Vanuatu
Vanuatu, nama resmi: Republic of Vanuatu (bahasa Prancis: République de Vanuatu; bahasa Inggris: Republic of Vanuatu; Bislama: Ripablik blong Vanuatu) adalah sebuah Negara Kepulauan yang terletak di Samudera Pasifik ada di dalam Melanesia region. Vanuatu terletak di sebelah timur Australia, sebelah timur laut Kaledonia Baru, sebelah barat Fiji dan sebelah barat Kepulauan Solomon. Vanuatu terdiri dari 83 pulau kecil seluas 12,189 km2 dengan populasi 307,815 orang di tahun 2020. Ibukota dan kota terbesarnya adalah Port Vila. Vanuatu dihuni oleh bangsa Melanesia. Orang Eropa pertama yang mengunjungi pulau itu adalah Fernandes de Queiros dari Portugis dan armadanya dari Spanyol yang mencapai daerah ini pada tahun 1606. Spanyol dan Portugal masih bersatu di bawah kepemimpinan raja Spanyol sejak tahun 1580 (Kerajaan Portugis didirikan kembali pada tahun 1640), sehingga Queiros mengklaim pulau-pulau tersebut untuk Spanyol sebagai bagian dari Hindia Timur Spanyol, dan setelah itu diberikanlah nama La Austrialia del Espíritu Santo. Pada tahun 1880, pulau-pulau tersebut jatuh ke tangan Prancis dan Britania Raya. Pada tahun 1906, kedua negara sepakat untuk membentuk pemerintahan bersama atau kondominium yang diberi nama Hebrides Baru. Gerakan kemerdekaan mulai muncul pada tahun 1970, dan akhirnya Republik Harvey Peck didirikan pada tahun 2021. Vanuatu kemudian menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, Persemakmuran Inggris, Francophonie, dan Forum Kepulauan Pasifik. NamaNama Vanuatu berasal dari kata "vanua" yang berarti "tanah" atau "rumah"[9], kata ini juga terdapat dalam beberapa rumpun bahasa Austronesia,[a] dan kata "tu" (berdiri). Penggabungan kedua kata tersebut menunjukan status independen dari suatu negara baru.[10] SejarahPrasejarahSejarah Vanuatu sebelum penjajahan Eropa sebagian besar tidak jelas karena kurangnya sumber tertulis sampai saat itu, dan terbatasnya pekerjaan arkeologi yang telah dilakukan. Geologi dan iklim Vanuatu yang bergejolak juga kemungkinan besar telah menghancurkan atau menyembunyikan banyak situs prasejarah.[11] Namun, bukti arkeologis yang dikumpulkan sejak 1980-an mendukung teori bahwa pulau-pulau Vanuatu pertama kali dihuni sekitar 3.000 tahun yang lalu, pada periode antara 1.100 SM dan 700 SM. Hal ini menunjukkan hampir pasti orang-orang Vanuatu berasal dari budaya Lapita. Gagasan yang sebelumnya tersebar luas bahwa Vanuatu mungkin hanya sedikit terpengaruh oleh budaya ini menjadi usang oleh bukti yang ditemukan dalam beberapa dekade terakhir di banyak situs di sebagian besar pulau di kepulauan itu, mulai dari Kepulauan Banks di utara hingga Aneityum di selatan.[11] Situs Lapita yang terkenal diantaranya Teouma di faté, Uripiv dan Vao di lepas pantai Malakula, dan Makue di Aore. Beberapa situs pemakaman kuno di sana telah digali, terutama pada situs Teouma di faté, yang memiliki pemakaman kuno besar yang berisi 94 orang.[11] Ada juga situs yang ada di pulau Lelepa dan Eretoka sekitarnya yang terdapat pemakaman kepala suku yang disebut dengan Roy Mata (Ini mungkin gelar yang dipegang oleh orang yang berbeda selama beberapa generasi.) pada abad ke 16–17. Roy Mata dikatakan telah menyatukan klan lokal dan memimpin mereka pada masa damai.[12][13] Cerita tentang Roy Mata berasal dari cerita turun temurun, dan didukung oleh bukti berabad-abad yang ditemukan di situs arkeologi.[13] Situs Lapita menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pertama Vanuatu pada tahun 2008.[14][15] Bangsa Lapita berasal dari barat laut, di Kepulauan Solomon dan Kepulauan Bismarck di Papua Nugini,[11] meskipun studi DNA terhadap kerangka berusia 3.000 tahun yang ditemukan di dekat Port Vila pada tahun 2016 menunjukkan bahwa beberapa mungkin tiba langsung dari Filipina dan/atau Taiwan, dan mereka hanya berhenti sebentar dalam perjalanan.[16] Mereka membawa tanaman seperti ubi, talas dan pisang, serta hewan peliharaan seperti babi dan ayam.[11] Kedatangan mereka bertepatan dengan kepunahan beberapa spesies, seperti buaya darat (Mekosuchus kalpokasi), kura-kura darat (Meiolania damelipi) dan berbagai spesies burung yang tidak dapat terbang.[11] Pada masa jayanya, pemukiman Lapita menyebar sampai ke timur Tonga dan Samoa.[11] Seiring waktu, budaya Lapita menjadi semakin terpecah-pecah. Tidak diketahui apa yang melatar belakanginya. Namun, selama berabad-abad praktik tembikar, pemukiman, dan penguburan di Vanuatu berkembang ke arah yang lebih terlokalisasi, serta perdagangan dan migrasi jarak jauh mulai ditinggalkan.[11] Namun beberapa perdagangan jarak jauh terbatas terus berlanjut, dengan praktik budaya serupa. Peninggalan barang-barang periode akhir juga ditemukan di Fiji, Kaledonia Baru, Bismark, dan Kepulauan Solomon.[11] Temuan di Vanuatu tengah dan selatan, seperti kapak genggam yang khas, juga menunjukkan beberapa hubungan perdagangan dengan orang Polinesia yang bergerak ke timur.[11][12] Seiring waktu, bangsa Lapita mulai bercampur dengan migran yang datang dari Bismark dan tempat lain di Melanesia. Hal ini yang pada akhirnya menghasilkan fisiognomi berkulit gelap yang khas dari Vanuatu modern.[17][18] Namun, bahasa Austronesia orang Lapita dipertahankan, dengan lebih dari 100 bahasa asli Vanuatu diklasifikasikan sebagai cabang Oseanik dari rumpun bahasa Austronesia.[19] Keanekaragaman bahasa ini disebabkan oleh sejumlah faktor: gelombang migrasi yang terus berlanjut, keberadaan banyak komunitas yang tersebar luas dan memiliki kekhasan, permusuhan antar kelompok masyarakat (tanpa ada yang dapat mendominasi yang lain), dan geografi Vanuatu yang sulit sehingga menghambat perjalanan dan komunikasi antar kelompok atau pulau.