Roma

Roma
Roma Capitale


Koloseum, Air Mancur Trevi, dan panorama
Roma dari kubah Basilika Santo Petrus
Bendera Roma
Lambang kebesaran Roma
Julukan: 
Kota Abadi / Ibu Kota Dunia
Wilayah comune ini (Roma Capitale, warna merah) di dalam Kota Metropolitan Roma (Città Metropolitana di Roma, warna kuning)
Wilayah comune ini (Roma Capitale, warna merah) di dalam Kota Metropolitan Roma (Città Metropolitana di Roma, warna kuning)
Roma di Italia
Roma
Roma
Lokasi di Italia
Roma di Eropa
Roma
Roma
Lokasi di Eropa
Koordinat: 41°53′36″N 12°28′58″E / 41.89333°N 12.48278°E / 41.89333; 12.48278
Negara Italia
Regioni Lazio
Pemerintahan
 • JenisComune Khusus ("Roma Capitale")
 • BadanDewan Kota Roma
 • Wali KotaRoberto Gualtieri (PD)
Luas
 • Total12,850 km2 (496,3 sq mi)
Ketinggian
21 m (69 ft)
Populasi
 (2014)
 • Peringkat1, Italia
 • Kepadatan2,232/km2 (5,781/sq mi)
 • Comune
2.869.461[1]
 • Kota Metropolitan
4.321.244[2]
Demonimbahasa Italia: Romano (maskulin), Romana (feminin)
Zona waktuUTC+1 (CET)
Kodepos
00100; 00118 to 00199
Kode area telepon06
Situs webComune di Roma

Roma (pelafalan dalam bahasa Italia: [ˈroːma] ) adalah sebuah kota dan comune khusus (bernama Roma Capitale) di Italia. Roma adalah ibu kota Italia dan regioni Lazio. Dengan 2,9 juta penduduk dalam wilayah seluas 1.285 km2, Roma juga merupakan comune terpadat dan terbesar di negara tersebut serta kota terpadat keempat di Uni Eropa menurut jumlah populasi di dalam batas kota. Kota Metropolitan Roma memiliki populasi 4,3 Juta penduduk.[2] Kota ini terletak di bagian barat-tengah Semenanjung Italia, dalam Lazio, di sepanjang pesisir Sungai Tiber. Kota Vatikan merupakan suatu negara independen yang secara geografis terletak di dalam batas-batas kota Roma, menjadi satu-satunya contoh yang masih ada negara yang terdapat di dalam suatu kota sehingga karenanya Roma sering kali didefinisikan sebagai ibu kota dua negara.[3][4]

Sejarah Roma membentang lebih dari dua ribu lima ratus tahun. Kendati mitologi Romawi menarikhkan berdirinya Roma pada sekitar tahun 753 SM, situs ini telah dihuni jauh sebelumnya, menjadikannya salah satu situs tertua di Eropa yang secara kontinu ditempati.[5] Populasi awal kota ini bersumber dari campuran orang Latin, Etruskan, dan Sabini. Pada akhirnya, kota ini berturut-turut menjadi ibu kota Kerajaan Romawi, Republik Romawi, dan Kekaisaran Romawi, serta dipandang sebagai salah satu tempat kelahiran peradaban Barat dan dipandang sebagai metropolis pertama oleh beberapa kalangan.[6] Kota ini disebut sebagai "Roma Aeterna" (Kota Abadi)[7] dan "Caput Mundi" (Ibu Kota Dunia), dua konsep sentral dalam budaya Romawi kuno.

Setelah jatuhnya Kekaisaran Barat, yang menandai permulaan Abad Pertengahan, Roma lambat laun jatuh di bawah kendali politis dari Kepausan, yang telah menetap di kota ini sejak abad ke-1 M, hingga pada abad ke-8 menjadi ibu kota Negara Gereja, yang berlangsung sampai tahun 1870.

Sejak Abad Renaisans, hampir semua paus sejak Paus Nikolas V (1422–55) sepanjang empat ratus tahun secara koheren mengupayakan suatu program arsitektonis dan urbanistis yang bertujuan untuk menjadikan kota ini pusat seni dan budaya dunia.[8] Karena itu, Roma menjadi yang pertama di antara pusat-pusat utama Renaisans Italia,[9] dan kelak tempat kelahiran gaya Barok maupun Neoklasikisme. Berbagai seniman, pelukis, pemahat, dan arsitek terkenal menjadikan Roma sebagai pusat aktivitas mereka, menciptakan beragam adikarya di seluruh kota. Pada tahun 1871, Roma menjadi ibu kota Kerajaan Italia, dan pada tahun 1946 menjadi ibu kota Republik Italia.

Roma menyandang status kota global.[10][11][12] Pada tahun 2014, kota Roma menempati peringkat ke-14 yang paling banyak dikunjungi di dunia, ke-3 yang paling banyak dikunjungi di Uni Eropa, dan daya tarik wisata yang paling populer di Italia.[13] Pusat bersejarahnya dicantumkan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.[14] Bebagai monumen dan museum termasuk di antara tujuan-tujuan wisata dunia yang paling banyak dikunjungi; sebagai contoh misalnya Museum Vatikan dan Koloseum, keduanya sepanjang tahun menerima kunjungan jutaan wisatawan. Roma menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1960, dan merupakan tempat kedudukan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).

Etimologi

Berdasarkan mitos pendirian kota ini menurut bangsa Romawi Kuno itu sendiri,[15] tradisi yang telah lama dipegang mengenai asal-usul nama "Roma" diyakini berasal dari raja pertama dan pendiri kota ini, Romulus.[16]

Namun, terdapat suatu kemungkinan bahwa nama Romulus tersebut sebenarnya justru berasal dari nama Roma. Pada awal abad ke-4, telah ada teori-teori alternatif yang dikemukakan mengenai asal-usul nama Roma. Beberapa hipotesis telah dikembangkan dengan berfokus pada sumber linguistiknya yang tidak jelas:[17]

Sejarah

Afiliasi historis

Kerajaan Romawi ca 753-509 SM
Republik Romawi 509-27 SM
Kekaisaran Romawi 27 SM-285 M
Kekaisaran Romawi Barat 285-476
Kerajaan Odoaker 476-493
Kerajaan Ostrogoth 493-553
Kekaisaran Romawi Timur 553-754
Negara Gereja 754-1870
Kerajaan Italia 1870-1946
Italia 1946-sekarang

Sejarah awal

Terdapat bukti arkeologis mengenai pendudukan manusia di daerah Roma dari sekitar 14.000 tahun yang lalu, tetapi lapisan padat dari puing-puing yang jauh lebih muda mengaburkan situs-situs Paleolitik dan Neolitik.[5] Bukti-bukti berupa peralatan dari batu, tembikar, dan senjata dari batu menunjukkan adanya keberadaan manusia selama sekitar 10.000 tahun yang lalu. Beberapa penggalian mendukung pandangan bahwa Roma berkembang dari pemukiman pastoral di Bukit Palatium yang dibangun di atas area yang kelak menjadi Forum Romawi. Antara akhir Zaman Perunggu dan permulaan Zaman Besi, terdapat desa pada masing-masing puncak bukit di antara laut dan Bukit Capitolinus. Adanya suatu desa di Bukit Capitolinus terbukti telah ada sejak akhir abad ke-14 SM.[20] Namun, tidak satupun di antaranya yang memiliki suatu kualitas perkotaan.[20] Saat ini, terdapat konsensus umum bahwa kota ini lahir secara bertahap melalui agregasi ("sinoikisme") beberapa desa di sekitar salah satu yang terbesar, bertempat di atas Bukit Palatium.[20] Agregasi tersebut, menandakan perkembangan dari suatu proto-perkotaan menuju suatu situasi perkotaan, dilakukan dengan peningkatan produktivitas pertanian di atas tingkat subsistensi, yang memungkinkan aktivitas-aktivitas sekunder dan tersier: pada gilirannya, hal-hal ini mendorong perkembangan perdagangan dengan koloni-koloni Yunani di Italia selatan (terutama Ischia dan Cumae).[20] Semua kejadian itu, yang menurut penggalian arkeologis berlangsung pada sekitar pertengahan abad ke-8 SM, dapat dianggap sebagai "kelahiran" kota ini.[20] Terlepas dari penggalian-penggalian terbaru di Bukit Palatium (Palatino), pandangan bahwa Roma telah didirikan pada pertengahan abad ke-8 SM (penarikhan tradisi Romulus) melalui suatu tindakan berdasarkan kemauan—sebagaimana dikemukakan oleh legenda—masih merupakan suatu hipotesis eksperimental.[21]

Legenda pendirian Roma

Lupa Capitolina menyusui kedua bayi kembar, Romulus dan Remus.

Cerita-cerita tradisional yang diwariskan oleh orang-orang Romawi kuno menjelaskan awal sejarah kota mereka dari sisi legenda dan mitos. Di antaranya yang paling umum, dan mungkin yang paling terkenal di antara semua mitologi Romawi, adalah kisah Romulus dan Remus, kedua anak kembar yang disusui oleh seekor serigala betina.[15] Mereka memutuskan untuk membangun sebuah kota, namun setelah suatu perdebatan, Romulus membunuh saudaranya dan kota tersebut menggunakan namanya. Menurut para penulis sejarah Romawi, peristiwa itu terjadi pada tanggal 21 April 753 SM.[22] Bagaimanapun, legenda tersebut perlu disesuaikan dengan suatu tradisi ganda, yang ditetapkan lebih awal, yang menceritakan pelarian seorang pengungsi Troya bernama Aineias ke Italia dan mengawali garis keturunan bangsa Romawi melalui Iulus putranya, senama dengan dinasti Julio-Claudian.[23] Hal itu dilakukan oleh Virgilius sang penyair Romawi pada abad ke-1 SM.

Monarki, republik, kekaisaran

Setelah pendirian legendaris oleh Romulus tersebut,[24] Roma diperintah dengan suatu sistem monarki selama 244 tahun, awalnya oleh para penguasa dari suku Latin dan Sabini, kemudian oleh para raja Etruska. Tradisi tersebut menurunkan tujuh raja: Romulus, Numa Pompilius, Tullus Hostilius, Ancus Marcius, Tarquinius Priscus, Servius Tullius, dan Tarquinius Superbus.[22]

Pada tahun 509 SM, orang-orang Romawi mengusir raja terakhir dari kota mereka dan mendirikan suatu republik oligarkis. Roma kemudian memulai suatu periode yang dikarakterisasi dengan pergulatan-pergulatan internal antara para patricius (aristokrat) dengan plebs (tuan tanah kecil), dan peperangan yang berkelanjutan melawan penduduk Italia tengah: kaum Etruska, Latin, Volsci, Aequi, Marsi.[25] Setelah menguasai Latium, Roma memimpin beberapa peperangan (melawan orang Galia, orang Samnit-Osci dan koloni Yunani di Taranto, beraliansi dengan Pirus, raja Epirus) yang berakhir dengan penaklukan semenanjung Italia, dari daerah pusat hingga Magna Graecia.[26]

Abad ke-3 dan ke-2 SM menjadi saksi pembentukan hegemoni Romawi atas Mediterania dan Timur, melalui peperangan melawan kota Kartago dalam ketiga Perang Punisia (264–146 SM) dan peperangan melawan Makedonia dalam ketiga Perang Makedonia (212–168 SM).[27] Kemudian didirikan provinsi-provinsi Romawi pertama: Sisilia, Korsika dan Sardinia, Hispania, Makedonia, Yunani (Akhaya) dan Afrika.[28]

Peta yang menggambarkan Roma kuno akhir.

Sejak permulaan abad ke-2 SM, terjadi perebutan kekuasaan antara kedua kelompok aristokrat: optimates, yang merupakan kelompok Senat konservatif, dan populares, yang mengandalkan bantuan plebs (kelas bawah perkotaan) untuk memperoleh kekuasaan. Pada periode yang sama, kebangkrutan para petani kecil dan timbulnya lahan-lahan besar yang mempekerjakan budak memicu migrasi besar-besaran ke kota ini. Perang yang berkelanjutan menimbulkan kebutuhan akan tentara profesional, yang lebih loyal kepada para jenderalnya daripada kepada republik. Oleh karena itu, pada paruh kedua abad ke-2 dan selama abad ke-1 SM, terjadi berbagai konflik internal maupun di luar negeri: setelah kegagalan upaya reformasi sosial yang dilakukan Tiberius dan Gaius Gracchus, dari kelompok populares,[29] dan perang melawan Jugurtha,[29] terjadi perang saudara pertama antara Gaius Marius dan Sulla.[29] Selanjutnya terjadi pemberontakan besar para budak di bawah kepemimpinan Spartakus,[30] kemudian disusul pembentukan Triumvirat Pertama dengan Caesar, Pompeius, dan Crassus sebagai para pemimpinnya.[30]

Penaklukan Galia menjadikan Caesar sangat berkuasa dan populer, yang menyebabkan terjadinya perang saudara kedua melawan Senat dan Pompeius. Setelah kemenangannya, Caesar mengukuhkan dirinya sebagai diktator seumur hidup.[30] Pembunuhannya menyebabkan dibentuknya Triumvirat Kedua antara Oktavianus (pewaris dan cucu-keponakan Caesar), Markus Antonius, dan Lepidus, serta perang saudara yang lain antara Oktavianus dan Antonius.[31] Oktavianus pada tahun 27 SM menjadi princeps civitatis dan mendapat gelar Augustus, mengawali principatus, suatu diarki antara princeps dan senat.[31] Roma didirikan sebagai suatu kekaisaran de facto, yang meraih ekspansi terbesarnya pada abad kedua di bawah kepemimpinan Kaisar Trajanus, Roma dikukuhkan sebagai caput Mundi, yaitu ibu kota dunia, suatu ungkapan yang telah disematkan pada periode Republik. Selama dua abad pertamanya, kekaisaran dipimpin oleh para kaisar dari dinasti Julio-Claudian,[32] Flavia (yang juga membangun amfiteater eponim, dikenal sebagai Koloseum),[32] dan Antonin.[33] Masa tersebut juga ditandai dengan penyebaran agama Kristen, yang diwartakan oleh Yesus Kristus di Yudea pada paruh pertama abad pertama (di bawah pemerintahan Tiberius) dan dipopulerkan oleh para rasul di seluruh kekaisaran dan juga di luarnya.[34] Zaman Antonin dipandang sebagai puncaknya Kekaisaran, dengan wilayah terbentang dari Samudra Atlantik sampai Sungai Efrat dan dari Britania sampai Mesir.[33]

Kekaisaran Romawi pada masa kejayaannya menguasai sekitar 6,5 juta kilometer persegi[35] permukaan tanah.

Pada abad ketiga, pada akhir dinasti Antonin, dinasti Severan mengganti principatus dengan suatu pemerintahan militer, yang segera disusul oleh suatu periode ketidakstabilan anarkisme militer yang dikenal sebagai Krisis Abad Ketiga. Pada saat bersamaan terjadi pemburukan ekonomi, kenaikan inflasi, dan musuh-musuh historis Roma, yakni suku bangsa Jermanik di Barat dan Kekaisaran Persia di Timur, terus melakukan tekanan di daerah-daerah perbatasan.[36]

Kaisar Diokletianus (284) berupaya untuk mengatasi permasalahan ekonomi dan militer dengan memperkenalkan dominatus (suatu monarki absolut yang menuhankan kaisarnya), memaksakan pengaturan harga, dan melakukan desentralisasi pemerintahan: kaisar membagi kekaisaran menjadi dua belas keuskupan sipil, memerintah dengan gelar Augustus atas paruh timur kekaisaran (dengan tempat kediamannya di Nikomedia) dan menyebut Maximianus sebagai Augustus paruh barat kekaisaran (bersama dengan pemindahan ibu kotanya ke Mediolanum).[36] Suksesi tersebut diatur dengan pembentukan Tetrarki: masing-masing Augustus, pada kenyataannya, harus menunjuk seorang kaisar junior, disebut Caesar, yang memerintah suatu bagian dari wilayah Romawi atas nama Augustus-nya dan pada akhirnya kelak menjadi kaisar baru.[36]

Setelah abdikasi Diokletianus dan Maximianus pada tahun 305 serta banyak konflik kedinastian, sistem tersebut runtuh, dan penguasa barunya, Konstantinus, kembali melakukan sentralisasi kekuasaan dan, dengan Maklumat Milan yang diterbitkan pada tahun 313, memberikan kebebasan beribadah bagi umat Kristen/Kristiani, serta berjanji untuk memberikan stabilitas bagi keberadaan agama tersebut. Ia membangun beberapa bangunan gereja, memberikan kekuasaan sipil Roma kepada Paus Silvester I, dan mendirikan ibu kota baru di bagian timur kekaisaran —yaitu Konstantinopel.[37]

Kekristenan menjadi agama resmi kekaisaran berkat suatu maklumat yang dikeluarkan pada tahun 380 oleh Teodosius, yang merupakan kaisar terakhir dari suatu kekaisaran bersatu: setelah wafatnya, Arkadius dan Honorius putra-putranya membagi kekaisaran menjadi bagian barat dan timur. Ravenna menjadi ibu kota Kekaisaran Romawi bagian barat.[37]

Roma, yang telah kehilangan peran sentralnya dalam pemerintahan kekaisaran, dijarah pada tahun 410 oleh suku Visigoth yang dipimpin oleh Alarik I,[38] namun juga diwarnai oleh pendirian bangunan-bangunan sakral oleh para paus (melalui kerja sama dengan para kaisar). Kota ini, yang telah jatuh miskin dan kehilangan banyak penghuninya, mengalami penjarahan berikutnya pada tahun 455 oleh Genserik, raja suku Vandal.[39] Para kaisar yang lemah dari abad ke-5 tidak mampu menghentikan penghancuran tersebut, hingga Romulus Augustus diturunkan dari takhtanya pada tanggal 22 Agustus 476 sebagai tanda berakhirnya Kekaisaran Romawi Barat dan, bagi banyak sejarawan, permulaan Abad Pertengahan.[37]

Abad Pertengahan

Miniatur abad ke-15 yang menggambarkan Penjarahan Roma (410).

