Korea Selatan
Korea Selatan, secara resmi bernama Republik Korea (bahasa Korea: 대한민국), adalah sebuah negara di Asia Timur yang meliputi wilayah selatan Semenanjung Korea. Di sebelah utara, Korea Selatan berbatasan dengan Korea Utara, di mana keduanya bersatu sebagai sebuah negara hingga tahun 1948. Laut Kuning di sebelah barat, Jepang berada di seberang Laut Jepang, dan Selat Korea berada di bagian tenggara.[12] Negara ini dikenal dengan nama Hanguk (한국)[13] oleh penduduk Korea Selatan, dan disebut Nam Chosŏn (남조선) oleh orang Korea Utara. Ibu kota Korea Selatan adalah Seoul (서울). Penemuan arkeologis menunjukkan bahwa Semenanjung Korea telah dihuni sejak Zaman Batu Tua.[14][15] Sejarah Korea dimulai dari pembentukan Dinasti Gojoseon pada 2333 SM, oleh Dangun. Setelah penyatuan Tiga Kerajaan Korea di bawah Silla pada 668 M, Korea menjadi satu di bawah Dinasti Goryeo dan Dinasti Joseon, hingga akhir Kekaisaran Korea Raya pada 1910 karena dianeksasi oleh Jepang. Setelah dilakukan Pembagian Korea oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat pada akhir Perang Dunia Kedua, wilayah Korea akhirnya terbagi menjadi dua. SejarahKorea dimulai dengan pembentukan Joseon (atau lebih sering disebut dengan Gojoseon untuk menghindari persamaan nama dengan Dinasti Joseon pada abad ke 14) pada 2333 SM oleh Dangun.[16] Gojoseon berkembang hingga bagian utara Korea dan Manchuria. Setelah beberapa kali berperang dengan Dinasti Han Gojoseon mulai mengalami disintegrasi. Dinasti Buyeo, Okjeo, Dongye dan konfederasi Samhan menduduki Semenanjung Korea dan Manchuria Selatan.[17] Goguryeo, Baekje, and Silla berkembang mengatur Tanjung Korea yang dikenal dengan Tiga Kerajaan Korea. Untuk pertama kalinya Semenanjung Korea berhasil disatukan oleh Silla pada tahun 676 menjadi Silla Bersatu. Para pelarian Goguryeo yang selamat mendirikan sebuah kerajaan lain di sisi timur laut semenanjung Korea, yakni Balhae. Hubungan antara Korea dan China berjalan dengan baik pada masa Dinasti Silla. Kerajaan ini runtuh akibat adanya kerusuhan dan konflik yang terjadi di dalam negeri pada abad ke 10, Kerajaan Silla jatuh dan menyerah kepada dinasti Goryeo pada tahun 935.[18] Silla Bersatu akhirnya runtuh di akhir abad ke-9, yang juga mengakhiri masa kekuasaan Tiga Kerajaan. Kerajaan yang baru, Goryeo, mulai mendominasi Semenanjung Korea.[18] Kerajaan Balhae runtuh tahun 926 karena serangan bangsa Khitan [19] dan sebagian besar penduduk serta pemimpinnya, Dae Gwang hyun, mengungsi ke Dinasti Goryeo. Tahun 993 sampai 1019 suku Khitan dari Dinasti Liao meyerbu Goryeo, tetapi berhasil dipukul mundur. Kemudian pada tahun 1238, Goryeo kembali diserbu pasukan Mongol dan setelah mengalami perang hampir 30 tahun, dua pihak akhirnya melakukan perjanjian damai.[20] Pada tahun 1392, Taejo dari Joseon mendirikan Dinasti Joseon setelah menumbangkan Goryeo. Raja Sejong (1418–1450) mengumumkan penciptaan abjad Hangeul.[21] Antara 1592–1598, dalam Perang Imjin, Jepang menginvasi Semenanjung Korea, tetapi dapat dipatahkan oleh prajurit pimpinan Admiral Yi Sun-shin.[22] Lalu pada tahun 1620-an sampai 1630-an Dinasti Joseon kembali menderita serangan dari (Dinasti Qing). Pada awal tahun 1870-an, Jepang kembali berusaha merebut Korea yang berada dalam pengaruh Tiongkok. Pada tahun 1895, Maharani Myeongseong dibunuh oleh mata-mata Jepang.