Kepulauan Cook
Kepulauan Cook (Māori: Kūki 'Āirani) adalah sebuah negara pulau berpemerintahan-sendiri di Samudra Pasifik Selatan. Negara ini berasosiasi bebas dengan Selandia Baru. Kepulauan Cook terdiri dari 15 pulau dengan luas wilayah 220 km². Ibu kotanya adalah Avarua yang terletak di Rarotonga, pulau terbesar. Pariwisata menjadi penunjang utama ekonomi kepulauan, dengan lebih dari 168.000 pengunjung bepergian ke pulau-pulau pada tahun 2018,[4] dan ekonomi lainnya berupa perbankan, mutiara, hasil laut, dan ekspor buah-buahan. Jenis seni populer pulau ini adalah tivaivai, mirip dengan quilt. Kepulauan Cook dinamakan menurut nama Kapten James Cook dari Inggris. Sejak 2001, Kepulauan Cook telah menjalankan kebijakan luar negeri dan pertahanannya sendiri.[5] Dalam beberapa dekade terakhir, Kepulauan Cook telah mengadopsi kebijakan luar negeri yang semakin tegas, dan seorang penduduk Kepulauan Cook, Henry Puna, saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Forum Kepulauan Pasifik.[6] Kebanyakan Penduduk Kepulauan Cook adalah warga negara Selandia Baru yang juga memiliki status warga negara Kepulauan Cook, namun tidak semua warga Selandia Baru dapat memilikinya. Kepulauan Cook telah menjadi anggota aktif Komunitas Pasifik sejak 1980. Pusat populasi utama Kepulauan Cook berada di pulau Rarotonga (13.007 pada 2016),[2] di mana terdapat bandara internasional. Sensus tahun 2016, penduduknya berjumlah 17.459 jiwa. Ada juga populasi Penduduk Kepulauan Cook yang lebih besar di Selandia Baru dan Australia: dalam sensus Selandia Baru 2018, sekitar 80.532 orang mengatakan bahwa mereka adalah Penduduk Kepulauan Cook, atau keturunan Kepulauan Cook.[7] Sensus Australia terakhir mencatat 28.000 penduduk Kepulauan Cook tinggal di Australia, banyak yang juga memiliki kewarganegaraan Australia.[8] SejarahKepulauan Cook pertama kali dihuni sekitar tahun 1000 M[9] oleh orang Polinesia yang diperkirakan bermigrasi dari Tahiti,[10] sebuah pulau 1.154 kilometer (717 mi) di timur laut pulau utama Rarotonga. Kontak Eropa pertama dengan pulau-pulau itu terjadi pada tahun 1595 ketika navigator Spanyol, Álvaro de Mendaña de Neira, melihat pulau Pukapuka, yang ia beri nama San Bernardo (Saint Bernard). Pedro Fernandes de Queirós, seorang kapten Portugis yang melayani Mahkota Spanyol, melakukan pendaratan Eropa pertama di pulau-pulau itu ketika ia menginjakkan kaki di Rakahanga pada tahun 1606, dengan menyebut pulau itu Gente Hermosa (Orang-Orang Cantik).[11] Navigator Inggris, Kapten James Cook, tiba pada tahun 1773 dan sekali lagi pada tahun 1777[12] serta menamakan pulau Manuae dengan Hervey. Kepulauan Hervey kemudian digunakan untuk menyebut seluruh pulau kelompok selatan. Nama "Kepulauan Cook", pertama kali muncul di peta angkatan laut Rusia yang dibuat oleh Adam Johann von Krusenstern pada tahun 1820-an, untuk menghormati Cook.[13] Pada tahun 1813, John Williams, seorang misionaris di kapal kolonial Endeavour (bukan kapal yang sama dengan milik Cook) melihat Rarotonga yang pertama tercatat di Eropa.[14] Pendaratan pertama yang tercatat di Rarotonga oleh orang Eropa adalah pada tahun 1814 oleh Cumberland; namun terjadi perselisihan antara pelaut dan penduduk pulau sehingga banyak yang tewas di kedua sisi.[14] Pulau-pulau itu tidak dikunjungi lagi oleh orang Eropa sampai misionaris Inggris tiba pada tahun 1821. Kekristenan dengan cepat menguasai budaya kepulauan, hingga hari ini sebagian besar penduduk menganut Kristen.[15] Pulau-pulau itu menjadi perhentian populer di abad ke-19 bagi kapal penangkap ikan paus dari Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Mereka mengunjungi, setidaknya dari tahun 1826, untuk mendapatkan air, makanan, dan kayu bakar.[16] Pulau favorit mereka adalah Rarotonga, Aitutaki, Mangaia, dan Penrhyn. Kepulauan Cook bersekutu dengan Britania Raya pada tahun 1890, sebagian besar karena ketakutan penduduk Inggris bahwa Prancis mungkin menduduki pulau-pulau tersebut karena sudah menguasai Tahiti.