Uskup Roma, yang disebut Paus, dipandang penting sejak awal mula Kekristenan karena kemartiran Rasul Petrus maupun Paulus di sini. Para Uskup Roma juga dipandang (dan masih dipandang demikian oleh umat Katolik) sebagai para penerus Petrus, Uskup Roma yang pertama. Kota ini karenanya menjadi semakin penting sebagai pusat Gereja Katolik. Setelah kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M, Roma berada di bawah kendali Odoaker dan kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Ostrogoth sebelum kembali berada di bawah kendali Romawi Timur setelah Perang Goth yang menjadikan kota ini hancur. Populasinya mengalami penurunan dari satu juta penduduk lebih pada tahun 210 M menjadi 500.000 penduduk pada tahun 273 M[40] hingga tinggal 35.000 penduduk setelah Perang Goth,[41] sehingga kota yang luas ini susut menjadi berbagai kelompok bangunan berpenghuni di antara luasnya reruntuhan, vegetasi, perkebunan anggur dan perkebunan skala kecil.[42]

Setelah invasi suku Lombard atas Italia, kota ini secara nominal tetap di bawah kendali Bizantin, namun pada kenyataannya para paus menerapkan suatu kebijakan keseimbangan antara kaum Bizantin, Franka, dan Lombard.[43] Pada tahun 729, raja Lombard Liutprand menyumbangkan kota Sutri di bagian utara Latium kepada Gereja, yang mengawali kekuasaan temporal Gereja.[43] Pada tahun 756, Pippin Pendek, setelah mengalahkan suku Lombard, memberikan Paus yurisdiksi temporal atas Kadipaten Roma dan Eksarkat Ravenna, sehingga terbentuk Negara Gereja.[43] Sejak periode tersebut, tiga kekuatan berupaya untuk memerintah kota ini: paus, kaum bangsawan, bersama dengan para pemimpin milisi, para hakim, Senat, serta rakyat; dan raja Franka, sebagaimana juga raja Lombard, patricius, dan Kaisar.[43] Ketiga pihak tersebut (teokrat, republik, dan imperial) merupakan karakteristik kehidupan Romawi selama keseluruhan Abad Pertengahan.[43] Pada malam Natal tahun 800, Charlemagne dimahkotai di Roma sebagai kaisar dari Kekaisaran Romawi Suci oleh Paus Leo III: pada kesempatan itu kota ini untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah bagi kedua kekuatan yang terus menerus memperjuangkan kekuasaan universal sepanjang Abad Pertengahan.[43]

Penobatan Charlemagne di Basilika Santo Petrus Lama pada tanggal 25 Desember 800.

Pada tahun 846, bangsa Arab tidak berhasil dalam penyerbuan mereka terhadap tembok kota ini, namun berhasil menjarah Basilika St. Petrus dan St. Paulus (keduanya terletak di luar tembok kota).[44] Setelah runtuhnya kekuasaan Karoling, Roma jatuh dalam kekuasaan anarki feodal: beberapa keluarga bangsawan terus berjuang melawan paus, kaisar, dan antara satu dengan yang lainnya. Saat itu adalah masa Teodora dan Marozia, yang diduga adalah selir dan ibu dari beberapa paus, serta Kresensius, seorang tuan feodal yang melangsungkan peperangan melawan Kaisar Otto II dan Otto III.[45] Skandal-skandal pada periode ini mendorong kepausan untuk mereformasi diri: pemilihan paus menjadi diperuntukkan bagi kardinal, dan diupayakan reformasi kaum klerus. Kekuatan pendorong di balik pembaruan ini adalah rahib Ildebrando da Soana, yang setelah terpilih sebagai paus dengan nama Gregorius VII terlibat dalam Kontroversi Penobatan melawan Kaisar Heinrich IV.[45] Selanjutnya, Roma dijarah dan dibakar oleh bangsa Norman di bawah pimpinan Robert Guiscard yang telah memasuki kota untuk mendukung sang paus yang dikepung di Castel S. Angelo.[45]

Selama periode ini, kota Roma diperintah secara otonom oleh seorang senatore atau patrizio pada abad ke-12. Pemerintahan tersebut, sebagaimana lazimnya dalam kota-kota Italia, berevolusi menjadi commune, suatu bentuk baru organisasi sosial, ekspresi kelas-kelas kaya baru.[45] Paus Lusius II telah berjuang melawan commune Romawi itu, dan pergulatan ini dilanjutkan oleh Paus Eugenius III penggantinya: kemudian commune itu, beraliansi dengan kaum bangsawan, didukung oleh Arnaldo da Brescia, seorang rahib yang adalah pembaharu religius dan sosial.[46] Setelah wafatnya sang paus, Arnaldo ditawan oleh Paus Adrianus IV, yang menandai akhir dari otonomi commune tersebut.[46] Di bawah kepemimpinan Paus Innosensius III, yang pemerintahannya menandai suatu titik kulminasi kepausan, commune melikuidasi senat dan menggantinya dengan suatu Senatore yang tunduk pada paus.[46]

Dalam periode ini kepausan memainkan suatu peran penting dalam dunia sekuler Eropa Barat, sering kali bertindak sebagai arbiter atau penengah antara penguasa monarki Kristen dan menggunakan kekuasaan politik lainnya.[47][48][49]

Pada tahun 1266, Charles dari Anjou, yang bergerak menuju selatan untuk memerangi dinasti Hohenstaufen atas nama paus, diangkat menjadi Senator. Charles mendirikan Sapienza, universitas Roma.[46] Pada periode tersebut, ketika paus wafat dan para kardinal yang berhimpun di Viterbo tidak bersepakat mengenai penggantinya, penduduk kota ini marah dan membongkar atap bangunan tempat mereka berhimpun, lalu mengurung mereka sampai mereka berhasil memilih paus baru: peristiwa ini menandai lahirnya konklaf.[46] Pada periode ini kota Roma juga mengalami kehancuran akibat perkelahian terus menerus di antara keluarga bangsawan Annibaldi, Caetani, Colonna, Orsini, dan Conti, berbasis dalam benteng-benteng mereka yang dibangun di atas struktur Romawi kuno, saling memerangi satu sama lain demi memegang kendali atas kepausan.[46]

Paus Bonifasius VIII, terlahir dari keluarga Caetani, adalah paus terakhir yang memperjuangkan ranah universal Gereja: ia menyatakan perang salib terhadap keluarga Colonna, dan pada tahun 1300 ia menetapkan Yubileum Kekristenan pertama, yang membawa jutaan peziarah ke Roma.[46] Namun, harapan-harapannya pupus karena raja Prancis Philippe IV, yang membuat ia ditawan dan disiksa di Anagni, menyebabkan ia meninggal dunia.[46] Setelah itu, terpilih seorang paus yang setia kepada Prancis, dan kepausan dipindahkan ke Avignon (1309–1377).[50] Selama periode ini, kota Roma terabaikan hingga kekuasaan beralih ke tangan seorang seorang rakyat jelata bernama Cola di Rienzo.[50] Sebagai seorang idealis dan pencinta Roma kuno, Cola memimpikan kelahiran kembali Kekaisaran Romawi: setelah merebut kekuasaan dengan gelar Tribuno, reformasinya ditolak oleh rakyat.[50] Kemudian Cola terpaksa mengungsi, namun ia dapat kembali bersama rombongan Kardinal Albornoz, dengan tugas memulihkan kekuasaan Gereja di Italia.[50] Ia kembali berkuasa selama suatu kurun waktu yang singkat sebelum akhirnya dieksekusi oleh massa, dan Albornoz mengambil alih kota ini, yang kembali menjadi takhta kepausan pada tahun 1377 di bawah kepemimpinan Paus Gregorius XI.[50] Kembalinya paus ke Roma pada tahun tersebut memicu terjadinya Skisma Barat (1378–1418) dan, selama empat puluh tahun ke depan, kota ini menjadi ajang perkelahian yang menjadikan Gereja terbagi.[50]

Zaman modern awal

Tempietto (San Pietro in Montorio) — contoh yang sangat bagus dari arsitektur Renaisans Italia.

Pada tahun 1418, Konsili Konstanz mengakhiri Skisma Barat, dan memilih seorang paus dari Roma, Paus Martinus V.[50] Hal ini menyebabkan perdamaian internal selama seabad di Roma, yang menandai permulaan Abad Renaisans.[50] Para paus yang memerintah sampai paruh pertama abad ke-16, dari Paus Nikolas V, pendiri Perpustakaan Vatikan, sampai Paus Pius II, seorang humanis dan berpendidikan tinggi, dari Paus Sistus IV, seorang paus pejuang, sampai Paus Aleksander VI, seorang amoral dan nepotis, dari Paus Yulius II, seorang prajurit dan pembina seni, sampai Paus Leo X, yang namanya digunakan untuk menyebut periode ini ("abad Leo X"), semuanya mencurahkan seluruh energi mereka untuk kemegahan dan keindahan Kota Abadi, kekuatan status mereka, serta patronase kesenian.[50]

Selama tahun-tahun ini, pusat Renaisans Italia dipindahkan dari Florence (Firenze) ke Roma. Karya-karya megah, seperti Basilika Santo Petrus yang baru, Kapel Sistina, dan Ponte Sisto (jembatan pertama yang dibangun di Sungai Tiber setelah abad kuno, kendati dibangun di atas konstruksi Romawi), tercipta pada periode ini. Untuk mewujudkannya, para paus melibatkan para seniman terbaik pada masa tersebut, termasuk Michelangelo, Perugino, Raphael, Ghirlandaio, Luca Signorelli, Botticelli, dan Cosimo Rosselli.

Periode ini juga terkenal karena korupsi kepausan, sejumlah paus memiliki anak, dan keterlibatan dalam nepotisme serta simoni. Korupsi yang dilakukan paus-paus tersebut, dan pengeluaran yang besar untuk proyek-proyek bangunan mereka, berkontribusi pada terjadinya Reformasi Protestan dan akhirnya Kontra Reformasi. Paus Aleksander VI, misalnya, dikenal karena dekadensinya, kehidupan amoral dan pemborosan.[51] Di bawah pimpinan paus-paus yang kaya dan melakukan pemborosan, Roma berubah menjadi pusat seni, kepenyairan, musik, sastra, pendidikan, dan budaya. Roma mampu menyaingi kota-kota besar Eropa lainnya pada masa tersebut dalam hal kekayaan, kemegahan, seni, pembelajaran, dan arsitektur.

Periode Renaisans mengubah wajah Roma secara dramatis, dengan karya-karya seni seperti Pietà oleh Michelangelo dan beragam fresko di Apartemen Borgia. Roma mencapai puncak kemegahannya pada periode Paus Yulius II (1503–1513) serta Paus Leo X dan Paus Klemens VI pengganti-penggantinya, keduanya adalah anggota keluarga Medici.

Lukisan Michaelangelo di langit-langit Kapel Sistina, dilukis pada tahun 1508.
Roma pada tahun 1642.

Dalam periode dua puluh tahun ini, Roma menjadi salah satu pusat seni terbesar di dunia. Basilika St. Petrus lama yang dibangun oleh Kaisar Konstantinus Agung,[52] yang saat itu kondisinya telah bobrok, dihancurkan dan dibangun yang baru. Kota ini mewadahi seniman-seniman seperti Ghirlandaio, Perugino, Botticelli, dan Bramante, yang membangun Gereja San Pietro in Montorio dan merencanakan suatu proyek besar untuk merenovasi Istana Vatikan. Rafael, yang di Roma menjadi salah satu pelukis paling terkenal dari Italia, membuat fresko-fresko di Villa Farnesina, Ruangan Rafael, ditambah banyaknya lukisan terkenal yang lain. Michelangelo memulai dekorasi langit-langit Kapel Sistina dan mengerjakan patung terkenal Musa untuk makam Paus Yulius II. Roma kehilangan sebagian karakter religiusnya, semakin menjadi suatu kota Renaisans yang sejati, dengan sejumlah besar perayaan populer, pacuan kuda, pesta, episode-episode tak bermoral dan intrik.

Perekonomiannya maju, dengan kehadiran beberapa bankir dari Toscana, termasuk Agostino Chigi, yang adalah teman Rafael dan pelindung kesenian. Sebelum wafatnya di usia muda, Rafael juga mendorong pelestarian reruntuhan kuno untuk yang pertama kalinya. Pergulatan antara Prancis dan Spanyol di Eropa menyebabkan penjarahan pertama kota ini dalam waktu kurang dari lima ratus tahun setelah penjarahan sebelumnya. Pada tahun 1527, Kaisar Landsknecht Karl V menjarah kota ini, secara tiba-tiba mengakhiri masa keemasan Renaisans di Roma.[50][53]

Diawali dengan Konsili Trente pada tahun 1545, Gereja memulai Kontra Reformasi sebagai suatu tanggapan atas Reformasi Protestan, suatu keraguan dalam skala besar terhadap otoritas Gereja mengenai hal-hal rohani dan urusan pemerintahan. Kehilangan kepercayaan tersebut kemudian menyebabkan pergeseran penting kekuasaan sekuler dari Gereja.[50] Di bawah kepemimpinan para paus dari Paus Pius IV sampai Paus Sistus V, Roma menjadi pusat Katolisisme reformasi dan dibangun monumen-monumen baru untuk merayakan pemulihan kebesaran kepausan.[54] Para paus dan kardinal dari abad ke-17 dan awal abad ke-18 melanjutkan gerakan itu dengan mendirikan bangunan-bangunan Barok untuk memperkaya lanskap kota.[54]

Periode tersebut merupakan masa nepotis lainnya: keluarga-keluarga bangsawan baru (Barberini, Pamphili, Chigi, Rospigliosi, Altieri, Odescalchi) mendapat perlindungan dari pausnya masing-masing, yang mendirikan bangunan-bangunan Barok besar bagi keluarga mereka.[54] Selama Abad Pencerahan, ide-ide baru juga sampai ke Kota Abadi, tempat kepausan mendukung berbagai studi arkeologi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.[50] Namun, tidak semua aspek berjalan dengan baik bagi Gereja selama Kontra Reformasi. Terdapat beberapa kemunduran dalam berbagai upaya untuk menahan kebijakan-kebijakan anti-Gereja dari kekuatan Eropa pada pada waktu itu, kemunduran yang paling menonjol mungkin pada tahun 1773 ketika Paus Klemens XIV dipaksa oleh kekuatan sekuler untuk menekan ordo Yesuit.[50]

Zaman modern akhir dan kontemporer

Pemerintahan para paus sempat diinterupsi oleh Republik Roma (1798–1800) yang berumur pendek, yang didirikan di bawah pengaruh Revolusi Prancis. Negara Gereja dipulihkan pada bulan Juni 1800, namun selama pemerintahan Napoleon, Roma dianeksasi sebagai suatu Département dari Kekaisaran Prancis: pertama-tama sebagai Département du Tibre (1808–10) dan selanjutnya sebagai Département Rome (1810–14). Setelah kejatuhan Napoleon, Negara Gereja di bawah kepemimpinan paus itu dipulihkan kembali melalui Kongres Wina tahun 1814.

Pada tahun 1849, Republik Roma lainnya timbul di dalam bingkai revolusi 1848. Dua tokoh yang paling berpengaruh dalam unifikasi Italia, Giuseppe Mazzini dan Giuseppe Garibaldi, berjuang demi republik yang berumur pendek itu.

Pasukan Italia memasuki Roma pada tanggal 20 September 1870.

Roma kemudian menjadi fokus harapan akan reunifikasi Italia, sebab wilayah Italia yang lain telah dipersatukan kembali sebagai Kerajaan Italia, dengan ibu kota sementara di Firenze. Pada tahun 1861, Roma dinyatakan sebagai ibu kota Italia kendati masih berada di bawah kendali paus. Selama tahun 1860-an, sisa-sisa terakhir dari Negara Gereja berada di bawah perlindungan Prancis berkat kebijakan luar negeri Napoleon III. Baru setelah perlindungan itu dicabut pada tahun 1870, karena terjadinya Perang Prancis-Prusia, pasukan Italia dapat merebut Roma dengan memasuki kota ini melalui suatu serbuan di dekat Porta Pia. Setelah itu, Paus Pius IX menyatakan dirinya sebagai tawanan di Vatikan dan, pada tahun 1871, ibu kota Italia akhirnya dipindahkan dari Firenze ke Roma.[55]

Tidak lama setelah Perang Dunia I, Roma menjadi saksi kebangkitan Fasisme Italia, dipimpin oleh Benito Mussolini, yang melakukan mars menuju kota ini pada tahun 1922. Ia kemudian mendeklarasikan suatu Kekaisaran Italia yang baru dan menjadikan Italia beraliansi dengan Jerman Nazi. Mussolini meruntuhkan sebagian besar pusat kota ini dalam rangka membangun berbagai lapangan dan jalan lebar yang dimaksudkan untuk merayakan rezim fasis dan kebangkitan kembali Roma klasik.[56] Periode antarperang tersebut menyaksikan cepatnya pertumbuhan penduduk kota ini, yang melampaui satu juta penduduk. Dalam Perang Dunia II, karena kekayaan seninya dan keberadaan Vatikan, Roma pada dasarnya lolos dari nasib tragis sebagamana dialami kota-kota besar Eropa lainnya. Namun, pada tanggal 19 Juli 1943, Distrik San Lorenzo dibombardir oleh pasukan Inggris-Amerika, yang mengakibatkan kematian seketika 3.000 orang dan 11.000 orang lainnya terluka yang darinya 1.500 orang kemudian meninggal dunia. Setelah kejatuhan Mussolini dan Gencatan Senjata Italia pada tanggal 8 September 1943, kota ini diduduki oleh Jerman dan dinyatakan sebagai kota terbuka hingga pembebasannya pada tanggal 4 Juni 1944.

