"Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham, 'Tentang istrimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. Aku akan memberkatinya dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa, raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.'"
"Dia (Sarah) berkata, 'Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua, dan suamiku ini sudah sangat tua? Ini benar-benar sesuatu yang ajaib.' Mereka (para malaikat) berkata, 'Mengapa engkau merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah, dicurahkan kepadamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji, Maha Pengasih.'"
— Hud (11): 72-73
Kisah
Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen), kisah Sarah disebutkan dalam Kitab Kejadian, sedangkan dalam Al-Qur'an termuat pada surah Hud (11): 71-72 dan Adz-Dzariyat (51): 29-30.
Latar belakang
Awalnya Sarah bernama Sarai (bahasa Ibrani: שָׂרַי/שָׂרָי,ModernSarayTiberiasŚāray/Śārāy ; "Putriku"). Namanya adalah bentuk perempuan dari kata sar (Ibrani: שַׂר), yang bermakna "ketua" atau "pangeran."
Terdapat beberapa pendapat mengenai asal-usul Sarah. Bila didasarkan pada perkataan harfiah Abraham (disebut Ibrahim dalam Islam) kepada Abimelekh, Sarah adalah saudarinya seayah, tetapi berbeda ibu.[1] Namun dalam Talmud disebutkan bahwa Sarah adalah sosok yang sama dengan Yiska, anak perempuan Haran.[2] Haran sendiri adalah saudara Abraham. Dengan demikian, Sarah adalah keponakan Abraham dan saudari Lot (disebut Lut dalam Islam).[3] Terkait pernyataan Abraham bahwa Sarah adalah saudarinya, Rabbi Shlomo Yitzchaki menafsirkan bahwa sebagaimana istilah "putri" dapat digunakan pada cucu perempuan, maka "saudari" juga dapat digunakan untuk keponakan perempuan.[4]
Beberapa ulama berpendapat bahwa Sarah adalah putri seorang lelaki bernama Haran yang merupakan paman Abraham/Ibrahim.[5] Dalam riwayat hadits, disebutkan bahwa Abraham tidak pernah berbohong seumur hidup, kecuali pada tiga kesempatan, salah satunya saat Abraham mengatakan bahwa Sarah adalah saudarinya.[6][7] Dalam Alkitab, pernyataan bahwa Sarah adalah saudari Abraham berasal dari perkataan Abraham saat di Mesir[8] dan pada Abimelekh.[9][10] Terkait penjelasan mengenai keturunan Terah dalam Alkitab pada Kitab Kejadian pasal 11, keterangan mengenai latar belakang Sarah disebutkan dua kali: kali pertama menyebutkan bahwa Sarah (saat itu bernama Sarai) adalah istri Abraham (saat itu bernama Abram), kali kedua menyebutkan bahwa Sarah adalah menantu Terah dan istri Abraham.[11] Tidak ada keterangan bahwa dia merupakan anak perempuan Terah.
Tidak ada catatan dalam Alkitab mengenai Sarai sebelum dia meninggalkan Mesopotamia. Midras dan Aggadah memberikan catatan tambahan mengenai kehidupannya, berikut perannya dalam agama Yahudi. Disebutkan bahwa Sarai lahir di Ur Kasdim, Mesopotamia, pada masa kekuasaan Raja Nimrod (Namrud).
Kisah awal
Sumber Islam menyebutkan bahwa Sarai termasuk orang yang beriman kepada seruan suaminya, Ibrahim (Abram), yang mengajak masyarakat kembali ke jalan Allah dan meninggalkan penyembahan berhala.