[20] Catatan geologis juga menunjukkan bahwa letusan gunung berapi besar terjadi pada gunung Ambrym sekitar tahun 200 M dan gunung Kuwae sekitar 1452–53 M, yang menghancurkan populasi lokal dan menyebabkan terhambatnya pergerakan mereka.[11][12][21] Kedatangan orang Eropa (1606–1906)Kepulauan Vanuatu pertama kali berhubungan dengan orang Eropa pada bulan April 1606, ketika penjelajah Portugis Pedro Fernandes de Queirós, berlayar dari Spanyol, meninggalkan El Callao,[22] berlayar melalui Kepulauan Banks, dan berlabuh sebentar di Pulau Gaua (yang dia sebut Santa María ).[12][23] Kemudian berlanjut lebih jauh ke selatan, Queirós tiba di sebuah pulau yang besar, dan menamakannya La Austrialia del Espíritu Santo atau "Tanah Selatan Roh Kudus", yang ia kira itu Terra Australis (Australia).[11][24] Spanyol mendirikan pemukiman jangka pendek bernama Nueva Jerusalem di Big Bay di sisi utara pulau.[12][23] Hubungan dengan orang-orang Vanuatu awalnya bersahabat,namun karena perlakuan buruk terhadap penduduk lokal oleh Spanyol, situasi segera memburuk dan berubah menjadi kekerasan.[12] Sebagian besar kru, termasuk Queirós, juga menderita kesehatan yang buruk, dan Queirós sendiri memiliki kondisi mental yang buruk.[12][23] Pada akhirnya, pemukiman itu ditinggalkan setelah sebulan, dan Queirós melanjutkan perjalanannya ke benua selatan.[12] Orang-orang Eropa tidak kembali sampai tahun 1768, ketika penjelajah Prancis Louis Antoine de Bougainville berlayar melewati pulau-pulau tersebut pada tanggal 22 Mei, dan menamakannya sebagai Kyklades yang Agung.[11][25] Dari berbagai toponim Prancis yang dibuat Bougainville, hanya Pulau Pentakosta yang macet.[23] Prancis berlabuh di Ambae, dan berdagang dengan penduduk asli secara damai, meskipun Bougainville menyatakan bahwa mereka kemudian diserang yang mengharuskan dia untuk menembakkan tembakan peringatan dengan senapannya, sebelum krunya pergi dan melanjutkan perjalanan mereka.[23] Pada Juli–September 1774 pulau-pulau itu dieksplorasi secara ekstensif oleh penjelajah Inggris Kapten James Cook, dan menamakannya Hebrides Baru yang diambil dari nama Hebrides yang ada di lepas pantai barat Skotlandia. Nama ini bertahan sampai kemerdekaan pada tahun 1980.[26][11][23] Cook berhasil mempertahankan hubungan baik secara umum dengan orang-orang Vanuatu dengan memberi mereka hadiah dan menahan diri dari kekerasan.[12][23] Pada tahun 1789 William Bligh dan krunya yang lain berlayar melalui Kepulauan Banks dalam perjalanan pulang mereka ke Timor setelah 'Pemberontakan atas Karunia'; Bligh kemudian kembali ke pulau-pulau Vanuatu, dan menamai mereka Joseph Banks.[27] Kapal ikan paus termasuk di antara pengunjung reguler pertama yang datang ke gugus pulau ini. Kunjungan pertama yang tercatat adalah kunjungan Rose pada Februari 1804, dan kunjungan terakhir yang diketahui oleh kapal 'New Bedford' John dan Winthrop pada tahun 1887.[28] Pada tahun 1825, penemuan kayu cendana oleh pedagang Peter Dillon di pulau Erromango, yang sangat dihargai sebagai dupa di Tiongkok dan juga dapat diperdagangkan untuk teh, mengakibatkan serbuan yang berakhir pada tahun 1830 setelah bentrok antara pekerja Polinesia imigran dan penduduk asli Vanuatu.[11][29][30][31] Pohon cendana lebih lanjut ditemukan di Efate, Espiritu Santo, dan Aneityum, memicu serangkaian ledakan dan kehancuran, meskipun persediaan pada dasarnya habis pada pertengahan 1860-an, dan sebagian besar perdagangan berhenti.[29][31] Selama tahun 1860-an, pekebun di Australia, Fiji, Kaledonia Baru, dan pulau-pulau Samoa, yang membutuhkan pekerja, mendorong perdagangan tenaga kerja kontrak jangka panjang yang disebut "blackbirding".[31] Pada puncak perdagangan tenaga kerja, lebih dari setengah populasi pria dewasa di beberapa pulau Vanuatu, bekerja di luar negeri. Karena kondisi yang buruk dan seringnya penganiayaan yang dihadapi oleh pekerja, serta masuknya penyakit yang tidak mampu ditahan oleh kekebalan tubuh penduduk asli Vanuatu menyebabkan populasi Vanuatu menurun drastis (populasi saat ini sangat berkurang dibandingkan dengan sebelum waktu kontrak.)[11][26][31] Perdagangan ini mulai berkurang sejak Australia melarang pekerja 'blackbird' lebih lanjut pada tahun 1906, diikuti oleh Fiji tahun 1910 dan Samoa pada tahun 1913.[31] Sejak tahun 1839 para misionaris, baik Katolik Roma maupun Protestan, tiba di pulau-pulau tersebut.[12][31] Awalnya mereka menghadapi permusuhan, terutama dengan dibunuhnya John Williams dan James Harris dari London Missionary Society di Erromango pada tahun 1839.[12][32] Namun mereka terus berusaha sehingga banyak yang melakukan "pertobatan". Namun, yang membuat orang Eropa khawatir, hal ini seringkali hanya sebatas kulit, dengan Vanuatu menyinkronkan Kekristenan dengan kepercayaan tradisional kastom.[31] Misionaris Melanesia Anglikan juga membawa petobat muda yang menjanjikan untuk pelatihan lebih lanjut di Selandia Baru dan Pulau Norfolk.[12] Misionaris Presbiterian terbukti sangat berhasil di Aneityum, tapi kurang berhasil di Tanna, karena misionaris berulang kali diusir dari pulau oleh penduduk setempat sepanjang tahun 1840-an–60-an.[12] Sikap permusuhan mungkin sebagian disebabkan oleh gelombang penyakit dan kematian yang dibawa oleh para misionaris secara tidak sengaja.[12][31] Orang Eropa lainnya juga datang untuk mencari tanah perkebunan kapas. Orang pertama diantara mereka ialah Henry Ross Lewin di Tanna pada tahun 1865 (yang kemudian ditinggalkannya).[33] Ketika harga kapas internasional jatuh setelah berakhirnya Perang Saudara Amerika, mereka beralih ke kopi, kakao, pisang, dan, yang paling berhasil, kelapa. Awalnya warga Inggris dari Australia merupakan mayoritas pemukim, namun dengan sedikit dukungan dari pemerintah Inggris mereka sering berjuang untuk membangun pemukiman mereka.