Roma berkembang dengan pesat setelah perang tersebut, sebagai salah satu kekuatan pendorong di belakang "keajaiban ekonomi Italia" dalam modernisasi dan rekonstruksi pasca-perang pada tahun 1950-an dan 1960-an. Sepanjang periode ini, tahun-tahun la dolce vita ("kehidupan yang manis"), Roma menjadi suatu kota yang modis; film-film klasik populer seperti Ben Hur, Quo Vadis, Roman Holiday, dan La Dolce Vita di filmkan di Cinecittà, studio-studio film ikonik di kota ini. Tren peningkatan populasi berlanjut sampai pertengahan tahun 1980-an, ketika comune ini telah memiliki lebih dari 2,8 juta penduduk. Setelah itu, populasi mulai menurun secara perlahan karena para penghuni kota mulai pindah ke pinggiran kota Roma di dekat hunian asalnya.

Pemerintahan

Pemerintah lokal

Palazzo Senatorio, Balai Kota Roma.

Roma merupakan sebuah comune speciale, bernama "Roma Capitale",[57] dan merupakan yang terbesar kedua dalam hal luas wilayah dan jumlah penduduk di antara 8.101 comuni Italia. Roma dipimpin oleh seorang wali kota dan suatu dewan kota. Tempat kedudukan comune ini adalah Palazzo Senatorio di Bukit Capitolino, tempat kedudukan pemerintah kota ini secara historis. Pemerintah lokal di Roma biasanya disebut sebagai "Campidoglio", nama Italia bukit tersebut.

Pembagian administratif dan historis

Municipi Roma.

Sejak tahun 1972 kota ini dibagi ke dalam wilayah-wilayah administratif, disebut municipi (bentuk tunggal: municipio); sampai tahun 2001 bernama circoscrizioni.[58] Pembagian itu dibuat untuk alasan administratif, agar kota ini semakin terdesentralisasi. Setiap municipio dipimpin oleh seorang presiden dan suatu dewan yang terdiri dari empat anggota yang dipilih oleh warganya setiap lima tahun. Municipi tersebut sering kali melintasi batas-batas tradisional, pembagian non-administratif kota ini. Awalnya municipi berjumlah 20, kemudian menjadi 19.[59] Pada tahun 2013, jumlahnya berkurang menjadi 15.[60]

Roma juga terbagi ke dalam beragam jenis unit non-administratif yang berbeda. Pusat bersejarahnya dibagi menjadi 22 rioni, semuanya terletak di dalam Tembok Aurelianus kecuali Prati dan Borgo.

Pembagian tersebut berasal dari Regiones Roma kuno, yang berevolusi pada Abad Pertengahan menjadi rioni abad pertengahan.[61] Pada Abad Renaisans, di bawah kepemimpinan Paus Sistus V, jumlahnya kembali menjadi 14, dan batas-batasnya kemudian ditetapkan di bawah kepemimpinan Paus Benediktus XIV pada tahun 1743.

Suatu pembagian baru kota ini di bawah kepemimpinan Napoleon hanya berumur sesaat saja, dan tidak ada perubahan signifikan dalam organisasi kota ini hingga tahun 1870, ketika Roma menjadi ibu kota ketiga Italia. Kebutuhan akan ibu kota baru menimbulkan terjadi ledakan urbanisasi dan jumlah penduduk di dalam maupun di luar tembok Aurelianus. Pada tahun 1874, rione yang ke-15, Esquilino, dibentuk pada zona baru urbanisasi di Monti. Pada awal abad ke-20, dibentuk rioni lainnya (yang terakhir adalah Prati – satu-satunya yang terletak di luar Tembok Paus Urbanus VIII – pada tahun 1921). Setelah itu, digunakan nama "quartiere" untuk pembagian adminstratif baru kota ini. Saat ini, semua rioni merupakan bagian dari Municipio pertama, yang karenanya bertepatan sepenuhnya dengan kota bersejarah (Centro Storico).

Pemerintah metropolitan dan regional

Roma adalah kota utama Kota Metropolitan Roma, sejak 1 Januari 2015. Kota Metropolitan tersebut menggantikan provinsi lama yang mencakup wilayah metropolitan kota ini dan membentang jauh ke utara sampai Civitavecchia. Berdasarkan luas area, Kota Metropolitan Roma adalah yang terbesar di Italia. Dengan luas 5.352 kilometer persegi, dimensinya dapat dibandingkan dengan regioni Liguria. Selain itu, kota ini juga merupakan ibu kota regioni Lazio.

Pemerintah nasional

Roma adalah ibu kota nasional Italia dan tempat kedudukan Pemerintah Italia. Kediaman resmi Presiden Republik Italia dan Perdana Menteri Italia, tempat kedudukan Parlemen Italia dan Mahkaman Konsititusi Italia, semuanya terletak di pusat bersejarah kota ini. Kementerian-kementerian negara tersebar di sekitar kota ini; di antaranya yaitu Kementerian Luar Negeri, yang terletak di Palazzo della Farnesina di dekat Stadion Olimpiade.

Geografi

Foto astronaut Roma, 2002.

Lokasi

Roma terletak dalam region Lazio di Italia Tengah, di Sungai Tiber (bahasa Italia: Tevere). Pemukiman asli berkembang di bukit-bukit yang menghadap ke suatu arungan di samping Pulau Tiberina, satu-satunya arungan alami sungai tersebut di daerah ini. Roma dari Raja-Raja dibangun di atas tujuh bukit: Bukit Aventino, Bukit Celio, Bukit Capitolino, Bukit Esquilino, Bukit Palatino, Bukit Quirinale, dan Bukit Viminale. Roma modern juga dilintasi sungai lainnya, Sungai Aniene, yang mengalir ke Sungai Tiber di utara pusat bersejarah kota ini.

Meskipun pusat kota ini berjarak sekitar 24 kilometer (15 mi) ke arah daratan dari Laut Tirenia, wilayah kota ini meluas sampai ke pesisirnya, tempat keberadaan Ostia, suatu distrik di bagian barat-selatan. Ketinggian wilayah pusat Roma berkisar dari 13 meter (43 ft) di atas permukaan laut (di bagian dasar Pantheon) sampai 139 meter (456 ft) di atas permukaan laut (puncak Monte Mario).[62] Comune Roma secara keseluruhan meliputi area dengan luas sekitar 1.285 kilometer persegi, mencakup banyak area hijau.

Topografi

Roma dilihat dari satelit.

Sepanjang sejarah Roma, batas perkotaannya dianggap sebagai area di dalam tembok-tembok kota. Awalnya mencakup Tembok Servius, yang dibangun dua belas tahun setelah kota ini dijarah oleh orang Galia pada tahun 390 SM. Berarti meliputi hampir seluruh Bukit Esquilino dan Celio, serta keseluruhan lima bukit lainnya. Roma berkembang hingga ke luar Tembok Servius, tetapi tidak ada tembok lain yang dibangun hingga hampir 700 tahun kemudian, ketika pada tahun 270 M Kaisar Aurelianus mulai membangun Tembok Aurelianus. Tembok tersebut panjangnya hampir 19 kilometer (12 mi), dan masih berfungsi sebagai tembok yang harus ditembus oleh pasukan Kerajaan Italia untuk memasuki kota ini pada tahun 1870. Area perkotaan Roma terbagi menjadi dua oleh jalan lingkarnya, Grande Raccordo Anulare ("GRA"), selesai dibangun pada tahun 1962, yang mengelilingi pusat kota dengan jarak sekitar 10 km (6 mi). Walaupun saat jalan lingkar tersebut terselesaikan kebanyakan wilayah berpenghuni terletak di dalamnya (salah satu dari beberapa pengecualian misalnya Ostia yang sebelumnya adalah pedesaan, yang terletak di sepanjang pesisir Tirenia), pada saat itu juga dibangun pemukiman-pemukiman yang membentang hingga 20 km (12 mi) di luar jalan tesebut.

Comune ini meliputi area yang luasnya tiga kali luas keseluruhan area di dalam Raccordo tersebut dan dapat dibandingkan dengan area keseluruhan kota metropolitan Milan dan Napoli, enam kali luas teritori kota-kota itu. Selain itu juga meliputi berbagai area tanah rawa yang terbengkalai yang dipandang tidak cocok untuk pertanian ataupun pembangunan perkotaan.

Sebagai konsekuensinya, kepadatan comune ini tidak begitu tinggi, teritorinya terbagi antara area dengan tingkat urbanisasi tinggi serta area yang ditetapkan sebagai taman, cagar alam, dan untuk pertanian.

Iklim

Roma beriklim Mediterania musim panas yang panas (hot-summer) (klasifikasi iklim Köppen: Csa),[63] mengalami musim dingin yang sejuk dan lembap serta musim panas yang panas dan kering.

Rata-rata suhu tahunannya di atas 20 °C (68 °F) pada siang hari dan 10 °C (50 °F) pada malam hari. Dalam bulan terdingin – Januari, suhunya rata-rata 12 °C (54 °F) saat siang hari dan 3 °C (37 °F) saat malam hari. Dalam bulan-bulan terpanas – Juli dan Agustus, suhunya rata-rata 30 °C (86 °F) saat siang hari dan 18 °C (64 °F) saat malam hari.

Desember, Januari, dan Februari merupakan bulan-bulan yang paling dingin, dengan suhu rata-rata harian 8 °C (46 °F). Suhu selama bulan-bulan tersebut biasanya bervariasi antara 10 dan 15 °C (50 dan 59 °F) pada siang hari dan antara 3 dan 5 °C (37 dan 41 °F) pada malam hari, dengan seringnya periode yang lebih dingin ataupun lebih hangat. Salju jarang turun tetapi bukannya tidak pernah, dengan salju ringan ataupun yang turun tiba-tiba terjadi pada hampir setiap musim dingin, umumnya tanpa akumulasi, dan hujan salju besar terjadi sekali setiap 20 atau 25 tahun (yang terakhir terjadi pada tahun 2012).[64]

Kelembaban relatifnya rata-rata 75%, bervariasi dari 72% pada bulan Juli sampai 77% pada bulan November. Suhu laut bervariasi dari yang terendah 13 °C (55 °F) pada bulan Februari dan Maret sampai yang tertinggi 24 °C (75 °F) pada bulan Agustus.[65]

Data iklim Bandar Udara Ciampino Roma (ketinggian: 105 m dpl, 13 km (8 mi) sebelah timur-selatan dari Colosseum citra satelit)
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 11.9
(53.4)
13.0
(55.4)
15.2
(59.4)
17.7
(63.9)
22.8
(73)
26.9
(80.4)
30.3
(86.5)
30.6
(87.1)
26.5
(79.7)
21.4
(70.5)
15.9
(60.6)
12.6
(54.7)
20.4
(68.7)
Rata-rata harian °C (°F) 7.5
(45.5)
8.2
(46.8)
10.2
(50.4)
12.6
(54.7)
17.2
(63)
21.1
(70)
24.1
(75.4)
24.5
(76.1)
20.8
(69.4)
16.4
(61.5)
11.4
(52.5)
8.4
(47.1)
15.2
(59.4)
Rata-rata terendah °C (°F) 3.1
(37.6)
3.5
(38.3)
5.2
(41.4)
7.5
(45.5)
11.6
(52.9)
15.3
(59.5)
18.0
(64.4)
18.3
(64.9)
15.2
(59.4)
11.3
(52.3)
6.9
(44.4)
4.2
(39.6)
10.0
(50)
Presipitasi mm (inci) 66.9
(2.634)
73.3
(2.886)
57.8
(2.276)
80.5
(3.169)
52.8
(2.079)
34.0
(1.339)
19.2
(0.756)
36.8
(1.449)
73.3
(2.886)
113.3
(4.461)
115.4
(4.543)
81.0
(3.189)
804.3
(31.665)
Rata-rata hari hujan atau bersalju (≥ 1 mm) 7.0 7.6 7.6 9.2 6.2 4.3 2.1 3.3 6.2 8.2 9.7 8.0 79.4
Rata-rata sinar matahari bulanan 120.9 132.8 167.4 201.0 263.5 285.0 331.7 297.6 237.0 195.3 129.0 111.6 2.472,8
Sumber: Servizio Meteorologico,[66] data durasi cahaya matahari[67] (1971–2000)

Demografi

Populasi historis
Tahun Jumlah
Pend.
  
±%  
1861 194.500—    
1871 212.432+9.2%
1881 273.952+29.0%
1901 422.411+54.2%
1911 518.917+22.8%
1921 660.235+27.2%
1931 930.926+41.0%
1936 1.150.589+23.6%
1951 1.651.754+43.6%
1961 2.188.160+32.5%
1971 2.781.993+27.1%
1981 2.840.259+2.1%
1991 2.775.250−2.3%
2001 2.663.182−4.0%
2011 2.617.175−1.7%
Sumber: ISTAT, 2001

Pada tahun 550 SM, Roma adalah kota terbesar kedua di Italia, dengan Tarentum sebagai yang terbesar. Saat itu luas areanya sekitar 285 hektare (700 ekar) dan perkiraan populasinya 35.000 penduduk. Sumber-sumber lain mengemukakan bahwa populasinya sedikit di bawah 100.000 penduduk antara tahun 600–500 SM.[68][69] Ketika Republik berdiri pada tahun 509 SM, sensus yang dilakukan mencatat populasinya 130.000 penduduk. Republik itu termasuk kota ini dan lingkungan sekitarnya. Sumber-sumber lain menunjukkan adanya populasi sejumlah 150.000 penduduk pada tahun 500 SM, dan melampaui 300.000 penduduk pada tahun 150 SM.[70][71][72][73][74]

Terdapat sejumlah spekulasi mengenai ukuran kota ini pada masa Kaisar Augustus, dengan perkiraan-perkiraan berdasarkan distribusi dan impor biji-bijian, kapasitas akuaduk, batas kota, kepadatan penduduk, laporan sensus, serta asumsi-asumsi seputar jumlah budak, anak-anak, dan wanita yang tidak dilaporkan, yang tersaji dalam kisaran yang cukup luas. Glenn Storey memperkirakan 450.000 penduduk, Whitney Oates memperkirakan 1,2 juta, Neville Morely memberikan perkiraan kasar 800.000, dan tidak termasuk perkiraan-perkiraan awal sebesar 2 juta penduduk.[75][76][77][78]

Setelah kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat, populasi kota ini turun hingga kurang dari 50.000 penduduk. Dan berlanjut stagnan atau bahkan menyusut hingga Abad Renaisans.[79] Ketika Kerajaan Italia menganeksasi Roma pada tahun 1870, populasi kota ini sekitar 200.000 penduduk. Angka tersebut meningkat menjadi 600.000 menjelang Perang Dunia I. Rezim Fasis Mussolini berupaya untuk mencegah kenaikan demografis kota ini yang berlebihan, tetapi ia gagal mencegahnya sehingga populasi kota ini mencapai satu juta penduduk pada awal tahun 1930-an.[butuh rujukan][butuh klarifikasi] Pertumbuhan jumlah penduduk terus berlanjut setelah Perang Dunia II, dibantu oleh ledakan ekonomi pasca perang. Ledakan pembangunan juga menciptakan sejumlah besar daerah pinggiran kota selama tahun 1950-an dan 1960-an.

Pada pertengahan tahun 2010, terdapat 2.754.440 penghuni dalam batas kota, sementara sekitar 4,2 juta penduduk tinggal di area Roma yang lebih besar (yang kira-kira dapat diidentifikasi dengan kota administratif metropolitannya, dengan kepadatan sekitar 800 penduduk/km² tersebar dalam area lebih dari 5.000 km²). Anak di bawah umur (anak-anak yang berusia 18 tahun dan di bawahnya) mencapai 17% populasi dibandingkan dengan para pensiunan yang proporsinya 20,76%. Hal ini dapat dibandingkan dengan rata-rata Italia yang angkanya 18,06% (anak di bawah umur) dan 19,4% (pensiunan). Rata-rata usia penduduk Roma adalah 43 tahun, sementara rata-rata Italia adalah 42 tahun. Dalam kurun waktu 5 tahun antara 2002 dan 2007, populasi Roma tumbuh 6,54%, sementara Italia secara keseluruhan tumbuh 3,56%.[80] Angka kelahiran di Roma pada saat ini adalah 9,1 kelahiran per 1.000 penduduk dibandingkan dengan rata-rata Italia 9,45 kelahiran.

Wilayah perkotaan Roma melampaui batas kota administratif dengan populasi sekitar 3,9 juta penduduk.[81] Antara 3,2 dan 4,2 juta orang tinggal di wilayah metropolitan Roma.[82][83][84][85][86]

Kelompok etnis

Menurut statistik terakhir dari ISTAT,[87] sekitar 9,5% populasi terdiri dari orang non-Italia. Sekitar setengah populasi imigran terdiri dari berbagai asal-usul Eropa yang lain (terutama orang Rumania, Polandia, Ukraina, dan Albania) dengan jumlah total 131.118 penduduk atau 4,7% populasi. Sisanya sebesar 4,8% merupakan orang-orang dengan asal-usul non-Eropa, terutama orang Filipina (26.933 penduduk), Bangladesh (12.154 penduduk), dan Tionghoa (10.283 penduduk).