Disebutkan bahwa Nimrod biasanya memiliki jatah makanan yang dibagikan kepada penduduk. Namun Abram tidak mendapat jatah lantaran perdebatannya dengan Nimrod. Untuk menenangkan keluarganya, dia mengisi kantongnya dengan pasir. Saat dia pulang dan tidur, Sarai membuka kantong tersebut yang ternyata telah menjadi bahan makanan. Sarai lantas mengolahnya menjadi hidangan lezat. Saat Abram menanyakan asal makanan tersebut, Sarai menjawab bahwa ini berasal dari kantong yang dibawa Abram. Abram menyadari bahwa itu merupakan rezeki yang dikaruniakan Allah.[12]
Keluar dari Ur Kasdim
Setelahnya, Allah memerintahkan Abram meninggalkan tanah kelahirannya dan pergi menuju suatu negeri yang tidak diketahui (belakangan diidentifikasikan sebagai Kanaan (Syam)). Beberapa yang ikut bersama Abram adalah Sarai, Terah (ayah Abram), dan Lot (keponakan Abram). Mereka singgah di sebuah tempat bernama Haran (yang kerap diidentifikasikan sebagai Harran). Terah meninggal di tempat tersebut pada usia 205 tahun.[13]
Setelahnya, rombongan Abram melanjutkan perjalanan ke Kanaan. Namun terjadi paceklik hebat di sana sehingga Abram harus mengungsi sementara di Mesir. Namun saat para punggawa istana mengetahui kecantikan Sarai, mereka melaporkannya pada Firaun. Laporan tersebut membuat Firaun penasaran dan tertarik sehingga memerintahkan Sarai untuk dihadirkan di hadapannya.
Merasa khawatir akan dibunuh bila tahu dia adalah suaminya, Abram meminta Sarai mengaku sebagai saudarinya. Sarai kemudian diambil Firaun dan Abram diberi harta kekayaan yang sangat banyak. Namun Firaun dan seisi istananya kemudian terkena tulah. Firaun kemudian menyalahkan Abram karena mengaku bahwa Sarai adalah saudarinya. Kemudian Sarai dikembalikan kepada Abram.[14]
Meski tidak tercantum dalam Al-Qur'an, beberapa riwayat hadits[15][16] membahas kejadian tersebut. Setelah Sarai dibawa ke istana, Raja berusaha menyentuh Sarai, tetapi tangannya menjadi lumpuh mendadak. Raja memohon agar Sarai berdoa pada Allah untuk menyembuhkannya dan Sarai melakukannya. Setelah tangannya pulih, Raja kembali mengulangi perbuatannya, tetapi dia mengalami kelumpuhan yang lebih berat dari sebelumnya. Raja kembali meminta Sarai mendoakannya dan berjanji tidak akan mengganggunya lagi. Setelahnya, Raja memerintahkan agar Sarai dipulangkan kepada Abram (Ibrahim) dan dia diberi budak perempuan bernama Hajar (Hagar) sebagai hadiah.[17]
Memberikan Hagar kepada Abraham
Lantaran yakin tidak dapat mengandung, Sarai kemudian memberikan Hagar sebagai selir atau istri Abram. Namun Hagar menjadi merasa lebih mulia dari Sarai setelah mengandung sehingga Sarai menindas Hagar. Hagar kemudian melarikan diri, tetapi malaikat mendatanginya, menyuruh untuk kembali dan menjelaskan bahwa Tuhan akan memperbanyak keturunannya sampai tak bisa dihitung, juga menyuruhnya untuk menamai anaknya Ismael sebab Tuhan mendengar penindasan atas Hagar. Ismael lahir pada saat Abram berusia 86 tahun. Beberapa ulama, seperti Ibnu Katsir, juga mengutip Alkitab dalam karyanya terkait kisah ini.[18][19]
Perjanjian sunat
Allah kemudian mengganti nama Abram menjadi Abraham dan Sarai menjadi Sarah. Allah menjanjikan Abraham menjadi bapa sejumlah bangsa besar, menganugerahi anak cucu yang banyak, dan akan muncul raja-raja dari keturunannya. Allah juga menjanjikan Abraham dan keturunannya memberikan tanah Kanaan. Perjanjian ini dipenuhi lewat Ishak, walaupun Tuhan berjanji bahwa Ismael akan menjadi bangsa yang besar pula. Sebagai tanda perjanjian, Allah memerintahkan semua laki-laki dalam keluarga dan rumah tangga Abraham untuk bersunat. Perjanjian sunat (tidak seperti janji-janji lainnya) memiliki dua sisi dan bersyarat: bila Abraham dan keturunannya memenuhi janji mereka, Tuhan akan menjadi Tuhan mereka dan memberi mereka negeri tersebut. Abraham, Ismael, dan semua laki-laki di rumah tangga Abraham kemudian disunat. Perjanjian sunat ini dilakukan saat Abraham berusia 99 tahun.[20] Praktik sunat ini masih diteruskan oleh umat Yahudi dan Islam.
