Sejumlah para sarjana modern menggolongkan Kitab Ulangan ke dalam kelompok "Sejarah Deuteronomistis", yang serangkaian dengan Kitab Yosua, Kitab Hakim-hakim, dua Kitab Samuel, dan dua Kitab Raja-raja, yang merupakan susunan sejarah teologis bangsa Israel dan dimaksudkan untuk menjelaskan hukum Allah untuk Israel di bawah bimbingan para nabi.[1] Pada mulanya, Sejarah Deuteronomistis dianggap ditulis oleh satu orang, tetapi saat ini para pakar lebih meyakini bahwa kitab-kitab dalam Sejarah Deuteronomistis ditulis dengan menggabungkan sejumlah teks-teks terpisah yang berasal dari berbagai zaman.[2][3]
Nama
Ulangan
Nama "Ulangan" (dalam pengertian harfiahnya, yaitu sesuatu yang diulangi, bukan sinonim dari ujian) ialah terjemahan bebas dari nama kitab ini dalam versi VulgataLatin, "Deuteronomium" (har. "Kitab Ulangan"), yang berasal dari nama kitab dalam versi SeptuagintaYunani, "Deuteronomion" (Δευτερονόμιον, translit. Deuteronómion, har. "hukum kedua"), yang merupakan gabungan dari kata "δεύτερος" (deúteros, har. "kedua, lain-lain, lanjutan, setelah, kurang penting, seken") dan "νόμος" (nómos, har. "adat, kebiasaan, hukum, aturan, peraturan"). Istilah ini berasal dari frasa "τὸ δευτερονόμιον τοῦτο" (translit. tò deuteronómion toûto har. "perulangan hukum ini", "hukum ganda ini") pada ayat dari Ulangan 17:18 dalam Septuaginta yang sebenarnya merupakan kesalahan penerjemahan atas frasa אֶת-מִשְׁנֵה הַתּוֹרָה הַזֹּאת (et-misyneh hattorah hazzot, har. "salinan hukum ini") dari teks Ibrani pada ayat yang sama.
Apabila ia duduk di atas takhta kerajaan, maka haruslah ia menyuruh menulis baginya salinan hukum ini menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi. (TB)
Kata מִשְׁנֵה (misyneh) memang secara harfiah dapat pula berarti "ganda, dobel, kedua, berulang", tetapi dalam frasa tersebut, arti kata ini seharusnya menjadi "hasil penggandaan" atau "hasil penyalinan". Hal tersebut yang mungkin menyebabkan salah penerjemahan pada proses pembuatan versi Septuaginta. Dalam bahasa Inggris, kitab ini disebut sebagai Deuteronomy.
Devarim
Nama "Devarim" dalam bahasa Ibrani secara harfiah berarti "perkataan-perkataan". Nama tersebut diambil dari kata dalam kitab ini, yaitu kata pada Bilangan 1:1 yang berbunyi sebagai berikut.
Peristiwa dalam Kitab Ulangan diperkirakan terjadi dalam beberapa periode sejak masa Musa sampai pada masa pembuangan, kira-kira abad ke-8 sampai ke-7 sM.[4] Kitab Ulangan juga terdiri dari serangkaian khotbah-khotbah yang diucapkan Musa di depan bangsa Israel waktu mereka berada di negeri Moab. Mereka berhenti di situ sesudah mengakhiri perjalanan panjang lewat padang gurun dan sebelum masuk ke Kanaan untuk menduduki negeri itu.
Beberapa pokok yang penting dari kitab ini ialah:
Musa mengingatkan bangsa Israel akan peristiwa-peristiwa besar selama 40 tahun yang terakhir. Ia mohon kepada bangsa Israel supaya mereka ingat bagaimana Tuhan memimpin mereka melalui padang gurun dan karena itu mereka harus taat dan setia kepada Tuhan.
Musa mengulangi Sepuluh Perintah Allah, dan ia menekankan arti Perintah yang Pertama. Ia minta dengan sangat supaya orang Israel beribadat kepada Tuhan saja. Lalu ia mengulangi beberapa hukum dan perintah yang mengatur kehidupan bangsa Israel di tanah yang sudah dijanjikan.
Musa mengingatkan bangsa Israel akan arti ikatan perjanjian Tuhan dengan mereka. Ia mendorong bangsa itu supaya membaharui kesediaan mereka untuk memenuhi kewajiban-kewajiban mereka.
Yosua ditunjuk sebagai pengganti Musa untuk memimpin umat Tuhan. Sesudah menyanyikan sebuah lagu pujian bagi kesetiaan Tuhan, dan mengucapkan berkat atas suku-suku Israel, Musa wafat di Moab, di sebelah timur sungai Yordan.
Kepengarangan
Kitab Ulangan menempati posisi yang membingungkan dalam Alkitab. Kitab ini berada di antara kisah pengembaraan bangsa Israel di padang gurun dan kisah perebutan Kanaan oleh bangsa Israel, tetapi tidak dapat sepenuhnya menjadi bagian dari salah satunya atau keduanya. Kisah pengembaraan di padang gurun dapat saja berakhir dengan mudah pada Kitab Bilangan, dan kisah penaklukan di bawah kepemimpinan Yosua juga lengkap tanpa kitab ini, setidaknya dalam hal unsur alur ceritanya. Namun dalam hal unsur tematik atau teologis, akan ada sesuatu yang terasa hilang jika kedua kasus tersebut terjadi. Para pakar telah memberikan berbagai pendapat sehubungan dengan permasalahan ini. Teori yang terpopuler untuk kepengarangan Kitab Ulangan saat ini adalah Teori "Sejarah Deuteronomistis", yaitu Kitab Ulangan awalnya hanya berupa kitab hukum dan perjanjian yang disebut "Hukum Deuteronomis", kemudian berkembang hingga menjadi semacam pengantar untuk kitab-kitab Sejarah Deuteronomis. Selain itu, terdapat pula teori yang lebih tua yang melihat bahwa Kitab Ulangan merupakan bagian dari Kitab Bilangan, dan Kitab Yosua hanyalah semacam pelengkap untuk kitab ini. Ide ini masih banyak yang mendukungnya, tetapi pendapat arus utama yang lebih diyakini merupakan campuran dari keduanya, yaitu bahwa Kitab Ulangan, setelah menjadi pengantar Sejarah Deuteronomis, kemudian terlepas dari kelompok itu dan dimasukkan ke dalam suatu kelompok bersama-sama dengan Kejadian–Keluaran–Imamat–Bilangan dengan alasan memiliki Musa sebagai karakter sentralnya. Menurut hipotesis ini, cerita kematian Musa awalnya adalah merupakan bagian akhir dari Kitab Bilangan, tetapi kemudian dipindahkan ke akhir Kitab Ulangan.[5]