Rione Esquilino, tempat Stasiun Kereta Termini, berkembang menjadi sebuah lingkungan yang utamanya dihuni oleh para imigran. Kawasan itu dianggap sebagai Pecinan Roma. Imigran dari seratus negara lebih yang berbeda tinggal di kawasan itu. Sebagai distrik komersial, Esquilino menghadirkan restoran-restoran yang menyajikan berbagai macam masakan internasional. Terdapat toko-toko grosir pakaian. Dari 1.300 atau lebih tempat komersial yang beroperasi di distrik tersebut, 800 di antaranya adalah milik orang Tionghoa, sekitar 300 dioperasikan oleh para imigran dari negara-negara lain di seluruh dunia; dan hanya 200 yang dimiliki oleh orang Italia.[88]

Agama

Basilika Agung Kepausan St. Yohanes Lateran, Katedral Roma.

Sama seperti wilayah Italia lainnya, Roma didominasi oleh penganut Katolik Roma, dan kota ini telah menjadi pusat agama dan ziarah yang penting selama berabad-abad, sebagai basis agama Romawi kuno dengan pontifex maximusnya serta kelak menjadi tempat kedudukan Vatikan dan sri paus. Sebelum kedatangan orang-orang Kristen di Roma, Religio Romana (secara harfiah: "Agama Romawi") merupakan agama utama di kota ini pada era klasik. Para dewa pertama yang disakralkan oleh orang Romawi adalah Yupiter, sebagai yang tertinggi, serta Mars, dewa perang dan menurut tradisi adalah ayah dari para pendiri kembar Roma, Romulus dan Remus. Dewa-dewi lainnya seperti Vesta dan Minerva diberikan penghormatan. Roma juga menjadi basis beberapa kultus misteri, misalnya Mithraisme. Di kemudian hari, setelah Santo Petrus dan Santo Paulus wafat sebagai martir di kota ini, dan orang-orang Kristen pertama mulai berdatangan, Roma menjadi penganut Kristen, dan Basilika Santo Petrus Lama dibangun pada tahun 313 M. Meskipun terdapat beberapa gangguan (seperti kepausan Avignon), selama berabad-abad Roma telah menjadi rumah dari Gereja Katolik Roma dan Uskup Roma, atau dikenal sebagai Paus.

Masjid Roma, masjid terbesar di Eropa Barat.

Terlepas dari kenyataan bahwa Roma adalah rumah bagi Kota Vatikan dan Basilika St. Petrus, katedral Roma adalah Basilika Agung Santo Yohanes Lateran, terletak di sebelah timur-selatan pusat kota. Secara keseluruhan terdapat sekitar 900 bangunan gereja, selain dari katedral itu sendiri, beberapa di antaranya yang terkenal misalnya: Basilika Santa Maria Maggiore, Basilika Santo Paulus di Luar Tembok, Basilika San Clemente, San Carlo alle Quattro Fontane, dan Gereja Gesù. Terdapat juga katakomba kuno di bawah kota ini, yaitu Katakomba Roma. Banyak institusi pendidikan religius yang sangat penting di Roma seperti Universitas Kepausan Lateran, Institut Kitab Suci Kepausan, Universitas Kepausan Gregoriana, dan Institut Oriental Kepausan.

Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pertumbuhan yang signifikan dalam komunitas Muslim Roma, terutama karena imigrasi dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara ke kota ini. Akibat dari meningkatnya jumlah praktisi keimanan Islam tersebut, comune ini mempromosikan pembangunan Masjid Roma, yang merupakan masjid terbesar di Eropa Barat, dirancang oleh arsitek Paolo Portoghesi dan diresmikan pada tanggal 21 Juni 1995. Sejak berakhirnya Republik Romawi, Roma juga merupakan pusat dari suatu komunitas Yahudi yang penting,[89] yang pernah berbasis di Trastevere, dan kemudian di Ghetto Roma. Terdapat juga sinagoge besar di Roma, yaitu Tempio Maggiore.

Kota Vatikan

Panorama Lapangan St. Petrus
Lapangan Santo Petrus di Kota Vatikan.

Wilayah Kota Vatikan merupakan bagian dari Mons Vaticanus (Bukit Vatikan), dan berdekatan dengan bekas Lapangan Vatikan, tempat Basilika St. Petrus, Istana Apostolik, Kapel Sistina, dan pelbagai museum dibangun, bersama dengan beragam bangunan lainnya. Area tersebut adalah bagian dari rione Romawi Borgo sampai tahun 1929. Terpisah dari kota ini di tepi barat Sungai Tiber, area tersebut merupakan pinggiran kota yang terlindung karena berada di dalam tembok Paus Leo IV, yang kemudian diperluas oleh tembok fortifikasi saat ini oleh Paus Paulus III/Pius IV/Urbanus VIII.

Ketika Perjanjian Lateran tahun 1929 yang menciptakan negara Vatikan sedang dipersiapkan, batas-batas wilayah yang diusulkan dipengaruhi oleh kenyataan bahwa banyak di antaranya mencakup semua tetapi tertutup oleh lingkaran itu. Pada beberapa bidang perbatasan tidak ada tembok, namun jajaran bangunan-bangunan tertentu menjadi bagian dari batas tersebut, dan pada sebagian kecil perbatasan dibangun tembok modern.

Wilayah Kota Vatikan termasuk Lapangan Santo Petrus, dipisahkan dari wilayah Italia hanya dengan garis putih di sepanjang batas lapangan itu, berbatasan dengan Piazza Pio XII. Lapangan St. Petrus dapat dicapai melalui Via della Conciliazione, yang membentang dari Sungai Tiber sampai lapangan itu. Pendekatan besar tersebut dirancang oleh arsitek Piacentini dan Spaccarelli, atas keinginan Benito Mussolini dan sejalan dengan Gereja, setelah akhir dari Perjanjian Lateran. Menurut Perjanjian Lateran, beberapa properti Takhta Suci yang terletak di wilayah Italia, seperti Istana Kepausan Castel Gandolfo dan berbagai basilika mayor, memperoleh status ekstrateritorial yang serupa dengan kedutaan asing.

Ziarah

Roma telah menjadi salah satu situs ziarah Kristen yang utama sejak Abad Pertengahan. Orang-orang dari seluruh dunia Kristiani mengunjungi Kota Vatikan, di dalam kota Roma, tempat kedudukan dari kepausan. Paus dianggap sebagi figur yang paling berpengaruh selama Abad Pertengahan. Kota ini menjadi salah satu tempat ziarah utama selama Abad Pertengahan serta menjadi fokus pergulatan antara Kepausan dan Kekaisaran Romawi Suci sejak Charlemagne, yang dinobatkan pada tahun 800 oleh Paus Leo III di Roma sebagai kaisar pertamanya. Terlepas dari periode waktu yang singkat sebagai suatu kota independen selama Abad Pertengahan, Roma mempertahankan statusnya sebagai ibu kota Kepausan dan "kota suci" selama berabad-abad, bahkan ketika Kepausan direlokasi sementara ke Avignon (1309–1377). Umat Katolik meyakini bahwa Vatikan adalah tempat dimakamkannya St. Petrus.

Ziarah ke Roma dapat mencakup kunjungan ke sejumlah besar situs, baik di dalam Kota Vatikan maupun di wilayah Italia. Salah satu perhentian populer yaitu tangga Pilatus: tangga ini, menurut tradisi Kristen, adalah 28 anak tangga menuju praetorium Pontius Pilatus di Yerusalem, tempat Yesus Kristus berdiri saat Sengsara-Nya dalam perjalanan ke pengadilan.[90] Dikatakan bahwa tangga tersebut dibawa ke Roma oleh St. Helena pada abad ke-4. Selama berabad-abad, Scala Santa telah menarik perhatian para peziarah Kristen yang ingin menghormati Sengsara Yesus. Objek ziarah yang lain misalnya beberapa katakomba yang dibangun pada zaman Romawi, yang menjadi tempat orang-orang Kristen berdoa, mengubur yang meninggal dunia, dan melakukan ibadah selama periode penganiayaan, selain itu juga terdapat berbagai gereja nasional (di antaranya San Luigi dei Francesi dan Santa Maria dell'Anima) maupun gereja-gereja terkait tarekat religius tertentu seperti Gereja Yesuit Yesus dan Sant`Ignazio.

Menurut tradisi, para peziarah di Roma dan warga Roma yang bersyukur kepada Allah atas suatu rahmat harus mengunjungi tujuh gereja ziarah (bahasa Italia: Le sette chiese) dengan berjalan kaki dalam waktu 24 jam. Kebiasaan itu, suatu keharusan bagi setiap peziarah pada Abad Pertengahan, dikodifikasikan pada abad ke-16 oleh St. Filipus Neri. Ketujuh gereja tersebut yaitu keempat Basilika mayor (St. Petrus di Vatikan, St. Paulus di Luar Tembok, St. Yohanes di Lateran, dan Santa Maria Maggiore), sementara ketiga lainnya yaitu San Lorenzo fuori le mura (suatu Basilika paleokristen), Santa Croce in Gerusalemme (suatu Basilika yang didirikan oleh St. Helena, ibu Konstantinus Agung, berisikan fragmen-fragmen kayu yang dikaitkan dengan Salib Suci), dan San Sebastiano fuori le mura (yang terletak di Jalan Appia dan dibangun di atas Katakomba San Sebastiano).

Lanskap kota

Arsitektur

Pantheon.

Arsitektur Roma selama berabad-abad telah jauh berkembang, terutama dari gaya Romawi Imperial dan Klasik sampai arsitektur fasis modern. Roma pada suatu periode menjadi salah satu titik sentral utama arsitektur klasik di dunia, mengembangkan bentuk-bentuk baru seperti pelengkung, kubah, dan atap lengkung (vault).[91] Gaya Romanesque pada abad ke-11 sampai ke-13 juga banyak digunakan dalam arsitektur Roma, dan kelak kota ini menjadi salah satu sentra utama arsitektur Renaisans, Barok, dan neoklasik.[91]

Roma kuno

Castel Sant'Angelo.
Basilika San Paolo fuori le Mura.

Salah satu simbol Roma yaitu Koloseum (70–80 M), amfiteater terbesar yang pernah dibangun di Kekaisaran Romawi. Pada mulanya dapat menampung 60.000 penonton, dan digunakan untuk pertarungan antar gladiator. Situs dan monumen penting dari Roma kuno misalnya Forum Romawi, Domus Aurea, Pantheon, Kolom Trajanus, Pasar Trajanus, Katakomba Roma, Circus Maximus, Pemandian Caracalla, Castel Sant'Angelo, Mausoleum Augustus, Ara Pacis, Pelengkung Konstantinus, Piramida Cestius, dan Bocca della Verità.

Abad pertengahan

Distrik-distrik abad pertengahan kota ini, yang utamanya berada di sekitar Bukit Capitolino, telah banyak yang dibongkar antara akhir abad ke-19 dan periode fasis, tetapi banyak bangunan penting yang masih ada. Basilika-basilika yang berasal dari masa Paleokristen misalnya Santa Maria Maggiore dan San Paolo Fuori le Mura (yang terakhir disebutkan dibangun kembali pada abad ke-19), keduanya menyimpan mosaik-mosaik berharga dari abad ke-4. Seni fresko dan mosaik abad pertengahan yang terkenal dapat ditemukan di Basilika Santa Maria in Trastevere, Santi Quattro Coronati, dan Santa Prassede. Bangunan non-religius meliputi sejumlah menara, yang terbesar adalah Torre delle Milizie dan Torre dei Conti, keduanya berada di dekat Forum Romawi, serta tangga monumental menuju Basilika Santa Maria in Ara Coeli.

Renaisans dan Barok

Roma merupakan suatu pusat utama Renaisans di dunia, kedua setelah Firenze (Florence), dan sangat dipengaruhi oleh gerakan tersebut. Salah satu mahakarya arsitektur Renaisans di Roma adalah Piazza del Campidoglio karya Michelangelo. Selama periode ini, keluarga-keluarga aristokrat besar Roma biasanya membangun hunian-hunian mewah seperti Palazzo del Quirinale (sekarang menjadi tempat kedudukan Presiden Republik Italia), Palazzo Venezia, Palazzo Farnese, Palazzo Barberini, Palazzo Chigi (sekarang menjadi tempat kedudukan Perdana Menteri Italia), Palazzo Spada, Palazzo della Cancelleria, dan Villa Farnesina.

Pemandangan panoramik Piazza del Campidoglio, dengan duplikat Patung Berkuda Markus Aurelius.

Banyak dari alun-alun terkenal kota ini – beberapa di antaranya besar, megah, dan umumnya dihiasi dengan obelisk, beberapa lainnya kecil dan indah – mendapatkan bentuknya yang sekarang selama masa Renaisans dan Barok. Yang utama misalnya Piazza Navona, Piazza di Spagna, Campo de' Fiori, Piazza Venezia, Piazza Farnese, Piazza della Rotonda, dan Piazza della Minerva. Salah satu contoh yang paling melambangkan seni Barok yaitu Fontana di Trevi karya Nicola Salvi. Istana Barok terkenal lainnya dari abad ke-17 yaitu Palazzo Madama, sekarang menjadi tempat kedudukan Senat Italia, dan Palazzo Montecitorio yang sekarang menjadi tempat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Italia.

Neoklasik

Monumen Vittorio Emanuele II.
Piazza del Popolo.

Pada tahun 1870, Roma menjadi ibu kota Kerajaan Italia yang baru. Pada masa tersebut, neoklasisisme, yakni suatu gaya bangunan yang dipengaruhi oleh arsitektur antikuitas, memberikan pengaruh dominan dalam arsitektur Roma. Selama periode ini, banyak istana besar dengan gaya neoklasik yang dibangun untuk menjadi tempat kementerian, kedutaan, dan badan pemerintahan lainnya. Salah satu simbol neoklasisisme Roma yang paling dikenal adalah Monumen Vittorio Emanuele II atau "Altar Tanah Air", tempat keberadaan Makam Prajurit Tak Dikenal, mewakili 650.000 orang Italia yang gugur saat Perang Dunia I.

Arsitektur fasis

Palazzo della Civiltà Italiana, simbol EUR dan arsitektur fasis.

Rezim fasis yang memerintah di Italia antara tahun 1922 dan 1943 mempertunjukkan hasil karyanya di Roma. Mussolini membangun berbagai piazza dan jalan baru, dilakukan dengan cara menghancurkan berbagai jalan, rumah, gereja, dan istana yang didirikan selama pemerintahan kepausan. Proyek-proyek utama selama pemerintahan Mussolini yaitu "isolasi" Campidoglio; Via dei Monti, kemudian namanya diganti menjadi Via del'Impero, dan pada akhirnya Via dei Fori Imperiali; Via del Mare, yang kelak diganti namanya menjadi Via del Teatro di Marcello; "isolasi" Mausoleum Augustus, dengan dibuatnya Piazza Augusto Imperatore; Via della Conciliazione.

Dalam arsitektur, Fasisme pada tahapan awal cenderung mengikuti gerakan-gerakan termodern seperti Rasionalisme. Paralel dengan hal tersebut, pada tahun 1920-an timbul gaya lainnya, bernama "Stile Novecento", bercirikan keterkaitannya dengan arsitektur Romawi kuno. Salah satu realisasi penting dalam gaya yang terakhir disebutkan itu adalah Foro Mussolini, sekarang bernama Foro Italico, karya Enrico Del Debbio. Selain itu, situs Fasis terpenting di Roma adalah Distrik EUR, yang dirancang pada tahun 1938 oleh Marcello Piacentini. Lingkungan baru itu tampil sebagai suatu kompromi antara para arsitek Rasionalis dan Novencento, yang pertama disebutkan dipimpin oleh Giuseppe Pagano. EUR pada awalnya dimaksudkan untuk ekshibisi dunia tahun 1942, yang disebut "E.42" ("Esposizione 42"). Bangunan yang paling mewakili EUR adalah Palazzo della Civiltà Italiana (1938–1943), desain ikonik yang diberi label Lapangan Koloseum berbentuk kubus, dan Palazzo dei Congressi sebagai contoh gaya Rasionalis. Namun, pameran dunia tersebut tidak pernah terlaksana karena Italia memasuki Perang Dunia II pada tahun 1940, dan bangunan-bangunan yang telah terealisasi sebagian di antaranya hancur pada tahun 1943 selama pertempuran antara pasukan Italia dan Jerman setelah gencatan senjata serta kemudian ditelantarkan. Lingkungan tersebut dipulihkan pada tahun 1950-an, ketika otoritas Roma menyadari keberadaannya sebagai benih suatu distrik bisnis di-luar-pusat yang merupakan model yang masih direncanakan ibu kota lainnya (London Docklands dan La Défense di Paris). Palazzo della Farnesina, tempat kedudukan saat ini dari Kementerian Luar Negeri Italia, juga didesain dengan gaya Fasis murni pada tahun 1935.

Taman dan kebun

Kebun Villa Borghese.
Tangga Spanyol dan Trinità dei Monti.

