Pelengkung adalah sebuah struktur yang dibentuk dari elemen garis yang melengkung dan membentang antara dua titik, membentuk busur. Struktur ini membentang suatu ruang sekaligus menopang beban. Struktur ini umumnya terdiri atas potongan-potongan kecil yang mempertahankan posisinya akibat adanya pembebanan.[1] Sebuah permukaan dapat didefinisikan oleh banyak kurva berbeda, oleh karena itu beberapa lengkungan (curvature) khusus harus diidentifikasi: lengkung utama, lengkung Gaussian, dan lengkung tengah. Lengkungan ini memberi karakteristik permukaan sebagai sistem lengkung tunggal atau ganda, di mana permukaan lengkung ganda secara lebih jauh dibagi menjadi permukaan sinklastik dan antiklastik.
Pelengkung muncul pertama kali pada milenium ke-2 SM di Mesopotamia dalam bentuk struktur bata. Penggunaan yang semakin luas dan sistematik dimulai oleh Kekaisaran Romawi yang mulai menggunakannya untuk berbagai macam keperluan dalam arsitektur Romawi seperti akuaduk, koloseum dan bangunan lainnya.
Konstruksi
Sebuah pelengkung memerlukan semua bagian-bagiannya agar dapat berdiri kokoh, hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimanakah cara membangun pelengkung satu per satu menyusun dari bagian-bagiannya. Jawabannya adalah membangun kerangka (biasanya terbuat dari kayu) yang mengikuti bentuk luar pelengkung di bagian bawahnya. Setelah struktur batu tersusun dan menopang bebannya sendiri, barulah kerangka kayu dilepas.
Galeri ini menunjukkan berbagai jenis pelengkung menurut bentuknya berdasarkan pengembangannya.
Pelengkung segitiga
Pelengkung lingkar atau pelengkung semi-sirkuler
Pelengkung segmental
Pelengkung tak setara
Pelengkung Lancet
Pelengkung ekuilateral bersudut
Pelengkung bahu datar
Pelengkung tiga helai atau pelengkung daun semanggi
Pelengkung tapal kuda
Pelengkung tiga tengah
Pelengkung elips
pelengkung infleksi
Pelengkung Ogee
Pelengkung Ogee terbalik
Pelengkung Tudor
Pelengkung Parabola
Galeri
Jembatan batu yang disebut Porta Rosa (4 SM), di Elea