Flavius Josephus (/dʒoʊˈsiːfəs/; Yunani: Ἰώσηπος, Iṓsēpos; skt. 37 M - skt. 100 M) atau Yosef ben Mattityahu (Ibrani: יוסף בן מתתיהו) adalah seorang sejarawan dan pemimpin militer Romawi - Yahudi,Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah atau memiliki nama yang salah. adalah seorang sejarawan dan pemimpin militer Romawi - Yahudi. Terkenal karena menulis The Jewish War, ia lahir di Yerusalem - yang saat itu merupakan bagian dari provinsi Romawi Yudea - dari seorang ayah yang merupakan keturunan pendeta dan seorang ibu yang mengaku sebagai keturunan bangsawan.
Ia awalnya berperang melawan Kekaisaran Romawi selama Perang Yahudi - Romawi Pertama sebagai jenderal pasukan Yahudi di Galilea, hingga menyerah pada tahun 67 M kepada tentara Romawi yang dipimpin oleh komandan militer Vespasianus setelah pengepungan Yodfat selama enam minggu. Josephus mengklaim bahwa nubuat-nubuat mesianik Yahudi yang memicu Perang Yahudi - Romawi Pertama merujuk pada Vespasianus yang menjadi kaisar Romawi. Sebagai tanggapan, Vespasianus memutuskan untuk menjadikannya budak dan mungkin penerjemah. Setelah Vespasianus menjadi kaisar pada tahun 69 M, ia memberikan kebebasan kepada Josephus, dan pada saat itu Josephus mengambil nama keluarga Kaisar, Flavius.
Flavius Josephus membelot sepenuhnya ke pihak Romawi dan diberi kewarganegaraan Romawi. Ia menjadi penasihat dan rekan dekat putra Vespasianus, Titus, dan menjadi penerjemahnya selama pengepungan Yerusalem yang berkepanjangan oleh Titus pada tahun 70 M, yang mengakibatkan penghancuran kota dan penghancuran Bait Suci Kedua.
Josephus mencatat Pemberontakan Besar Yahudi (66–70 M), termasuk pengepungan Masada. Karya-karyanya yang paling penting adalah The Jewish War (sekitar tahun 75) dan Antiquities of the Jews (sekitar tahun 94). The Jewish War menceritakan pemberontakan Yahudi terhadap pendudukan Romawi. Antiquities of the Jews menceritakan sejarah dunia dari sudut pandang Yahudi untuk audiens yang tampaknya adalah orang Yunani dan Romawi. Karya-karya ini memberikan wawasan tentang Yudaisme abad pertama dan latar belakang Kekristenan Awal. Karya-karya Josephus adalah sumber utama setelah Alkitab untuk sejarah dan zaman kuno Israel, dan menyediakan catatan ekstra-Alkitab yang independen dari tokoh-tokoh seperti Pontius Pilatus, Herodes Agung, Yohanes Pembaptis, Yakobus, saudara Yesus, dan Yesus dari Nazaret.
Kehidupan
Yosefus, yang memperkenalkan dirinya dalam bahasa Yunani sebagai "Yusuf, anak Matias, seorang etnis Ibrani, seorang imam dari Yerusalem",[1] memerangi tentara-tentara Romawi pada Perang Yahudi-Romawi Pertama tahun 66-73 sebagai seorang pemimpin militer Yahudi di Galilea. Setelah benteng Yahudi di Yodfat direbut setelah pengepungan, orang-orang Romawi menyerang, membunuh ribuan orang, dan orang-orang yang tersisa yang berhasil bertahan, melakukan bunuh diri. Namun, adakalanya orang-orang tertentu tidak jelas keadaannya (lihat pula masalah Yosefus), Yosefus menyerah kepada pasukan-pasukan Romawi yang menyerbu ke Galilea pada Juli 67. Ia menjadi tawanan dan memberikan informasi-informasi intelijen kepada orang-orang Romawi dalam perang yang berlanjut. Pasukan-pasukan Romawi dipimpin oleh Flavius Vespasianus dan anaknya Titus, dan belakangan kedua-duanya menjadi Kaisar Romawi. Pada 69 Yosefus dibebaskan (bdk. Perang IV.622-629) dan menurut laporan Yosefus sendiri, ia tampaknya telah memainkan peranan sebagai perunding dengan pihak-pihak yang bertahan di dalam Pengepungan Yerusalem pada tahun 70 M..
Pada tahun 71 ia tiba di Roma bersama rombongan Titus, menjadi seorang warga negara Romawi dan klien Flavianus (karena itu ia sering disebut sebagai Flavius Yosefus – lihat bawah). Selain warga negara Romawi ia juga mendapatkan akomodasi di bekas rumah Vespasianus, tanah di Yudea yang ditaklukkan, dan pension yang memadai, meskipun tidak berlebihan.. Ketika di Roma inilah, dan di bawah perlindungan Flavianus, Yosefus menulis semua karyanya yang dikenal.