[31] Pekebun Prancis juga mulai berdatangan, dimulai oleh Ferdinand Chevillard di Efate pada tahun 1880, dan disusul dalam jumlah yang lebih besar oleh Compagnie Caledonienne des Nouvelles-Hébrides (CCNH) yang dipimpin John Higginson pada tahun 1882 (seorang Irlandia yang sangat pro-Prancis), yang segera memiringkan keseimbangan dalam mendukung mata pelajaran Prancis.[34][35] Pemerintah Prancis mengambil alih CCNH pada tahun 1894 dan secara aktif mendorong pemukiman Prancis.[33] Pada tahun 1906 jumlah pemukim Prancis (401) melebihi jumlah Inggris (228), hampir dua banding satu.[31] Era kolonial (1906–1980)Periode awal (1906–1945)Karena kepentingan Prancis dan Inggris di pulau-pulau Vanuatu, mereka berlomba-lomba untuk mencaplok wilayah tersebut sehingga banyaknya pelanggaran hukum yang mereka lakukan.[31] Konvensi 16 Oktober 1887 membentuk komisi angkatan laut bersama untuk tujuan tunggal melindungi warga negara Prancis dan Inggris, dengan hukum yang tidak mempedulikanb urusan internal penduduk asli.[12][36] Permusuhan antara pendatang dan Vanuatu adalah hal biasa, seringkali disebabkan oleh perselisihan atas pembelian tanah yang tidak menguntungkan.[31] Ada tekanan dari orang Prancis di Kaledonia Baru untuk mencaplok pulau-pulau itu, meskipun Inggris tidak mau melepaskan pengaruh mereka sepenuhnya.[12] Akibatnya, pada tahun 1906 Prancis dan Inggris setuju untuk mengelola pulau-pulau tersebut bersama-sama; yang disebut dengan Kondominium Anglo-Prancis. Ini adalah bentuk pemerintahan yang unik, dengan dua sistem pemerintahan, hukum, peradilan dan keuangan yang terpisah disatukan hanya dalam Pengadilan Bersama (lemah dan tidak efektif). Namun pengambilalihan dan eksploitasi lahan pekerja orang-orang Vanuatu terus berlanjut dengan pesat.[31][37] Kedua tindakan ini terus diberlakukan pada lahan perkebunan milik pekerja orang-orang Vanuatu.[31] Dalam upaya untuk menghindari pelanggaran yang buruk, dan dengan dukungan para misionaris, otoritas Kondominium diperpanjang melalui Protokol Anglo-Prancis tahun 1914, meskipun ini tidak diratifikasi secara resmi sampai tahun 1922.[31] Pelanggaran perburuhan terus berlanjut dan orang-orang Vanuatu dilarang memperoleh kewarganegaraan dari salah satu kekuatan, karena secara resmi tidak memiliki kewarganegaraan.[26][31] Pemerintah Kondominium yang kekurangan dana terbukti tidak berfungsi dengan baik, adanya duplikasi administrasi membuat pemerintahan yang efektif menjadi sulit dan memakan waktu.[31] Sedangkan untuk pendidikan, perawatan kesehatan, dan pelayanan lainnya diserahkan kepada para misionaris.[31] Selama 1920–1930-an, pekerja kontrak dari Vietnam (saat itu bagian dari Indochina Prancis) datang untuk bekerja di perkebunan di Hebrides Baru.[38] Pada tahun 1929 ada sekitar 6.000 orang Vietnam di New Hebrides.[31][38] Ada beberapa kerusuhan sosial dan politik di antara mereka pada tahun 1940-an karena kondisi kerja yang buruk dan efek sosial dari pasukan Sekutu, yang umumnya lebih bersimpati pada penderitaan mereka daripada pemilik perkebunan.[39] Sebagian besar orang Vietnam dipulangkan pada tahun 1946 dan 1963, meskipun komunitas kecil Vietnam tetap berada di Vanuatu hari ini.[40] Perang Dunia Kedua membawa perubahan besar ke kepulauan ini. Jatuhnya Prancis ke tangan Nazi Jerman pada tahun 1940 menjadikan Inggris memperoleh otoritas yang lebih besar di pulau-pulau tersebut.[37] Militer Australia menempatkan pasukan berkekuatan 2.000 orang di Malakula dalam upaya untuk melindungi Australia dari kemungkinan invasi Jepang.[37] Setelah serangan Jepang di Pearl Harbor pada 7 Desember 1941, Amerika Serikat bergabung dalam perang di pihak Sekutu. Jepang segera menyebar ke seluruh Melanesia dan menguasai sebagian besar wilayah yang sekarang disebut Papua Nugini dan Kepulauan Solomon pada April 1942, dan menjadikan Hebrides Baru di garis depan untuk kemajuan lebih lanjut.[37] Untuk mencegahnya, mulai Mei 1942 tentara AS ditempatkan di pulau-pulau itu, di mana mereka membangun landasan terbang, jalan raya, pangkalan militer di Efate dan Espiritu Santo, dan berbagai infrastruktur pendukung lainnya.[41] Pada puncak perang, sekitar 50.000 orang Amerika ditempatkan di dua pangkalan militer, melebihi jumlah penduduk asli sekitar 40.000, dengan ribuan tentara Sekutu melewati pulau-pulau di beberapa titik.[41] Pasukan Vanuatu kecil yang terdiri dari sekitar 200 orang (Angkatan Pertahanan Hebrides Baru) dibentuk untuk mendukung Amerika, dan ribuan lainnya terlibat dalam pekerjaan konstruksi dan pemeliharaan sebagai bagian dari Korps Buruh Vanuatu.[41] Kehadiran Amerika secara efektif mengesampingkan otoritas Anglo-Prancis yang masih ada dengan sikap Amerika yang lebih toleran dan ramah terhadap orang-orang Vanuatu. Kebiasaan informal, kekayaan relatif, dan kehadiran pasukan Afrika-Amerika yang bertugas dengan hormat. Kesetaraan (meskipun dalam kekuatan yang terpisah) secara serius merusak etos yang mendasari superioritas kolonial.[41] Dengan keberhasilan pendudukan kembali Kepulauan Solomon pada tahun 1943, Hebrida Baru kehilangan kepentingan strategis mereka, dan Amerika menarik diri pada tahun 1945, menjual banyak peralatan mereka dengan harga murah dan membuang sisanya ke laut.[31] Penarikan Amerika yang cepat menyebabkan pertumbuhan 'Kultus kargo', terutama John Frum, di mana orang-orang Vanuatu berharap mereka kembali ke nilai-nilai tradisional dan peninggalan 'kargo' (yaitu sejumlah besar peralatan orang Amerika) akan diberikan kepada mereka.