Roma memiliki beragam taman publik dan cagar alam yang menutupi sejumlah besar area, dan kota ini memiliki salah satu area ruang hijau terbesar di antara semua ibu kota Eropa.[92] Ruang hijau yang paling menonjol direpresentasikan oleh sejumlah besar kebun lanskap dan villa yang dibuat oleh aristokrasi Italia. Kebanyakan taman yang mengelilingi villa dihancurkan saat ledakan pembangunan pada akhir abad ke-19, namun beberapa di antaranya masih ada. Yang paling dikenal misalnya Villa Borghese, Villa Ada, dan Villa Doria Pamphili. Villa Doria Pamphili terletak di barat Bukit Gianicolo dengan luas sekitar 1,8 kilometer persegi. Di Gianicolo juga terdapat Villa Sciarra, dengan taman bermain untuk anak-anak dan area pejalan kaki yang teduh. Di daerah dekat Trastevere terdapat Orto Botanico (Kebun Botani), merupakan ruang hijau yang sejuk dan teduh. Hipodrom lama Romawi (Circus Maximus) adalah ruang hijau besar lainnya: terdapat sejumlah pohon, namun sering terlewatkan oleh keberadaan Bukit Palatino dan Kebun Mawar ('roseto comunale'). Di dekatnya terdapat Villa Celimontana yang rimbun, dekat kebun-kebun yang mengelilingi Pemandian Caracalla. Kebun Villa Borghese merupakan ruang hijau besar yang paling dikenal di Roma, dengan berbagai galeri seni yang tersebar di jalan-jalannya yang teduh. Di hadapan Piazza del Popolo dan Tangga Spanyol terdapat kebun Bukit Pincio dan Villa Medici. Perlu disimak juga pohon-pohon pinus di Castelfusano, dekat Ostia. Roma juga memiliki sejumlah taman kawasan yang jauh lebih baru seperti Taman Regional Pineto dan Taman Regional Jalan Appia. Cagar alam terdapat di Marcigliana dan Tenuta di Castelporziano.

Air mancur dan akuaduk

Roma adalah suatu kota yang dikenal karena air mancurnya yang banyak, dibangun dengan beragam gaya berbeda, dari Era Klasik dan Abad Pertengahan sampai Barok dan Neoklasik. Kota ini telah memiliki berbagai air mancur selama lebih dari dua ribu tahun, yang menyuplai kebutuhan air minum dan menghiasi berbagai piazza di Roma. Selama masa Kekaisaran Romawi, pada tahun 98 M, Sextus Yulius Frontinus mengatakan bahwa konsul Romawi disebut curator aquarum atau pamong air kota. Saat itu Roma memiliki sembilan akuaduk untuk menyuplai 39 air mancur monumental dan 581 penampungan publik, tidak termasuk air yang disuplai ke rumah tangga Imperial, pemandian, dan para pemilik villa pribadi. Setiap air mancur utama terhubung ke dua akuaduk berbeda, sebagai antisipasi jika salah satu di antaranya ditutup karena pemeliharaan.[93]

Para paus sepanjang abad ke-17 dan ke-18 merekonstruksi akuaduk-akuaduk Romawi yang telah rusak dan membangun beragam air mancur dengan tampilan baru untuk menandai termini mereka, melansir zaman keemasan air mancur Roma. Sebagaiman karya-karya lukis Rubens, air mancur Roma merupakan ekspresi gaya baru seni Barok. Semuanya diramaikan dengan figur-figur alegoris, serta mengandung emosi dan gerakan. Pada semua air mancur itu, seni pahat menjadi elemen pokok, dan air digunakan untuk menghidupkan dan menghias karya seni pahat tersebut. Sama seperti kebun-kebun Barok, air mancur merupakan "suatu representasi visual dari keyakinan diri dan kekuasaan".[94]

Patung

Kolom Markus Aurelius yang tingginya 39,7 meter.[95]

Roma juga dikenal karena patung-patung yang terdapat di sana, khususnya patung berbicara Roma. Semua itu pada umumnya patung-patung kuno yang menjadi mimbar pidato populer untuk diskusi-diskusi sosial dan politik, serta tempat bagi orang-orang untuk menyuarakan pendapat mereka (sering kali berupa sindiran). Terdapat dua patung berbicara yang utama: Pasquino dan Marforio; selain itu terdapat empat lainnya yang layak dicatat: il Babuino, Madama Lucrezia, il Facchino, dan Abbas Luigi. Kebanyakan patung berasal dari zaman klasik atau Romawi kuno, dan kebanyakan juga menggambarkan dewa-dewi mitologis, figur legendaris ataupun orang zaman dahulu; il Pasquino merepresentasikan Menelaos, Abbas Luigi melambangkan seorang magistrat Romawi yang tak dikenal, il Babuino sepertinya mewakili Silenos, Marforio merepresentasikan Okeanos, Madama Lucrezia mungkin merepresentasikan Isis, dan il Facchino merupakan satu-satunya patung non-Romawi, dibuat pada tahun 1580 dan tidak merepresentasikan siapa pun secara khusus. Semua patung itu sering kali, karena statusnya, ditutupi dengan plakat ataupun grafiti yang mengungkapkan ide-ide politik dan sudut pandang tertentu. Patung-patung yang lain di kota ini, yang tidak terkait dengan patung-patung berbicara, misalnya patung-patung yang terdapat di Ponte Sant'Angelo, atau beberapa monumen yang tersebar di seluruh kota seperti patung Giordano Bruno di Campo de'Fiori.

Obelisk dan kolom

Di Roma juga terdapat delapan obelisk Mesir kuno dan lima obelisk Romawi kuno, serta sejumlah obelisk yang lebih modern; sebelumnya (sampai tahun 2005) juga terdapat obelisk Ethiopia kuno di Roma.[96] Kota ini memiliki beberapa obelisk di sejumlah piazza, misalnya di Piazza Navona, Lapangan Santo Petrus, Piazza Montecitorio, dan Piazza del Popolo, serta beberapa lainnya di sejumlah villa, kebun dan taman thermae, misalnya di Villa Celimontana, Pemandian Diokletianus, dan Bukit Pincio. Selain itu, di pusat kota Roma juga terdapat Kolom Trajanus dan Markus Aurelius, dua kolom/tiang Romawi kuno dengan relief spiral.

Jembatan

Jembatan Malaikat yang mengarah ke Castel Sant'Angelo.

Kota Roma memiliki banyak jembatan terkenal yang melintasi Sungai Tiber. Satu-satunya jembatan yang tetap tidak berubah sejak zaman klasik hingga saat ini yaitu Ponte dei Quattro Capi, yang menghubungkan Isola Tiberina dengan tepi kirinya. Jembatan Romawi kuno lainnya yang masih terlestarikan – kendati dimodifikasi – adalah Ponte Cestio, Ponte Sant'Angelo, dan Ponte Milvio. Mengingat Ponte Nomentano yang melintasi Sungai Aniene juga dibangun pada zaman Roma kuno, maka terdapat 5 jembatan Romawi kuno yang masih tersisa di kota ini.[97] Jembatan penting lainnya adalah Ponte Sisto, jembatan pertama yang dibangun pada zaman Renaisans di atas konstruksi Romawi; Ponte Rotto, sebenarnya merupakan satu-satunya pelengkung yang masih tersisa dari Pons Aemilius kuno, runtuh pada saat banjir tahun 1598 dan dihancurkan pada akhir abad ke-19; serta Ponte Vittorio Emanuele II, sebuah jembatan modern yang menghubungkan Corso Vittorio Emanuele dan Borgo. Sebagian besar jembatan publik kota ini dibangun dengan gaya Klasik ataupun Renaisans, selain dengan gaya Barok, Neoklasik, dan Modern. Menurut Encyclopædia Britannica, jembatan kuno terbaik yang masih tersisa di Roma yaitu Ponte Sant'Angelo, yang terselesaikan pembangunannya pada tahun 135 M, dan dihiasi dengan sepuluh patung malaikat rancangan Bernini pada tahun 1688.[98]

Katakomba

Roma memiliki sejumlah ekstensif katakomba/katakombe kuno, atau tempat pemakaman bawah tanah di bawah ataupun di dekat kota ini, yang setidaknya terdapat empat puluh, beberapa baru ditemukan dalam beberapa dekade terakhir. Kendati paling dikenal sebagai tempat penguburan orang-orang Kristen, terdapat juga tempat-tempat penguburan kaum Yahudi dan pagan, baik dalam katakomba terpisah atau dicampur bersama-sama. Katakomba-katakomba skala besar pertama yang berhasil digali berasal dari abad ke-2 dan selanjutnya. Pada mulanya katakomba dibuat dengan memahat tuf, suatu jenis batuan vulkanik yang lunak, di luar batas-batas kota ini, karena hukum Romawi melarang keberadaan tempat pemakaman di dalam batas kota. Saat ini pemeliharaan katakomba-katakomba tersebut dipegang pihak Kepausan, yang memercayakan pengawasan Katakomba St. Kalistus di pinggiran Roma kepada tarekat Salesian Don Bosco.

Ekonomi

Pemandangan panoramik distrik bisnis EUR.

Sebagai ibu kota Italia, Roma menjadi tempat kedudukan semua institusi utama negara tersebut seperti Kepresidenan Republik, pemerintah (dan setiap Kementeriannya), Parlemen, lembaga peradilan utama, dan perwakilan diplomatik semua negara untuk negara Italia dan Kota Vatikan (namun, di bagian Italia teritorinya, Roma juga menjadi tempat kedudukan Kedutaan Besar Italia untuk Kota Vatikan, suatu kasus unik adanya suatu kedutaan di dalam batas-batas negara itu sendiri). Banyak lembaga internasional yang berkedudukan di Roma, terutama lembaga ilmiah dan budaya – seperti Institut Amerika, Sekolah Britania, Akademi Prancis, Institut Skandinavia, Institut Arkeologi Jerman – untuk menghormati keilmuan di Kota Abadi, serta badan-badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa, misalnya FAO. Roma juga menjadi tempat kedudukan berbagai organisasi besar politik dan budaya internasional seperti Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian (IFAD), Program Pangan Dunia (WFP), Sekolah Tinggi Pertahanan NATO, dan Pusat Internasional Studi Pelestarian dan Pemulihan Properti Budaya (ICCROM). Roma saat ini merupakan kota dunia dengan peringkat beta+, turun dari status alfa- pada tahun 2008, bersama dengan Berlin, Bukares, Athena, Lisboa, Montreal, dan Budapest.[10]

Pada tahun 2014, Roma menempati peringkat ke-32 dalam Indeks Kota Global, menjadi kota berperingkat tertinggi di Italia.[12] Dengan PDB 2005 sebesar €94,376 juta (US$121,5 juta),[99] kota ini menyumbang 6,7% PDB nasional (lebih besar dari kota mana pun di Italia), dan saat ini tingkat penganggurannya, turun dari 11,1% menjadi 6,5% antara tahun 2001 dan 2005, merupakan salah satu tingkat pengangguran terendah di antara semua ibu kota negara Uni Eropa.[99] Setiap tahunnya Roma mengalami pertumbuhan +4.4% dan terus tumbuh dengan tingkat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kota-kota lain di seluruh negerinya.[99] Hal itu berarti bahwa jika Roma adalah suatu negara maka akan menjadi negara terkaya ke-52 berdasarkan PDB, mendekati ukuran Mesir. Selain itu, PDB per kapita Roma pada tahun 2003 adalah €29.153 (US$37.412), yang adalah kedua terbesar di Italia (setelah Milan), dan lebih besar dari 134,1% rata-rata PDB per kapita Uni Eropa.[100] Secara keseluruhan, Roma memiliki total penghasilan tertinggi di Italia, mencapai €47.076.890.463 pada tahun 2008,[101] namun, dalam hal rata-rata pendapatan pekerja, kota ini menempati peringkat ke-9 di Italia, dengan angka €24.509.[101] Pada level global, para pekerja Roma menerima upah tertinggi ke-30 pada tahun 2009, naik 3 peringkat dari tahun 2008 ketika kota ini menempati peringkat ke-33.[102] Area Roma memiliki PDB sebesar $167,8 miliar, dan $38.765 per kapita.[103]

Bangunan kuno Kuil Hadrianus yang sekarang digunakan oleh kamar dagang Roma.

Meskipun perekonomian Roma dikarakterisasi dengan ketiadaan industri berat dan umumnya didominasi bidang jasa, perusahaan teknologi tinggi (TI, kedirgantaraan, pertahanan, telekomunikasi), aktivitas penelitian, konstruksi, dan komersial (terutama perbankan), serta pengembangan pariwisata secara besar-besaran sangatlah dinamis dan sangat penting bagi perekonomiannya. Bandar udara internasional Roma, Fiumicino, adalah yang terbesar di Italia, dan kota ini menjadi tempat kedudukan kebanyakan perusahaan besar Italia, serta markas dari tiga di antara 100 perusahaan terbesar di dunia: Enel, Eni, dan Telecom Italia.[104]

Berbagai universitas, televisi dan radio nasional, serta industri perfilman di Roma juga merupakan bagian penting dari perekonomiannya: Roma juga merupakan pusat industri perfilman Italia, berkat studio-studio Cinecittà yang beroperasi sejak tahun 1930-an. Kota ini merupakan suatu pusat industri perbankan dan asuransi, serta elektronik, energi, transportasi, dan kedirgantaraan. Banyak kantor pusat lembaga dan perusahaan internasional, departemen pemerintah, pusat konferensi, tempat olahraga, dan museum yang terletak di distrik-distrik bisnis utama Roma: Esposizione Universale Roma (EUR); Torrino (lebih jauh ke selatan EUR); Magliana; Parco de' Medici-Laurentina dan yang disebut Tiburtina-valley di sepanjang Via Tiburtina kuno.

Pendidikan

Kampus baru Universitas Roma, dibangun pada tahun 1935 oleh Marcello Piacentini; foto tahun 1938.

Roma merupakan salah satu pusat utama pendidikan tinggi berskala nasional dan internasional, meliputi banyak akademi, perguruan tinggi, dan universitas. Terdapat beragam macam akademi dan perguruan tinggi, serta senantiasa menjadi pusat utama pendidikan dan inteletual di seluruh dunia, khususnya sepanjang periode Roma Kuno dan Renaisans, bersama-sama dengan Firenze (Florence).[105] Menurut Indeks Merek Kota, Roma dipandang sebagai kota peringkat kedua di dunia yang paling indah dan menarik berdasarkan budaya, pendidikan, dan sejarah.[106]

Roma memiliki sejumlah besar universitas dan perguruan tinggi. Universitas pertamanya, La Sapienza (didirikan tahun 1303), merupakan salah satu universitas terbesar di dunia, dengan lebih dari 140.000 mahasiswa/i; Universitas Sapienza pada tahun 2005 diberi peringkat sebagai universitas terbaik ke-33 di Eropa[107] dan pada tahun 2013 menempati peringkat ke-62 di dunia serta teratas di Italia dalam Peringkat Universitas Dunia-nya.[108] Saat ini universitas tersebut termasuk dalam 50 perguruan tinggi terbaik Eropa dan 150 terbaik dunia.[109] Dalam rangka mengurangi kepadatan La Sapienza, didirikan dua perguruan tinggi negeri selama beberapa dekade terakhir: Tor Vergata pada tahun 1982, dan Roma Tre pada tahun 1992. Roma juga menjadi tempat keberadaan Sekolah Pemerintahan, universitas pascasarjana Italia yang terpenting dalam bidang hubungan internasional dan studi Eropa. ISIA Roma didirikan pada tahun 1973 oleh Giulio Carlo Argan dan merupakan institusi tertua Italia dalam bidang desain industri.

Roma juga memiliki sejumlah besar universitas kepausan dan institusi yang lain seperti Sekolah Britania di Roma, Akademi Prancis di Roma, Universitas Kepausan Gregoriana (universitas Yesuit yang tertua di dunia, didirikan tahun 1551), Istituto Europeo di Design, Scuola Lorenzo de' Medici, Universitas Link Campus, dan Università Campus Bio-Medico. Roma juga merupakan lokasi dua Universitas Amerika; Universitas Amerika Roma[110] dan Universitas John Cabot serta kampus cabang St. John's University, John Felice Rome Center, sebuah kampus Loyola University Chicago, dan Universitas Temple Roma, sebuah kampus Universitas Temple.[111] Kolese Roma merupakan sejumlah seminari bagi siswa-siswa dari luar negeri yang belajar untuk keimaman di Universitas-Universitas Kepausan.[112] Sebagai contohnya yaitu Kolese Inggris, Kolese Kepausan Amerika Utara, Kolese Skotlandia, dan Kolese Kepausan Kroasia St. Hieronimus.