[23] Pada tahun 1905, Jepang memaksa Korea untuk menandatangani Perjanjian Eulsa yang menjadikan Korea sebagai protektorat Jepang dan pada 1910 Jepang mulai menjajah Korea.[24] Perjuangan rakyat Korea terhadap penjajahan Jepang dimanifestasikan dalam Pergerakan 1 Maret dengan tanpa kekerasan. Pergerakan kemerdekaan Korea yang dilakukan Pemerintahan Sementara Republik Korea lebih banyak aktif di luar Korea seperti di Manchuria, Tiongkok dan Siberia. Dengan menyerahnya Jepang pada tahun 1945,[25] PBB membuat rencana administrasi bersama Uni Soviet dan Amerika Serikat, namun rencana tersebut tidak terlaksana. Pada tahun 1948, pemerintahan baru terbentuk: Korea demokratik (Korea Selatan) dan komunis (Korea Utara) yang dibagi oleh garis lintang 38 derajat. Pada 1950, Korea Utara menginvasi Korea Selatan yang dikenal dengan nama Perang Korea.[26] GeografiLuas Korea Selatan adalah 100.339 km2,[27] lebih kecil dibanding Korea Utara. Keadaan topografinya sebagian besar berbukit dan tidak rata.[28] Pegunungan di wilayah timur umumnya menjadi hulu sungai-sungai besar, seperti sungai Han dan sungai Naktong. Sementara wilayah barat merupakan bagian rendah yang terdiri dari daratan pantai yang berlumpur. Di wilayah barat dan selatan yang terdapat banyak teluk terdapat banyak pelabuhan yang baik seperti Incheon, Yeosu, Gimhae, dan Busan.[29] Korea Selatan memiliki sekitar 3.000 pulau,[30] sebagian besar adalah pulau kecil dan tidak berpenghuni. Pulau - pulau ini tersebar dari barat hingga selatan Korea Selatan. Pulau Jeju yang terletak sekitar 100 kilometer di bagian selatan Korea Selatan adalah pulau terbesar dengan luas area 1.845 km2. Gunung Halla adalah gunung berapi tertinggi sekaligus sebagai titik tertinggi di Korea Selatan yang terletak di Pulau Jeju.[31] Pulau yang terletak di wilayah paling timur Korea Selatan adalah Uileungdo dan Batu Liancourt sementara Marado dan Batu Socotra merupakan pulau yang berada paling selatan di wilayah Korea Selatan.[29] Iklim Korea selatan dipengaruhi oleh iklim dari daratan Asia dan memiliki 4 musim. Musim panas di Korea selatan yang dimulai bulan Juni bisa mencapai temperatur 40 derajat celcius (di kota Daegu), yang ditandai dengan datangnya musim hujan yang jatuh pada akhir bulan Juli sampai Agustus di seluruh bagian semenanjung. Sementara temperatur musim dinginnya rata-rata dapat jatuh pada suhu sejauh minus 10 derajat celcius di beberapa provinsi. Korea Selatan juga rentan akan serangan angin taifun yang menerjang selama bulan musim panas dan musim gugur. Beberapa tahun belakangan ini Korea selatan juga sering dilanda badai pasir kuning yang dibawa dari Gurun Gobi di Tiongkok yang juga melanda Jepang dan sejauh Amerika Serikat. PolitikSistem pemerintahanKorea Selatan adalah negara republik.[32] Seperti pada negara-negara demokrasi lainnya,[33] Korea Selatan membagi pemerintahannya dalam tiga bagian: eksekutif, yudikatif dan legislatif.[34] Lembaga eksekutif dipegang oleh presiden yang dipilih berdasarkan hasil pemilu untuk masa jabatan 5 tahun dan dibantu oleh Perdana Menteri yang ditunjuk oleh presiden dengan persetujuan Majelis Nasional .