Tamu Abraham
Dalam Alkitab disebutkan bahwa saat Abraham sedang duduk-duduk di pintu kemahnya saat panas terik, tiga tamu asing datang dan Abraham bersujud pada mereka sebagai bentuk penghormatan. Abraham kemudian menghidangkan anak lembu, roti, dan susu, dan para tamu tersebut menyantapnya. Setelahnya, mereka mengabarkan bahwa pada tahun depan, Abraham dan Sarah akan memiliki anak laki-laki. Sarah tertawa mendengar kabar tersebut, kemudian Tuhan menanyakan alasan Sarah tertawa, padahal tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Sarah kemudian menyangkal bila tadi tertawa karena takut.[21]
Dalam versi Al-Qur'an disebutkan bahwa Abraham kemudian menyuguhkan daging anak sapi panggang, tetapi para tamu tersebut sama sekali tidak menjamah hidangan tersebut sehingga perbuatan tidak lazim mereka ini membuat Abraham takut. Para tamu tersebut kemudian menenangkan Abraham dan menyatakan bahwa mereka adalah para malaikat yang diutus untuk membinasakan kaum Lot (Sodom). Selain itu, mereka juga datang untuk mengabarkan bahwa Abraham dan Sarah akan dikaruniai anak laki-laki bernama Ishak. Mendengar hal tersebut, Sarah tercengang sembari menepuk mukanya sendiri lantaran merasa heran karena dia adalah wanita mandul yang sudah tua, begitu juga Abraham yang merasa keheranan. Para malaikat menjawab, "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang yang berputus asa." Abraham menjawab, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat."[22][23][24][25]
Pindah ke Gerar
Abraham kemudian pindah ke Gerar, dan di sana kembali istrinya diambil oleh raja Gerar untuk dijadikan istrinya, setelah Sarah mengaku sebagai saudara perempuan Abraham. Namun, Abimelekh diperingatkan oleh Allah dalam sebuah mimpi agar tidak menyentuh Sarah. Ketika Abimelekh mengecam Abraham karena penipuan ini, Abraham membenarkan dirinya dengan menjelaskan bahwa Sarah adalah anak perempuan dari ayahnya, tetapi bukan dari ibunya.[26]
Ishak
Segera setelah kejadian ini, Sarah melahirkan seorang anak, Ishak. Allah menyuruh Abraham menamainya sesuai dengan tertawa Abraham ketika ia mendengar nubuat malaikat tentang kelahiran anaknya itu. Menurut Rashi, orang mempertanyakan Abraham yang berusia 100 tahun itu benar-benar merupakan bapak anak itu, karena ia dan Sarah telah hidup bersama-sama selama puluhan tahun tetapi tidak juga mendapatkan anak. Sebaliknya, orang menyebarkan gosip bahwa Abimlekeh adalah ayah biologisnya. Lantaran alasan ini, menurut Rashi, Allah menjadikan ciri-ciri Ishak persis seperti Abraham, sehingga tak seorangpun dapat mengklaim bahwa ia adalah ayah Ishak.
