Aliyah

Jumlah imigrasi orang Yahudi dari seluruh dunia ke negara Israel (1948-2007)

Aliyah (Ibrani: עלייה Translit.: ʿAliyah Diterjemahkan: "naik") adalah sebuah istilah yang dipergunakan secara luas untuk merujuk kepada imigrasi Yahudi ke Tanah Israel. Tindakan kebalikannya, emigrasi Yahudi meninggalkan Israel, disebut "Yerida" ("turun"). Bila seseorang membaca doa-doa Torah sebelum dan sesudah membaca, mereka melakukan aliyah, atau "naik" ('panggilan' ke bimah oleh pelantun Torah.)

Aliyah adalah sebuah konsep budaya Yahudi yang penting dan dasar dari Zionisme sehingga konsep ini ditempatkan dalam Undang-undang Kepulangan ke Israel, yang mengizinkan setiap orang Yahudi memiliki hak hukum untuk mendapatkan bantuan berimigrasi dan menetap di Israel, serta kewarganegaraan Israel secara otomatis. Seorang Yahudi yang melakukan aliyah disebut "oleh" (maskulin singular) atau "olah" (feminin singular), bentuk pluralnya adalah "olim". Banyak orang Yahudi menganjurkan aliyah sebagai kepulangan ke Tanah Perjanjian, dan menganggapnya sebagai janji alkitabiah Allah kepada para keturunan leluhur Ibrani Abraham, Ishak, dan Yakub.

Dalam "Zionis Discourse", istilah aliyah mencakup baik imigrasi sukarela karena alasan-alasan ideologis, emosional, atau praktis dan, sebaliknya pengungsian massal dari populasi orang Yahudi yang teraniaya. Kebanyakan orang Yahudi Israel pada masa kini menelusuri akar-akar keluarganya baru-baru ini ke luar negaranya. Sementara banyak yang secara aktif memilih untuk menetap di Israel ketimbang di suatu negara lainnya, banyak yang mempunyai sedikit saja atau bahkan sama sekali tidak punya pilihan untuk meninggalkan negara asal mereka sebelumnya. Sementara Israel umumnya diakui sebagai sebuah “negara imigran", ia juga dikenal secara luas sebagai negara pengungsi.

Dalam sejarah Zionis, berbagai gelombang aliyah, yang dimulai dengan ketibaan Biluim dari Rusia pada 1882, dikenal sebagai aliyot (bentuk plural dari aliyah). Para aliyot ini sering kali dikategorikan melalui tanggal dan negara asal imigran mereka.

Aliyot

Aliyah Pertama (1882-1903)

Antara 1882 dan 1903, kira-kira 35.000 orang Yahudi berimigrasi ke Palestina, yang saat itu merupakan sebuah provinsi dari Kerajaan Ottoman. Mayoritas dari mereka tergolong dalam gerakan Zion Hovevei dan Bilu, yang berasal dari Eropa Timur sementara dalam jumlah yang lebih kecil datang dari Yemen. Banyak yang membangun komunitas-komunitas pertanian (lihat kibbutz dan moshav). Koperasi-koperasi petani menghadapi kesulitan-kesulitan yang serius sebagian karena kurangnya pengalaman pertanian. Di antara kota-kota yang didirikan oleh orang-orang ini adalah Rishon LeZion, Rosh Pina, dan Zikhron Ya'aqov. Pada 1882, orang Yahudi Yemen membangun sebuah suburban baru Yerusalem yang dinamai Perkampungan Yemen di Silwan yang terletak di timur tembok Kota Lama di kaki Bukit Zaitun.

Kira-kira setengah dari 35.000 orang yang tinggal pada akhir periode ini.

Aliyah Kedua (1904-1914)

Antara 1904 dan 1914, 40.000 orang Yahudi berimigrasi terutama dari Rusia ke Palestina setelah pogrom dan meletusnya gerakan anti-Semitisme di negara itu. Kelompok ini, banyak di antaranya dipenuhi dengan gagasan-gagasan sosialis, mendirikan kibbutz yang pertama, Degania, pada 1909 dan membentuk organisasi-organisasi pertahanan diri, seperti Hashomer, untuk menghadapi sikap permusuhan yang kian meningkat dari orang-orang Arab dan pencurian harta benda. Suburban Jaffa, Ahuzat Bayit, didirikan pada waktu ini, yang kemudian berkembang menjadi kota Tel Aviv. Pada masa ini, sebagian dari dasar-dasar sebuah negara kebangsaan yang independen muncul: bahasa nasional bahasa Ibrani dihidupkan kembali; koran-koran dan sastra yang ditulis dalam bahasa Ibrani diterbitkan; partai-partai politik dan organisasi-organisasi buruh dibentuk. Perang Dunia I secara efektif mengakhiri periode dari Aliyah Kedua ini.