Perpustakaan besar di Roma misalnya: Biblioteca Angelica, dibuka tahun 1604, menjadikannya perpustakaan umum pertama Italia; Biblioteca Casanatense, dibuka tahun 1701; Biblioteca Vallicelliana; Bibliotheca Hertziana – Institut Sejarah Seni Max Planck, suatu perpustakaan Jerman yang terletak di Roma, lazim dikenal karena keunggulannya dalam seni dan ilmu pengetahuan;[113] Perpustakaan Nasional Pusat, salah satu dari kedua perpustakaan nasional di Italia, yang memiliki koleksi 4.126.002 volume; Biblioteca del Ministero degli Affari Esteri, khusus seputar sejarah modern, luar negeri, dan diplomasi; Biblioteca dell'Istituto dell'Enciclopedia Italiana; Biblioteca Don Bosco, salah satu perpustakaan Salesian yang terbesar dan termodern; Biblioteca e Museo teatrale del Burcardo, suatu perpustakaan-museum khusus sejarah drama dan teater; Biblioteca della Società Geografica Italiana, yang berbasis di Villa Celimontana dan merupakan perpustakaan geografis terpenting di Italia, serta salah satu yang terpenting di Eropa;[114] dan Perpustakaan Vatikan, salah satu perpustakaan terpenting dan tertua di dunia, yang secara resmi didirikan pada tahun 1475, kendati kenyataannya telah ada jauh sebelum itu, dan memiliki 75.000 kodeks dari berbagai periode sejarah.[115]

Budaya

Hiburan dan pertunjukan seni

Roma merupakan pusat penting dunia musik, dan memiliki panggung musik yang intens, termasuk beberapa teater dan sekolah musik bergengsi. Di Roma terdapat Accademia Nazionale di Santa Cecilia (didirikan tahun 1585), yang untuknya dibangun gedung-gedung konser baru di Parco della Musica yang baru, salah satu tempat penyelenggaraan musikal terbesar di dunia. Roma juga memiliki sebuah gedung opera, Teatro dell'Opera di Roma, serta beberapa institusi musikal kecil. Kota ini juga menjadi tempat penyelenggaraan Kontes Lagu Eurovision tahun 1991 dan MTV Europe Music Awards tahun 2004.

Roma membawa suatu pengaruh besar dalam sejarah musik. Mazhab Roma adalah sekelompok komposer yang utamanya menggubah musik gereja, yang aktif di kota ini selama abad ke-16 dan ke-17, pada era Renaisans akhir dan Barok awal. Istilah itu juga digunakan untuk menyebut musik karya mereka. Banyak komposer tersebut yang memiliki hubungan langsung dengan Vatikan dan kapela kepausan, kendati mereka juga berkarya di beberapa gereja; gaya musik mereka sering dikontraskan dengan Mazhab Venesia, suatu gerakan simultan para komponis yang jauh lebih progresif. Sepanjang sejarahnya, komposer Mazhab Roma yang paling terkenal adalah Giovanni Pierluigi da Palestrina, yang namanya selama sekitar empat ratus tahun diasosiasikan dengan kesempurnaan polifonik yang jernih dan lembut. Bagaimanapun, terdapat komposer-komposer lain di Roma yang berkarya dengan beragam gaya dan bentuk.

Pariwisata

Pusat Bersejarah Roma, Properti Takhta Suci dalam Kota yang Memiliki Hak Ekstrateritorial dan San Paolo Fuori le Mura
Situs Warisan Dunia UNESCO
KriteriaBudaya: i, ii, iii, iv, vi
Nomor identifikasi91
Pengukuhan1980 (Sesi ke-4)
Perluasan1990

Roma masa kini merupakan salah satu tujuan wisata terpenting di dunia, berkat harta kekayaan arkeologis dan artistik kota ini yang sangat banyak, serta pesona tradisinya yang unik, keindahan pemandangan panoramiknya, dan kesemarakan berbagai "villa" (taman) yang megah di kota ini. Di antara semua konservasinya yang paling signifikan terdapat banyak museum (Musei Capitolini, Museum Vatikan, Galleria Borghese, dan lainnya yang didedikasikan untuk seni kontemporer dan modern), akuaduk, air mancur, bangunan gereja, istana, bangunan bersejarah, monumen dan reruntuhan Forum Romawi, serta Katakomba. Roma adalah kota ketiga di Uni Eropa yang paling banyak dikunjungi, setelah London dan Paris, serta menerima rata-rata 7–10 juta wisatawan setiap tahunnya, yang kadang-kadang berlipat ganda pada masa tahun-tahun suci. Menurut suatu studi belakangan ini, Koloseum (4 juta wisatawan) dan Museum Vatikan (4.2 juta wisatawan) berturut-turut menempati peringkat ke-39 dan ke-37 sebagai tempat yang paling banyak dikunjungi di dunia.[116]

Roma merupakan suatu pusat penting dunia arkeologi, dan salah satu pusat utama penelitian arkeologis di dunia. Terdapat berbagai lembaga penelitian dan kultural yang berlokasi di kota ini, misalnya Akademi Amerika di Roma,[117] dan Institut Swedia di Roma.[118] Roma memiliki banyak situs kuno, termasuk di antaranya yaitu Forum Romanum, Pasar Trajanus, Forum Trajanus,[119] Koloseum, dan Pantheon. Koloseum (Colosseum), dapat dikatakan salah satu situs arkeologi Roma yang paling ikonik, dipandang sebagai suatu keajaiban dunia ini.[120][121]

Roma memiliki banyak koleksi seni, pahatan, air mancur, mosaik, fresko, dan lukisan yang mengesankan dari berbagai periode berbeda. Roma pertama kali menjadi pusat utama seni pada zaman Roma kuno, dengan beragam bentuk seni Romawi yang penting seperti karya arsitektur, lukisan, patung, dan mosaik. Olahan logam, koin dan ukiran batu permata, ukiran gading, patung kaca, tembikar, serta ilustrasi buku, dipandang sebagai bentuk-bentuk 'kecil' karya seni Roma.[122] Roma kemudian menjadi suatu pusat utama seni Renaisans, karena para paus banyak melakukan pembangunan megah basilika, istana, piazza dan bangunan-bangunan publik pada umumnya. Roma menjadi salah satu pusat utama karya seni Renaisans di Eropa, kedua setelah Firenze, dan dapat dibandingkan dengan berbagai pusat kebudayaan dan kota besar lainnya seperti Paris dan Venesia. Kota ini sangat dipengaruhi Barok, serta menjadi rumah bagi banyak seniman dan arsitek seperti Bernini, Caravaggio, Carracci, Borromini, dan Cortona.[123] Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, kota ini merupakan salah satu pusat destinasi Grand Tour,[124] ketika kaum kaya, kaum muda Inggris dan kaum aristokrat Eropa lainnya mengunjungi kota ini untuk mempelajari arsitektur, filsafat, seni, dan kebudayaan Romawi kuno. Roma menjadi tempat bernaung sejumlah besar seniman rokoko dan neoklasik seperti Pannini dan Bernardo Bellotto. Saat ini Roma merupakan suatu pusat seni utama, dengan banyaknya keberadaan lembaga seni[125] dan museum.

Pandangan ke dalam Koloseum.
Relief asli dari Pelengkung Titus memperlihatkan hasil rampasan dari pengepungan Yerusalem dan penghancuran Bait Kedua.

Roma memiliki stok arsitektur dan seni modern serta kontemporer yang kian bertumbuh. Galeri Nasional Seni Modern memiliki berbagai hasil karya Balla, Morandi, Pirandello, Carrà, De Chirico, De Pisis, Guttuso, Fontana, Burri, Mastroianni, Turcato, Kandisky dan Cézanne pada ekshibisi permanen. Tahun 2010 menjadi saksi dibukanya fundamen seni terbaru Roma, suatu galeri arsitektur dan seni kontemporer yang didesain oleh arsitek terkenal Irak bernama Zaha Hadid. Dikenal dengan sebutan MAXXI – Museum Nasional Seni Abad ke-21, galeri tersebut memulihkan suatu area usang dengan arsitektur modern yang mencolok. Maxxi[126] dilengkapi dengan sebuah kampus yang didedikasikan untuk budaya, laboratorium-laboratorium penelitian eksperimental, serta penelitian, studi, dan pertukaran internasional. Maxxi merupakan salah satu proyek arsitektur modern Roma yang paling ambisius bersama dengan Auditorium Parco della Musica karya Renzo Piano[127] dan Pusat Konvensi Roma di distrik EUR, yaitu Centro Congressi, karya Massimiliano Fuksas yang rencananya dibuka pada tahun 2016.[128] Pusat konvensi tersebut memiliki suatu wadah tembus pandang yang sangat besar, di dalamnya digantung suatu struktur baja dan teflon yang menyerupai awan serta berisikan ruangan-ruangan pertemuan dan sebuah auditorium dengan dua piazza yang semua sisinya terbuka.

Mode

Roma juga mendapat pengakuan luas sebagai suatu kota mode dunia. Meski tidak sepenting Milan, Roma merupakan pusat fesyen atau mode terpenting keempat di dunia, menurut Global Language Monitor 2009 setelah Milan, New York, dan Paris, serta mengalahkan London.[129] Jaringan perhiasan dan rumah mode besar yang mewah seperti Valentino, Bulgari, Fendi,[130] Laura Biagiotti, dan Brioni, memiliki kantor pusat ataupun didirikan di kota ini. Selain itu, label besar yang lain seperti Chanel, Prada, Dolce & Gabbana, Armani, dan Versace memiliki butik mewah di Roma, terutama di sepanjang kawasan kelas atas Via dei Condotti yang bergengsi.

Masakan

Spaghetti alla Carbonara, hidangan khas Roma.
Carciofi alla giudia, contoh masakan Yahudi-Roma.

Masakan Roma mengalami evolusi selama berabad-abad, melintasi periode-periode perubahan sosial, budaya, dan politik. Roma menjadi suatu pusat utama gastronomi selama zaman kuno. Masakan Romawi kuno sangat dipengaruhi oleh budaya Yunani kuno dan, setelah itu, ekspansi kekaisaran secara luas mengekspos mereka banyak teknik memasak dan kebiasaan kuliner provinsial yang baru. Di kemudian hari, selama Abad Renaisans, Roma menjadi terkenal sebagai suatu pusat masakan berkelas, karena beberapa koki terbaik pada zaman itu bekerja untuk para paus. Contoh dari hal ini misalnya Bartolomeo Scappi, yang sebagai seorang koki bekerja untuk Paus Pius IV di dapur Vatikan, dan ia memperoleh ketenaran pada tahun 1570 ketika buku masaknya yang berjudul Opera dell'arte del cucinare diterbitkan. Pada buku itu ia mencantumkan sekitar 1.000 resep masakan Renaisans serta menguraikan beragam alat dan teknik memasak, menyajikan gambar pertama yang diketahui dari sebuah garpu.[131]

Di zaman modern, kota ini mengembangkan masakan khasnya sendiri dengan bahan dasar hasil-hasil dari Campagna di dekatnya serta domba dan sayuran (artichoke merupakan sayur yang umum digunakan).[132] Secara bersamaan, kaum Yahudi Roma—yang telah hadir di kota ini sejak abad ke-1 SM—mengembangkan masakan mereka sendiri, cucina giudaico-romanesca. Beberapa contoh hidangan Roma misalnya "Saltimbocca alla Romana" – sayatan daging sapi ala Roma; di atasnya ditaburi sage dan ham mentah serta direbus dengan anggur putih dan mentega; "Carciofi alla Romana" – artichoke ala Roma; daun luarnya dibuang, diisi dengan mint, bawang putih, remah roti lalu dimasak perlahan; "Carciofi alla giudia" – artichoke yang digoreng dengan minyak zaitun, masakan khas Yahudi Roma; "Spaghetti alla carbonara" – spageti dengan daging bakon, telur, dan pecorino; serta "Gnocchi di semolino alla romana" – dumpling semolina ala Roma.[133]

Sinema

Di Roma terdapat studio-studio Cinecittà,[134] fasilitas produksi televisi dan film yang terbesar di benua Eropa serta merupakan sentra sinema Italia, tempat sejumlah besar film box office ternama masa kini difilmkan. Komples studio seluas 99-ekar (40 ha) itu letaknya 56 mil (90 km) dari pusat kota Roma dan merupakan bagian dari salah satu komunitas produksi terbesar di dunia, kedua setelah Hollywood, dengan lebih dari 5.000 pekerja profesional – mulai dari pembuat kostum historis sampai spesialis efek visual. Telah lebih dari 3.000 produksi yang dibuat di tempat tersebut, dari film cerita seperti The Passion of the Christ, Gangs of New York, Rome yang ditayangkan HBO, The Life Aquatic, dan Decameron produksi Dino De Laurentiis, sampai sinema klasik seperti Ben-Hur, Cleopatra, dan film-film karya Federico Fellini.

Cinecittà didirikan pada tahun 1937 oleh Benito Mussolini, dibombardir oleh Sekutu Barat selama Perang Dunia II. Pada tahun 1950-an, Cinecittà menjadi lokasi syuting beberapa produksi film besar Amerika, dan selanjutnya menjadi studio yang paling erat kaitannya dengan Federico Fellini. Saat ini Cinecittà merupakan satu-satunya studio di dunia yang memiliki fasilitas pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi penuh di satu tempat, memungkinkan para sutradara dan produser untuk "masuk" dengan naskah mereka dan "keluar" dengan sebuah film yang telah selesai.

Bahasa

Meskipun saat ini hanya dikaitkan dengan bahasa Latin, Roma kuno sebenarnya multibahasa. Pada akhir zaman kuno, suku Sabini berbagi daerah yang sekarang adalah Roma masa kini dengan suku Latin. Bahasa Sabini merupakan salah satu kelompok Italik bahasa Italia kuno, bersama dengan bahasa Etruska, yang menjadi bahasa utama tiga raja terakhir yang memerintah kota ini sampai berdirinya Republik pada tahun 509 SM. Urganilla (atau Plautia Urgulanilla), istri Kaisar Klaudius, diduga berbicara bahasa Etruska berabad-abad setelahnya, menurut catatan Suetonius tentang Klaudius. Bagaimanapun, bahasa Latin, dalam beragam bentuk yang berkembang, merupakan bahasa utama Roma klasik, tetapi kota ini juga multibahasa karena memiliki banyak imigran, budak, warga, dan duta dari berbagai belahan dunia. Banyak orang Roma yang berpendidikan juga berbicara bahasa Yunani, dan terdapat sejumnlah besar populasi Yunani, Siria, dan Yahudi di wilayah Roma sebelum berdirinya Kekaisaran.

Bahasa Latin berkembang selama Abad Pertengahan menjadi suatu bahasa baru, volgare. Bahasa yang terakhir itu timbul sebagai pertemuan beragam dialek regional, yang didominasi dialek Toskan, tetapi penduduk Roma juga mengembangkan dialek tersendiri, yaitu Romanesko. Romanesko yang dituturkan selama Abad Pertengahan merupakan suatu dialek Italia selatan, terkait erat dengan bahasa Napolitan. Pengaruh budaya Firenze selama Renaisans dan, di atas hal lainnya, imigrasi banyak orang Firenze ke Roma setelah kedua Paus Medici (Leo X dan Klemens VII), menyebabkan perubahan besar dalam dialek tersebut, yang mulai cenderung menyerupai varietas Toskan. Hal ini pada dasarnya terbatas di Roma sampai dengan abad ke-19, namun kemudian meluas ke zona Lazio yang lainnya (Civitavecchia, Latina) sejak abad ke-20 akibat meningkatnya populasi Roma dan sistem transportasi yang lebih baik. Sebagai konsekuensi dari pendidikan dan media seperti radio dan televisi, Romanesko menjadi semakin serupa dengan dialek standar Italia. Literatur dialektal dalam bentuk tradisional Romanesko meliputi karya-karya penulis seperti Giuseppe Gioachino Belli (salah seorang penyair terpenting Italia), Trilussa, dan Cesare Pascarella. Romanesko kontemporer utamanya diwakili oleh aktor-aktor populer seperti Aldo Fabrizi, Alberto Sordi, Nino Manfredi, Anna Magnani, Gigi Proietti, Enrico Montesano, dan Carlo Verdone.

Bagaimanapun, kontribusi historis Roma terhadap bahasa dalam konteks seluruh dunia adalah jauh lebih ekstensif. Melalui proses Romanisasi, orang-orang yang menghuni Galia, Semenanjung Iberia, Italia, dan Dacia mengembangkan bahasa-bahasa yang langsung berasal dari bahasa Latin dan diadopsi di banyak wilayah di dunia melalui pengaruh budaya dan kolonisasi. Selain itu, termasuk juga bahasa Inggris modern, mengambil banyak kosakata dari bahasa Latin akibat peristiwa Penaklukan Normandia. Alfabet Latin atau Romawi merupakan aksara yang paling banyak digunakan di dunia, digunakan oleh jumlah terbesar bahasa yang ada.[135]

Roma telah lama menjadi kediaman beragam komunitas seni, komunitas warga asing, sejumlah besar peziarah ataupun siswa religius dari luar negeri, dan senantiasa menjadi suatu kota multibahasa. Dewasa ini digunakan banyak bahasa dalam layanan pariwisata, terutama bahasa Inggris yang dikenal luas di dalam kawasan wisata, akibat maraknya pariwisata massal, serta kota ini menampung sejumlah besar imigran dan karenanya memiliki banyak daerah imigran multibahasa.

Olahraga

Stadio Olimpico, salah satu stadion terbesar di Eropa, dengan kapasitas lebih dari 70.000 tempat duduk.[136]

Stadion Olimpiade Roma (Stadio Olimpico) utamanya digunakan bersama sebagai stadion kandang 2 klub sepak bola Serie A, S.S. Lazio dan A.S. Roma, yang saling bersaing dalam Derby della Capitale.[137]

Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di Roma, sebagaimana juga di seluruh negerinya. Kota ini menjadi tuan rumah pertandingan final Piala Dunia FIFA 1934 dan 1990. Yang terakhir disebutkan bertempat di Stadio Olimpico, yang juga merupakan stadion kandang klub Seria A lokal S.S. Lazio, berdiri tahun 1900, dan A.S. Roma, berdiri tahun 1927, dengan suasana persaingan yang menjadi hal pokok dalam budaya olahraga Roma. Pesepak bola yang bermain untuk kedua tim tersebut dan juga lahir di kota ini cenderung menjadi sangat populer, sebagaimana terjadi pada pemain seperti Francesco Totti dan Daniele De Rossi (keduanya A.S. Roma), serta Alessandro Nesta (S.S. Lazio). Atletico Roma F.C. adalah tim kecil yang bermain di Divisi Pertama sampai tahun 2012; stadion kandangnya yaitu Stadio Flaminio.