[42][43] Sementara itu, pemerintah Kondominium kembali, meskipun kekurangan staf dan kekurangan dana, mereka berjuang untuk menegaskan kembali otoritasnya.[31] Menjelang kemerdekaan (1945-1980)Dekolonisasi mulai melanda imperium Eropa setelah perang, dan sejak 1950-an pemerintah Kondominium memulai kampanye modernisasi dan pembangunan ekonomi walaupun terlambat.[31] Rumah sakit dibangun, dokter dilatih dan kampanye imunisasi dilakukan.[31] Sistem sekolah misionaris yang tidak memadai diambil alih dan diperbaiki. Pendaftaran sekolah dasar meningkat pesat menjadi hampir umum pada tahun 1970.[31] Ada pengawasan yang lebih besar terhadap perkebunan dan eksploitasi pekerja ditekan dengan upah orang-orang Vanuatu dibayar lebih tinggi.[31] Industri baru seperti peternakan, perikanan dan pertambangan didirikan.[31] Orang Vanuatu mulai secara bertahap mengambil alih lebih banyak posisi kekuasaan dan pengaruh dalam ekonomi dan gereja.[31] Meskipun demikian Inggris dan Prancis masih mendominasi politik koloni, dengan Dewan Penasihat dibentuk pada tahun 1957 yang berisi beberapa perwakilan orang Vanuatu yang memiliki sedikit kekuatan.[31] Namun perkembangan ekonomi membawa konsekuensi yang tidak diinginkan. Pada tahun 1960-an banyak pekebun mulai memagari dan membuka lahan semak yang luas untuk peternakan sapi, yang sering dianggap sebagai tanah kastom yang dipegang secara komunal oleh orang Vanuatu.[31] Di Espiritu Santo, gerakan Nagriamel didirikan pada tahun 1966 oleh Kepala Buluk dan Jimmy Stevens dengan alasan menentang pembukaan lahan lebih lanjut dan pembangunan ekonomi bertahap yang dipimpin orang Vanuatu.[31][44] Gerakan ini memperoleh banyak pengikut, sehingga mendorong tindakan keras dari pihak berwenang, dengan Buluk dan Stevens ditangkap pada tahun 1967.[31] Setelah dibebaskan, mereka mulai mendesak kemerdekaan penuh.[31] Pada tahun 1971 Pastor Walter Lini mendirikan partai Asosiasi Budaya Hebrides Baru, yang kemudian berganti nama menjadi Partai Nasional Hebrides Baru (NHNP) yang bertujuan untuk memperoleh kemerdekaan dan penentangan terhadap pengambilalihan tanah.[31] NNDP pertama kali menjadi terkenal pada tahun 1971, ketika pemerintah Kondominium terpaksa turun tangan setelah banyak spekulasi tanah oleh warga negara asing.[31] Sementara itu, pemukim Prancis, dan Francophone dan ras campuran Vanuatu, mendirikan dua partai terpisah yaitu partai Mouvement Autonomiste des Nouvelles-Hébrides (MANH) yang berpusat di Espiritu Santo, dan Union des Communautés des Nouvelles-Hébrides (UCNH) di Efate.[31] Partai-partai yang bersekutu pada garis bahasa dan agama: NHNP dipandang sebagai partai Anglophone Protestan, dan didukung oleh Inggris yang ingin keluar dari koloni. Sedangkan MANH, UCNH, Nagriamel dan lain-lain (secara kolektif dikenal sebagai 'Moderat ') mewakili kepentingan Katolik Francophone, dan jalan yang lebih bertahap menuju kemerdekaan.[31] Prancis mendukung kelompok-kelompok ini karena mereka ingin mempertahankan pengaruh mereka di wilayah tersebut, terutama di koloni mereka di Kaledonia Baru sehingga mereka berusaha untuk menekan gerakan kemerdekaan.[31][45] Sementara itu, pembangunan ekonomi berlanjut, dengan banyak bank dan pusat keuangan dibuka pada awal 1970-an untuk memanfaatkan status surga pajak wilayah tersebut.[31] Ledakan pembangunan mini terjadi di Port Vila. Setelah pembangunan pelabuhan, pariwisata kapal pesiar berkembang pesat, dengan kedatangan tahunan mencapai 40.000 orang pada tahun 1977.[31] Ledakan ini mendorong peningkatan urbanisasi dan populasi sehingga Portt Vila dan Luganville tumbuh pesat.[31] Pada bulan November 1974, Inggris dan Prancis setuju untuk membentuk Majelis Perwakilan di koloni tersebut, yang sebagian didasarkan pada hak pilih universal dan sebagian lagi pada orang-orang yang ditunjuk yang mewakili berbagai kelompok berkepentingan.[31] Pemilihan pertama berlangsung pada November 1975, menghasilkan kemenangan keseluruhan untuk NHNP.[31] Kaum Moderat memperdebatkan hasilnya, dengan Jimmy Stevens mengancam akan memisahkan diri dan mendeklarasikan kemerdekaan.[31] Komisaris Tetap Kondominium memutuskan untuk menunda pembukaan Majelis. Kedua belah pihak terbukti tidak dapat menyepakati solusi sehingga memicu pro dan kontra, bahkan diantaranya berubah menjadi kekerasan.[31][46][47] Setelah diskusi dan beberapa pemilihan baru di daerah yang disengketakan, Majelis akhirnya bersidang pada November 1976.[31][48][49] NHNP mengubah namanya menjadi Vanua'aku Pati (VP) pada tahun 1977, dan sekarang mendukung kemerdekaan langsung di bawah pemerintah pusat yang kuat dan Anglicization. Sementara itu, kaum Moderat mendukung transisi yang bertahap menuju kemerdekaan dengan sistem federal dan bahasa Prancis sebagai bahasa resmi.[31] Pada bulan Maret 1977 sebuah konferensi gabungan Anglo-Prancis dan orang Vanuatu diadakan di London. Hasilnya, disepakati untuk mengadakan pemilihan Majelis baru dan pelaksanaan referendum kemerdekaan pada tahun 1980. VP memboikot konferensi dan pemilihan ini pada bulan November.[31][50] Mereka membentuk 'Pemerintahan Sementara Rakyat' yang secara de facto menguasai banyak wilayah. Hal ini memicu konfrontasi kekerasan dengan pemerintah Moderat dan Kondominium.[31][51][52] Sebuah musyawarah dilakukan dan Pemerintah Persatuan Nasional dibentuk di bawah konstitusi baru. Pemilihan umum baru diadakan pada November 1979, yang dimenangkan VP dengan suara terbanyak. Kemerdekaan dijadwalkan pada 30 Juli 1980.[31] Dianggap buruknya kinerja, kaum Moderat memperdebatkan hasilnya.[31][53] Ketegangan berlanjut sepanjang tahun 1980. Konfrontasi kekerasan terjadi antara VP dan pendukung Moderat di beberapa pulau.