Abraham adalah nenek moyang dari bangsa Israel. Abraham memperanakkan Ishak dan Ismael, Ishak memperanakkan Yakub (yang disebut juga Israel). Yakub memperanakkan 12 Suku Israel yang kemudian menurunkan nabi-nabi (Musa dari suku Lewi) dan raja-raja (Daud, Salomo dari suku Yehuda), sampai kepada Mesias yang menyelamatkan.
Abraham sendiri adalah orang Ibrani (keturunan Eber). Eber adalah cicit dari Sem, anak Nuh.[17]
Semua informasi tertulis ini hanya bisa didapat dari Tanakh, Alkitab, dan Al-Qur'an tidak ada sumber lain.
Alkitab mengatakan, Abraham dipanggil Tuhan dari Mesopotamia ke negeri Kanaan, sekitar tahun 2000 SM[18][19]. Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abraham , bahwa Ia akan diberkati dan keturunannya akan tak terhitung banyaknya. Kehidupannya yang dikisahkan dalam Kitab Kejadian (pasal 11–25).
Nama
Nama aslinya adalah Abram (bahasa Ibrani: אַבְרָם,ModernAvramTiberiasʾAḇrām ; "bapa (ab) yang terpuji" atau "bapa[-ku] dipuji/dimuliakan". Setelah dipanggil Tuhan, namanya bukan lagi "Abram" melainkan "Abraham".[20]
Kisah
Dalam Tanakh dan Alkitab, kisah Abraham tertulis dalam Kitab Kejadian pasal 11-25.
Silsilah
Silsilah Abraham dalam Alkitab dimulai dari Sem (putra Nuh) sampai Abraham adalah:[21]
Sem memiliki putra bernama Arpakhsad saat berusia 100 tahun atau dua tahun setelah peristiwa banjir besar
Arpakhsad memiliki putra bernama Selah saat berusia 35 tahun
Selah memiliki putra bernama Eber saat berusia 30 tahun
Eber memiliki putra bernama Peleg saat berusia 34 tahun
Peleg memiliki putra bernama Rehu saat berusia 30 tahun
Rehu memiliki putra bernama Serug saat berusia 32 tahun
Serug memiliki putra bernama Nahor saat berusia 30 tahun
Nahor memiliki putra bernama Terah saat berusia 29 tahun
Terah memiliki putra Abram, Nahor, dan Haran pada usia 70 tahun
Kisah awal
Abraham bernama asli Abram. Ia adalah anak Terah, berasal dari Ur-Kasdim. Abram lahir ketika Terah berusia 130 tahun (mengingat Abram berusia 75 tahun ketika Terah wafat pada usia 205 tahun).
Keluar dari Ur
Alkitab mengisahkan bahwa Terah kemudian membawa Abram (putranya), Lot (cucunya dari Haran), dan Sarai (menantunya, istri Abram) dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan dan mereka singgah di sebuah tempat bernama Haran. Sebagian mengidentifikasikan Haran dengan Harran yang terletak di kawasan tenggara Turki modern. Terah meninggal di sana saat berusia 205 tahun.[22]
Setelahnya, Abram yang saat itu berusia 75 tahun meninggalkan Haran untuk menuju Kanaan bersama Sarai, Lot, dan semua pengikutnya. Disebutkan bahwa Tuhan memerintahkan Abram untuk pergi ke "negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu", dan berjanji untuk memberkatinya dan membuatnya bangsa yang besar.[23] Karena percaya akan janji-Nya ini, Abram pergi ke Sikhem, dan menerima janji baru bahwa negeri itu akan diberikan pada keturunannya. Setelah membangun sebuah mezbah untuk memperingati perjanjian ini, Abram pergi dan memasang kemah di antara Betel dan Ai, tempat dia membangun sebuah mezbah lagi dan "memanggil nama Tuhan."[24]
Mesir
Tanah Kanaan kemudian mengalami kelaparan hebat, sehingga Abram dan rombongannya pindah ke Mesir. Di sana Abram berpesan kepada Sarai untuk mengakui dirinya sebagai saudara, karena dikhawatirkan orang-orang akan membunuh Abram jika mengetahui bahwa dia adalah suaminya. Saat mereka memasuki Mesir dan para punggawa Firaun melihat kecantikan Sarai, mereka menceritakannya kepada Firaun sehingga Sarai dibawa ke istana dan berencana untuk dijadikan istri Firaun, sedangkan Abram sendiri menerima budak-budak dan hewan ternak dari Firaun karenanya. Namun Firaun kemudian terkena tulah beserta seisi istananya karena Sarai dan kemudian Firaun menyalahkan Abram karena tidak mengatakan yang sejujurnya bahwa Sarai adalah istrinya. Setelahnya, Sarai dikembalikan ke Abram dan mereka kembali ke Kanaan.[25]