[17] Pada tanggal 6 September 1900, para pemimpin pulau mengajukan petisi yang meminta agar pulau-pulau (termasuk Niue "jika mungkin") harus dianeksasi sebagai wilayah Inggris.[18][19] Pada tanggal 8 dan 9 Oktober 1900, tujuh poin penyerahan Rarotonga dan pulau-pulau lain ditandatangani oleh para pemimpin dan rakyatnya. Kemudia Inggris memproklamasikan, bahwa penyerahan tersebut diterima dan pulau-pulau tersebut menjadi bagian dari kekuasaan Britania,[18] kecuali Aitutaki. Meskipun penduduknya menganggap diri mereka sebagai warga Inggris, namun gelar Mahkota tidak jelas sampai pulau itu secara resmi dianeksasi oleh Proklamasi itu sendiri.[20][21] Pada tahun 1901, pulau-pulau itu menjadi bagian Koloni Selandia Baru dengan Perintah Dewan[22] di bawah Undang-Undang Batas Kolonial, 1895 dari Britania Raya.[18][23] Perubahan batas berlaku pada 11 Juni 1901, dan Kepulauan Cook telah menjalin hubungan formal dengan Selandia Baru sejak saat itu.[18] Kepulauan Cook ikut serta dalam Perang Dunia Pertama, dengan mengirim lima kontingen sekitar 500 orang. Para pemuda pulau itu secara sukarela ikut memperkuat Kontingen Maori dan Senapan Berkuda Australia dan Selandia Baru. Dana Patriotik dibentuk dengan sangat cepat yang digunakan untuk mendukung upaya perang. Penduduk Kepulauan Cook dilatih di Kamp Leher Sempit di Devonport, dan rekrutan pertama berangkat pada 13 Oktober 1915 dengan SS Te Anau. Kapal tiba di Mesir tepat saat unit-unit Selandia Baru akan dipindahkan ke Front Barat. Pada bulan September 1916, Batalyon Perintis, kombinasi dari penduduk Kepulauan Cook, tentara Maori dan Pakeha, ikut dalam pertempuran Sekutu di Flers, pertempuran pertama Somme. Tiga orang penduduk Cook dari kontingen pertama ini tewas akibat aksi musuh dan sedikitnya sepuluh orang meninggal karena penyakit saat mereka berjuang untuk beradaptasi dengan kondisi di Eropa. Kontingen Pulau Cook ke-2 dan ke-3 menjadi bagian dari kampanye Sinai-Palestina, berperan dalam pengiriman logistik untuk Mounted Rifles Australia dan Selandia Baru di pangkalan Moascar dan kemudian dalam pasokan amunisi untuk Artileri Kerajaan. Setelah perang, mereka terjangkit wabah influenza serta penyakit Eropa lainnya di Selandia Baru, sehingga sebagian besar mereka tidak bertahan hidup dan meninggal di Selandia Baru atau saat mereka kembali ke Kepulauan Cook.[24] Ketika Undang-Undang Kewarganegaraan Inggris dan Kewarganegaraan Selandia Baru 1948 mulai berlaku pada 1 Januari 1949, penduduk Kepulauan Cook yang merupakan warga negara Inggris secara otomatis memperoleh kewarganegaraan Selandia Baru.[25] Pulau-pulau itu tetap menjadi wilayah yang bergantung pada Selandia Baru sampai Pemerintah Selandia Baru memutuskan untuk memberi mereka status pemerintahan sendiri. Pada tanggal 4 Agustus 1965, sebuah konstitusi dibentuk. Senin pertama di bulan Agustus diperingati setiap tahun sebagai Hari Konstitusi.[26] Albert Henry dari Partai Kepulauan Cook terpilih sebagai Perdana Menteri pertama dan dianugerahi gelar bangsawan oleh Ratu Elizabeth II. Henry memimpin negara sampai tahun 1978, ketika dia dituduh melakukan kecurangan pemilu dan mengundurkan diri. Ia dicopot dari gelar ksatrianya pada tahun 1979.[15] Ia digantikan oleh Tom Davis dari Partai Demokrat yang memegang posisi itu hingga Maret 1983.[27] Pada bulan Maret 2019, Kepulauan Cook berencana untuk mengubah namanya dan menghapus nama Kapten James Cook demi "gelar yang mencerminkan 'sifat Polinesianya'".[28][29] Namun rencana tersebut tidak ditentang oleh diaspora Kepulauan Cook pada Mei 2019. Sebagai jalan tengah, diputuskan bahwa nama pulau dalam bahasa Inggris tidak akan diubah, tetapi nama Māori Kepulauan Cook yang baru akan diadopsi untuk menggantikan nama saat ini, sebuah transliterasi dari bahasa Inggris.[30] Diskusi mengenai nama tersebut berlanjut pada tahun 2020.