahwa Simon orang Hasmonean (bersama-sama dengan Herodes satu abad kemudian) memindahkan Bait Suci dari gundukan Ofel ke daerah Kubah Shakhrah."
Namun, setelah mempelajari kata-kata Yosefus mengenai Bait Suci Herodes, yang dilaporkan berada di tempat yang sama dengan Bait-bait Suci sebelumnya, ia kemudian membaca laporan Eleazar yang memimpin pasukan terakhir perlawanan Yahudi terhadap orang-orang Romawi di Masada yang menyatakan bahwa benteng Romawi adalah satu-satunya bangunan yang tersisa pada tahun 73 M. "Mengingat hal ini, saya tiba pada kesimpulan pada 1997 bahwa semua Bait Suci itu memang terletak di gundukan Ofel di atas daerah Mata Air Gihon." Teori ini menyiratkan bahwa Yudaisme saat itu sedang berjuang untuk melestarikan lokasi yang keliru, yang pada gilirannya menyulut reaksi dari pihak Muslim.
The Temples that Jerusalem Forgot karya Dr. Martin menjadi semakin kontroversial mengingat kenyataan bahwa ia sebelumnya pernah terlibat selama lima tahun dalam penggalian-penggalian dekat Tembok Barat dalam sebuah proyek bersama antara Universitas Ibrani dan Ambassador College, penerbit majalah The Plain Truth yang disunting oleh Herbert W. Armstrong.
Bukti-bukti arkeologis
Penggalian-penggalian arkeologis telah menemukan 100 mikvaoth (tempat baptisan ritual) di sekililing daerah yang dikenal sebagai Bukit Bait Suci atau Al-Haram asy-Syarif. Ini adalah bukti yang kuat bahwa wilayah ini dianggap sebagai tempat yang sangat suci pada zaman dahulu dan tak mungkin berfungsi sebagai wilayah sekuler. Namun demikian, hal ini tidak menunjukkan di mana persisnya daerah Bait Suci itu dulu berdiri.
Bacaan lebih lanjut
Artikel-artikel penting tentang masalah lokasi Bait Suci Yerusalem terdapat dalam majalah Biblical Archaeology Review, dalam nomor-nomor berikut: Juli/Agustus 1983, November/Desember 1989, Maret/April 1992, Juli/Agustus 1999, September/Oktober 1999, Maret/April 2000, September/Oktober 2005. Beberapa dari artikel ini mendukung teori Profesor Asher Kaufman bahwa Bait Suci terletak di Bukit Bait Suci, tetapi sedikit lebih ke utara daripada Kubah Shakhrah (yang sesungguhnya merupakan bagian dari "Batu yang Hilang" pada masa Bait Suci Kedua.
Kontroversi terbaru
Pada 27 Desember2004, dilaporkan dalam The Globe and Mail terbitan Toronto bahwa Museum Israel di Yerusalem menemukan bahwa delima gading yang diyakini orang pernah menghiasi tongkat yang digunakan oleh imam agung di Bait Suci Salomo sesungguhnya palsu. Artefak ini adalah benda paling penting dari zaman Alkitab di dalam koleksinya. Ia merupakan bagian dari sebuah pameran keliling pada di Museum Peradaban Kanada pada 2003. Para pakar khawatir bahwa penemuan ini adalah bagian dari penipuan internasional menyangkut benda-benda kuno. Laporan itu menggambarkan bahwa delima sebesar ibu jari itu, yang tingginya cuma 44 mm, yang digambarkan ditulisi huruf Ibrani kuno yang berbunyi "Sumbangan suci bagi imam-imam di Rumah YHWH." Sebagian arkeolog berpendapat bahwa artefak ini sesungguhnya berasal dari Zaman Perunggu Akhir. Namun ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Salomo dan Baitnya sesungguhnya berasal dari Zaman Perunggu Akhir, yang membuat kontroversi ini tidak perlu.
^The Temple Throughout Bible History. Rose Publishing. ISBN9781596360013.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Henty, George (2008). For The Temple: The Tale of The Fall of Jerusalem. London: Fireship Press. ISBN9781935585244.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)