Roma menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1960 dengan kesuksesan besar, menggunakan banyak situs kuno seperti Villa Borghese dan Thermae Caracalla sebagai tempat penyelenggaraan. Banyak struktur baru yang dibuat demi Olimpiade, terutama Stadion Olimpiade baru yang besar (yang juga diperluas dan diperbarui untuk menyelenggarakan pertandingan kualifikasi dan final Piala Dunia FIFA 1990), Villaggio Olimpico (Perkampungan Olimpiade, dibuat untuk menampung para atlet dan setelah pertandingan-pertandingan itu terlaksana dibangun kembali sebagai suatu distrik perumahan), dll. Roma mengajukan penawaran untuk menyelenggarakan Olimpiade Musim Panas 2020 tetapi menarik diri sebelum batas waktu pemasukan berkas.[138][139]

Rugbi memperoleh penerimaan yang lebih luas. Sampai tahun 2011, Stadio Flaminio menjadi stadion kandang bagi tim rugbi nasional Italia, yang telah bermain dalam Kejuaraan Enam Bangsa sejak tahun 2000. Tim tersebut sekarang memainkan pertandingan kandang di Stadio Olimpico karena Stadio Flaminio perlu direnovasi untuk meningkatkan keselamatan maupun kapasitasnya. Roma merupakan rumah bagi tim-tim rugbi lokal seperti Rugby Roma (berdiri tahun 1930 dan memenangi lima kejuaraan Italia, yang terakhir pada musim 1999–2000), Unione Rugby Capitolina, dan S.S. Lazio 1927 (cabang rugbi dari klub multi-olahraga S.S. Lazio).

Setiap bulan Mei, Roma menjadi penyelenggara turnamen tenis ATP World Tour Masters 1000 di lapangan tanah liat Foro Italico. Bersepeda populer pada periode pasca Perang Dunia II, kendati popularitasnya saat ini telah memudar. Roma dua kali menjadi tuan rumah bagian akhir Giro d'Italia, pada tahun 1989 dan 2000. Roma juga menjadi rumah tim-tim olahraga lainnya, termasuk bola basket (Virtus Roma), bola voli (M. Roma Volley), bola tangan, dan polo air.

Transportasi

Bandar Udara Fiumicino adalah bandar udara tersibuk kedelapan di Eropa pada tahun 2012.

Roma terletak di pusat jaringan radial ruas-ruas jalan yang kurang lebih mengikuti jalur-jalur jalan Romawi kuno yang berawal di Campidoglio dan menghubungkan Roma dengan kekaisarannya. Saat ini Roma telah dilingkari oleh jalan lingkar (Grande Raccordo Anulare atau GRA) dengan jarak sekitar 10 km (6 mi) dari Campidoglio.

Karena lokasinya di pusat semenanjung Italia, Roma merupakan simpul kereta yang utama bagi Italia tengah. Stasiun kereta Roma yang utama, Termini, adalah salah satu stasiun kereta terbesar di Eropa dan yang terbanyak digunakan di Italia, dengan sekitar 400 ribu pengguna setiap hari. Stasiun terbesar kedua di kota ini, Roma Tiburtina, dibangun kembali sebagai suatu terminus kereta kecepatan tinggi.[140]

Roma dilayani oleh tiga bandar udara. Bandar Udara Internasional Leonardo da Vinci merupakan bandara utama Italia, terletak di Fiumicino, sebelah barat-selatan Roma. Bandar Udara Ciampino Roma yang lebih lama merupakan bandara yang digunakan untuk keperluan militer maupun sipil. Bandara itu sering kali disebut "Bandar Udara Ciampino", karena terletak di Ciampino, timur-selatan Roma. Bandara ketiga, Bandar Udara Roma-Urbe, adalah bandara kecil berlalu lintas rendah yang letaknya sekitar 6 km (4 mi) sebelah utara pusat kota, yang menangani kebanyakan penerbangan swasta dan helikopter.

Kota ini memiliki pemukiman sendiri di Laut Mediterania (Lido di Ostia), namun hanya memiliki sebuah marina dan sebuah pelabuhan kanal yang kecil untuk kapal-kapal nelayan. Pelabuhan utama yang melayani Roma adalah Pelabuhan Civitavecchia, letaknya sekitar 62 km sebelah barat laut kota.[141]

Kota ini mengalami masalah lalu lintas yang utamanya disebabkan oleh pola jalan radial tersebut, karena dianggap mempersulit warga Roma untuk bergerak dengan mudah dari daerah sekitar suatu jalan radial ke yang lainnya tanpa melintasi pusat bersejarah kota ataupun menggunakan jalan lingkar. Permasalahan itu tidak teratasi oleh ukuran sistem metro Roma yang terbatas jika dibandingkan dengan kota-kota lain yang seukuran. Selain itu, Roma hanya memiliki 21 taksi untuk setiap 10.000 penduduk, jauh di bawah rata-rata kota besar Eropa yang lain.[142] Kemacetan kronis selama tahun 1970-an dan 1980-an yang disebabkan oleh lalu lintas mobil mengakibatkan pembatasan akses kendaraan yang menuju bagian dalam pusat kota sepanjang jam-jam siang hari. Area-area yang diberlakukan pembatasan itu dikenal sebagai Zona Lalu Lintas Terbatas (Zona a Traffico Limitato (ZTL) dalam bahasa Italia). Belakangan ini, lalu lintas yang padat pada malam hari di Trastevere, Testaccio, dan San Lorenzo, menyebabkan diberlakukannya ZTL malam hari di distrik-distrik tersebut.

Stasiun Metro dan Bawah Tanah Roma tahun 2016.

Di Roma beroperasi suatu sistem metro 3 jalur yang disebut Metropolitana. Konstruksi cabang pertamanya dimulai pada tahun 1930-an. Telah direncanakan jalur untuk menghubungkan dengan cepat stasiun kereta utama dengan area E42 yang beru direncanakan di daerah pinggiran selatan, tempat direncanakannya penyelenggaraan Pameran Dunia tahun 1942. Acara itu tidak pernah terselenggara karena perang, tetapi sebagian area tersebut kemudian didesain ulang dan diganti namanya menjadi EUR (Esposizione Universale di Roma: Ekshibisi Universal Roma) pada tahun 1950-an untuk difungsikan sebagai suatu distrik bisnis modern. Jalur tersebut pada akhirnya dibuka pada tahun 1955, dan sekarang menjadi bagian selatan Jalur B.

Jalur A dibuka pada tahun 1980 dari stasiun Ottaviano menuju Anagnina, kemudian diperpanjang secara bertahap (1999–2000) sampai ke Battistini. Pada tahun 1990-an, dibuka perpanjangan Jalur B dari Termini menuju Rebibbia. Jaringan bawah tanah itu secara umum dapat diandalkan (kendati dapat menjadi sangat padat pada waktu puncak dan selama penyelenggaraan acara-acara, khususnya Jalur A) karena relatif pendek.

Jalur A dan B bertemu di stasiun Roma Termini. Sebuah cabang baru Jalur B (B1) dibuka pada tanggal 13 Juni 2012 setelah biaya pembangunannya diprediksi sebesar €500 juta. B1 terhubung dengan Jalur B di Piazza Bologna dan memiliki empat stasiun dengan jarak total 39 km (24 mi).

Jalur ketiga, Jalur C, sedang dalam konstruksi dengan perkiraan biaya sebesar €3 miliar dan akan memiliki 30 stasiun dengan jarak keseluruhan 255 km (158 mi). Sebagian jalur itu akan menggantikan jalur kereta Termini-Pantano. Pada jalur itu akan dioperasikan kereta-kereta yang sepenuhnya otomatis, tanpa pengemudi.[143] Bagian pertama, yang meliputi 15 stasiun, menghubungkan Pantano dengan pemukiman Centocelle di bagian timur kota ini, dibuka pada tanggal 9 November 2014.[144] Keseluruhan proyek dijadwalkan selesai pada tahun 2015, namun temuan-temuan arkeologis sering kali membuat pekerjaan konstruksi bawah tanah tertunda.

Jalur keempat, Jalur D, juga telah direncanakan. Jalur itu akan memiliki 22 stasiun dengan jarak keseluruhan 20 km (12 mi). Bagian pertama diproyeksikan untuk dibuka pada tahun 2015 dan bagian terakhirnya sebelum tahun 2035, namun proyek itu ditunda karena kota ini mengalami krisis finansial.

Transportasi umum atas-tanah di Roma terdiri dari jaringan bus, trem, dan kereta perkotaan (jalur-jalur FR). Jaringan kereta perkotaan, metro, trem, dan bus dikelola oleh Atac S.p.A. (Perusahaan Trem dan Otobus Munisipal, Azienda Tramvie e Autobus del Comune dalam bahasa Italia). Jaringan bus itu memiliki lebih dari 350 jalur bus dan lebih dari 8.000 pemberhentian bus, sementara sistem trem yang lebih terbatas memiliki jalur sepanjang 39 km (24 mi) dan 192 pemberhentian.[145][146] Terdapat juga satu jalur bus listrik, dibuka pada tahun 2005, dan telah direncanakan penambahan jalur-jalur bis listrik.[147]

Keterlibatan, organisasi, dan entitas internasional

Kantor pusat FAO di Roma, Circo Massimo.

Di antara semua kota global, keunikan Roma adalah memiliki suatu negara berdaulat yang sepenuhnya berada di dalam batas-batas kotanya, yaitu Kota Vatikan. Vatikan merupakan suatu enklave dari ibu kota Italia serta pemegang kedaulatan Takhta Suci yang adalah Keuskupan Roma dan pemerintahan tertinggi Gereja Katolik Roma. Di Roma terdapat kedutaan-kedutaan asing untuk Italia maupun untuk Takhta Suci. Beberapa Universitas Kepausan dan Kolese Roma berskala internasional terletak di Roma.

Paus adalah Uskup Roma dan takhta resminya adalah Basilika Agung Santo Yohanes Lateran. Secara ex officio, Presiden Republik Prancis adalah "kanon kehormatan pertama dan satu-satunya" basilika itu; gelar tersebut disandang para kepala negara Prancis sejak Raja Henri IV dari Prancis. Lembaga yang lain, Ordo Militer Berdaulat Malta (SMOM), berlindung di Roma pada tahun 1834 akibat penaklukan Malta oleh Napoleon pada tahun 1798. Ordo tersebut terkadang dianggap memiliki kedaulatan meskipun tidak mengklaim wilayah tertentu di Roma atau di tempat lainnya, sehingga menimbulkan kebingungan mengenai status kedaulatannya.

Roma adalah tempat kedudukan dari apa yang disebut Polo Romano,[148] yang terdiri atas tiga lembaga utama internasional dari Perserikatan Bangsa-Bangsa: Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Program Pangan Dunia (WFP), dan Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian (IFAD).

Dalam tradisinya, Roma senantiasa terlibat dalam proses integrasi politik Eropa. Perjanjian Uni Eropa terselenggara di Palazzo della Farnesina, tempat kedudukan Kementerian Luar Negeri, disebabkan fakta bahwa pemerintah Italia merupakan pihak penyimpan perjanjian itu. Pada tahun 1957, kota ini menjadi tuan rumah penandatanganan Perjanjian Roma, yang menetapkan berdirinya Masyarakat Ekonomi Eropa (pendahulu Uni Eropa), dan juga berperan sebagai tuan rumah dalam penandatanganan resmi Konstitusi Eropa yang diusulkan pada bulan Juli 2004.

Roma adalah tempat kedudukan Komite Olimpiade Eropa dan Sekolah Tinggi Pertahanan NATO. Kota ini merupakan tempat perumusan Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional dan Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia.

Kota ini juga menjadi tempat kedudukan entitas penting internasional yang lain seperti IDLO (Organisasi Hukum Pembangunan Internasional), ICCROM (Pusat Internasional Studi Pelestarian dan Pemulihan Properti Budaya), dan UNIDROIT (Institut Internasional Unifikasi Hukum Privat).

Hubungan internasional

Kota kembar

Kolom yang didedikasikan untuk Paris pada tahun 1956 di dekat Pemandian Diokletianus.

Roma sejak tanggal 9 April 1956 memiliki hubungan sebagai kota kembar secara eksklusif dan timbal balik hanya dengan:

(Prancis) Seule Paris est digne de Rome; seule Rome est digne de Paris.
(Italia) Solo Parigi è degna di Roma; solo Roma è degna di Parigi.
"Hanya Paris yang layak bagi Roma; hanya Roma yang layak bagi Paris."[149][150][151][152][153]

