Domitianus adalah kaisar Romawi yang memerintah dari 14 September 81 hingga 18 September 96 M. Nama lengkapnya adalah Titus Flavius Domitianus dan ia adalah kaisar terakhir dari dinasti Flavian. Domitianus dikenal sebagai seorang penguasa otoriter yang memperkuat kekuasaan kekaisaran, namun pemerintahannya juga ditandai oleh konflik dengan Senat Romawi dan kebijakan represif.
Kehidupan Awal
Domitianus lahir pada 24 Oktober 51 M di Roma. Ia adalah putra bungsu dari Vespasianus, yang kemudian menjadi kaisar pada tahun 69 M, dan Domitilla yang Tua. Kakak laki-lakinya adalah Titus, yang nantinya juga menjadi kaisar sebelum Domitianus. Sebagai anggota keluarga Flavian, Domitianus tumbuh dalam lingkungan yang penuh ambisi politik dan militer.
Pendidikan dan Masa Muda
Domitianus tidak menikmati pendidikan formal dan pengalaman militer yang sama seperti kakaknya, Titus, yang bertugas di berbagai wilayah kekaisaran bersama ayahnya. Namun, ia dididik dalam sastra dan hukum, memberikan dasar intelektual yang berguna selama masa kekuasaannya. Meskipun posisinya sebagai putra bungsu membuatnya kurang menonjol dalam urusan politik dan militer dibandingkan dengan Titus, Domitianus tetap mendapat perhatian dari para bangsawan Romawi sebagai pewaris potensial.
Naik Takhta
Domitianus naik takhta setelah kematian mendadak Titus pada 14 September 81 M. Beberapa sumber kuno, seperti Suetonius, menyebut bahwa Domitianus mungkin terlibat dalam kematian saudaranya, meskipun tidak ada bukti yang meyakinkan untuk mendukung klaim ini. Setelah menjadi kaisar, Domitianus segera memusatkan kekuasaan di tangannya, memperkuat kedudukan kaisar sebagai otoritas tertinggi dalam pemerintahan Romawi.
Kebijakan Dalam Negeri
Domitianus dikenal karena reformasi administrasi dan keuangannya. Ia berusaha menyeimbangkan anggaran negara, membangun kembali Romawi setelah kekacauan pemerintahan sebelumnya, serta meningkatkan pembayaran kepada tentara. Domitianus juga memperkenalkan kebijakan perpajakan baru yang lebih efisien untuk meningkatkan pendapatan negara. Meskipun reformasi ini berhasil dalam banyak hal, mereka juga menyebabkan ketegangan dengan kalangan bangsawan dan Senat, yang merasa terancam oleh kebijakan sentralisasi kekuasaan.
Hubungan dengan Senat
Hubungan Domitianus dengan Senat Romawi sangat buruk selama masa pemerintahannya. Ia sering mengabaikan Senat dan lebih memilih memerintah sebagai otokrat. Banyak senator yang dipersekusi karena dicurigai merencanakan kudeta atau terlibat dalam konspirasi. Sejarawan kuno seperti Tacitus dan Suetonius, yang umumnya bersikap kritis terhadap Domitianus, menyebut pemerintahannya sebagai "rezim teror" karena kebijakannya yang represif dan autoritarian.
Kebijakan Luar Negeri
Domitianus aktif dalam kebijakan luar negeri, terutama dalam memperkuat perbatasan kekaisaran. Ia melancarkan kampanye militer di Britania, di mana jenderalnya, Agricola, berhasil menaklukkan sebagian besar wilayah yang kini dikenal sebagai Skotlandia. Domitianus juga terlibat dalam perang melawan suku-suku Jerman di sepanjang Sungai Rhine dan Danube. Meskipun kampanye militer ini sering digambarkan sebagai kemenangan, ada beberapa sumber yang menyatakan bahwa Domitianus cenderung melebih-lebihkan keberhasilan militernya demi meningkatkan popularitasnya di Roma.
