Armenia
Armenia (bahasa Armenia: Հայաստան, translit. Hayastan, IPA: [hɑjɑsˈtɑn]), dengan nama resmi Republik Armenia (bahasa Armenia: Հայաստանի Հանրապետություն, translit. Hayastani Hanrapetut'yun, IPA: [hɑjɑstɑˈni hɑnɾɑpɛtutʰˈjun]), adalah negara terkurung daratan yang terletak di wilayah Kaukasus Selatan, Eurasia. Terletak di Asia Barat,[5][6] di Dataran Tinggi Armenia, negara ini berbatasan dengan Turki di sebelah barat, Georgia di utara, Koridor Lachin yang masih di bawah kendali pasukan perdamaian[7] dan Azerbaijan di timur, serta Iran dan wilayah eksklave Azerbaijan Nakhichevan di selatan.[8] Etimologi
Dalam bahasa Armenia, negara tersebut dinamakan Hayq, dan kemudian Hayastan, yang berarti tanah dari orang-orang Haik, penambahan istilahnya menjadikan nama Haik bagian dari imbuhan ‘-stan’ yang dalam bahasa Persia berarti tanah. Menurut legenda, Haik adalah keturunan dari Nabi Nuh yang merupakan moyang dari seluruh orang Armenia (menurut tradisi Armenia kuno). Haik bermukim di kaki Gunung Ararat, dan meninggalkan Armenia untuk membantu pembangunan Menara Babel, saat ia kembali, ia dikalahkan oleh Bel seorang Raja Babilonia (beberapa peneliti beranggapan bahwa ia dikalahkan oleh Nimrod pada tanggal 11 Agustus 2492 SM dekat danau Van, sebelah selatan Armenia kuno (kini daerah ini masuk dalam daerah Turki). Hayq adalah nama yang diberikan pada Armenia oleh negara-negara lain yang mengelilinginya. Nama ini diambil dari suku terkuat yang tinggal di tanah Armenia kuno, dan menamakan diri mereka ‘’Armens’’. Secara tradisional nama ini diturunkan dari Armenak atau Aram (keturunan Haik). Menurut penelitian yang dilakukan dari sisi Yahudi dan Kristen nama ‘Armenia’ diambil dari Har-Minni yang berarti Gunung Minni (atau Mannai). Penjelasan yang diambil dari masa pra-Kristen beranggapan bahwa Nairi, yang berarti tanah yang dialiri oleh sungai-sungai, adalah nama kuno yang diberikan untuk daerah pegunungan yang terdapat di negara itu dan nama ini digunakan oleh bangsa Asyur sekitar tahun 1200 SM; namun Inskripsi Behistun yang terdapat di Iran dan dilansir berasal dari tahun 521 SM tercatat menuliskan Armenia. Sejarah
Armenia telah didiami oleh manusia sejak zaman prasejarah, dan telah diusulkan merupakan tempat situs dari Taman Firdaus yang termuat di Alkitab. Armenia adalah daerah kekaisaran yang kaya akan budaya hingga pada akhir abad 1, dan daerahnya terbentang mulai dari Laut Hitam hingga Laut Kaspia serta Laut Mediterania pada zaman pemerintahan Tigranes Agung. Namun lokasi strategis Armenia yang terletak di antara dua benua telah menjadi magnet untuk banyak penjajah, termasuk bangsa Assyria, Persia, Yunani, Romawi, Bizantium, Mongol, Arab, hingga Turki. Pada 301 M, Armenia menjadi negara pertama di dunia yang mengakui Agama Kristen sebagai agama resmi suatu negara, dua belas tahun sebelum Kekaisaran Romawi memberikan toleransi resmi untuk agama Kristen di bawah Galerius, dan 30-40 tahun sebelum Konstantin di baptis. Walaupun ada komunitas-komunitas keagamaan lain sebelum Kristen, saat negara ini dijajah komunitas-komunitas ini dialihkan agamanya oleh para penyebar agama Kristen (misionaris). Setelah berulang kali dijajah dan diubah oleh dinasti-dinasti