Kira-kira setengah dari 40.000 orang tersisa pada akhir periode ini

Aliyah Ketiga (1919-1923)

Antara 1919 dan 1923, 40.000 orang Yahudi, terutama dari Eropa Timur tiba pada masa menjelang Perang Dunia I; penaklukan Palestina oleh Britania; pembentukan Mandat; dan Deklarasi Balfour. Banyak dari orang-orang ini adalah para pionir, yang dikenal sebagai halutzim. Mereka terlatih dalam pertanian dan sanggup membentuk ekonomi yang swadaya. Meskipun terdapat kuota imigrasi yang ditetapkan oleh pemerintah Britania, jumlah orang Yahudi mencapai 90.000 orang pada akhir periode ini. Rawa-rawa lembah Yizrel dan dataran Hefer dikeringkan dan diubah untuk dimanfaatkan sebagai tanah pertanian. Lembaga-lembaga nasional lainnya bermunculan: Histadrut (Federasi Buruh Umum); sebuah parlemen terpilih; dan Haganah.

Sedikit saja dari orang-orang ini yang meninggalkan Israel.

Aliyah Keempat (1924-1929)

Aliyah Pertama: Para Biluim mengenakan tutup kepala Arab tradisional, keffiyeh.

Antara 1924 dan 1929, 82.000 orang Yahudi tiba, banyak di antaranya sebagai akibat dari anti-Semitisme di Polandia dan Hungaria. Kuota imigrasi Amerika Serikat mencegah datangnya orang Yahudi. Kelompok ini terdiri atas banyak keluarga kelas menengah yang pindah ke kota-kota yang bertumbuh, membangun usaha-usaha kecil dan industri ringan.

Dari orang-orang ini sekitar 23.000 meninggalkan Israel.

Aliyah Kelima (1929-1939)

Antara 1929 dan 1939, dengan bangkitnya Naziisme di Jerman, sebuah gelombang baru yang terdiri dari 250.000 orang imigran tiba, mayoritas daripadanya, 174.000 orang, tiba antara 1933-1936, setelah itu pembatasan imigrasi yang kian meningkat oleh pemerintah Britania membuat imigrasi gelap dan ilegal, yang disebut Aliyah Bet. Aliyah Pertama kembali didorong terutama dari Eropa Timur serta kaum professional, dokter, pengacara dan profesor, dari Jerman. Para seniman pengungsi memperkenalkan Bauhaus (Tel Aviv mempunyai konsentrasi arsitektur Bauhaus tertinggi di dunia) dan mendirikan Orkestra Filharmonik Palestina. Dengan diselesaikannya pelabuhan di Haifa dan pengilangan minyaknya, industri penting ditambahkan ke ekonomi yang terutama bersifat pertanian. Penduduk Yahudi mencapai 450.000 orang pada 1940.

Pada saat yang sama, ketegangan antara orang-orang Arab dan orang Yahudi berkembang pada masa ini, menyebabkan timbulnya serangkaian kerusuhan Arab terhadap orang Yahudi pada 1929 yang menyebabkan banyak orang yang meninggal dan menurunnya populasi komunitas Yahudi di Hebron. Hal ini diikuti oleh lebih banyak kekerasan pada "Kebangkitan Besar" pada 1936-1939. Sebagai jawaban terhadap tekanan Arab, Britania menerbitkan Buku Putih 1939, yang dengan ketat membatasi imigrasi Yahudi hingga 75.000 orang selama lima tahun, tepat ketika Perang Dunia II akan dimulai.