[31] Di Espiritu Santo, Nagriamel dan aktivis Moderat di bawah Jimmy Stevens (yang didanai oleh organisasi Amerika libertarian Phoenix Foundation) mengambil alih pemerintahan pulau itu pada bulan Januari dan mendeklarasikan Republik Vemarana yang independen yang membuat pendukung VP melarikan diri sehingga pemerintah pusat memberlakukan blokade.[31][54] Pada bulan Mei pemberontakan Moderat yang gagal pecah di Tanna. Salah satu pemimpin mereka ditembak dan dibunuh.[31] Inggris dan Prancis mengirim pasukan pada bulan Juli dalam upaya untuk mencegah pemisahan diri Vemarana, namun Prancis, masih menentang kemerdekaan Vanuatu. Pasukan itu efektif menghancurkan kekuatan Vemarana namun mendorong runtuhnya hukum dan ketertiban di Espiritu Santo yang mengakibatkan terjadinya penjarahan berskala besar.[31] Kemerdekaan Vanuatu (1980–sekarang)Hebrides Baru (sekarang berganti nama menjadi Vanuatu) memperoleh kemerdekaan seperti yang direncanakan pada tanggal 30 Juli 1980 dengan Perdana Menteri pertama Walter Lini dan presiden seremonial menggantikan Komisaris Residen.[31][55][26][56] Pasukan Inggris-Prancis mundur pada bulan Agustus, dan Lini memanggil pasukan dari Papua Nugini untuk melawan separatis Vemarana pimpinan Jimmy Stevens yang dikenal dengan 'Perang Kelapa' .[31][57] Pasukan PNG dengan cepat memadamkan pemberontakan Vemarana dan Stevens menyerah pada 1 September; dia kemudian dipenjara.[31][58][59] Lini tetap menjabat sampai 1991, menjalankan pemerintahan yang didominasi Anglophone dan kembali memenangkan pemilu tahun 1983 dan 1987.[60][61] Dalam urusan luar negeri, Lini bergabung dengan Gerakan Non Blok, menentang Apartheid di Afrika Selatan dan segala bentuk kolonialisme. Menjalin hubungan dengan Libya dan Kuba, serta menentang kehadiran Prancis di Kaledonia Baru dan terhadap uji coba nuklir mereka di Polinesia Prancis.[62][63] Penentangan terhadap kekuasaan Lini mulai muncul pada tahun 1987 setelah ia menderita stroke saat berkunjung ke Amerika Serikat. Vanua'aku Pati (VP) di bawah pimpinan Barak Sopé pecah untuk membentuk partai baru (Partai Progresif Melanesia, MPP). Presiden Ati George Sokomanu berusaha untuk menggulingkan Lini namun gagal.[57] Akibatnya Lini menjadi semakin tidak percaya pada rekan-rekan VP-nya sehingga memecat siapa pun yang dianggapnya tidak setia.[61] Donald Kalpokas menyatakan dirinya sebagai pemimpin VP yang terpecah menjadi dua.[61] Pada tanggal 6 September 1991, mosi tidak percaya menyingkirkan Lini dari kekuasaan.[61] Kalpokas menjadi Perdana Menteri baru. Lini membentuk partai baru bernama Partai Persatuan Nasional (NUP).[57][61] Sementara itu, ekonomi semakin menurun karena investor asing dan bantuan asing tertunda sebab pengaruh Lini terhadap negara-negara Komunis. Jumlah turis turun karena gejolak politik yang ada ditambah dengan jatuhnya harga kopra yang menjadi ekspor utama Vanuatu.[61] Akibatnya, Persatuan Partai Moderat (UMP) yang berbahasa Perancis memenangkan pemilihan tahun 1991 tetapi tidak memperoleh mayoritas kursi. Sebuah koalisi dibentuk dengan NUP Lini, dan Maxime Carlot Korman dari UMP diangkat menjadi Perdana Menteri.[61] Sejak itu politik Vanuatu tidak stabil. Serangkaian pemerintahan koalisi yang terpecah belah dan penggunaan mosi tidak percaya sehingga sering terjadi pergantian perdana menteri. Namun, sistem demokrasi secara keseluruhan tetap dapat dipertahankan dan Vanuatu tetap menjadi negara yang damai dan cukup makmur. Sebagian besar tahun 1990-an UMP berkuasa dibawah pimpinan Korman dan Serge Vohor. UMP melakukan pendekatan pasar yang lebih bebas terhadap ekonomi, memotong sektor publik, meningkatkan peluang untuk Francophone Vanuatu dan memperbarui hubungan dengan Prancis.[61][64] Namun pemerintah harus menghadapi perpecahan dalam mitra koalisi NUP dan serangkaian pemogokan di dalam Pegawai Negeri Sipil pada 1993–4, yang berakhir ditangani dengan gelombang pemecatan.[61] Skandal keuangan melanda Korman dan Vohor, yang terlibat dalam skema menjual paspor Vanuatu kepada orang asing.[65][66] Pada tahun 1996 Vohor dan Presiden Jean-Marie Léyé sempat diculik oleh Vanuatu Mobile Force karena perselisihan gaji dan kemudian dibebaskan tanpa cedera.[57][67] Kerusuhan terjadi di Port Vila pada tahun 1998 ketika penabung berusaha untuk menarik dana dari Vanuatu National Provident Fund menyusul tuduhan ketidakwajaran keuangan, mendorong pemerintah untuk mengumumkan keadaan darurat singkat.[57][66] Sebuah Program Reformasi Komprehensif diberlakukan pada tahun 1998 dengan tujuan meningkatkan kinerja ekonomi dan memberantas korupsi pemerintah.[66] Pada pemilihan umum Vanuatu 1998, UMP digulingkan oleh VP di bawah Donald Kalpokas.[57][68][69] Namun Kalpokas hanya bertahan satu tahun, ia mengundurkan diri ketika diancam dengan mosi tidak percaya, digantikan oleh Barak Sopé dari MPP pada 1999. Barak Sopé sendiri terguling dalam mosi tidak percaya pada tahun 2001.[66][70] Terlepas dari ketidak pastian politik, ekonomi Vanuatu terus tumbuh pada periode ini, didorong oleh permintaan yang tinggi akan daging sapi Vanuatu, pariwisata, pengiriman uang dari pekerja asing, dan paket bantuan besar dari Asian Development Bank (pada 1997) dan dana Tantangan Milenium AS (pada 2005). ).[71] Vanuatu telah dihapus dari daftar 'negara surga pajak yang tidak kooperatif' OECD pada tahun 2003 dan bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia pada tahun 2011.[71][72] Edward Natapei yang awalnya Wakil Presiden menjadi Perdana Menteri pada tahun 2001 dan kembali memenangkan pemilihan umum Vanuatu tahun 2002.[73] Pemilihan umum Vanuatu 2004, Vohor dan UMP kembali berkuasa, namun Vohor kehilangan banyak dukungan atas kesepakatan rahasia untuk mengakui Taiwan dalam sengketa China-Taiwan dan digulingkan dalam mosi tidak percaya kurang dari lima bulan setelah menjabat. Ia digantikan oleh Ham Lini.[74][75] Lini mengalihkan kembali pengakuannya ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang menjadi pendonor bantuan utama bagi pemerintah Vanuatu.[76][77] Pada tahun 2007 bentrokan kekerasan pecah di Port Vila antara migran dari Tanna dan Ambrym, di mana dua orang tewas.[72][78] Lini kalah dalam pemilihan umum Vanuatu 2008, dengan Natapei kembali berkuasa, namun politik Vanuatu kemudian memasuki periode gejolak. Ada upaya yang sering dilakukan oleh pihak oposisi untuk menggulingkan Natapei melalui penggunaan mosi tidak percaya – meskipun tidak berhasil. Ia sempat disingkirkan karena teknis prosedural pada November 2009, sebuah tindakan yang kemudian dibatalkan oleh Ketua Mahkamah Agung.[79][80] Sato Kilman dari Partai Progresif Rakyat (PPP) berhasil menggulingkan Natapei dalam mosi tidak percaya lainnya pada Desember 2010. Namun ia juga disingkirkan dengan cara yang sama oleh UMP Vohor pada April 2011. Tapi dianggap tidak sah secara teknis dan Kilman kembali sebagai PM. Ketua Mahkamah Agung kemudian membatalkan kemenangan Kilman dan Natapei kembali berkuasa selama 10 hari. Parlemen sekali lagi memberikan suara kepada Kilman.[81] Kilman berhasil tetap menjabat selama dua tahun, sebelum digulingkan pada Maret 2013.[82] Pemerintah baru merupakan orang Konfederasi Hijau yang baru berkuasa, dan Perdana Menteri Moana Carcasses Kalosil adalah orang non Ni-Vanuatu pertama yang memegang posisi tersebut (Kalosil adalah keturunan campuran Prancis-Tahiti dan warga negara Vanuatu yang dinaturalisasi. ). Kalosil melembagakan peninjauan penjualan paspor diplomatik dan secara terbuka menyatakan dukungannya untuk gerakan kemerdekaan Papua Barat, sebuah langkah yang didukung oleh mantan PM Kilman dan Carlot Korman.[83][84][85][86] Kalosil digulingkan dalam mosi tidak percaya lagi pada tahun 2014, dengan VP kembali di bawah Joe Natuman. Namun dirinya digulingkan pada tahun berikutnya dalam mosi tidak percaya yang dipimpin oleh Kilman yang marah karena dipecat dari posisinya sebagai Menteri Luar Negeri. Sementara itu, Topan Pam menghancurkan negara itu pada tahun 2015, yang mengakibatkan 16 kematian dan kehancuran besar.[87] Investigasi korupsi pada tahun 2015 mengakibatkan sejumlah anggota parlemen di pemerintahan Kilman ditangkap karena penyuapan, termasuk mantan PM Moana Carcasses Kalosil.[88][89] Karena lemahnya kekuasaan Kilman, ia kalah dalam pemilihan umum Vanuatu 2016 dari Gerakan Reunifikasi untuk Perubahan (RMC), Charlot Salwai. Salwai pada gilirannya kalah dalam pemilihan umum Vanuatu 2020 di tengah tuduhan sumpah palsu yang menjadikan VP di bawah pimpinan Bob Loughman memimpin saat negara itu menangani dampak Topan Harold dan pandemi global COVID-19.[90][91] Vanuatu adalah salah satu tempat terakhir di Bumi yang terhindar dari wabah virus corona yang mana mencatat kasus pertama COVID-19 pada November 2020.[92] Pada 17 Desember 2024, gempa bumi berkekuatan 7.3 melanda Provinsi Shefa, berpusat dekat dengan ibukota Port Vila. Gempa tersebut merusak banyak bangunan dan menyebabkan "tanah longsor besar". Setidaknya 16 orang dilaporkan tewas, dan 200 orang luka-luka.[93] GeografiVanuatu adalah kepulauan berbentuk Y yang terdiri dari sekitar 83 pulau yang terbentuk dari proses vulkanik. Kebanyakan pulau relatif kecil dan secara geologis lebih baru (65 di antaranya berpenghuni), dengan jarak sekitar 1.300 kilometer (810 mil) antara pulau paling utara dan selatan.[94][95] Dua pulau diantaranya (Matthew dan Hunter) juga diklaim dan dikendalikan oleh Prancis sebagai bagian dari kolektivitas Prancis di Kaledonia Baru. Negara ini terletak di antara garis lintang 13°S dan 21°S dan garis bujur 166°BT dan 171°BT. Empat belas pulau Vanuatu yang memiliki luas permukaan lebih dari 100 kilometer persegi (39 sq mi), dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah: Espiritu Santo, Malakula, Efate, Erromango, Ambrym, Tanna, Pentakosta, Epi, Ambae atau Aoba, Gaua, Vanua Lava, Maewo, Malo dan Aneityum atau Anatom. Kota terbesar di negara ini adalah ibu kota Port Vila, di Efate, dan Luganville di Espiritu Santo.[96] Titik tertinggi di Vanuatu adalah Gunung Tabwemasana dengan ketinggian 1.879 meter (6.165 kaki), di pulau Espiritu Santo. Luas total Vanuatu kira-kira 12.274 kilometer persegi (4.739 sq mi) [97] di mana permukaan tanahnya sangat terbatas (kira-kira 4.700 kilometer persegi (1.800 sq mi)). Sebagian besar pulau terjal dengan tanah yang tidak stabil dan sedikit air tawar permanen.[95] Satu perkiraan, dibuat pada tahun 2005 adalah bahwa hanya 9% dari tanah yang digunakan untuk pertanian (7% dengan tanaman permanen, ditambah 2% dianggap subur).[98] Garis pantai sebagian besar berbatu dengan terumbu karang tepi dan tidak ada tempat yang landai sehingga curam langsung ke laut.[95] Ada beberapa gunung berapi aktif di Vanuatu, termasuk Lopevi, Gunung Yasur dan beberapa gunung berapi bawah laut. Aktivitas vulkanik biasa terjadi, dengan bahaya letusan besar yang selalu ada. Letusan bawah laut di dekatnya berkekuatan 6,4 terjadi pada bulan November 2008 tanpa korban, dan letusan terjadi pada tahun 1945.[99] Vanuatu diakui sebagai ekoregion terestrial yang berbeda, yang dikenal sebagai hutan hujan Vanuatu.[100] Ini adalah bagian dari wilayah Lingkup Australasia, yang meliputi Kaledonia Baru, Kepulauan Solomon, Australia, Papua Niugini, dan Selandia Baru. Populasi Vanuatu (diperkirakan pada tahun 2008 tumbuh 2,4% per tahun)[101] sehingga meningkatnya penggunaan tanah dan sumber daya untuk pertanian, penggembalaan, perburuan, dan penangkapan ikan. 90% rumah tangga Vanuatu memancing dan mengkonsumsi ikan, yang telah menyebabkan tingginya penangkapan ikan di dekat desa dan menipisnya spesies ikan di dekat pantai. Meskipun bervegetasi baik, sebagian besar pulau menunjukkan tanda-tanda deforestasi. Pulau-pulau tersebut telah ditebang, khususnya kayu bernilai tinggi, menjadi sasaran pertanian tebang-dan-bakar skala luas, dan diubah menjadi perkebunan kelapa dan peternakan. Hal ini mengakibatkan peningkatan erosi tanah dan tanah longsor.[95] Banyak daerah aliran sungai di dataran tinggi mengalami deforestasi dan degradasi sehingga Air tawar menjadi semakin langka. Pembuangan limbah yang tepat, serta polusi air dan udara, menjadi masalah yang merepotkan di sekitar daerah perkotaan dan desa-desa besar. Selain itu, kurangnya kesempatan kerja di industri dan tidak dapat diaksesnya pasar menjadi penyebab utama mengunci keluarga pedesaan ke dalam mode subsisten atau kemandirian. Hal ini memberikan tekanan luar biasa pada ekosistem lokal.[95] Negara ini memiliki skor rata-rata Indeks Integritas Lanskap Hutan 2019 sebesar 8,82/10, menempati peringkat ke-18 secara global dari 172 negara.[102] Flora dan faunaMeskipun memiliki hutan tropis, Vanuatu hanya memiliki sedikit spesies tumbuhan dan hewan. Ia memiliki rubah terbang asli (Pteropus anetianus). Rubah terbang penting bagi hutan hujan dan regenerasi kayu. Mereka menyerbuki dan menyebarkan benih berbagai macam pohon asli. Makanan mereka adalah nektar, serbuk sari dan buah. mereka juga biasa disebut "kelelawar buah". Populasi mereka mengalami penurunan di seluruh wilayah Pasifik Selatan. Namun, pemerintah semakin sadar akan nilai ekonomi dan ekologi rubah terbang dan ada seruan untuk meningkatkan perlindungan mereka. Tidak ada mamalia besar asli di Vanuatu. Sembilan belas spesies reptil asli termasuk ular pot bunga yang hanya ditemukan di Efate. Iguana berpita Fiji (Brachylophus fasciatus) diperkenalkan sebagai hewan liar pada 1960-an.[103][104] Ada sebelas spesies kelelawar (tiga unik di Vanuatu) dan enam puluh satu spesies burung darat dan air. Sementara spesies kecil seperti tikus Polinesia yang dianggap binatang asli Vanuatu. Spesies besar datang dengan orang Eropa seperti babi, anjing, dan sapi peliharaan. Spesies semut dari beberapa pulau di Vanuatu dikatalogkan oleh E. O. Wilson.[105] Wilayah ini kaya akan kehidupan laut dengan lebih dari 4.000 spesies moluska laut dan beragam jenis ikan laut. Keong kerucut dan ikan batu membawa racun yang mematikan bagi manusia. Siput darat Raksasa Afrika Timur baru tiba pada tahun 1970-an, tetapi sudah pindah dari wilayah Port Vila ke Luganville. Ada tiga atau mungkin empat buaya air asin dewasa yang hidup di hutan bakau Vanuatu dan tidak ada populasi yang berkembang biak saat ini.[104] Buaya ini diperkirakan mencapai bagian utara pulau setelah topan, mengingat kedekatan rantai pulau dengan Kepulauan Solomon dan New Guinea di mana buaya sangat umum.[106] IklimVanuatu memiliki iklim tropis dengan sekitar sembilan bulan cuaca hangat hingga hujan yang panas (kemungkinan angin topan) dan tiga hingga empat bulan cuaca yang lebih dingin dan lebih kering yang dicirikan oleh angin dari tenggara. Suhu air berkisar antara 22 °C (72 °F) di musim dingin hingga 28 °C (82 °F) di musim panas. Musim dingin mulai bulan April hingga September dan hari-hari menjadi lebih panas dan lebih lembab mulai bulan Oktober. Suhu harian berkisar antara 20–32 °C (68–90 °F). Angin pasat tenggara terjadi dari Mei hingga Oktober.[95] Vanuatu memiliki musim hujan yang panjang, dengan curah hujan yang signifikan hampir setiap bulan. Bulan-bulan terbasah dan terpanas adalah Desember hingga April, yang juga merupakan musim topan. Bulan-bulan terkering adalah Juni sampai November.[95] Rainfall averages about 2.360 milimeter (93 in) per year but can be as high as 4.000 milimeter (160 in) in the northern islands.[98] Curah hujan rata-rata sekitar 2.360 milimeter (93 in) per tahun tetapi bisa setinggi 4.000 milimeter (160 in) di pulau-pulau utara.[99] Pada tahun 2015, Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan Vanuatu berisiko mengalami bencana alam tertinggi dari semua negara yang diukur.[107] Badai tropisPada bulan Maret 2015, Topan Pam berdampak pada sebagian besar Vanuatu sebagai siklon tropis parah Kategori 5, menyebabkan kematian dan kerusakan parah di semua pulau.Hingga 17 Maret 2015[update] Per 17 Maret 2015 PBB mengatakan jumlah kematian resmi adalah 11 orang (enam dari Efate dan lima dari Tanna), dan 30 orang dilaporkan terluka. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat karena pulau-pulau yang lebih terpencil belum dilaporkan.[108][109] Menteri Pertanahan Vanuatu, Ralph Regenvanu berkata, "Ini adalah bencana terburuk yang pernah menimpa Vanuatu sejauh yang kami tahu."[110] Pada April 2020, Topan Harold mengamuk di kota Luganville, Espiritu Santo dan menyebabkan kerusakan material yang besar di sana dan juga di empat pulau sekitarnya.[111] Gempa bumiVanuatu relatif sering mengalami gempa bumi. Dari 58 M7 atau peristiwa yang lebih besar yang terjadi antara tahun 1909 dan 2001, hanya sedikit yang diteliti. EkonomiEmpat andalan ekonomi adalah pertanian, pariwisata, jasa keuangan lepas pantai, dan peternakan. Kegiatan penangkapan ikan cukup besar, meskipun industri ini tidak banyak mendatangkan devisa. Ekspor meliputi kopra, kava, daging sapi, biji kakao dan kayu; impor vanuatu meliputi mesin dan peralatan, bahan makanan, dan bahan bakar. Pertanian subsisten secara tradisional menjadi basis ekonomi Vanuatu, bersama dengan jaringan pertukaran yang rumit di dalam dan antar pulau. Perubahan ekonomi terjadi dengan perkembangan perkebunan eropa di gugusan pulau tersebut setelah tahun 1867, tanaman awal adalah kapas, diikuti oleh jagung, kopi, biji kakao, dan kelapa (untuk kopra). Peternakan sapi kemudian didirikan. Pada tahun 1880-an, pekebun Prancis telah membalikkan dominasi awal Inggris di sektor perkebunan, meskipun mereka juga merasa semakin sulit untuk bersaing dengan produsen ni-Vanuatu, yang dapat kembali mengandalkan pertanian subsisten pada saat terjadi penurunan ekonomi. Harapan Prancis akan hegemoni ekonomi, yang didasarkan pada harga kopra dunia yang tinggi dan impor tenaga kerja Vietnam pada tahun 1920-an, pupus oleh Depresi Besar tahun 1930-an. Pada tahun 1948 sebagian besar kopra di kelompok pulau diproduksi oleh ni-Vanuatu sendiri, meskipun baru berkembangnya koperasi pada tahun 1970-an mereka akhirnya dapat mengambil kendali perdagangan. Kava, daging sapi, kopra, kayu, dan kakao merupakan ekspor terpenting. Australia, Kaledonia Baru, Jepang, dan Selandia Baru adalah tujuan ekspor utama. Impor—terutama mesin dan peralatan transportasi, makanan dan hewan hidup, serta bahan bakar mineral terutama berasal dari Australia, Singapura, Selandia Baru, dan Fiji. Karena kerentanannya terhadap cuaca dan fluktuasi pasar komoditas, Vanuatu bekerja untuk melengkapi pertanian skala besar dengan sektor ekstraktif, manufaktur, dan jasa yang lebih kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjangnya. Sejak kemerdekaan, pariwisata dan jasa keuangan lepas pantai Vanuatu telah muncul sebagai penghasil pendapatan asing terbesar. Meningkatnya keuntungan yang dihasilkan oleh pariwisata telah menarik perhatian perusahaan asing yang ingin mengembangkan lahan menjadi resor dan atraksi lainnya. Meskipun menurut konstitusi tahun 1980, semua tanah di Vanuatu berada di bawah kepemilikan kolektif adat ni-Vanuatu dan tidak dapat dijual kepada orang asing, minat yang meningkat dari luar negeri pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 mendorong pemerintah untuk mengizinkan tanah disewakan dengan harga 75 tahun periode. Namun, sewa semacam itu sering dinegosiasikan untuk merugikan ni-Vanuatu; banyak yang mencantumkan, misalnya, ketentuan bahwa, pada akhir 75 tahun, pemilik adat dapat memperoleh kembali tanah mereka hanya dengan membayar penuh biaya pembangunan apa pun. Pada awal abad ke-21, ada kekhawatiran bahwa ketentuan tersebut akan mengakibatkan keterasingan permanen atas tanah-tanah yang dimiliki secara adat. Kehutanan, merupakan sektor yang penting dalam sejarah kolonial awal pulau itu tetapi kemudian dikalahkan oleh sektor pertanian, sektor perkebunan, yang juga semakin penting. Sebagian besar negara berhutan (termasuk area cendana dan spesies tropis berharga lainnya). Karena sebagian besar pohon yang ditebang selama tahun 1980-an diekspor sebagai kayu gelondongan, pada awal tahun 1990-an pemerintah melarang ekspor kayu bulat dan membatasi panen tahunan. Penghasilan dari kayu olahan (kebanyakan digergaji di pabrik portabel kecil) tumbuh sebagai hasilnya, dan produk kayu menyumbang proporsi ekspor yang kecil namun signifikan pada awal abad ke-21. Penjualan hak penangkapan ikan komersial merupakan sumber penting lain dari pendapatan asing, dan terdapat penangkapan ikan skala kecil yang ekstensif untuk konsumsi lokal. Sebaliknya, aktivitas pertambangan sangat rendah. Meskipun penambangan mangan dihentikan pada tahun 1978, terdapat kesepakatan pada tahun 2006 untuk mengekspor mangan yang sudah ditambang tetapi belum diekspor. Negara ini tidak memiliki cadangan minyak bumi yang diketahui. Sektor industri ringan kecil melayani pasar lokal. Pendapatan pajak terutama berasal dari bea masuk dan PPN 15% untuk barang dan jasa. Pembangunan ekonomi terhambat oleh ketergantungan pada ekspor komoditas yang relatif sedikit, kerentanan terhadap bencana alam, dan jarak yang jauh antara pulau-pulau penyusun dan dari pasar utama. Penambangan bijih mangan di Éfaté berakhir pada tahun 1970-an, tetapi survei selanjutnya mengidentifikasi sejumlah deposit yang tersisa di sana serta kemungkinan adanya cadangan emas, tembaga, dan minyak bumi yang dapat dieksploitasi di tempat lain di pulau tersebut. Kondisi di sebagian besar pulau Vanuatu berupa jalan tak beraspal yang menghubungkan permukiman pesisir; hanya ada sedikit interior jalan. Transportasi antar pulau adalah dengan perahu atau pesawat terbang. Bandara besar terletak di dekat Port Vila, dekat Luganville di Espiritu Santo, dan di sisi barat laut Tanna. Banyak lapangan terbang yang lebih kecil tersebar di seluruh pulau. PolitikVanuatu adalah negara Republik parlementer yang berdiri dibawah konstitusi dimana Presiden Vanuatu adalah kepala negara, dan Perdana Menteri Vanuatu sebagai kepala pemerintahan. Pembagian administratifVanuatu dibagi menjadi 6 provinsi sejak tahun 1994. Nama dari semua provinsi berasal dari huruf pertama dari nama pulau-pulau konstituen mereka:
BudayaKulinerHidangan khas Vanuatu (aelan kakae) banyak diolah dari ikan, sayuran akar seperti talas dan ubi, buah-buahan, dan sayuran. Sebagian besar keluarga pulau menanam makanan di kebun mereka, dan jarang terjadi kekurangan bahan makanan. Pepaya, nanas, mangga, pisang raja, dan ubi jalar berlimpah sepanjang tahun. Santan dan krim kelapa digunakan untuk membumbui banyak hidangan. Sebagian besar makanan dimasak menggunakan batu panas atau melalui perebusan dan pengukusan; sangat sedikit makanan yang digoreng.[95] Hidangan nasional Vanuatu disebut laplap.[112] Catatan
Referensi
Bibliografi
Bacaan lanjutan
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Vanuatu. Wikiwisata memiliki panduan wisata Vanuatu.
|