Laban (bahasa Ibrani: לָבָן, Modern Lavan Tiberias Lāḇān ; "putih") adalah putra Betuel bin Nahor bin Terah, saudara laki-laki Ribka, serta ayah Lea dan Rahel seperti yang dijelaskan dalam Kitab Kejadian dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Dia juga merupakan ipar Ishak dan mertua Yakub bin Ishak. Laban dan keluarganya tinggal di Padan-Aram, Mesopotamia.
Laban pertama kali muncul dalam Kitab Kejadian pasal 24:29-60 sebagai jurubicara keluarga atas nama ayahnya, Betuel. Ia terkagum atas perhiasan emas yang diberikan kepada Ribka, saudara perempuannya, oleh hamba laki-laki Abraham yang datang ke rumah mereka untuk meminang istri bagi Ishak. Laban berperan dalam pembicaraan mengenai perkawinan dan kepindahan Ribka ke tanah Kanaan. Dua puluh tahun kemudian, Ishak dan Ribka mempunyai dua putra, Esau dan Yakub, yang merupakan keponakan laki-laki Laban.
Ketika melarikan diri dari Esau dan atas suruhan Ribka, ibunya, maka Yakub datang ke tempat Laban untuk bekerja. Yakub bekerja 14 tahun sebagai maskawin bagi kedua putri Laban, Lea dan Rahel, serta 6 tahun lagi untuk mendapatkan ternaknya. Jadi seluruhnya Yakub bekerja pada Laban selama 20 tahun. Awalnya, Laban menjanjikan Rahel untuk menjadi istri Yakub, bila Yakub bersedia bekerja 7 tahun, tetapi di malam pengantin, Laban menipu Yakub dengan menyuruh Lea di dalam kamar. Karena Yakub mencintai Rahel, maka ia bersedia bekerja 7 tahun lagi.[1] Ternak dan kekayaan Laban meningkat pesat dari pekerjaan Yakub, tetapi ketika Yakub meminta upah ternak, selama 6 tahun, Laban berusaha mengakali Yakub dengan mengganti-ganti jenis ternak yang boleh diambil Yakub. Namun, Yakub ternyata lebih bermuslihat daripada mertuanya, sehingga ia mendapat banyak ternak yang kuat dan sehat. Ketika Yakub merasa tidak aman lagi, ia dan keluarganya melarikan diri dari Laban. Laban mengejarnya, tetapi akhirnya mereka berpisah baik-baik.[2]
Analisis
Laban sering dipakai melambangkan mereka yang peduli akan kesejahteraan keluarga terdekatnya, suatu perbuatan baik, tetapi kemudian berakibat buruk. Misalnya, tindakannya untuk menipu Yakub agar menikahi Lea, sebenarnya dimaksudkan agar anak perempuan yang lebih tua itu jangan dilangkahi pernikahannya oleh adiknya, tetapi kemudian berakibat kepindahan umat Israel ke Mesir dalam perbudakan. Kekuatirannya bahwa Yakub, menantunya, meninggalkan kenyamanan hidup di rumahnya untuk pergi ke tanah Kanaan dengan masa depan yang tidak menentu, membuatnya berusaha menunda-nunda kepulangan Yakub dan umat Israel ke tanah perjanjian.[3] Namanya yang berarti warna "putih", menjadi lambang penampakan luar yang bersih, tetapi tindakannya kemudian menimbulkan kesusahan.
- Menurut sumber rabinik, Laban dianggap ayah dari Bilha dan Zilpa, hamba-hamba perempuan Lea dan Rahel, yang masing-masing melahirkan dua putra dari Yakub, meskipun informasi ini tidak ditemukan di dalam kitab Taurat maupun di Alkitab.[4]
- Laban disebut jelas dalam upacara Haggadah dalam rangka hari raya Paskah, yaitu ketika menjawab pertanyaan tradisional kepada anak-anak "Ma Nishtana"
- "Mengapa malam ini berbeda dengan semua malam yang lain?"
Jawaban yang sudah ditentukan dimulai dengan kutipan dari Kitab Ulangan pasal 26:5, "arami oved avi": yang biasanya diterjemahkan sebagai "orang Aram yang berkelana adalah ayahku", merujuk kepada Abraham, tetapi disini biasanya ditafsirkan "ibad arami et-avi", "seorang Aram menghancurkan ayahku", yang diperjelas dengan keterangan eksegesis rabinik yang dibacakan saat upacara Seder:
- Datang dan pelajarilah apa yang hendak dilakukan Laban, orang Aram itu, kepada ayah kita, Yakub. Karena Firaun mengeluarkan perintah untuk membunuh hanya bayi laki-laki, tetapi Laban hendak membasmi semuanya, seperti dikatakan, 'Seorang Aram hendak menghancurkan ayahku, dan ia pergi ke Mesir dan di sana menjadi suatu bangsa, besar, perkasa dan banyak jumlahnya.
- Hubungan yang tidak jelas antara Laban dan Firaun ini ditafsirkan dengan berbagai cara oleh otoritas rabinik.
- Rabbi Azriel Hildesheimer menjelaskan dalam ajarannya Hukkat HaPesach bahwa Laban sebenarnya adalah penyebab asal dari seluruh kisah perbudakan di Mesir dan Kitab Keluaran. Rahel merupakan istri Yakub yang sudah ditakdirkan sebelumnya dan putra mereka, Yusuf, secara teori seharusnya menjadi anak sulung dengan hak kesulungan. Jika ini terjadi, maka perlakuan Yakub yang lebih mengasihi Yusuf sebagai pemimpin umat Israel, tentunya akan dianggap normal dan lumrah, sesuai tradisi waktu itu. Tidak ada saudara-saudara yang iri atau merasa tertipu, dan Yusuf tidak akan dijual sebagai budak ke Mesir. Jadi, tentunya Yakub tidak seharusnya pergi ke Mesir untuk tinggal bersama-sama Yusuf.
- Yang sebenarnya terjadi, Laban mengakali Yakub untuk menikahi Lea terlebih dulu, sehingga putra-putra Lea lahir mendahului Yusuf, sehingga mereka pantas merasa iri dan marah, ketika Yakukb memperlakukan Yusuf sebagai ahli warisnya, bertentangan dengan kebiasaan saat itu. Dalam hal inilah, Laban dilihat sebagai orang yang bermaksud "membasmi seluruh umat", dengan mengacaukan silsilah para kakek moyang antara Yakub dan Yusuf, sebelum umat Israel menjadi besar jumlahnya.
- Devora Steinmetz, Asisten Profesor bidang Talmud di Jewish Theological Seminary of America, mengatakan bahwa kisah Yakub dan Laban dapat dihubungkan dengan perjanjian Allah dengan Abraham, lebih sering ditafsirkan berhubungan dengan Kitab Keluaran: "keturunanmu akan menjadi orang asing di tanah yang bukan milik mereka, dan yang akan memperbudak mereka, dan menyengsarakan meraka... Kemudian, mereka akan keluar dengan kekayaan yang besar"[5] Yakub tinggal di tanah asing, diperbudak Laban, dan disengsarakan olehnya; kemudian kembali dengan kekayaan besar ke tanah perjanjian. Jadi, cerita ini dapat memperkuat satu pesan inti dari Haggadah Paskah; bahwa siklus pembuangan, penderitaan dan kepulangan di Perjanjian Lama terjadi berulang-ulang, dan menghubungkan orang-orang Yahudi di Diaspora dengan Tanah Israel.
Silsilah
Menurut catatan Alkitab, silsilah Laban (Alkitab) adalah sebagai berikut:
Keterangan
Referensi
Lihat pula
Pranala luar