Meskipun ia hanya menyebut diriniya "Yosefus", ia tampaknya telah mengambil nama Romawi Flavius dan nama keluarga Titus dari para pelindungnya.[2] Ini adalah pola standar bagi warga negara yang baru..
Sekitar tahun 70, Yosefus bercerai dari istri pertamanya dan menikahi seorang perempuan Yahudi dari Alexandria dan daripadanya ia memperoleh dua orang anak: seorang anak lelaki Flavius Hirkanus; tentang anak kedua tidak ada informasi apa-apa. Sekitar tahun 75, ia kembali bercerai, dan, dari pernikahannya yang ketiga ia memperoleh dua orang anak lelaki lagi, yaitu Flavius Yustus dan Simonides Agripa.
Kehidupan Yosefus penuh dengan ambiguitas. Bagi para kritikusnya, ia tidak pernah menjelaskan dengan memadai tindakan-tindakannya selama perang Yahudi — mengapa ia tidak melakukan bunuh diri di Galilea pada tahun 67 bersama beberapa rekan sebangsanya, dan mengapa, setelah ia ditangkap, ia bekerja sama dengan para penyerang Romawi. Karena itu, sebagian orang menganggap Yosefus sebagai seorang pengkhianat dan informan dan mempertanyakan kredibilitasnya sebagai seorang sejarahwan — menolak karya-karyanya dan menganggapnya sebagai propaganda Romawi atau sebagai sebuah apologetika pribadi, yang ditujukan untuk merehabilitasi reputasinya dalam sejarah. Namun, kebanyakan komentator rabinik menganggapnya sebagai seorang Yahudi yang lurus.
Namun, ia jelas seorang apologet penting di dunia Romawi bagi bangsa dan kebudayaan Yahudi, khususnya pada masa konflik dan ketegangan. Menurut pandangan nya sendiri, ia tetap merupakan seorang Yahudi yang setia dan taat kepada Torah. Ia berusaha keras untuk menganjurkan Yudaisme bagi orang-orang non-Yahudi yang berpendidikan, dan menekankan kecocokannya dengan pemikiran Yunani-Romawi yang tinggi. Ia terus-menerus membela kebudayaan Yahudi yang lebih kuno, menyajikan umatnya sebagai bangsa yang beradab, saleh, dan filosofis.
Eusebius melaporkan bahwa sebuah patung Yosefus didirikan di Roma.[3]
Arti penting Yosefus bagi studi Yahudi
Karya-karya Yosefus memberikan informasi penting mengenai Perang Yahudi-Romawi Pertama. Mereka juga merupakan sumber sastra penting untuk mehamai konteks Naskah Laut Mati dan Yudaisme pasca-Bait Suci Kedua. Studi karya-karya Yosefus pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 menjadi terfokus pada hubungan Yosefus dengan sekte Farisi. Ia terus-menerus digambarkan sebagai anggota sekte ini, tetapi juga dipandang sebagai pengkhianat keji terhadap bangsanya sendiri - suatu pandangan yang menjadi terkenal dalam studi tentang karya-karya Yosefus sebagai konsepsi klasik. Pada pertengahan abad ke-20, pandangan ini ditantang oleh sebuah generasi sarjana baru yang merumuskan konsepsi modern tentang Yosefus, yang masih menganggapnya sebagai seorang Farisi namun memulihkan reputasinya sebagian sebagai seorang patriot dan sejarahwan yang cukup terkemuka. Penyelidikan mutakhir sejak 1990 telah berusaha mengalihkan persepsi-persepsi ilmiah ke depan dengan memperlihatkan bahwa Yosefus bukanlah seorang Farisi melainkan seorang Imam-Bangsawan ortodoks yang menjadi bagian dari lembaga Bait Suci karena ia menghargainya dan bukan sebagai orang yang dengan suka rela membantu Roma (Cf. Steve Mason, Todd Beall, dan Ernst Gerlach).
Karyanya yang pertama di Roma adalah laporan tentang perang Yahudi yang ditujukan kepada beberapa "orang barbar atas" – biasanya dianggap sebagai komunitas Yahudi di Mesopotamia – dalam "bahasa ayahnya " (War I.3), yang diduga adalah bahasa bahasa Aram Barat. Ia kemudian menulis laporan tujuh jilid dalam bahasa Yunani yang kita kenal sebagai Perang Yahudi (bahasa LatinBellum Iudaicum). Laporan ini dimulai dengan periode kaum Makabe dan ditutup dengan laporan tentang jatuhnya Yerusalem, perayaan kemenangan Romawi di Roma, operasi-operasi pembersihan, operasi-operasi militer Romawi di tempat-tempat lain di Kekaisaran itu, dan pemberontakan di Kirene. Bersama-sama dengan laporan tentang Kehidupan-nya tentang beberapa dari kejadian-kejadian tersebut, hal ini juga memberikan kepada para pembaca suatu tinjauan umum tentang peranan Yosefus sendiri dalam kejadian-kejadian ini sekembalinya ia dalam suatu kunjungan singkat dari Yerusalem dari ke Roma pada awal tahun 60-an (Kehidupan 13-17).