Program Pembangunan
Selama masa pemerintahannya, Domitianus sangat memperhatikan pembangunan fisik kota Roma. Ia memulai proyek-proyek pembangunan besar, termasuk rekonstruksi Kuil Jupiter di Bukit Capitolium yang hancur dalam perang saudara tahun 69 M. Domitianus juga memperluas Istana Kekaisaran di Bukit Palatinus, memperindah Colosseum, dan membangun Stadion Domitianus, yang menjadi cikal bakal Piazza Navona modern.
Selain itu, Domitianus memperkenalkan sejumlah reformasi keagamaan yang bertujuan mengembalikan dan memperkuat kultus kekaisaran. Ia mewajibkan rakyat untuk memuja dirinya sebagai dewa semasa hidupnya, sebuah tindakan yang memicu konflik lebih lanjut dengan Senat dan kalangan aristokrasi Romawi.
Rezim Otoritarian
Pemerintahan Domitianus sering digambarkan sebagai salah satu yang paling otoritarian dalam sejarah Kekaisaran Romawi. Ia menekan kebebasan berbicara dan memata-matai para pejabat tinggi dan senator, yang mengarah pada eksekusi dan pengasingan banyak orang. Domitianus memperkenalkan sensor ketat terhadap tulisan dan pidato yang dianggap tidak loyal terhadap pemerintahannya.
Penganiayaan terhadap Orang Kristen dan Yahudi
Domitianus juga dikenal karena penganiayaannya terhadap orang Kristen dan Yahudi. Beberapa sejarawan menyatakan bahwa ia melihat kedua kelompok ini sebagai ancaman terhadap otoritas kekaisarannya karena penolakan mereka untuk memuja kaisar sebagai dewa. Penganiayaan ini lebih terfokus pada kalangan elite Kristen dan Yahudi, meskipun skala penganiayaannya tidak sebesar yang terjadi pada masa pemerintahan Nero.
Konspirasi dan Pembunuhan
Meskipun pemerintahannya ditandai dengan stabilitas internal dan keberhasilan dalam kampanye militer, Domitianus semakin tidak populer di kalangan elite politik. Pada tahun 96 M, konspirasi melawan Domitianus berhasil, dan ia dibunuh oleh para pejabat istana termasuk istrinya, Domitia Longina, dan sekretarisnya, Stephanus. Pembunuhan Domitianus menandai akhir dari dinasti Flavian dan membuka jalan bagi Nerva, seorang senator tua, untuk naik takhta sebagai kaisar baru.
Warisan
Setelah kematiannya, Senat segera menghapus semua jejak pemerintahan Domitianus melalui damnatio memoriae, sebuah tindakan penghapusan memori yang bertujuan untuk menghapus nama dan citranya dari catatan resmi. Namun, terlepas dari kebijakan keras ini, Domitianus dihormati oleh legiun Romawi karena kebijakan militernya yang kuat dan perlindungannya terhadap tentara.
Sejarawan modern telah meninjau ulang citra Domitianus. Meskipun pemerintahannya sering dikritik sebagai tirani, beberapa sejarawan menyatakan bahwa Domitianus adalah seorang administrator yang kompeten yang mencoba memperkuat kekaisaran di tengah ketidakstabilan politik. Program pembangunan dan reformasi ekonominya telah meninggalkan warisan jangka panjang yang masih terlihat hingga kini.
Keluarga dan Keturunan
Domitianus menikah dengan Domitia Longina pada tahun 70 M, dan meskipun hubungan mereka penuh gejolak, mereka tetap bersama hingga kematiannya. Domitianus tidak memiliki keturunan langsung yang bertahan hidup hingga dewasa. Anak laki-lakinya meninggal saat masih bayi, dan tidak ada pewaris laki-laki dari dinasti Flavian yang dapat melanjutkan garis keturunan kekaisaran.
Lihat Juga
Referensi
- Suetonius, The Twelve Caesars.
- Tacitus, Annals.
- Jones, B.W., The Emperor Domitian (1992).
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai
Domitian.