yang berbeda termasuk oleh Parthia (Iran), Romawi, Bizantintium, Arab, Mongol, dan Persia – Armenia menjadi lemah. Pada tahun 1500-an Dinasti Turki Utsmaniyah dan Savawiyah Persia membelah Armenia. Wilayah Armenia modern diperintah oleh Kekhanan Erivan, sebuah negara boneka bentukan Safawiyah yang berpusat di Erivan, nama kuno untuk Yerevan, ibu kota Armenia modern. Pada tahun 1813 dan 1828, Armenia modern (terdiri dari Erivan dan Karabakh yang masih merupakan daerah kesultanan Persia) dijadikan salah satu daerah Kekaisaran Rusia untuk sementara. Adanya Revolusi Bolshevik di Petrograd memungkinkan Armenia menjadi republik merdeka dalam waktu yang singkat, kemudian menjadi bagian dari Uni Soviet lagi. Wilayah Armenia yang dikuasai Uni Soviet kemudian digabungkan dengan wilayah Georgia dan Azerbaijan menjadi Republik Sosialis Federasi Soviet Transkaukasia pada tahun 1922 dan 1936. Lalu pada tahun 1936 sampai 1991 Armenia berdiri menjadi wilayah sendiri sebagai RSS Armenia walaupun masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Pada masa-masa akhir Kekaisaran Ottoman pada tahun 1915 hingga 1922, sebagian besar dari penduduk Armenia yang tinggal di Anatolia "hilang". Hal ini kemudian dikenal sebagai pembantaian orang Armenia atau Genosida Armenia, yang diyakini oleh orang-orang Armenia dan sebagian besar sejarawan barat sebagai pembunuhan massal yang didukung/ dilakukan oleh pemerintahan suatu negara. Namun otoritas Turki membantah hal ini dan berkeras bahwa angka kematian yang terjadi adalah akibat dari perang sipil dan diperparah dengan penyebaran wabah penyakit dan kelaparan dan korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Perkiraan angka jumlah penduduk Armenia yang terbunuh berkisar dari 650.000 hingga 1.500.000 dan kejadian ini diperingati setiap tahun pada tanggal 24 April. Rakyat Armenia dan beberapa negara lainnya di dunia telah berkampanye selama 30 tahun agar kejadian ini diakui sebagai tindakan genosida yang brutal, tetapi banyak negara lain memberikan tekanan pada gerakan ini dan tidak ingin mengakui secara sah bahwa pembantaian massal di Armenia digolongkan sebagai genosida. Tetapi pada tahun 2022 banyak negara mengakui pembunuhan ini sebagai genosida, misalnya Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Jerman, Kanada, dll. Juga, terjadi penghancuran massal warisan budaya Armenia. Armenia masih disibukkan oleh konflik berkepanjangan dengan Azerbaijan mengenai Nagorno-Karabakh, enklave yang sebagian besar didiami oleh bangsa Armenia yang kini diperintah oleh Azerbaijan. Menurut Armenia Nagorno-Karabakh menjadi bagian dari Azerbaijan akibat ulah Stalin yang memasukkan daerah tersebut menjadi bagian dari Soviet Azerbaijan. Konflik militer antara Armenia dan Azerbaijan dimulai pada tahun 1988, dan peperangan memuncak saat kedua negara merdeka dari Uni Soviet tahun 1991. Pada bulan Mei 1994, saat gencatan senjata, angkatan perang Armenia berhasil mengambil alih tidak saja Nagorno-Karabakh tetapi juga daerah-daerah lainnya yang disengketakan dengan Azerbaijan dan dinyatakan sebagai haknya. Keadaan ekonomi kedua negara ini dalam keadaan pincang akibat perang yang berkepanjangan dan tidak adanya resolusi damai.