Roma bukanlah tempat yang mudah bagi seorang Yahudi pada masa setelah penindasan terhadap revolusi Yahudi. Yosefus tentu telah menyaksikan barisan legiun-legiun Titus yang menang sambil membawa tawanan-tawanan Yahudi mereka, dan membawa piala-piala kemenangan mereka berupa harta kekayaan yang direbut dari Bait Suci di Yerusalem. Ia tentu digambarkan kepada orang-orang Yahudi lainnya sebagai orang yang suka berperang dan memusuhi manusia.
Terhadap latar belakang inilah Yosefus menulis karyanya Perang Yahudi, dan meskipun karyanya ini sering dicemoohkan sebagai propaganda pro-Romawi (mungkin tidak terlalu mengherankan mengingat siapa pelindungnya) ia mengklaim bahwa ia menulis untuk melawan laporan-laporan anti-Yudea. Ia membantah klaim bahwa orang-orang Yahudi menyembah Allah yang kalah dan dengan sendirinya memusuhi peradaban Romawi. Sebaliknya, ia mempersalahkan Perang Yahudi untuk apa yang disebutnya sebagai "kaum fanatik yang tidak mewakili" orang-orang Yahudi umumnya, yang menyesatkan massa dari pemimpin-pemimpin bangsawan mereka yang alamiah (seperti dirinya), dengan hasil-hasil yang menimbulkan kesengsaraan. Ia juga mempersalahkan sejumlah gubernur Yudea, tetapi mereka ini digambarkannya sebagai orang-orang Romawi yang tidak biasa: administratur yang korup dan tidak kompeten. Jadi, menurut Yosefus, orang Yahudi yang tradisional adalah, dan seharusnya, adalah warga negara yang cinta damai. Orang Yahudi dapat menerima, dan sejarah menunjukkan bahwa hal itu telah terjadi, hegemoni Roma justru karena iman mereka bahwa Allah sendiri yang memberikan kekuasaan kepada mereka.
Sejarah Kuno Orang Yahudi
Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
Karya tulis berikutnya oleh Yosefus adalah Sejarah Kuno Orang Yahudi yang terdiri atas 21 jilid, yang diselesaikannya pada tahun terakhir Kaisar Flavius Domitianus (antara 1 September93 dan 14 Maret94, bdk. AJ X.267). Ia mengklaim bahwa orang-orang yang berkepentingan telah mendesaknya agar memberikan laporan yang lebih lengkap tentang budaya dan konstitusi Yahudi. Di sini, dengan menguraikan sejarah, hukum, dan adat-istiadat Yahudi, ia terlibat dalam banyak perdebatan filsafat di Roma pada saat itu. Kembali ia menyampaikan sebuah apologia ("pembelaan") untuk "Sejarah Kuno Orang Yahudi" dan signifikansi universalnya.
Dimulai dengan kisah tentang penciptaan ia memberikan garis besar sejarahYahudi. Abraham mengajarkan ilmu pengetahuan kepada bangsa Mesir, yang kemudian mengajarkan bangsa Yunani. Musa membentuk sebuah aristokrasi imamat senatorial, yang mirip dengan apa yang ada di Roma yang melawan monarki. Tokoh-tokoh besar dalam kisah-kisah Alkitab disajikan sebagai pemimpin-pemimpin filsafat yang ideal. Ia kembali menyampaikan catatan otobiografis yang membela tindakan Yosefus sendiri pada akhir perang itu ketika ia bekerja sama dengan tentara-tentara Romawi.
Melawan Apion
Karya Yosefus Melawan Apion adalah pembelaan akhir dua jilid terhadap Yudaisme sebagai sebuah agamaklasik dan filsafat, dan membandingkannya dengan tradisi dari Yunani yang diklaim Yosefus sebagai tradisi yang relatif lebih baru. Juga diungkapkan beberapa tuduhan anti-Yudea yang menurut Yosefus diajukan oleh penulis Yunani Apion, dan mitos-mitos yang konon berasal dari Manetho.
The Works of Yosefus, Complete and Unabridged New Updated Edition terj. William Whiston, A.M., Peabody, MA: Hendrickson Publishers, Inc., 1987. ISBN 0-913573-86-8 (sampul tebal). ISBN 0-565-63167-6 (sampul tipis).
Per Bilde. Flavius Yosefus between Jerusalem and Rome: his Life, his Works and their Importance. Sheffield, 1998.
Shaye J.D. Cohen. "Yosefus in Galilee and Rome. His Vita and development as a historian." Columbia Studies in the Classical tradition 8 (1979 Leiden).
Louis Feldman. "Flavius Yosefus revisited. The man, his writings, and his significance." Aufstieg und Niedergang der Römischen Welt 21.2 (1984).