Aliyah Bet: Imigrasi ilegal (1933-1948)

Pemerintah Britania membatasi imigrasi Yahudi ke Palestina dengan kuota, dan setelah berkuasanya Naziisme di Jerman, imigrasi ilegal ke Palestina berlanjut. Imigrasi ilegal ini dikenal sebagai Aliyah Bet ("imigrasi sekunder"), atau Ha'apalah, dan diorganisasikan sebuah lembaga Zionis yang belakangan menjadi Mossad, serta oleh Irgun. Imigrasi dilakukan terutama lewat laut, dan pada tingkat yang lebih sedikit lewat jalan darat melalui Irak dan Suriah. Mulai pada 1939 imigrasi Yahudi dibatasi lebih sedikit lagi, dengan memberikan izin hanya kepada 75.000 individu untuk masa lima tahun dan sesudah itu imigrasi harus sama sekali dihentikan. Britania menjadikan penjualan tanah kepada orang Yahudi ilegal di 95% dari wilayah Mandatnya. Pada Perang Dunia II dan tahun-tahun setelah itu hingga kemerdekaan, Aliyah Bet menjadi bentuk utama dari imigrasi Yahudi ke Palestina. Setelah perang, Berihah ("pelarian"), sebuah organisasi dari bekas partisan dan para pejuang Ghetto Warsawa terutama bertanggung jawab dalam menyelundupkan orang-orang Yahudi dari Polandia dan Eropa Timur ke pelabuhan-pelabuhan Italia dan dari sana mereka pergi ke Palestina.

Meskipun Britania berusaha mencegah imigrasi ilegal, pada masa 14 tahun berooperasinya, 110.000 orang Yahudi berimigrasi ke Palestina.

Imigrasi dari 1948-1950

Setelah Aliyah Bet, proses penghitungan atau penamaan masing-masing Aliyah berhenti, namun imigrasi tetap berlangsung. Sebuah gelombang besar imigrasi yang terdiri dari setengah juta orang Yahudi dating ke Israel antara 1948 dan 1950, banyak di antaranya melarikan diri dari penganiayaan yang baru terjadi lagi di Eropa Timur, dan negara-negara Arab yang semakin bermusuhan.

Orang Yahudi Timur Tengah

Lihat artikel utama: Exodus Yahudi dari negara-negara Arab.

Dalam perjalanan Operasi Karpet Ajaib (1949-1950), seluruh komunitas orang Yahudi Yemen (sekitar 49.000 orang) beremigrasi ke Israel. Kebanyakan dari mereka belum pernah melihat pesawat terbang sebelumnya, tetapi mereka percaya akan nubuat al bahwa menurut Kitab Yesaya (40:31), Allah berjanji untuk mengembalikan anak-anak Israel ke Sion dengan "sayap".


Pengungsi Yahudi dalam jumlah besar untuk sementara waktu dimukimkan di "kota-kota tenda" yang dinamai Ma'abarot. Populasi mereka perlahan-lahan diserap ke dalam masyarakat Israel. Ma'abarot bertahan hingga 1958.

Banyak imigran Israel adalah orang-orang Sephardi dan orang Yahudi Mizrahi yang meninggalkan negara-negara Arab untuk pindah ke Israel. Dalam banyak kasus, mereka telah mengalami penganiayaan dan kadang-kadang dipaksa untuk meninggalkan rumah-rumah mereka. Sejumlah 114.000 orang Yahudi dating dari Irak pada 1951 dalam Operasi Ezra dan Nehemiah.

Lebih dari 30.000 orang Yahudi Iran berimigrasi ke Israel setelah terjadinya Revolusi Islam. Namun, kebanyakan orang Yahudi Iran menetap di Amerika Serikat (khususnya di Los Angeles, California).

Aliyah Ethiopia

Pengangkutan besar-besaran lewat udara yang dikenal sebagai Operasi Moses mulai mengangkut orang Yahudi Ethiopia keluar ke Israel pada 18 November 1985 dan berakhir pada 5 Januaryi. Selama enam minggu itu, sekitar 6.500-8.000 orang Yahudi Ethiopia diterbangkan dari Sudan ke Israel. Diperkirakan 2.000-4.000 orang Yahudi meninggal dalam perjalanan ke Sudan atau di kamp-kamp pengungsi Sudan.