[31] GeografiKepulauan Cook berada di Samudra Pasifik Selatan, timur laut Selandia Baru, antara Samoa Amerika dan Polinesia Prancis. Ada 15 pulau besar serta 2 terumbu karang yang tersebar di 2.2 ribu km2 (850.000 sq mi) lautan, dibagi menjadi dua kelompok yang berbeda: Kepulauan Cook Selatan dan Kepulauan Cook Utara.[32] Pulau-pulau itu terbentuk oleh aktivitas gunung berapi; kelompok utara lebih tua dan terdiri dari enam atol, yang merupakan gunung berapi cekung yang ditutupi oleh karang. Iklim kepulauan ialah sedang hingga tropis. Dari bulan Maret sampai Desember, Kepulauan Cook berada di jalur siklon tropis, yang paling terkenal adalah siklon Martin dan Percy.[33] Dua ekoregion terestrial terletak di dalam wilayah pulau: hutan lembab tropis Polinesia Tengah dan hutan lembab tropis Kepulauan Cook.[34]
Catatan: Tabel diurutkan dari utara ke selatan. Jumlah populasi berdasarkan sensus 2016.[35] Politik dan pemerintahanKepulauan Cook merupakan negara demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer dalam hubungan negara dengan Selandia Baru. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh pemerintah, dengan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Kekuasaan legislatif dipegang oleh pemerintah dan Parlemen Kepulauan Cook. Meskipun negara ini secara de jure unikameral, ada dua badan legislatif dengan House of Ariki yang bertindak sebagai majelis tinggi de facto. Politik kepulauan menggunakan sistem multi-partai. Yudikatif merupakan lembaga independen dari eksekutif dan legislatif. Kepala negara adalah Raja Selandia Baru, yang diwakili di Kepulauan Cook oleh Perwakilan Raja.[36] Pulau-pulau itu memiliki pemerintahan sendiri dalam "asosiasi bebas" dengan Selandia Baru. Di bawah konstitusi Kepulauan Cook, Selandia Baru tidak dapat mengesahkan undang-undang untuk Kepulauan Cook. Rarotonga memiliki layanan luar negeri dan jaringan diplomatik sendiri. Warga negara Kepulauan Cook memiliki hak untuk menjadi warga negara Selandia Baru dan dapat menerima layanan pemerintah Selandia Baru saat berada di Selandia Baru, tetapi tidak berlaku sebaliknya; Warga negara Selandia Baru bukan warga negara Kepulauan Cook. Meskipun demikian, pada 2018, Kepulauan Cook memiliki hubungan diplomatik atas namanya sendiri dengan 52 negara lain. Kepulauan Cook bukan negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, tetapi, bersama dengan Niue, telah memiliki "kapasitas pembuatan perjanjian penuh" yang diakui oleh Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa,[37][38] dan merupakan anggota penuh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), UNESCO, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, Organisasi Maritim Internasional dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, semua badan khusus PBB, dan merupakan anggota asosiasi dari Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (UNESCAP) dan Anggota Majelis Negara-Negara Pengadilan Kriminal Internasional. Pada 11 Juni 1980, Amerika Serikat menandatangani perjanjian dengan Kepulauan Cook yang menetapkan perbatasan laut antara Kepulauan Cook dan Samoa Amerika dan juga melepaskan klaim Amerika atas Penrhyn, Pukapuka, Manihiki, dan Rakahanga.[39] Pada tahun 1990 Kepulauan Cook dan Prancis menandatangani perjanjian yang membatasi batas antara Kepulauan Cook dan Polinesia Prancis.[40] Pada akhir Agustus 2012, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, mengunjungi pulau-pulau tersebut. Pada tahun 2017, Kepulauan Cook menandatangani Perjanjian PBB tentang Larangan Senjata Nuklir.[41] Pembagian administratifDisetiap pulau terluar Kepulauan yang berpenghuni, memiliki dewan pulau (Undang-Undang Pemerintah Daerah Kepulauan Luar 1987 dengan amandemen hingga 2004, dan Undang-Undang Pemerintah Daerah Pulau Palmerston 1993) kecuali Nassau, yang diperintah oleh Pukapuka (Suwarrow, karena hanya satu juru kunci yang tinggal di pulau itu). Setiap dewan dipimpin oleh seorang walikota.