Berpisah dengan Lot
Saat tinggal di Kanaan, terjadi perselisihan antara para penggembala yang bekerja pada Abram dengan yang bekerja pada Lot. Hal ini dikarenakan kedua belah pihak memiliki kekayaan dan hewan ternak melimpah, sehingga tempat tersebut tidak cukup untuk mereka berdua. Abram mengusulkan pada Lot bahwa mereka berpisah, dan mengizinkan keponakannya untuk memilih lebih dahulu. Lot memilih tanah yang subur di sebelah timur sungai Yordan dan berkemah di dekat Sodom, sementara Abram, setelah menerima janji lagi dari Tuhan, pergi ke Mamre, dekat Hebron, dan mendirikan mezbah lagi bagi Tuhan. Sebagian tafsiran Alkitab menyatakan bahwa Lot cenderung mementingkan keuntungan pribadi, karena dia memilih menetap di dekat Sodom hanya karena kesuburan tempatnya, mengabaikan watak penduduknya yang suka berbuat jahat.[26] Tidak terdapat keterangan mengenai perpisahan Abram dan Lot di dalam Al-Qur'an, tetapi disebutkan bahwa Allah memang mengutus Lot pada kaum Sodom untuk berdakwah.[27]
Setelah beberapa tahun, negara-negara di kawasan lembah Yordania dan sekitarnya memberontak terhadap pemerintahan Elam. Penguasa Elam saat itu, Raja Kedorlaomer, kemudian mengerahkan pasukan untuk menyerang kota-kota di lembah Yordania dan menawan banyak orang. Lot dan keluarganya termasuk mereka yang dijadikan tawanan. Kejadian ini dikenal dengan Pertempuran Siddim. Abram yang mengetahui nasib keponakannya tersebut lantas mengumpulkan 318 budak terlatih dan mengejar pasukan Elam, meraih kemenangan di daerah sebelah utara Damaskus yang bernama Hoba, dan kemudian berhasil membebaskan Lot.[28] Kisah ini tidak terdapat dalam Al-Qur'an.
Hagar dan Ismael
Sumber Alkitab menyebutkan bahwa lantaran yakin tidak dapat mengandung, Sarai kemudian memberikan Hagar sebagai selir atau istri Abram. Namun Hagar menjadi merasa lebih hebat dari Sarai setelah mengandung sehingga Sarai menindas Hagar. Hagar kemudian melarikan diri, tetapi malaikat mendatanginya, menyuruh untuk kembali dan menjelaskan bahwa Tuhan akan memperbanyak keturunannya sampai tak bisa dihitung, juga menyuruhnya untuk menamai anaknya Ismael sebab Tuhan mendengar penindasan atas Hagar. Ismael lahir pada saat Abram berusia 86 tahun. Beberapa ulama, seperti Ibnu Katsir, juga mengutip Alkitab dalam karyanya terkait kisah ini.[29][30]
Terdapat perbedaan pendapat mengenai status Hagar terhadap Abram. Sebagian berpendapat bahwa dia adalah selir, pendapat lain menyatakan bahwa dia adalah istrinya. Pendapat lain menyebutkan bahwa awalnya Hagar adalah selir, kemudian Abraham menikahinya setelah Sarah wafat dan dia diberi nama baru, Ketura.[31][32][33][34]
Terkait asal-usulnya, beberapa sumber Islam dan Yahudi menyebutkan bahwa Hagar adalah seorang putri. MidrasBereshith Rabba dan sebagian literatur Muslim menyebutkan bahwa Hagar adalah anak perempuan dari Firaun yang berusaha mengambil Sara sebagai istri atau selirnya saat di Mesir.[35][36] Pendapat lain menyatakan bahwa dia adalah anak perempuan dari seorang raja yang masih keturunan Nabi Shaleh. Ayah Hagar kalah dalam peperangan dan raja yang menang perang (Firaun mengambil Sara di kemudian hari) kemudian menjadikan Hagar tawanan dan pelayan di istananya.[37] Baik Alkitab maupun Al-Qur'an tidak memberikan keterangan mengenai asal-usul Hagar.