GeografiArmenia adalah negara yang terkurung daratan di wilayah geopolitik Transcaucasus (Kaukasus Selatan), yang terletak di Pegunungan Kaukasus Selatan dan dataran rendahnya antara Laut Hitam dan Laut Kaspia, dan timur laut Dataran Tinggi Armenia. Terletak di Asia Barat,[6][9] negara ini berbatasan dengan Turki di barat, Georgia di utara, koridor Lachin (yang merupakan bagian dari Distrik Lachin yang berada di bawah kendali pasukan penjaga perdamaian Rusia dan Azerbaijan) di timur, dan eksklaf Nakhchivan Iran dan Azerbaijan di selatan.[8] Armenia terletak di antara garis lintang 38° dan 42° LU, dan meridian 43° dan 47° BT. Di wilayah ini terdapat dua ekoregion terestrial: hutan campuran Kaukasus dan stepa pegunungan Anatolia Timur.[10] TopografiArmenia memiliki wilayah teritorial seluas 29.743 kilometer persegi (11.484 sq mi). Medannya sebagian besar bergunung-gunung, dengan sungai yang mengalir deras, dan sedikit hutan. Daratan naik hingga 4.090 meter (13.419 kaki) di atas permukaan laut di Gunung Aragats, dan tidak ada titik di bawah 390 meter (1.280 kaki) di atas permukaan laut.[11] Ketinggian rata-rata wilayah negara ini adalah yang tertinggi kesepuluh di dunia dan memiliki 85,9% wilayah pegunungan, lebih tinggi dari Swiss atau Nepal.[12] Gunung Ararat, yang secara historis merupakan bagian dari Armenia, adalah gunung tertinggi di wilayah tersebut dengan ketinggian 5.137 meter (16.854 kaki). Sekarang terletak di Turki, tetapi terlihat jelas dari Armenia, dianggap oleh orang Armenia sebagai simbol tanah mereka. Karena itu, gunung tersebut ada di lambang nasional Armenia modern.[13][14][15] IklimIklim di Armenia adalah iklim benua dataran tinggi. Musim panas panas, kering, dan cerah, berlangsung dari Juni hingga pertengahan September. Suhu berfluktuasi antara 22 dan 36 °C (72 dan 97 °F). Namun, tingkat kelembaban yang rendah mengurangi efek suhu tinggi. Angin malam yang bertiup menuruni pegunungan memberikan efek menyegarkan dan menyejukkan. Musim semi pendek, sedangkan musim gugur panjang. Musim gugur dikenal karena dedaunannya yang semarak dan berwarna-warni. Musim dingin cukup dingin dengan banyak salju, dengan suhu berkisar antara −10 dan −5 °C (14 dan 23 °F). Penggemar olahraga musim dingin menikmati bermain ski menuruni perbukitan Tsaghkadzor, yang terletak tiga puluh menit di luar Yerevan. Danau Sevan, terletak di dataran tinggi Armenia, adalah danau terbesar kedua di dunia yang terletak pada ketinggian 1.900 meter (6.234 kaki) di atas permukaan laut. LingkunganArmenia menempati peringkat ke-63 dari 180 negara pada Indeks Kinerja Lingkungan (EPI) pada tahun 2018. Peringkatnya pada subindeks Kesehatan Lingkungan (yang diberi bobot 40% pada EPI) adalah 109, sedangkan peringkat Armenia pada subindeks Vitalitas Ekosistem (dengan bobot 60% pada EPI) adalah yang terbaik ke-27 di dunia.[17] Ini menunjukkan bahwa masalah lingkungan utama di Armenia adalah kesehatan penduduk, sementara vitalitas lingkungan kurang diperhatikan. Di luar sub-subindeks yang berkontribusi pada peringkat subindeks Kesehatan Lingkungan pada Kualitas Udara yang terpapar populasi sangat tidak memuaskan. Pengelolaan sampah di Armenia kurang berkembang, karena tidak ada pemilahan atau daur ulang sampah yang dilakukan di 60 tempat pembuangan akhir Armenia. Sebuah pabrik pengolahan limbah dijadwalkan untuk dibangun di dekat kota Hrazdan, yang memungkinkan penutupan 10 tempat pembuangan limbah.[18] Terlepas dari ketersediaan sumber energi terbarukan yang melimpah di Armenia (terutama pembangkit listrik tenaga air dan angin) dan seruan dari pejabat UE untuk menutup pembangkit listrik tenaga nuklir di Metsamor,[19] Pemerintah Armenia sedang menjajaki kemungkinan memasang reaktor nuklir modular kecil yang baru. Pada tahun 2018 pembangkit nuklir yang ada dijadwalkan untuk dimodernisasi guna meningkatkan keamanannya dan meningkatkan produksi listrik sekitar 10%.