Pada 1991, Operasi Salomo dilaksanakan untuk membebaskan orang Yahudi Beta Israel dari Ethiopia. Dalam satu hari, 24 Mei, 34 pesawat mendarat di Addis Ababa dan membawa 14.325 orang Yahudi dari Ethiopia ke Israel.

Sejak waktu itu, orang Yahudi Ethiopia terus berimigrasi ke Israel dan mengakibatkan jumlah orang Israel- Ethiopia sekarang hampir 100.000 orang.

Aliyah Rusia

Sebuah emigrasi massal secara politik tidak dikehendaki oleh rezim Soviet. Satu-satunya alasan yang dapat diterima adalah penyatuan kembali keluarga, dan petisi resmi ("вызов", vyzov) dari seorang anggota keluarga dari luar negara dibutuhkan untuk memulai prosesnya. Seringkali hasilnya adalah sebuah penolakan resmi. Risiko meminta visa keluar semakin rumit karena seluruh keluarga harus berhenti bekerja, yang pada gilirannya membuat mereka dapat dikenai tuduhan sebagai parasit sosial, suatu pelanggaran kriminal.

Menjelang kemenangan Israel dalam Perang Enam Hari pada 1967, Uni Soviet memutuskan hubungan diplomatik dengan negara Yahudi itu. Kampanye propaganda anti-Zionis di media massa yang dikontrol pemerintah dan meningkatnya Zionologi disertai oleh diskriminasi yang lebih keras terhadap orang-orang Yahudi Soviet.

Pada akhir tahun 1960-an, kehidupan budaya dan keagamaan Yahudi di Uni Soviet praktis menjadi tidak mungkin, dan mayoritas orang Yahudi Soviet sudah terasimilasi dan non-religius, tetapi gelombang baru anti-Semitisme yang disponsori negara di satu pihak, dan rasa kebanggaan akan kemenangan negara Yahudi atas tentara-tentara Arab yang dipersenjatai oleh Soviet di pihak lain, membangkitkan semangat Zionis.

Setelah peristiwa pembajakan Dymshits-Kuznetsov dan tindakan-tindakan tegas yang mengikutinya, kutukan internasional yang keras, menyebabkan pemerintah Soviet meningkatkan kuota emigrasi. Pada tahun 1960-1970, Uni Soviet hanya mengizinkan 4.000 orang yang pergi; pada dasawarsa berikutnya, jumlah itu meningkat hingga 250.000 orang [1]. Banyak dari mereka yang diizinkan pergi ke Israel memilih tujuan-tujuan lain, terutama Amerika Serikat. Pada 1989 sejumlah 71.000 orang Yahudi Soviet diberikan izin keluar dari Uni Soviet – jumlah tertinggi yang pernah ada hingga waktu itu. Namun hanya 12.117 yang berimigrasi ke Israel. Sejak pembubaran Uni Soviet, lebih dari satu juta orang Yahudi Soviet telah beremigrasi ke Israel. Lihat Runtuhnya Uni Soviet dan emigrasi Yahudi ke Israel dan amendemen Jackson-Vanik.

Tahun Visa keluar ke Israel Olim dari Uni Soviet
1968 231 231
1969 3033 3033
1970 999 999
1971 12897 12893
1972 31903 31652
1973 34733 33277
1974 20767 16888
1975 13363 8435
1976 14254 7250
1977 16833 8350
1978 28956 12090
1979 51331 17278
1980 21648 7570
1981 9448 1762
1982 2692 731
1983 1314 861
1984 896 340
1985 1140 348
1986 904 201
Sumber: [2] Diarsipkan 2006-02-17 di Wayback Machine.

Kecenderungan-kecenderungan belakangan

Sejak pertengahan tahun 1990-an, telah terjadi arus yang tetap dari orang-orang Yahudi, Afria Selatan orang Yahudi Amerika, dan orang Yahudi Prancis yang melakukan aliyah, atau membeli properti di Israel untuk kemungkinan imigrasi pada masa depan. Khususnya banyak orang Yahudi Prancis yang telah membeli rumah-rumah di Israel sebagai jaminan karena meningkatnya anti-Semitisme di Prancis dalam tahun-tahun belakangan.

Orang Yahudi Bnei Menashe dari India, yang baru belakangan ini ditemukan dan diakui oleh Yudaisme arus utama sebagai keturunan dari Sepuluh Suku yang Hilang, pelan-pelan mulai melakukan Aliyah mereka pada awal tahun 1990-an dan terus berdatangan dalam jumlah kecil.