DemografiKelahiran dan Kematian[42]
AgamaDi Kepulauan Cook, Gereja terpisah dari negara. Sebagian besar penduduk beragama Kristen.[43] 62,8% beragama Kristen Protestan (Masehi Advent Hari Ketujuh 7,9%, Assemblies of God 3,7% dan Gereja Apostolik 2,1%) dan 49,1% Kristen Katolik (Katolik Roma 17% dan Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir 4,4%).[43] EkonomiPerekonomian kepulauan sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis. Kepulauan terisolasi dari pasar luar, memiliki infrastruktur yang tidak memadai, tidak memiliki sumber daya alam yang besar, memiliki produksi yang terbatas, dan sering mengalami bencana alam sedang.[44] Pariwisata menjadi penyangga utama ekonomi yang membentuk sekitar 67,5% dari PDB. Selain itu, ekonomi didukung oleh bantuan asing, sebagian besar dari Selandia Baru. Tiongkok juga telah memberikan bantuan luar negeri, yang antara lain diantaranya proyek pembangunan gedung Mabes Polri Kepulauan Cook. Kepulauan juga mengembangkan sektor pertanian, pertambangan dan perikanan yang cukup sukses. Sejak sekitar tahun 1989, Kepulauan Cook telah menjadi lokasi yang mengkhususkan diri dalam perwalian perlindungan aset, di mana investor melindungi aset dari jangkauan kreditur dan otoritas hukum.[45][46] Menurut The New York Times, Kepulauan Cook memiliki "undang-undang yang dirancang untuk melindungi aset orang asing dari klaim hukum di negara asal mereka". Kreditur harus melakukan perjalanan ke Kepulauan Cook dan memperdebatkan kasus mereka di bawah hukum Cook, seringkali dengan biaya yang mahal.[45] Tidak seperti yurisdiksi asing lainnya seperti Kepulauan Virgin Britania Raya, Kepulauan Cayman, dan Swiss, Kepulauan Cook umumnya mengabaikan perintah pengadilan asing. Pajak atas perwalian dan karyawan perwalian menyumbang sekitar 8% dari ekonomi Kepulauan Cook, lebih besar dari hasil laut.[45] Dalam beberapa tahun terakhir, Kepulauan Cook telah mendapatkan reputasi sebagai surga debitur, melalui berlakunya undang-undang yang memungkinkan debitur untuk melindungi properti mereka dari klaim kreditur.[45] Sejak 2008 Direktur Eksekutif Bank Kepulauan Cook adalah Vaine Nooana-Arioka.[47] InfrastrukturAda sebelas bandara di Kepulauan Cook, termasuk satu dengan landasan pacu beraspal, Bandara Internasional Rarotonga, dilayani oleh empat maskapai penerbangan.[48] BudayaSurat kabarSurat kabar di Kepulauan Cook biasanya diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan beberapa artikel dalam bahasa Māori Kepulauan Cook.[49] Cook Islands News telah diterbitkan sejak 1945, meskipun dikuasai oleh pemerintah hingga 1989.[50] Ada juga surat kabar Te Akatauira, yang diterbitkan dari tahun 1978 hingga 1980.[49] BahasaBahasa yang digunakan di Kepulauan Cook diantaranya bahasa Inggris, Māori Kepulauan Cook (atau "Rarotongan"), dan Pukapukan. Dialek bahasa Māori Kepulauan Cook termasuk Penrhyn; Rakahanga-Manihiki; dialek Ngaputoru Atiu, Mitiaro, dan Mauke; dialek Aitutaki; dan dialek Mangaian. Bahasa Māori Kepulauan Cook dan varian dialektikanya terkait erat dengan Tahiti dan bahasa Māori Selandia Baru. Pukapukan dianggap berkaitan erat dengan bahasa Samoa. Bahasa Inggris dan Māori Kepulauan Cook menjadi bahasa resmi Kepulauan Cook; sesuai dengan UU Te Reo Maori. Secara hukum, Definisi bahasa Māori Kepulauan Cook termasuk bahasa Pukapukan.