Saat pesta penyapihan Ishak, Sarah melihat Ismael bermain bersama Ishak dan dia tidak menyukai hal tersebut. Sarah mengatakan pada Abraham, "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak."[27] Meski Abraham kesal dengan perkataan Sarah, Tuhan menyuruh Abraham mendengar perkaraan Sarah.[28] Abraham kemudian meminta pergi dan Hagar menggendong perbekalan berikut Ismael di bahunya sampai padang gurun.[29] Merujuk pada ayat-ayat dalam Kitab Kejadian, diperkirakan Ismael berusia sekitar enam belas tahun saat kejadian tersebut, mengingat dia lebih tua empat belas tahun dari Ishak.[30][31] Al-Qur'an tidak mengisahkan mengenai pengusiran Hagar dan Ismael, tapi riwayat hadits dan tafsiran ulama biasanya menjelaskan bahwa kejadian tersebut berlangsung saat Ismael masih dalam usia menyusu.[32][33]
Wafat
Sarah meninggal di Kiryat-arba (קרית ארבע), atau Hebron, pada usia 127 tahun. Saat itu Ishak masih berusia 36 tahun dan belum menikah. Abraham kemudian membeli sebidang tanah ladang beserta suatu gua yang bernama gua Makhpela di sebelah timur Mamre di Hebron, dari Efron bin Zohar dari Bani Het seharga 400 syikal perak.[34]
Legenda mengaitkan kematian Sarah dengan penyembelihan Ishak[35] dan ada dua versi kisah terkait hal ini. Versi pertama, Samael mendatangi Sarah dan mengatakan bahwa Abraham mengikat Ishak untuk dikorbankan, sementara Ishak hanya dapat menangis tanpa bisa lolos dari ayahnya. Mendengar hal tersebut, Sarah meninggal karena duka.[36] Versi kedua menyebutkan bahwa setan, menyamar menjadi lelaki tua, memberitahu Sarah bahwa Abraham hendak mengorbankan Ishak. Sarah menangis, tetapi kemudian menenangkan dirinya bahwa pengorbanan tersebut pastinya merupakan perintah Allah. Dia kemudian keluar dan menanyai orang-orang tempat Abraham pergi. Setan, menyamar menjadi manusia, kemudian menjawab bahwa Ishak tidak disembelih dan masih hidup dan akan kembali pulang bersama ayahnya. Mendengar hal tersebut, Sarah meninggal dengan bahagia. Saat di rumah, Abraham dan Ishak tidak menemukan Sarah di rumah dan mereka kemudian mencarinya di Hebron, menemukannya telah wafat di sana.[37]
Sarah tidak disebut-sebut lagi dalam kanon Ibrani, kecuali dalam Yesaya 51:2 saat nabi mengimbau kepada para pendengarnya agar “memandang kepada Abraham, bapa leluhurmu, dan kepada Sarah yang telah melahirkanmu.”
Makam Abraham/Ibrahim dan Sarah menjadi bagian dari kekuasaan kekhalifahan pada tahun 637 dan setelahnya dibangun masjid di situs tersebut dengan nama Masjid Ibrahimi.[38]
Kedudukan
Yahudi
Dalam sastra Rabinik, Sarah adalah keponakan Abraham, karena ia adalah anak perempuan Haran, saudara Abraham. Ia juga disebut dengan nama "Yiska" (Kejadian 21:29), karena kecantikannya menarik perhatian dan kekaguman umum.[39] Ia begitu cantiknya sehingga orang-orang lain kelihatan seperti kera bila dibandingkan dengannya.[40] Bahkan kesulitan yang dialami dalam perjalanannya bersama Abraham tidak memengaruhi kecantikannya.[41] Menurut penjelasan lain, ia disebut Yiska karena mempunyai visi kenabian.[42] Ia adalah "mahkota" suaminya; dan Abraham menaati kata-katanya karena ia mengakui keunggulan Sarah dalam hal ini.[43] Sarah adalah satu-satunya perempuan yang dianggap Allah layak disapa-Nya secara langsung; semua nabiah (nabi perempuan) lainnya menerima wahyu melalui para malaikat.[44] Dalam perjalanan mereka, Abraham mentobatkan kaum laki-laki, dan Sarah kaum perempuan.[45] Semula ia dinamai “Sarai” yang berarti “putriku,” karena ia adalah putri di keluarganya dan di sukunya; belakangan ia dinamai “Sarah” = “putri” karena ia diakui secara umum sebagi putri.[46][47]
Kristen
Simon Petrus memuji Sarah atas kepatuhannya pada suaminya.[48] Sarah juga dipuji atas keimanannya bersama dengan tokoh-tokoh Tanakh/Perjanjian Lama yang lain.[49]
Paulus juga menyebut Sarah dan Yerusalem surgawi sebagai "perempuan yang merdeka".[50] Sarah dan Hagar juga dipakai sebagai perumpaan untuk menunjukkan perbedaan perjanjian lama dan perjanjian baru. Hagar diumpamaka sebagai perjanjian lama yang ditetapkan di gunung Sinai. Sarah diibaratkan perjanjian baru. Anak-anaknya, yakni istilah yang merujuk pada mereka yang percaya pada Kristus, merupakan anak-anak Allah yang sejati.[51]
Islam
Sarah termasuk tokoh yang dihormati dalam Islam. Meski di antara istri-istri Ibrahim, Hajar kerap dipandang lebih dekat dengan umat Muslim lantaran merupakan moyang Nabi Muhammad, justru Sarah yang kisahnya disebutkan dalam Al-Qur'an walaupun secara sepintas, tidak dengan Hajar. Sarah tidak disebutkan namanya dalam Al-Quran dan hanya disebutkan sebagai istri Ibrahim.