[20][21] PolitikArmenia adalah negara republik demokratik parlementer yang representatif. Konstitusi Armenia menganut model republik semi-presidensial hingga April 2018. Menurut Konstitusi Armenia hasil amandemen tahun 2015, kedudukan sebagai kepala negara diberikan kepada presiden. Sementara kepala pemerintahan diberikan kepada perdana menteri yang dipilih oleh presiden.[22] Presiden berwenang atas sebagian besar fungsi perwakilan, sedangkan perdana menteri menjalankan kekuasaan eksekutif. Sejak 1995, kekuasaan legislatif dipegang oleh Azgayin Zhoghov atau Majelis Nasional, yang merupakan parlemen unikameral yang terdiri dari 105 anggota.[23] Indeks Negara Gagal sejak laporan pertamanya pada tahun 2006 hingga yang terbaru pada tahun 2019, secara konsisten menempatkan Armenia lebih baik daripada semua negara tetangganya (dengan satu pengecualian pada tahun 2011).[24] Armenia memiliki hak pilih universal di atas usia delapan belas tahun.[25][26] Hubungan luar negeriArmenia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2 Maret 1992, dan sejumlah organisasi internasional lainnya. Itu juga merupakan anggota organisasi internasional seperti Dewan Eropa, Bank Pembangunan Asia, Bank Rekonstruksi dan Pembangunan Eropa, Persemakmuran Negara-Negara Merdeka, Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa, Dana Moneter Internasional, Organisasi Perdagangan Dunia, Organisasi Pabean Dunia, Organisasi Kerja Sama Ekonomi Laut Hitam dan La Francophonie. Armenia juga anggota aliansi militer CSTO, dan berpartisipasi dalam program Kemitraan untuk Perdamaian NATO dan Dewan Kemitraan Euro-Atlantik. Pada tahun 2004 pasukannya bergabung dengan KFOR, pasukan internasional pimpinan NATO di Kosovo. Armenia juga merupakan anggota pengamat Liga Arab,[27] Organisasi Negara-negara Amerika, Aliansi Pasifik, Gerakan Non-Blok, dan mitra dialog di Organisasi Kerjasama Shanghai. Sebagai hasil dari ikatan historisnya dengan Prancis, Armenia terpilih menjadi tuan rumah KTT dua tahunan Francophonie pada 2018.[28] Pembagian administratifArmenia terbagi menjadi 11 provinsi (marz):
EkonomiPerekonomian sangat bergantung pada investasi dan dukungan dari orang-orang Armenia di luar negeri.[29] Sebelum kemerdekaan, ekonomi Armenia sebagian besar berbasis industri – bahan kimia, elektronik, mesin, makanan olahan, karet sintetis, dan tekstil – dan sangat bergantung pada sumber daya luar. Republik telah mengembangkan sektor industri modern, memasok peralatan mesin, tekstil, dan barang-barang manufaktur lainnya ke republik saudara dengan imbalan bahan mentah dan energi.[30] Pertanian menyumbang kurang dari 20% dari produk material bersih dan total pekerjaan sebelum pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991. Setelah kemerdekaan, pentingnya pertanian dalam perekonomian meningkat tajam, bagiannya pada akhir tahun 1990-an meningkat menjadi lebih dari 30% dari PDB dan lebih dari 40% dari total pekerjaan.[31] Peningkatan pentingnya pertanian ini disebabkan oleh kebutuhan ketahanan pangan penduduk dalam menghadapi ketidakpastian selama fase pertama transisi dan runtuhnya sektor ekonomi non-pertanian pada awal 1990-an. Ketika situasi ekonomi menjadi stabil dan pertumbuhan berlanjut, pangsa pertanian dalam PDB turun menjadi sedikit di atas 20% (data tahun 2006), meskipun pangsa pertanian dalam lapangan kerja tetap lebih dari 40%.[32] Pada tahun 2017, ekonomi tumbuh sebesar 7,5% karena kenaikan harga tembaga.[33] Pada tahun 2022, PDB Armenia mencapai $39,4 miliar, dan menikmati indeks kebebasan ekonomi 65,3, menurut Organisasi Warisan.[34] Perekonomian Armenia diperkirakan akan tumbuh sebesar 13% pada tahun 2022 karena masuknya warga Rusia dalam jumlah besar.[35] Prakiraan awal IMF pada Maret 2022 memperkirakan pertumbuhan sebesar 1,5% untuk tahun tersebut.