[51] MusikMusik di Kepulauan Cook bervariasi, dengan lagu-lagu Kristen yang cukup populer, tetapi tarian tradisional dan lagu-lagu dalam bahasa Polinesia tetap banyak peminatnya. Libur nasionalSeniUkiranUkiran kayu merupakan seni yang umum di Kepulauan Cook. Kedekatan pulau-pulau di kelompok selatan menciptakan gaya ukiran yang homogen tetapi memiliki kekhasan di setiap pulau. Rarotonga dikenal dengan dewa-dewa nelayan dan anggota-dewanya, Atiu untuk kursi kayunya, Mitiaro, Mauke dan Atiu untuk dewa-dewa gada dan lempengan dan Mangaia untuk kapak seremonialnya. Sebagian besar ukiran kayu asli dibuang oleh kolektor Eropa awal atau dibakar dalam jumlah besar oleh misionaris. Saat ini, ukiran bukan lagi bentuk seni dengan tujuan spiritual dan budaya seperti yang dilakukan oleh suku Maori di Selandia Baru. Namun, ada upaya berkelanjutan untuk meningkatkan minat kaum muda pada warisan mereka dan beberapa pelatihan sedang dilakukan di bawah bimbingan pemahat yang lebih tua. Atiu, khususnya, memiliki tradisi kerajinan yang kuat baik dalam seni ukir maupun seni serat lokal seperti tapa. Mangaia adalah sumber dari banyak adze halus yang diukir dengan gaya khas dan istimewa dengan apa yang disebut desain double-k. Mangaia juga memproduksi penumbuk makanan yang diukir dari kalsit berat yang ditemukan di gua-gua batu kapurnya yang luas.[52] TenunPulau-pulau terluar menghasilkan tenun tradisional berupa tikar, keranjang, dan topi. Khususnya topi rito yang sangat bagus dikenakan oleh wanita ke gereja. Ia terbuat dari serat kelapa yang belum matang dan berkualitas sangat tinggi. Topi ini sangat diminati dan dicari oleh pengunjung Polinesia dari Tahiti. Seringkali, topi dihiasi dengan pita yang terbuat dari cangkang pupu kecil yang dicat dan dijahit dengan tangan. Meskipun pupu ditemukan di pulau-pulau lain, koleksi dan penggunaannya dalam karya dekoratif telah menjadi ciri khas Mangaia. Menenun rito adalah spesialisasi pulau-pulau utara seperti Manihiki, Rakahanga dan Penrhyn.[53] TivaevaeBentuk seni utama di Kepulauan Cook lainnya adalah tivaevae. Ini, pada dasarnya adalah seni sulam selimut kain perca dan biasanya berupa pemandangan Pulau. Diperkenalkan oleh istri seorang misionaris pada abad ke-19, kerajinan tersebut berkembang menjadi aktivitas komunal, yang mungkin merupakan salah satu alasan utama popularitasnya.[54] Seni kontemporerKepulauan Cook telah menghasilkan seniman kontemporer yang diakui secara internasional, terutama di pulau utama Rarotonga. Seniman tersebut diantaranya Mahiriki Tangaroa (pelukis dan fotografer), Mike Tavioni (pematung Eruera (Ted) Nia yang awalnya seorang pembuat film dan ahli pemahat), Upoko'ina Ian George (pelukis dan penggemar tato Polinesia), Tim Manavaroa Buchanan (pelukis kelahiran Aitutakian), Loretta Reynolds, Judith Kunzlé, Joan Rolls Gragg, Kay George (desainer), Apii Rongo, Varu Samuel, dan Ani O'Neill (seniman multi-media, instalasi dan proyek komunitas), semuanya saat ini tinggal di pulau utama Rarotonga. Andrea Eimke yang tinggal di Atiuan adalah seorang seniman yang bekerja di media tapa dan tekstil lainnya, dan juga ikut menulis buku 'Tivaivai – The Social Fabric of the Cook Islands' dengan akademisi Inggris Susanne Kuechler. Banyak dari seniman ini telah belajar di sekolah seni universitas di Selandia Baru dan terus menikmati hubungan dekat dengan dunia seni Selandia Baru.[55] Seniman dari Kepulauan Cook yang tinggal di Selandia Baru termasuk Michel Tuffery, print-maker David Teata, Richard Shortland Cooper, Sylvia Marsters, dan Jim Vivieaere. Di Rarotonga, galeri komersial utama adalah Seni Kontemporer Beachcomber (Taputapuatea, Avarua) yang dijalankan oleh Ben & Trevon Bergman,[56] dan The Art Studio Gallery (Arorangi) yang dijalankan oleh Ian dan Kay George.[57] Museum Nasional Kepulauan Cook juga memamerkan berbagai seni.[58] Flora dan fauna
OlahragaLiga Rugby menjadi olahraga paling populer di Kepulauan Cook. Pada bulan September 2009, Kepulauan Cook menjadi tuan rumah Pacific Mini Games 2009.[65] GaleriReferensi
Bacaan tambahan
Pranala luar
|