[35] Presiden bertindak sebagai kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Lembaga legislatif dipegang oleh dewan perwakilan yang menjabat selama 4 tahun.[36] Pelaksanaan sidang paripurna diadakan setiap setahun sekali atau berdasarkan permintaan presiden. Sidang ini terbuka untuk umum namun dapat berlangsung tertutup. Pengadilan konstitusional menjadi lembaga tertinggi pemegang kekuasaan yudikatif yang terdiri atas 9 hakim yang direkomendasikan oleh presiden dan dewan perwakilan. Hakim akan menjabat selama enam tahun dan usianya tidak boleh melebihi 65 tahun pada saat terpilih. Pembagian administratifKorea Selatan terdiri dari 1 kota khusus (Teukbyeolsi; 특별시; 特別市), 6 Kota Metropolitan (Gwangyeoksi; 광역시; 廣域市), dan 9 Provinsi (do; 도; 道). Nama-nama di bawah ini diberikan dalam bahasa Inggris, Alihaksara yang Disempurnakan, Hangul, dan Hanja. Kota istimewa/khusus
Kota khusus otonom
Kota metropolitan
Provinsi
Hubungan luar negeri dan militerKorea Selatan melakukan hubungan diplomatik lebih dari 188 negara. Korea Selatan juga tergabung dalam PBB sejak tahun 1991,[37] bersamaan dengan bergabungnya Korea Utara. Pada 1 Januari 2007, Menteri Luar Negeri Korea Selatan pada saat itu, Ban Ki-moon resmi menjadi Sekretaris Jenderal PBB menggantikan Kofi Annan. Selain itu, Korea Selatan juga menjadi mitra stratergis ASEAN sebagai anggota Asean Plus 3 dan aktif dalam forum ekonomi dunia lainnya seperti G-20, APEC dan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur. Korea Selatan menjalin hubungan erat dengan RRT, terutama sejak Korea Selatan memutuskan hubungan dengan Republik Tiongkok.[38] Uni Eropa menjadi mitra penting perdagangan Korea Selatan dan menjadi tujuan utama ekspor Korea Selatan.[39] Hubungan diplomatik dengan Jepang tidak pernah dicatatkan secara formal sejak Perang Dunia II, namun Traktat Hubungan Dasar antara Jepang dan Korea Selatan yang ditandatangani tahun 1965 menjadi dasar utama hubungan kedua negara. Korea Selatan dan Jepang mengalami persengketaan mengenai masalah Batu Liancourt,[40] namun secara administratif, kepulauan ini dimiliki oleh Korea Selatan karena Pengawal Pantai Korea Selatan bermarkas di pulau ini.[41] Invasi serta ketegangan dengan Korea Utara telah mendorong Korea Selatan mengalokasikan 2.6% dari PDB dan 15% dari pengeluaran pemerintah untuk pembiayaan militer serta mewajibkan seluruh pria untuk mengikuti wajib militer. Jumlah tentara aktif Korea Selatan menempati urutan keenam terbesar di dunia,[42] urutan kedua dalam jumlah tentara cadangan dan sebelas besar dalam urusan anggaran pertahanan. Pasukan militer Korea Selatan terdiri atas Angkatan Darat (ROKA), Angkatan Laut (ROKN) dan Korps marinir (ROKMC).[43] Angkatan bersenjata ini kebanyakan berkonsentrasi di daerah perbatasan Zona Demiliterisasi Korea. Seluruh pria Korea Selatan diwajibkan secara konstitusi untuk mengikuti wajib militer, umumnya untuk masa dua tahun. EkonomiKorea Selatan memiliki ekonomi pasar dan menempat urutan kelima belas berdasarkan PDB. Sebagai salah satu dari empat Macan Asia Timur,[44] Korea Selatan telah mencapai rekor ekspor impor yang memukau, nilai ekspornya merupakan terbesar kedelapan di dunia.[45] Sementara, nilai impornya terbesar kesebelas.[46] Kesuksesan ekonomi Korea Selatan dicapai pada akhir 1980-an ketika PDB berkembang dari rata–rata 8% per tahun (US$2,7 miliar) pada tahun 1962 menjadi US$230 miliar pada 1989.[47][48] Jumlah ini kira - kira 20 kali lipat dari Korea Utara dan sama dengan ekonomi–ekonomi menengah di Uni Eropa. Kemajuan ekonomi ini dikenal dengan nama Keajaiban di Sungai Han.[49] Krisis Finansial Asia 1997 membuka kelemahan dari model pengembangan Korea Selatan, termasuk rasio utang/persamaan yang besar, pinjaman luar yang besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin. Pertumbuhan jatuh sekitar 6,6% pada 1998, kemudian pulih dengan cepat ke 10,8% pada 1999 dan 9,2% pada 2000. Pertumbuhan kembali jatuh ke 3,3% pada 2001 karena perlambatan ekonomi dunia, ekspor yang menurun, dan persepsi bahwa pembaharuan finansial dan perusahaan yang dibutuhkan tidak bertumbuh. Dipimpin oleh industri dan konstruksi, ekonomi Korea Selatan mulai bangkit pada 2002 dengan pertumbuhan sebesar 5,8%. Jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan sebesar 15% pada tahun 2003.[50] Indeks gini menunjukkan perbaikan, dari angka 35.8 menjadi 31.3 pada tahun 2007.[50] Nilai investasinya sebesar 29.3% dari PDB dan menempati urutan ke dua puluh satu.[50] Pada 2005, di samping merupakan pemimpin dalam akses Internet kecepatan tinggi,[51] semikonduktor memori, monitor layar-datar dan telepon genggam, Korea Selatan berada dalam peringkat pertama dalam pembuatan kapal, ketiga dalam produksi ban, keempat dalam serat sintetis, kelima dalam otomotif dan keenam dalam baja. Negara ini juga menempati peringkat ke tiga puluh enam dalam hal tingkat pengangguran, kesembilan belas dalam Indeks Kemudahan Berbisnis[52] dan ketiga puluh satu dari 179 negara dalam Indeks Kebebasan Ekonomi berdasarkan data tahun 2010.[53] Ekspor bergerak dalam bidang semi konduktor, peralatan telekomunikasi nirkabel, kendaraan bermotor, komputer, baja, kapal dan petrokimia dengan mitra ekspor utama RRT 21,5%, Amerika Serikat 10,9%, Jepang 6,6% dan Hong Kong 4,6%.[50] Korea Selatan mengimpor plastik, elektronik dan peralatannya, minyak, baja dan bahan kimia organik dari RRT 17,7%, Jepang 14%, Amerika Serikat 8,9%, Arab Saudi 7,8%, Uni Emirat Arab 4,4% dan Australia 4,1%.[50] Jumlah tenaga kerja berada di peringkat kedua puluh lima dunia [54] Ekonomi Korea Selatan dipimpin oleh konglomerat besar yang dikenal dengan sebutan chaebol. Beberapa chaebol yang terbesar antara lain: Samsung Electronics, POSCO, Hyundai Motor Company, KB Financial Group, Korea Electric Company, Samsung Life Insurance, Shinhan Financial Group, LG Electronics, Hyundai dan LG Chem.[56][57] TransportasiTransportasi di Korea Selatan terdiri dari kereta api, bus, kapal ferry dan penerbangan udara. Jalur kereta api terdiri dari subway yang berada di enam kota: Seoul, Busan, Daegu, Gwangju, Daejon dan Incheon. Operator kereta api Korail menyediakan pelayanan kereta api hampir keseluruh kota besar di Korea Selatan. Korea Selatan memiliki 103 bandar udara dengan Bandar Udara Internasional Incheon sebagai bandar terbesar. Bandar udara Incheon pernah dinobatkan sebagai bandar udara terbaik di dunia oleh Airport Council International. Bandar udara internasional lainnya yang terdapat di Korea Selatan antara lain berada di Gimpo, Busan dan Jeju. Maskapai penerbangan nasional Korean Air dibentuk pada tahun 1962, melayani 21.640.000 penumpang dengan 12.490.000 penumpang internasional.[58] Asiana Airlines, dibentuk pada tahun 1988, melayani penerbangan domestik dan internasional. Penerbangan lain seperti Hansung Airlines dan Jeju Air melayani penerbangan domestik dengan harga yang lebih murah. Ilmu pengetahuan dan teknologiPerkembangan IPTEK di Korea Selatan awalnya tidak berkembang dengan baik karena masalah pembagian korea dan Perang Korea yang terjadi setelah masa kemerdekaan. Kemajuan IPTEK mulai dirasakan pada tahun 1960-an ketika pemerintahan diktator Park Chung-hee di mana ekonomi Korea Selatan melaju pesat. Robotika telah menjadi penelitian dan pengembangan yang utama di Korea Selatan sejak 2003.[59] Pada 2009, pemerintah mengumumkan rencana untuk membangun taman tematik robot di Incheon dan Masan dengan dana pemerintah maupun swasta.[60] Pada 2005, Institut Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Korea Selatan mengembangkan robot humanoid kedua di dunia yang mampu berjalan. Institut Teknologi Industri Korea juga berhasil mengembangkan android Korea yang pertama, EveR-1 pada Mei 2006.[61] DemografiKorea Selatan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, sekitar 487,7 jiwa/km².[62] Jumlah ini sepuluh kali lebih banyak daripada rata–rata dunia. Kebanyakan penduduk hidup di daerah perkotaan karena migrasi besar–besaran dari pedesaan selama ekspansi ekonomi yang pesat pada tahun 1970, 1980 dan 1990.[63] Pada tahun 2005, Seoul merupakan kota terpadat di Korea Selatan dengan jumlah penduduk lebih dari 9 juta jiwa[64] disusul oleh Busan (3,4 juta jiwa), Incheon (2,4 juta jiwa), Daegu (2,3 juta), Daejeon (1,4 juta), Gwangju (1,4 juta) dan Suwon (1 juta).[64] Pada tahun 2008, tingkat kelahiran per tahun sebesar 9 kelahiran dari 1.000 orang.angka ini merupakan yang terendah di dunia sedangkan harapan hidup rata - rata sebesar 79,10 tahun[65] yang merupakan tertinggi keempat puluh di dunia.[66] AgamaHampir sebagian besar rakyat Korea Selatan memilih tidak beragama atau atheisme. Buddha adalah agama yang mempunyai penganut terbesar di Korea Selatan dengan 10.7 juta penduduk. Agama lainnya yang terbesar adalah Kristen Protestan dan Katolik Roma. Gereja Kristen terbesar di Korea Selatan, Yoido Full Gospel Church berlokasi di Seoul. Diperkirakan kurang dari 35.000 warga Korea yang beragama Islam, dengan 100.000 orang pekerja yang berasal dari negara Muslim, yaitu Bangladesh, Indonesia, dan Pakistan.[68] PendidikanPendidikan di Korea Selatan dibagi dalam beberapa bagian seperti pada umumnya di negara lain: kelompok bermain, sekolah dasar, pendidikan menengah, dan sekolah tinggi/universitas. Berdasarkan hasil penelitian 2006 tentang Program Penilaian Pelajar Internasional dari OECD, Korea Selatan menempati urutan pertama dalam pemecahan masalah, urutan ketiga dalam matematika dan urutan kesebelas pada bidang sains. Teknologi pada pendidikan di Korea juga dikembangkan hingga keseluruh daratan Korea dengan membuat jaringan akses internet berkecepatan tinggi di sekolah dasar dan lanjutan.[69] Pemerintah Korea melalui Kementerian Pendidikan juga memberikan beasiswa bagi siswa-siswi yang berasal dari luar Korea hingga mencapai 100.000 siswa per tahun.[70] BudayaKorea Selatan dan Korea Utara memiliki kebudayaan yang sama, namun sejak Pembagian Korea pada tahun 1945, masing - masing negara mengembangkan bentuk kebudayaan kontemporer yang berlainan bentuk. Secara historis, kebudayaan Korea dipengaruhi oleh RRT, namun Korea mampu mengembangkan identitas budaya yang unik dan berbeda.[71] Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan aktif dalam mendorong budaya tradisional dalam bentuk modern lewat pembiayaan dan program - program edukasi.[72] Musik kontemporer, film, dan televisiHingga tahun 1990-an, trot dan ballad adalah musik populer yang mendominasi Korea Selatan. Bergabungnya grup rap Seo Taiji and Boys pada 1992 menandai perubahan besar dalam dunia musik Korea Selatan yang dikenal dengan istilah K-Pop, grup ini mencampurkan elemen genre musik populer seperti rap, rock, dan techno ke dalam musik mereka.[73] Sejak kesuksesan film Shiri pada tahun 1999, Film Korea mulai mendapatkan apresiasi secara internasional. Film lokal mulai mendominasi pasar terutama sejak pemberlakuan kuota yang mewajibkan bioskop untuk menampilkan film-film Korea paling sedikit 73 hari dalam satu tahun.[74] OlahragaSepak bola, basket, bulu tangkis, dan baseball adalah beberapa olahraga terpopuler di kalangan masyarakat Korea Selatan. Di bidang sepak bola, tim nasional Korea Selatan telah berhasil menembus babak kualifikasi Piala Dunia FIFA selama 8 kali berturut–turut dan merupakan rekor terbanyak di Asia. Baseball merupakan olahraga dengan jumlah spektator yang banyak, para pemilik klub baseball biasanya adalah para chaebol Korea Selatan. Tim baseball Korea Selatan berhasil meraih medali emas di Olimpiade 2008. Bulu tangkis telah menjadi perhatian para masyarakat terutama sejak banyak para pemain Korea Selatan yang menang dalam tingkat internasional.[75] Taekwondo adalah olahraga asli dari Korea yang berkembang dengan pesat dan menjadi olahraga resmi pada Olimpiade sejak tahun 2000 di Sydney, selain itu Korea juga memiliki beberapa macam olahraga bela diri lainnya seperti taekkyeon, hapkido, tang soo do, kuk sool won, kumdo dan subak.[76] Selain sukses dengan pengembangan olahraga aslinya, Korea Selatan juga berhasil menjadi tuan rumah berbagai perhelatan acara olahraga akbar. Pada tingkat Asia, Korea Selatan pernah menjadi tuan rumah Asian Games tahun 1986 di Seoul, 2002 di Busan, dan akan kembali menjadi tuan rumah pada 2014 di Incheon.[77] Pada tingkat internasional, Korea Selatan pernah menjadi tuan rumah Olimpiade tahun 1988 di Seoul dan bersama dengan Jepang menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2002. Prestasi olahraga Korea Selatan terus meningkat. Korea Selatan menempati urutan keempat perolehan medali saat menjadi tuan rumah Olimpiade Seoul 1988, serta menjadi satu-satunya tim Asia yang berhasil menembus babak semifinal pada Piala Dunia FIFA 2002 yang diselenggarakan di Korea Selatan dan Jepang. Pada tahun 2010, Korea Selatan menjadi tuan rumah untuk balap mobil F1 di Yeongnam untuk pertama kalinya.[78] Lihat pulaReferensi
Bacaan lanjutan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai South Korea. Wikiwisata memiliki panduan wisata South Korea.
|