[36] DemografiArmenia memiliki populasi sebesar 2.790.974 (perk. 2021)[37][38] dan merupakan negara terpadat ketiga di antara pecahan Uni Soviet.[39] Permasalahan utama kependudukan Armenia adalah meningkatnya emigrasi pasca bubarnya Uni Soviet.[40] Dalam beberapa tahun terakhir jumlah emigrasi menunjukkan penurusan dan sejak 2012, terjadi pula peningkatan jumlah penduduk.[41] Armenia memiliki populasi diaspora yang cukup besar (8 juta merujuk pada beberapa perkiraan, jauh melampaui jumlah penduduk Armenia itu sendiri yang berjumlah 3 million), tersebar di beberapa negara di seluruh dunia. Negara dengan populasi bangsa Armenia yang cukup besar meliputi Rusia, Prancis, Iran, Amerika Serikat, Georgia, Lebanon, Syria, Kanada, Siprus, Israel, dan lainnya. Antara 40.000-70.000 bangsa Armenia tinggal di Turki, terutama di dan sekitar Istanbul.[42] Bagian Armenia di Kota Lama Yerusalem memiliki 1.000 penduduk Armenia, sisa dari komunitas yang sebelumnya berjumlah lebih besar.[43] Italia merupakan rumah bagi San Lazzaro degli Armeni, sebuah pulau di Laguna Venesia, yang merupakan biara bagi kelompok Mekhitarist (Gereja Katolik Armenia).[44] Diperkirakan pula ada 139.000 orang Armenia di Artsakh (yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan yang memerdekakan diri sepihak pada 1991) sekaligus etnis mayoritas di sana.[45] Suku bangsaBangsa Armenia membentuk 98,1% jumlah penduduk, menjadikan negara pecahan Uni Soviet ini sebagai salah satu yang paling homogen. Ada pun minoritas utama adalah Yazidi (1,2%) dan Rusia (0,4%). Minoritas terbesar sebelum 1990, Azerbaijani atau Azeri serta Kurdi umumnya telah mengungsi keluar Armenia menyusul pecahnya konflik mengenai Nagorno-Karabakh. Selain Yazidi dan etnis Rusia, juga terdapat orang Yunani, Georgia, Belarusia, Ossetia, Tat, Asyiria, serta Ukraina dalam jumlah yang lebih sedikit. Orang Jerman dan Polandia juga ada, tetapi kebanyakan sudah terasimilasi ke dalam komunitas Rusia.[46] Per 2016, jumlah Yazidi di Armenia diperkirakan sebesar 35.000 jiwa.[47] Pada masa Uni Soviet, Azerbaijani atau Azeri (sebelum 1930 dikenal sebagai Tatar) adalah suku bangsa terbesar kedua. Pada 1922, jumlahnya mencapai 76.550.[48] Pada 1989, menjelang bubarnya Uni Soviet dan meletusnya perang atas wilayah Nagorno-Karabakh, tak kurang dari 2,5% penduduk Armenia bersuku bangsa Azerbaijani.[49] Pasca meletusnya konflik, hampir semuanya beremigrasi ke Azerbaijan. Pada saat yang sama, komunitas Armenia di Azerbaijan selain di Nagorno-Karabakh mengungsi ke Armenia, menjadikan negara ini semakin homogen. Berdasarkan riset oleh Gallup Research yang diadakan tahun 2017, Armenia termasuk negara Eropa Timur yang paling ramah dan paling tinggi penerimaannya terhadap kedatangan imigran.[50] BahasaBahasa Armenia adalah bahasa utama yang dituturkan, sekaligus bahasa resmi negara. Bahasa Indo-Eropa yang tidak diketahui kekerabatannya secara jelas dengan bahasa-bahasa Indo-Eropa yang lain ini sejak 405 Masehi telah ditulis dalam alfabet tersendiri, Alfabet Armenia.[51] Alfabet Armenia dipercaya diciptakan oleh seorang pastor Kristen bernama Santo Mesrop Mashtots dan terdiri dari 39 huruf, tiga di antaranya adalah modifikasi baru dan ditambahkan pada masa Kerajaan Kilikia.[52] Alfabet Armenia diyakini lahir sebagai tuntutan atas ketersediaan naskah-naskah suci Kristen dalam bahasa Armenia. Hadirnya alfabet ini memudahkan penerjemahaan Alkitab ke dalam bahasa Armenia. Penerjemahan naskah-naskah Kristen ke bahasa Armenia dipelopori oleh sekelompok orang suci, yang dikenal sebagai Para Penerjemah Suci (T'argamanchats).[53] Bahasa asing utama yang dipelajari dan dikuasai masyarakat Armenia adalah Rusia dan Inggris. Dikarenakan mengalami puluhan tahun di bawah kekuasaan Uni Soviet, sebagian besar orang-orang tua di negara ini mampu bercakap-cakap dalam bahasa Rusia dengan derajat kemahiran yang berbeda-beda. Sebuah survei tahun 2013 menunjukkan bahwa 95% orang Armenia memiliki pengetahuan bahasa Rusia (24% mahir dan 59% menengah), dibanding dengan 40% yang menyebutkan bahwa mereka mengetahui bahasa Inggris (4% mahir, 16% menengah, dan 20% pemula atau dasar). Walaupun demikian, lebih banyak orang dewasa (50%) yang berpikir bahwa bahasa Inggris lebih layak diajarkan di sekolah menengah dibandingkan dengan mereka yang lebih memilih bahasa Rusia (44%).[54] AgamaArmenia disebut sebagai negara bangsa yang pertama kali menjadikan Kristen sebagai agama resmi, yang secara tradisional dipercayai terjadi pada tahun 301.[57][58][59] Sejak saat itu Kristen telah menjadi agama yang dominan di Armenia. Tradisi Gereja Apostolik Armenia juga mengklaim suksesi apostolik sejak abad pertama Masehi, ketika wilayah ini diinjilkan oleh dua orang rasul (murid Yesus), Yudas bin Yakobus (dikenal pula sebagai Tadeus) dan Bartolomeus. Keduanya disebutkan telah melakukan penginjilan antara tahun 40-60 Masehi. Lebih dari 93% pemeluk Kristen di Armenia merupakan anggota dari Gereja Apostolik Armenia,[56][60] gereja nasional bangsa Armenia yang berada dalam komuni penuh dengan Gereja-gereja Ortodoks Oriental, sekaligus salah satu anggotanya. Kristen Katolik juga ada di Armenia, baik Gereja Katolik Roma maupun Gereja Katolik Armenia, masing-masing menggunakan ritus Latin dan ritus Armenia. Gereja Katolik Armenia tidak berpusat di Negara Armenia, melainkan di Lebanon. Di antara penganut Katolik ritus Armenia, terdapat kelompok Mekhitaris (bahasa Armenia: Մխիթարեան), sebuah kongregasi pengikut Peraturan Santo Benediktus yang didirikan oleh Mkhitar Sebastatsi pada 1712. Kelompok Mekhitaris terkeal karena banyak mempublikasikan naskah-naskah kuno berbahasa Yunani yang telah disadur dan diterjemahkan ke bahasa Armenia. Naskah-naskah asli berbahasa Yunani disebut telah banyak yang hilang, sementara versi bahasa Armenia masih tersimpan dengan baik. Kelompok Kristen lainnya yang jumlah pengikutnya lebih sedikit adalah Gereja Evangelis Armenia, dengan jumlah penganut beberapa ribu jiwa di seluruh wilayah Armenia. Selain itu ada pula kelompok-kelompok Protestan lain, khususnya dari cabang Pentakosta, seperti Firman Hidup (the Word of Life), Gereja Persaudaraan Armenia,[61] Gereja Baptis (salah satu denominasi Protestan tertua di Armenia dan pada masa Uni Soviet, keberdaannya legal dan diakui pemerintah),[62][63] serta Gereja Presbiterians.[64] Armenia juga memiliki sejumlah penganut Molokan, yang merupakan kelompok Kristen yang berakar dari Gereja Ortodoks Rusia.[65] Yazidi, kebanyakan tinggal di wilayah Armavir di sebelah barat Armenia mempraktikkan ajaran dengan nama yang sama.[66] Mereka merupakan minoritas non-Kristen terbesar. Kuil Yazidi terbesar di dunia, Quba Mêrê Dîwanê yang berada di Desa Aknalich, Armavir diselesaikan pada tahun 2019.[47][67] Minoritas Azerbaijani dan Kurdi yang tinggal di Armenia umumnya beragama Islam. Namun, khususnya Azerbaijani atau Azeri yang merupakan minoritas terbesar kebanyakan mengungsi menyusul Perang Nagorno-Karabakh di awal tahun 1990an.[68][69] Pasca Perang Nagorno-Karabakh, mayoritas Muslim di Armenia adalah non-warga negara Armenia, khususnya dari Iran. Pada tahun 2000, Pew Research Center memperkirakan ada 1.000 Muslim dari 2.975.000 penduduk, setara dengan 0,03%.[70][71] Ada pun Sensus 2011 menunjukkan ada 812 Muslim di Armenia.[72] Armenia juga memiliki komunitas Yahudi, yang saat ini tersisa sekitar 750 jiwa saja, karena sejak kemerdekaan Armenia, kebanyakan dari mereka telah beremigrasi ke Israel. Tempat peribadatan Yahudi di negara ini meliputi dua buah sinagoge, satu di Yerevan dan lainnya di Sevan. BudayaLihat pulaReferensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Հայաստան. Wikiwisata memiliki panduan wisata Armenia.
|