Sebagian ulama menyatakan bahwa Sarah adalah seorang nabiah atau nabi perempuan.[52][53] Meski demikian, kebanyakan ulama berpandangan bahwa tidak ada perempuan yang sampai pada jenjang kenabian.
Pengulangan dalam cerita
Kisah kehidupan Sarah, meskipun singkat dan tidak lengkap, memberikan pengulangan-pengulangan yang mengusik perhatian, misalnya kejadian dengan Firaun dan kejadian serupa dengan Abimelekh (Kejadian 12:10 dan seterusnya dan 20:1 dan seterusnya). Pernikahan dengan saudara tiri, dalam suatu masyarakat matriarkhi primitif, tidak dianggap sumbang, sampai dengan diberikannya hukum Taurat kepada Musa (lihat Imamat 18). Dari sudut pandangan sejarah kebudayaan cerita-cerita ini penuh dengan pengajaran. Namun sebagian orang menganggap agaknya tidak mungkin bahwa Abraham mengalami risiko ini dua kali. Lebih dari itu, sebuah kejadian serupa juga dilaporkan sehubungan dengan Ishak dan Ribka (Kejadian 26:6-11). Pengulangan ini menyebabkan sebagian orang berpendapat bahwa tak satupun dari laporan-laporan itu yang harus diterima sebagai laporan historis. Mereka berpendapat bahwa ketiganya adalah variasi dari suatu tema yang sama bagi sejarah lisan populer tentang para Leluhur. Bahwa perempuan menikah dengan cara ini tidak perlu diragukan. Maksud cerita ini adalah menonjolkan para tokoh pahlawan perempuannya sebagai orang-orang yang paling cantik dan memperlihatkan bahwa para Leluhur berada dalam perlindungan yang khusus dari Allah. Janji Ishak dan penjelasan tentang nama diberikan dua kali. Pertama, Abraham adalah penerima janji itu, dan ia tertawa (Kejadian 27:15-21). Dalam kisah kedua (Kejadian 28), Abraham kembali diberikan janji itu, tetapi Sarah tertawa. Akhirnya nama itu mendapatkan pembenaran yang ketiga dalam seruan kegembiraan Sarah pada saat kelahirannya.[54]
Sarah berusia 66 tahun ketika bersama Abraham (yang saat itu berusia 75 tahun) berangkat dari Haran ke tanah Kanaan (Kejadian 12:4).
Sarah berusia 76 tahun ketika ia memberikan Hagar hambanya kepada Abraham supaya mendapat anak; waktu itu mereka sudah tinggal di Kanaan 10 tahun (Kejadian 16:3).
Sarah berusia 77 tahun dan Abram berusia 86 tahun ketika Hagar melahirkan Ismael bagi Abraham (Kejadian 16:16)
Sarah berusia 90 tahun ketika Abraham, yang saat itu berusia 99 tahun, disunat (Kejadian 17:17 dan 24).
Sarah berusia 91 tahun ketika ia melahirkan Ishak bagi Abraham, yang saat itu berusia 100 tahun (Kejadian 21:5).
Sarah mati pada usia 127 tahun, ketika Ishak berusia 36 tahun dan Abraham 136 tahun (Kejadian 23:1).
Silsilah
Menurut catatan Alkitab, silsilah Sarah adalah sebagai berikut: