Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Letter of Aristeas di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan.
(Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel)
Surat Aristeas atau Surat untuk Philocrates ("Surat untuk Filokrates") adalah karya Helenistik dari abad ke-2 SM, yang dirujuk oleh para sarjana Alkitab kepada Pseudopigrafa.[1]Yosefus[2] yang mengutip secara parafrase sekitar dua-perlima isi surat itu, menganggapnya dari Aristeas dan telah ditulis untuk seorang tertentu bernama Filokrates, menggambarkan terjemahanbahasa YunaniKitab-kitab Taurat oleh tujuh puluh dua orang penerjemah yang dikirim ke Mesir dari Yerusalem atas permintaan pustakawan perpustakaan Aleksandria, yang menghasilkan terjemahan Septuaginta. Meskipun beberapa orang berpendapat bahwa kisah pembuatan terjemahan Yunani dari Tanakh ini adalah fiktif,[3] surat ini merupakan teks pertama yang menyebutkan Perpustakaan Alexandria.[4]
Sejarah
Surat Aristeas, disebut demikian karena itu adalah sebuah surat yang ditulis oleh Aristeas kepada saudaranya Filokrates,[5] terutama berkaitan dengan alasan pembuatan terjemahan bahasa Yunani Kitab-kitab Taurat, yang kemudian disebut Septuaginta, serta orang-orang dan proses yang terlibat di dalamnya. Penulis surat itu menyatakan diri sebagai seorang punggawa istana Ptolemaios II Philadelphos (memerintah 281-246 SM).
Lebih dari dua puluh salinan naskah bahasa Yunani surat ini yang diketahui terlestraikan, berasal dari abad ke-11 sampai abad ke-15. Surat itu juga disebutkan dan dikutip dalam teks-teks kuno lainnya, terutama dalam Antiquitates Iudaicae karya Yosefus (c. 93 M), dalam Life of Moses (Kehidupan Musa) karya Filo dari Aleksandria (c. 15 M), dan dalam kutipan oleh Aristobulus dari Paneas (c. 160 SM) yang terlestarikan dalam Praeparatio evangelica karya Eusebius.[6]
Secara rinci, karya itu menceritakan bagaimana raja Mesir, tidak disebutkan namanya tetapi dianggap orang adalah Ptolemaios II Philadelphos, didesak oleh kepala pustakawan Demetrios dari Phaleron untuk memiliki terjemahan Kitab Taurat dalam bahasa Yunani, dan menjadi tambahan pengetahuan mengenai orang Ibrani ke dalam koleksi buku kekaisaran yang sudah dikumpulkan. Raja merespon positif, termasuk memberikan kebebasan kepada orang-orang Yahudi yang telah dibawa ke dalam pembuangan oleh para pendahulunya, dan mengirimkan hadiah mewah (yang dijelaskan secara detail) ke Bait Suci di Yerusalem bersama dengan utusan-nya. Imam Besar di Yerusalem memilih persis masing-masing enam orang dari kedua belas suku Israel, seluruhnya 72 orang; ia memberikan khotbah yang panjang berisi pujian mengenai Kitab Hukum itu. Ketika para penerjemah tiba di Aleksandria raja Mesir menangis karena sukacita dan selama tujuh hari ke depan mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis untuk para penerjemah, dan jawaban bijaksana yang terkait dicatat secara penuh. Para 72 penerjemah itu kemudian menyelesaikan tugas mereka persis 72 hari. Orang-orang Yahudi dari Aleksandria, ketika mendengar bahwa Kitab Hukum itu dibacakan dalam bahasa Yunani, meminta salinan dan meletakkan kutukan pada siapa saja yang akan mengubah terjemahan itu. Raja kemudian memberikan penghargaan berlimpah kepada para penerjemah dan mereka kembali ke rumah.[7]
Tujuan utama penulis abad ke-2 SM ini tampaknya untuk mengagungkan keunggulan teks Septuaginta bahasa Yunani dibandingkan versi-versi lain Alkitab Ibrani. Penulis terasa pro-Yunani, menggambarkan Zeus sebagai sekadar nama lain untuk Allah Israel, dan sementara mengajukan kritik terhadap penyembahan berhala dan etika seksual Yunani, argumen yang diutarakan sedemikian rupa untuk mencoba membujuk pembaca untuk berubah, bukan berupa serangan bermusuhan. Cara di mana penulis berkonsentrasi dalam menjelasskan Yudaisme, dan terutama Bait uci di Yerusalem dapat dipandang sebagai upaya untuk menarik masuk orang kepada agama Yahudi.
Kritik
Demetrios dari Phaleron, seorang klien dari Ptolemaios I Soter, bukan kandidat baik sebagai kolaborator dengan Ptolemaios II Philadelphos. Roger S. Bagnall mencatat bahwa ia membuat kesalahan strategis pada awal pemerintahan mendukung saudara tiri Ptolemy yang lebih tua, dan dihukum dengan pengasingan internal, meninggal tidak lama setelahnya.[8]
Humanis Spanyol Luis Vives kadang-kadang dikutip sebagai yang pertama mengekspos karakter fiktif surat itu, dalam tulisannya In XXII libros de civitate Dei commentaria (Basel: Frobenius, 1522), pada Aug. Book XVIII, 42.[9] Tapi sebuah kuliah mengenai teks Latin mengungkapkan bahwa Vives hanya meneruskan kritik Hieronimus terhadap cerita Aristeas, dan tidak menambahkan apa-apa yang penting dari catatannya sendiri. Inkonsistensi dan anakronisme dari penulis, terpapar oleh banyak sarjana pada abad ke-17 telah dikumpulkan dan disajikan dengan pengetahuan dan kecerdasan oleh Humphrey Hody (1659-1706),[10] Hody menempatkan penulis lebih dekat ke tahun 170-130 SM. Disertasi Oxford tahun 1685 memicu "tanggapan penuh marah dan keji" dari Ishak Vossius (1618-1689), yang pernah menjadi pustakawan untuk Ratu Christina dari Swedia, dalam lampiran karyanya Observations on Pomponius Mela (Pengamatan mengenai Pomponius Mela), 1686, yang oleh Hody secara meyakinkan dijawab dalam catatannya pada cetakan ulang tulisannya tahun 1705.[11] Karenanya, penulis surat Aristeas paling sering disebut sebagai pseudo-Aristeas.[12]
Para sarjana modern umumnya mendukung Hody. Victor Tcherikover (Universitas Ibrani) menyimpulkan konsensus ilmiah pada tahun 1958:
"Para sarjana modern umumnya menganggap "Surat Aristeas" sebagai sebuah karya khas apologetika Yahudi, yang bertujuan untuk pertahanan diri dan propaganda, dan diarahkan ke orang Yunani. Berikut ini adalah beberapa contoh yang menggambarkan pandangan umum. Pada tahun 1903 Friedlander menulis bahwa pemuliaan Yudaisme dalam surat itu tidak lebih dari pertahanan diri, meskipun "buku ini tidak menyebutkan antagonis dari Yudaisme dengan nama, juga tidak mengakui bahwa niatnya adalah untuk membantah serangan langsung." Stein melihat dalam surat itu "suatu jenis khusus pertahanan diri, yang mempraktekkan taktik diplomatis," dan Tramontano juga berbicara tentang "kecenderungan apologetika dan propagandis." Vincent mengkarakaterisasikannya sebagai "novel kecil tanpa tedeng aling-aling yang ditulis untuk orang Mesir" (yaitu orang-orang Yunani di Mesir). Pheiffer mengatakan: "Cerita tentang asal-usul Septuaginta ini adalah hanya sebuah dalih untuk membela orang Yahudi terhadap bangsa-bangsa denigrator, untuk memuji keagungan dan kewajaran orang Yahudi, dan berusaha untuk mengkonversi orang-orang asing yang berbahasa Yunani kepada agama Yahudi." Schürer mengklasifikasikan surat itu sebagai jenis sastra khusus, "propaganda Yahudi dalam samaran Pagan," dan karya-karya yang "diarahkan untuk pembaca pagan, dalam rangka propaganda untuk Yudaisme di antara bangsa-bangsa." Andrews juga percaya bahwa peran seorang Yunani yang diasumsikan bernama Aristeas adalah "untuk memperkuat kekuatan argumen dan membuatnya dapat diterima oleh pembaca non-Yahudi. Bahkan Gutman, yang secara tepat mengenali bahwa Surat itu muncul 'dari kebutuhan batin kaum terpelajar Yahudi,' melihat di dalamnya 'suatu sarana kuat untuk membuat propaganda Yahudi di dunia Yunani.' "[13]
Tapi Tcherikover meneruskan,
"Di artikel ini diupayakan dilakukan untuk membuktikan bahwa Surat Aristeas tidak ditulis dengan tujuan untuk pertahanan diri atau propaganda, dan ditujukan bukan untuk orang Yunani, melainkan untuk pembaca Yahudi."[13]
Sebagian besar sarjana yang telah menganalisis surat itu telah menyimpulkan bahwa penulis tidak bisa menjadi orang yang digambarkannya sendiri, melainkan adalah seorang Yahudi yang menulis sebuah akun fiktif dalam rangka meningkatkan nila penting Kitab Suci Ibrani dengan menyarankan bahwa seorang raja kafir telah mengakui signifikansinya dan karena itu memerintahkan pembuatan terjemahan ke dalam bahasa Yunani.[14]
Para sarjana yang giat mengumpulkan informasi apapun mengenai Perpustakaan dan Musaeum Alexandria telah bergantung pada pseudo-Aristeas, yang "merupakan sumber dengan kualitas paling tidak menarik: hanya dapat dipercaya jika dikuatkan oleh bukti yang lebih baik, supaya tidak lagi dibutuhkan," Roger Bagnall menyimpulkan.[15]
^Harris, Stephen L., Understanding the Bible. (Palo Alto: Mayfield) 1985; André Pelletier, SJ, La Lettre d'Aristée à Philocrate (Paris) 1962.
^Antiquities XII:ii passim (Online in Greek and English at York University)
^The narrative is "open to the gravest suspicion, and the letter abounds with improbabilities and is now generally regarded as more or less fabulous," observed The Classical Review335/6 (August–September 1919:123), reporting H. St.J. Thackeray's The Letter of Aristeas, with an Appendix of the Ancient Evidence on the Origin of the LXX..
^The Cambridge Companion to the City in Literature, edited by Kevin R. McNamara, p.36
^"Letter of Aristeas". Ecyclopedia Britannica Online. 2012. Diakses tanggal 14 August 2012.
^Hereen, Achille; Seminaire, Grande; Bruges, Belgium (2009–2012). "Origin of the Septuigant according to Tradition". Bible Source Texts Septuigant Version. Veritas Bible. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 July 2012. Diakses tanggal 14 August 2012.
^Misalnya, dalam Natalio Fernández Marcos, The Septuagint in Context: Introduction to the Greek Versions of the Bible (tr. W.G.E. Watson; Leiden: Brill, 2000)
^Hody, Contra historiam Aristeae de LXX (Oxford) 1705, a reprint of his dissertation, Oxford, 1685.
^Sidney Jellicoe, The Septuagint and Modern Study, 1993:31.