Organisasi-organisasi seperti Nefesh b'Nefesh dan Shavei Israel menolong dengan aliyah dengan cara memberikan bantuan keuangan dan bimbingan dalam berbagai topik, seperti misalnya mencari pekerjaan, belajar bahasa Ibrani, dan asimilasi ke dalam budaya Israel.

Aliyah Argentina

Dalam krisis politik dan ekonomi Argentina 1999-2002 yang menyebabkan bank-bank diserbu, sehingga menghabiskan milyaran dolar deposit dan melumpuhkan kelas menengah negara itu, kebanyakan dari orang Yahudi Argentina yang diperkirakan mencapai 200.000 orang, terkena pengaruhnya secara langsung. Banyak dari mereka yang memilih untuk memulai hidup baru dan pindah ke Israel, di mana mereka melihat ada kesempatan..

Lebih dari 10.000 orang Yahudi dari Argentina berimigrasi ke Israel sejak 2000, bergabung dengan ribuan olim yang sudah ada di sana sebelumnya. Meskipun ekonomi Argentina telah membaik, orang Yahudi terus berimigrasi ke Israel dalam jumlah yang lebih kecil daripada yang sebelumnya.

Aliyah Prancis

Dengan dimulainya intifada di Israel, orang Yahudi di Prancis juga mulai merasakan gerahnya. Dengan insiden-insiden seperti pembakaran sinagoge, pemukulan terhadap siapapun yang kelihatan Yahudi, dan dalam beberapa kasus bahkan pembunuhan, kejadian-kejadian anti-Semit kian meningkat hingga jumlah yang tidak pernah terjadi sebelumnya di Prancis sejak Perang Dunia II. Meskipun komunitas Muslim di Prancis sendiri pada umumnya dipersalahkan atas anti-Semitisme, orang Yahudi sering mengeluh bahwa penduduk Prancis pada umumnya bersikap pro-Palestina dan anti-Israel, dan bahwa polisi bersikap lunak terhadap para pelaku anti-Semitisme. Dengan bertambahnya populasi Muslim dan Arab di Prancis, orang Yahudi merasa terancam dan gelisah. Aliyah menjadi prioritas bagi banyak orang Prancis, khususnya orang-orang muda yang umumnya sangat Zionis.

Pada periode 2000–2005, 11.148 orang Yahudi melakukan Aliyah dari Prancis. Termasuk aliyah dalam jumlah tertinggi dalam masa 35 tahun pada 2005, dengan 3.300 orang imigran.

Aliyah Amerika Utara

Ada kira-kira 110.000 imigran Amerika Utara di Israel. Sejak terbentuknya Israel pada 1948, telah terjadi arus yang tetap dari para olim dari Amerika Utara. Jumlah mereka yang tiba mencapai rekornya pada akhir tahun 1960-an setelah Perang Enam Hari, dan pada 1970-an. Banyak imigran mulai tiba di Israel setelah intifada, dengan jumlah keseluruhan 3.052 yang tiba pada tahun 2005 – jumlah tertinggi sejak 1983.

Berbeda dengan olim yang lain, orang-orang Amerika Utara cenderung berimigrasi ke Israel lebih untuk maksud-maksud keagamaan dan politik, dan bukan karena alasan finansial, karena banyak dari mereka sudah cukup mapan.

Sinagoge Aliyah

Aliyah juga merujuk, dalam kehidupan sinagoge, kepada kehormatan untuk "dipanggil naik" untuk membaca suatu bagian dari Torah pada suatu ibadah. Misalnya, bagian yang relevan dari pembacaan Torah untuk setiap sabat dibagi ke dalam tujuh aliyot.

Macam-macam

Dalam susunan kitab dalam Alkitab menurut tradisi Yahudi yang paling umum, kata terakhir dari Alkitab (yaitu kata terakhir dalam ayat Ibrani asli dalam 2 Tawarikh 36:23) adalah veya`al, suatu bentuk kata kerja "jussive" (perintah) yang diambil dari akar yang sama seperti aliyah, yang artinya "membiarkan ia naik" (ke Israel).

Catatan

Lihat pula

Referensi

Pranala luar