Hubungan lain

Kota mitra Roma yang lainnya yaitu:[butuh rujukan]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Istat official population estimates". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-27. Diakses tanggal 19 December 2014. 
  2. ^ a b Bilancio demografico Anno 2014 (dati provvisori). Provincia: Roma Diarsipkan 2015-02-05 di Wayback Machine. – Demo.istat.it
  3. ^ "Discorsi del Presidente Ciampi". Presidenza della Repubblica. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 September 2013. Diakses tanggal 17 May 2013. 
  4. ^ "Le istituzioni salutano Benedetto XVI". La Repubblica. Diakses tanggal 17 May 2013. 
  5. ^ a b Heiken, G., Funiciello, R. and De Rita, D. (2005), The Seven Hills of Rome: A Geological Tour of the Eternal City. Princeton University Press.
  6. ^ "Old Age in Ancient Rome - History Today". 
  7. ^ Andres Perez, Javier (2010). "APROXIMACIÓN A LA ICONOGRAFÍA DE ROMA AETERNA" (PDF). El Futuro del Pasado. hlm. 349–363. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-09-23. Diakses tanggal 28 May 2014. 
  8. ^ Giovannoni, Gustavo (1958). Topografia e urbanistica di Roma (dalam bahasa Italian). Rome: Istituto di Studi Romani. hlm. 346–47. 
  9. ^ "Rome, city, Italy". Columbia Encyclopedia (edisi ke-6th). 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 March 2010. 
  10. ^ a b "GaWC – The World According to GaWC 2012". Lboro.ac.uk. 13 January 2014. Diakses tanggal 2 August 2014. 
  11. ^ "The Global City Competitiveness Index" (PDF). Managementthinking.eiu.com. 12 March 2012. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-05-16. Diakses tanggal 9 May 2012. 
  12. ^ a b "2014 Global Cities Index and Emerging Cities Outlook". Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 April 2014. Diakses tanggal 2 August 2014. 
  13. ^ "World's most visited cities". 
  14. ^ "Historic Centre of Rome, the Properties of the Holy See in that City Enjoying Extraterritorial Rights and San Paolo Fuori le Mura". UNESCO World Heritage Center. Diakses tanggal 8 June 2008. 
  15. ^ a b Livy (1797). The history of Rome. George Baker (trans.). Printed for A.Strahan. 
  16. ^ "Romulus and Remus". Brittanica.com. 25 November 2014. Diakses tanggal 9 March 2015. 
  17. ^ Claudio Rendina, Roma Ieri, Oggi, Domani, Newton Compton, Roma, 2007, pg. 17
  18. ^ This hypothesis originates from the Roman Grammarian Maurus Servius Honoratus.
  19. ^ This hypothesis originates from Plutarch
  20. ^ a b c d e Coarelli (1984) p. 9
  21. ^ Wilford, John Nobel (12 June 2007). "More Clues in the Legend (or Is It Fact?) of Romulus". New York Times. Diakses tanggal 11 August 2008. 
  22. ^ a b Hermann & Hilgemann(1964), p.73
  23. ^ Livy (26 May 2005). The Early History of Rome. Penguin Books Ltd. ISBN 978-0-14-196307-5. 
  24. ^ Hermann & Hilgemann (1964), p.73
  25. ^ Hermann & Hilgemann (1964), p.77
  26. ^ Hermann & Hilgemann (1964), p.79
  27. ^ Hermann & Hilgemann (1964), p.81-83
  28. ^ Hermann & Hilgemann (1964), p.81-85
  29. ^ a b c Hermann & Hilgemann (1964), p.89
  30. ^ a b c Hermann & Hilgemann (1964), p.91
  31. ^ a b Hermann & Hilgemann (1964), p.93
  32. ^ a b Hermann & Hilgemann (1964), p.97
  33. ^ a b Hermann & Hilgemann (1964), p.99
  34. ^ Hermann & Hilgemann (1964), p.107
  35. ^ Parker, Philip, "The Empire Stops Here". p.2.
  36. ^ a b c Hermann & Hilgemann (1964), p.101
  37. ^ a b c Hermann & Hilgemann (1964), p.103
  38. ^ Hermann & Hilgemann (1964), p.115
  39. ^ Hermann & Hilgemann (1964), p.117
  40. ^ Editors, Mandatory (24 January 2013). "travel, history, civilizations, greatest cities, largest cities, Rome". Mandatory. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-30. Diakses tanggal 12 March 2013. 
  41. ^ Luc-Normand Tellier (2009). "Urban world history: an economic and geographical perspective". PUQ. p.185. ISBN 2-7605-1588-5
  42. ^ Norman John Greville Pounds. An Historical Geography of Europe 450 B.C.-A.D. 1330. p. 192.
  43. ^ a b c d e f Bertarelli (1925), p.19
  44. ^ Italian Peninsula, 500–1000 A.D., The Metropolitan Museum of Art
  45. ^ a b c d Bertarelli (1925), p.20
  46. ^ a b c d e f g h Bertarelli (1925), p.21
  47. ^ Faus, José Ignacio Gonzáles. "Autoridade da Verdade – Momentos Obscuros do Magistério Eclesiástico". Capítulo VIII: Os papas repartem terras – Pág.: 64–65 e Capítulo VI: O papa tem poder temporal absoluto – Pág.: 49–55. Edições Loyola. ISBN 85-15-01750-4. Embora Faus critique profundamente o poder temporal dos papas ("Mais uma vez isso salienta um dos maiores inconvenientes do status político dos sucessores de Pedro" – pág.: 64), ele também admite um papel secular positivo por parte dos papas ("Não podemos negar que intervenções papais desse gênero evitaram mais de uma guerra na Europa" – pág.: 65).
  48. ^  Jarrett, Bede (1913). "Papal Arbitration". Dalam Herbermann, Charles. Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  49. ^ Such as regulating the colonization of the New World. See Treaty of Tordesillas and Inter caetera.
  50. ^ a b c d e f g h i j k l m Bertarelli (1925), p.22
  51. ^ "Pope Alexander VI". Nndb.com. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  52. ^ "Basilica of St. Peter". Catholic Encyclopedia. Newadvent.org. 1 February 1912. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  53. ^ "Prelude to the Wars of Religion: The Sack of Rome (1527) (A) | EHNE". ehne.fr (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-01-25. 
  54. ^ a b c Bertarelli (1925), p.23
  55. ^ "Pope Pius IX". Catholic Encyclopedia. Newadvent.org. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  56. ^ Cederna, Antonio (1979). Mussolini urbanista (dalam bahasa Italian). Bari: Laterza. hlm. passim. 
  57. ^ "Roma diventa Capitale" (dalam bahasa Italian). Diakses tanggal 6 March 2012. 
  58. ^ "Territorio" (dalam bahasa Italian). Comune di Roma. Diakses tanggal 5 October 2009. [pranala nonaktif]
  59. ^ In 1992 after a referendum the XIX Circoscrizione became the Comune of Fiumicino
  60. ^ "Roma, sì all'accorpamento dei municipi: il Consiglio li riduce da 19 a 15". Il Messaggero. 11 March 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-16. Diakses tanggal 13 March 2013. 
  61. ^ "The "Rioni" of Rome". Romeartlover.it. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  62. ^ Ravaglioli, Armando (1997). Roma anno 2750 ab Urbe condita (dalam bahasa Italian). Rome: Tascabili Economici Newton. ISBN 88-8183-670-X. 
  63. ^ "World Map of Köppen−Geiger Climate Classification". 
  64. ^ "Storia della neve a Roma". Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 July 2013. Diakses tanggal 2 October 2014. 
  65. ^ Rome Climate Diarsipkan 2010-04-27 di Wayback Machine.. Retrieved 9 August 2012
  66. ^ Tabelle climatiche 1971–2000 della stazione meteorologica di Roma-Ciampino Ponente dall'Atlante Climatico 1971–2000 – Servizio Meteorologico dell'Aeronautica Militare
  67. ^ "Visualizzazione tabella CLINO della stazione / CLINO Averages Listed for the station Roma Ciampino". Diakses tanggal 13 June 2011. 
  68. ^ Cornell (1995) 204–5
  69. ^ Gregory S. Aldrete (30 January 2007). Floods of the Tiber in Ancient Rome. Diakses tanggal 13 July 2014. 
  70. ^ P. M. G. Harris. The History of Human Populations: Forms of growth and decline. Diakses tanggal 13 July 2014. 
  71. ^ Herreros, Francisco. "Size and Virtue". Academia. Diakses tanggal 13 July 2014. 
  72. ^ Ward, Lorne H. (1 January 1990). "Roman Population, Territory, Tribe, City, and Army Size from the Republic's Founding to the Veientane War, 509 B.C.-400 B.C." The American Journal of Philology. 111 (1): 5–39. doi:10.2307/295257. 
  73. ^ http://media.johnwiley.com.au/product_data/excerpt/14/14443392/1444339214.pdf
  74. ^ Paul Bairoch (18 June 1991). Cities and Economic Development: From the Dawn of History to the Present. Diakses tanggal 13 July 2014. 
  75. ^ N.Morley, Metropolis and Hinterland (Cambridge, 1996) 33–9
  76. ^ Duiker, 2001. page 149.
  77. ^ Abstract of The population of ancient Rome. Diarsipkan 2015-10-16 di Wayback Machine. by Glenn R. Storey. HighBeam Research. Written 1 December 1997. Retrieved 22 April 2007.
  78. ^ The Population of Rome by Whitney J. Oates. Originally published in Classical Philology. Vol. 29, No. 2 (April 1934), pp 101–116. Retrieved 22 April 2007.
  79. ^ P. Llewellyn, Rome in the Dark Ages (London 1993), p. 97.
  80. ^ "Statistiche demografiche ISTAT". Demo.istat.it. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-26. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  81. ^ Demographia: World Urban Areas, January 2015
  82. ^ European Spatial Planning Observation Network, Study on Urban Functions (Project 1.4.3) Diarsipkan 2015-09-24 di Wayback Machine., Final Report, Chapter 3, (ESPON, 2007)
  83. ^ Eurostat, Total population in Urban Audit cities, Larger Urban Zone, accessed on 23 June 2009. Data for 2009 unless otherwise noted.
  84. ^ United Nations Department of Economic and Social Affairs, World Urbanization Prospects (2009 revision), (United Nations, 2010), Table A.12. Data for 2007. Diarsipkan 2013-10-31 di Wayback Machine.
  85. ^ Organization for Economic Cooperation and Development, Competitive Cities in the Global Economy, OECD Territorial Reviews, (OECD Publishing, 2006), Table 1.1
  86. ^ Thomas Brinkoff, Principal Agglomerations of the World, accessed on 12 March 2009. Data for 1 April 2011.
  87. ^ "Statistiche demografiche ISTAT". Demo.istat.it. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-01-17. Diakses tanggal 30 January 2011. 
  88. ^ "Rome Post – what's happening in Rome". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-08. Diakses tanggal 2016-09-13. 
  89. ^ Coarelli, p. 308.
  90. ^ Steps Jesus walked to trial restored to glory Diarsipkan 2007-06-16 di Wayback Machine., Daily Telegraph, Malcolm Moore, 14 June 2007
  91. ^ a b Eyewitness Travel (2006), pg.36–37.
  92. ^ "Green Areas". RomaPerKyoto.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-04. Diakses tanggal 9 November 2008. 
  93. ^ Frontin, Les Aqueducs de la ville de Rome, translation and commentary by Pierre Grimal, Société d'édition Les Belles Lettres, Paris, 1944.
  94. ^ Italian Gardens, a Cultural History, Helen Attlee. Francis Lincoln Limited, London 2006.
  95. ^ Height of shaft, base and above ground: Jones 2000, hlm. 220
  96. ^ "Chasing Obelisks in Rome". Initaly.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-02-06. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  97. ^ "The Bridges of Ancient Rome". Citrag.it. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 January 2010. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  98. ^ "Sant'Angelo Bridge". Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  99. ^ a b c "Rapporto Censis 2006". Censis.it. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-04-18. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  100. ^ "Observatoribarcelona.org". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-06. Diakses tanggal 2016-09-16. 
  101. ^ a b "La classifica dei redditi nei comuni capoluogo di provincia". Il Sole 24 ORE. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-12. Diakses tanggal 14 June 2010. 
  102. ^ "World's richest cities in 2009". City Mayors. 22 August 2009. Diakses tanggal 14 June 2010. 
  103. ^ "Global city GDP 2011". Brookings Institution. 
  104. ^ DeCarlo, Scott (30 March 2006). "The World's 2000 Largest Public Companies". Forbes. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-01-13. Diakses tanggal 16 January 2007. 
  105. ^ "Roman Academies". Catholic Encyclopedia. Newadvent.org. 1 March 1907. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  106. ^ "How the world views its cities" – The Anholt City Brands Index 2006 [pranala nonaktif]
  107. ^ "Arwu.org". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-01-29. Diakses tanggal 2016-09-16. 
  108. ^ "http://cwur.org/top100.html". Center for World University Rankings. 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 July 2013. Diakses tanggal 17 July 2013.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)
  109. ^ "Arwu.org". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-21. Diakses tanggal 2016-09-16. 
  110. ^ "The American University of Rome". The American University of Rome. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-28. Diakses tanggal 4 February 2013. 
  111. ^ "Temple Rome Study Abroad". Temple University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 February 2013. Diakses tanggal 4 February 2013. 
  112. ^ "About the NAC". Pontifical North American College. Diakses tanggal 1 October 2010. 
  113. ^ Max Planck Gesellschaft e.V (17 May 2006). "Max Planck Society – Hanno and Ilse Hahn Prize". Mpg.de. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-13. Diakses tanggal 25 January 2010. 
  114. ^ Amedeo Benedetti, La Biblioteca della Società Geografica Italiana, "Biblioteche oggi", n. 3, aprile 2009, p. 41.
  115. ^ Vatican Film Library informational pamphlet
  116. ^ "ITVnews.tv". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-10-02. Diakses tanggal 2016-09-21. 
  117. ^ "AIRC-HC Program in Archaeology, Classics, and Mediterranean Culture". Romanculture.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-29. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  118. ^ "Isvroma.it". Isvroma.it. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-07-08. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  119. ^ James E. Packer (January–February 1998). "Trajan's Glorious Forum". Archaeology. Archaeological Institute of America. 51 (1). Diakses tanggal 2 October 2010. 
  120. ^ I H Evans (reviser), Brewer's Dictionary of Phrase and Fable (Centenary edition Fourth impression (corrected); London: Cassell, 1975), page 1163
  121. ^ Francis Trevelyan Miller, Woodrow Wilson, William Howard Taft, Theodore Roosevelt. America, the Land We Love (1915), page 201 Google Books Search
  122. ^ Toynbee, J. M. C. (December 1971). "Roman Art". The Classical Review. 21 (3): 439–442. doi:10.1017/S0009840X00221331. JSTOR 708631. 
  123. ^ "Baroque Art of Rome (ROME 211)". Trincoll.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 May 2008. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  124. ^ Matt Rosenberg. "Grand Tour of Europe: The Travels of 17th & 18th Century Twenty-Somethings". About.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-05. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  125. ^ "The Franca Camiz Memorial Field Seminar in Art History". Trinity College, Hartford Connecticlt. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-30. Diakses tanggal 3 February 2010. 
  126. ^ "Maxxi_Museo Nazionale Delle Arti Del Xxi Secolo". Maxxi.beniculturali.it. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 February 2010. Diakses tanggal 25 March 2010. 
  127. ^ "Auditorium Parco della Musica". Auditorium.com. Diakses tanggal 25 March 2010. 
  128. ^ Pelati, Manuela (30 September 2015). "Eur spa, Diacetti: «La nuvola di Fuksas sarà completata entro il 2016". Corriere della Sera (dalam bahasa Italian). Diakses tanggal 5 December 2015. 
  129. ^ "The Global Language Monitor » Fashion". Languagemonitor.com. 20 July 2009. Diakses tanggal 17 October 2009. 
  130. ^ "Fendi". fendi.com. Diakses tanggal 17 October 2009. 
  131. ^ (Rolland 2006, hlm. 273).
  132. ^ Piras, 291.
  133. ^ Carnacina, Luigi; Buonassisi, Vincenzo (1975). Roma in Cucina (dalam bahasa Italian). Milano: Giunti Martello. 
  134. ^ "history of Cinecittà Studios in Rome". Romefile.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-01. Diakses tanggal 17 October 2009. 
  135. ^ Ostler, N. (2007), Ad Infinitum: A Biography of Latin. London: HarperCollins
  136. ^ "Brief Guide to Olympic Stadium of Rome | SPOSTARE LA FINALE DA ROMA? NO! GRAZIE". Maspostatevilaregina.com. 23 April 2009. Diakses tanggal 30 January 2011. 
  137. ^ "Football First 11: Do or die derbies". CNN. 22 October 2008. Diakses tanggal 5 October 2014. 
  138. ^ "Media". Olympic.org. Diakses tanggal 15 September 2011. 
  139. ^ "Candidate Cities for Future Olympic Games". Bladesplace.id.au. Diakses tanggal 17 October 2009. 
  140. ^ – Entry on Roma Tiburtina station on the official website of the Italian high-speed rail service (Italia)
  141. ^ "Porti di Roma". Diakses tanggal 6 March 2015. 
  142. ^ Kiefer, Peter (30 November 2007). "Central Rome Streets Blocked by Taxi Drivers". New York Times. Diakses tanggal 10 February 2008. 
  143. ^ Kington, Tom (14 May 2007). "Roman remains threaten metro". Guardian. London. Diakses tanggal 10 August 2008. 
  144. ^ "Metro C, apre la Pantano-Centocelle: folla di romani all'inaugurazione". Il Messaggero (dalam bahasa Italian). 9 November 2014. Diakses tanggal 11 November 2014. 
  145. ^ The figures are from the ATAC website (Italia).
  146. ^ and from the information page of the iOS app In Arrivo! Diarsipkan 2012-09-28 di Wayback Machine. (Italia). Diarsipkan 20120928000305 di www.inarrivo.net Galat: URL arsip tidak dikenal
  147. ^ Webb, Mary (ed.) (2009). Jane's Urban Transport Systems 2009–2010, p. 195. Coulsdon (UK): Jane's Information Group. ISBN 978-0-7106-2903-6.
  148. ^ parlamento.it
  149. ^ "Gemellaggio Roma - Parigi - (1955)" (PDF). Roma – Relazioni Internazionali Bilaterali (dalam bahasa Prancis). Paris: Commune Roma. 30 January 1956. Diakses tanggal 2016-09-10. 
  150. ^ "Dichiarazione congiunta Roma - Parigi - (2014)" (PDF). Roma – Relazioni Internazionali Bilaterali (dalam bahasa Prancis). Rome: Commune Roma. 1 October 2014. Diakses tanggal 2016-09-10. 
  151. ^ "Twinning with Rome". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-05. Diakses tanggal 27 May 2010. 
  152. ^ "Les pactes d'amitié et de coopération". Mairie de Paris. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 October 2007. Diakses tanggal 14 October 2007. 
  153. ^ "International relations: special partners". Mairie de Paris. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 December 2008. Diakses tanggal 14 October 2007. 
  154. ^ "Sister Cities". Beijing Municipal Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-17. Diakses tanggal 23 June 2009. 
  155. ^ "Le jumelage avec Rome" (dalam bahasa French). Municipalité de Paris. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 December 2008. Diakses tanggal 9 July 2008. 
  156. ^ "Kraków – Miasta Partnerskie". Miejska Platforma Internetowa Magiczny Kraków (dalam bahasa Polish). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-07-02. Diakses tanggal 10 August 2013. 
  157. ^ "Mapa Mundi de las ciudades hermanadas". Ayuntamiento de Madrid. Diakses tanggal 17 October 2009. 
  158. ^ "NYC's Partner Cities". The City of New York. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 August 2013. Diakses tanggal 16 December 2012. 
  159. ^ "International Cooperation: Sister Cities". Seoul Metropolitan Government. www.seoul.go.kr. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-10. Diakses tanggal 26 January 2008. 
  160. ^ "Seoul -Sister Cities [via WayBackMachine]". Seoul Metropolitan Government (archived 2012-04-25). Diakses tanggal 23 August 2013. [pranala nonaktif]
  161. ^ "Twinning Cities: International Relations" (PDF). Municipality of Tirana. www.tirana.gov.al. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 10 October 2011. Diakses tanggal 23 June 2009. 
  162. ^ Twinning Cities: International Relations. Municipality of Tirana. www.tirana.gov.al. Retrieved on 25 January 2008.
  163. ^ "Cooperation Internationale" (dalam bahasa French). 2003–2009 City of Tunis Portal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-08. Diakses tanggal 31 July 2009. 
  164. ^ "Visita a Washington del Sindaco". Diakses tanggal 3 October 2011. 

Bibliografi

  • (Italia) Bertarelli, Luigi Vittorio (1925). Guida d'Italia. IV. Rome: CTI. 
  • (Inggris) Brilliant, Richard (2006). Roman Art. An American's View. Rome: Di Renzo Editore. ISBN 88-8323-085-X. 
  • (Italia) Coarelli, Filippo (1984). Guida archeologica di Roma. Milano: Arnoldo Mondadori Editore. 
  • (Jerman) Kinder, Hermann; Hilgemann, Werner (1964). Dtv-atlas zur Weltgeschichte. 1. Zürich: Ex Libris. 
  • (Inggris) Hughes, Robert (2011). Rome. Weidenfeld & Nicolson. 
  • (Italia) Lucentini, Mario (2002). La Grande Guida di Roma. Rome: Newton & Compton Editori. ISBN 88-8289-053-8. 
  • (Italia) Rendina, Mario (2007). Roma ieri, oggi, domani. Rome: Newton & Compton Editori. 
  • (Italia) Spoto, Salvatore (1999). Roma Esoterica. Rome: Newton & Compton Editori. ISBN 88-8289-265-4. 
  • (Inggris) Rome – Eyewitness Travel. DK. 2006. ISBN 1-4053-1090-1. 

Dokumenter

  • Scam CityMusim 1 (2012)
  • The Holy Cities: Rome diproduksi oleh Danae Film Production, didistribusikan oleh HDH Communications; 2006.

Pranala luar

Resmi

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 5

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 70

 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: HTTP_REFERER

Filename: controllers/ensiklopedia.php

Line Number: 41