Perjanjian sunat
Allah kemudian mengganti nama Abram menjadi Abraham dan Sarai menjadi Sarah. Allah menjanjikan Abraham menjadi bapa sejumlah bangsa besar, menganugerahi anak cucu yang banyak, dan akan muncul raja-raja dari keturunannya. Allah juga menjanjikan Abraham dan keturunannya memberikan tanah Kanaan. Perjanjian ini dipenuhi lewat Ishak, walaupun Tuhan berjanji bahwa Ismael akan menjadi bangsa yang besar pula. Sebagai tanda perjanjian, Allah memerintahkan semua laki-laki dalam keluarga dan rumah tangga Abraham untuk bersunat. Perjanjian sunat (tidak seperti janji-janji lainnya) memiliki dua sisi dan bersyarat: bila Abraham dan keturunannya memenuhi janji mereka, Tuhan akan menjadi Tuhan mereka dan memberi mereka negeri tersebut. Abraham, Ismael, dan semua laki-laki di rumah tangga Abraham kemudian disunat. Perjanjian sunat ini dilakukan saat Abraham berusia 99 tahun.[38] Praktik sunat ini masih diteruskan oleh umat Yahudi, Islam dan juga Kristen.
Tamu Abraham
Dalam Alkitab disebutkan bahwa saat Abraham sedang duduk-duduk di pintu kemahnya saat panas terik, tiga tamu asing datang dan Abraham bersujud pada mereka sebagai bentuk penghormatan. Abraham kemudian menghidangkan anak lembu, roti, dan susu, dan para tamu tersebut menyantapnya. Setelahnya, mereka mengabarkan bahwa pada tahun depan, Abraham dan Sarah akan memiliki anak laki-laki. Sara tertawa mendengar kabar tersebut, kemudian Tuhan menanyakan alasan Sara tertawa, padahal tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Sara kemudian menyangkal bila tadi tertawa karena takut.[39]
Sara wafat
Sara wafat dalam usia lanjut, 127 tahun. Saat itu Ishak masih berusia 36 tahun dan belum menikah. Untuk menguburkan istrinya itu, Abraham membeli sebidang tanah ladang beserta suatu gua yang bernama gua Makhpela dari Efron bin Zohar dari Bani Het. Sesudah itu Abraham menguburkan Sara di dalam gua ladang Makhpela itu, di sebelah timur Mamre, yaitu Hebron di tanah Kanaan.[40]
Ketura
Setelah wafatnya Sara, Abraham mengambil seorang istri atau selir bernama Ketura. Ketura kemudian melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak, dan Suah. Yoksan memperanakkan Syeba dan Dedan. Keturunan Dedan ialah orang Asyur, orang Letush dan orang Leum. Anak-anak Midian ialah Efa, Efer, Henokh, Abida dan Eldaa.[41]
Sebagian pendapat menyatakan bahwa Ketura adalah orang yang sama dengan Hagar. Menurut pendapat ini, Hagar yang awalnya adalah seorang selir kemudian dinikahi Abraham dan kemudian diberi nama baru, yakni Ketura.[31][32][33][34]
Warisan Abraham
Abraham memberikan segala harta miliknya kepada Ishak, tetapi kepada anak-anaknya yang diperolehnya dari gundik-gundiknya ia memberikan pemberian; kemudian ia menyuruh mereka—masih pada waktu ia hidup—meninggalkan Ishak, anaknya, dan pergi ke sebelah timur, ke Tanah Timur.[42]
Akhir hayat
Abraham meninggal pada usia 175 tahun dan dia dimakamkan oleh Ismael dan Ishak di tempat yang sama dengan Sara.[43]
Abraham berusia 75 tahun ketika berangkat dari Haran ke tanah Kanaan,[48] setelah Terah, ayahnya, mati pada usia 205 tahun.[49]
Abraham berusia 85 tahun ketika Sara memberikan Hagar hambanya kepada Abraham supaya mendapat anak; waktu itu mereka sudah tinggal di Kanaan 10 tahun.[6]
Abram berusia 86 tahun ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.[50]
Abraham berusia 100 tahun ketika Sara melahirkan Ishak baginya.[52]
Abraham mati pada usia 175 tahun, ketika Ishak berusia 75 tahun, Ismael 89 tahun,[53] sedangkan Esau dan Yakub, cucu Abraham dari Ishak dan Ribka, saat itu berusia 15 tahun.[54]
David Rohl memperkirakan Abraham hidup sekitar tahun-tahun 2000-1825 SM dan raja Mesir yang ditemui Abraham adalah Nebkaure Khety IV dari Dinasti kesepuluh Mesir.[55]
Silsilah
Menurut catatan Alkitab, silsilah Abraham adalah sebagai berikut: