Julianus berperang melawan Kekaisaran Sassaniyah. Pada tanggal 26 Juni 363, dalam Pertempuran Samarra dekat Maranga yang berimbang, Julianus terluka akibat serangan tentara Sassaniyah.[4] Karena lebih mementingkan mengejar musuh dengan kecepatan daripada berhati-hati, Julianus hanya bersenjatakan pedang dan meninggalkan baju zirahnya.[5] Ia terluka akibat tusukan tombak yang menembus bagian bawah hati, peritoneum dan usus. Luka itu tidak langsung mematikan. Julianus dirawat oleh dokter pribadinya, Oribasius dari Pergamum, yang berjuang keras mengobati luka itu. Hal ini mungkin termasuk irigasi luka dengan wound dengan cairan anggur gelap, dan suatu prosedur yang dikenal sebagai gastrorrhaphy, pengjahitan usus yang rusak. Pada hari ketiga terjadi pendarahan hebat dan Julianus meninggal pada waktu malam.[6][7] Atas permintaannya, jenazah Julianus dikuburkan di luar kota Tarsus, meskipun kemudian dipindahkan ke Konstantinopel.[8]
Tahta Julianus diteruskan oleh Kaisar Jovian yang hanya bertahta singkat dan mengembalikan kedudukan kehormatan Kekristenan di seluruh Kekaisaran Romawi.
Ada laporan yang dianggap apokrif, bahwa kata-kata terakhir Julianus sebelum meninggalnya adalah νενίκηκάς με, Γαλιλαῖε, atau Vicisti, Galilaee ("Engkau menang, orang Galilea (Yesus)"),[9] yang menyatakan pengakuannya, bahwa dengan kematiannya, Kekristenan akan menjadi agama negara Romawi. Frasa ini dipakai pada pembukaan sajak tahun 1866 Hymn to Proserpine, yang merupakan penjabaran Algernon Charles Swinburne mengenai apa yang dirasakan orang pagan filosofis terhadap kemenangan Kekristenan. Frasa ini juga dipakai sebagai penutup drama Polandia Romantik The Undivine comedy ditulis pada tahun 1833 oleh Zygmunt Krasiński.
Referensi
^ abcdeShadily, Hassan (1980).Ensiklopedia Indonesia.Jakarta:Ichtiar Baru van Hoeve.Hal 1605
^Lascaratos, John and Dionysios Voros. 2000 Fatal Wounding of the Byzantine Emperor Julian the Apostate (361–363 A.D.): Approach to the Contribution of Ancient Surgery. World Journal of Surgery 24: 615–619. See p.618.
^Note that Ammianus Marcellinus (Res Gestae, 25.3.6 & 23) is of the view that Julian died the night of the same day that he was wounded.
^Grant, Michael. The Roman Emperors. (New York: Barnes and Noble Books, 1997), pp. 254.
^Pertama kali dicatat oleh Theodoret, (Historia Ecclesiastica, 3.25) pada abad ke-5.
Sumber utama
Ammianus Marcellinus, Res Gestae, Libri XV-XXV (books 15–25). See J.C. Rolfe, Ammianus Marcellinus, Harvard University Press, Cambridge Mass., 1935/1985. 3 Volumes.
Ammianus Marcellinus, The Roman History of Ammianus Marcellinus During the Reigns of the Emperors Constantius, Julian, Jovianus, Valentinian, and Valens. Translated by C. D. Yonge. Full text at Internet Archive at https://archive.org/stream/theromanhistoryo28587gut/28587-0.txt. Gutenberg etext# 28587.
Claudius Mamertinus, "Gratiarum actio Mamertini de consulato suo Iuliano Imperatori", Panegyrici Latini, panegyric delivered in Constantinople in 362, also as a speech of thanks at his assumption of the office of consul of that year
Hunt, David. "Julian". In The Cambridge Ancient History, Volume 13 (Averil Cameron & Peter Garnsey editors). CUP, Cambridge, 1998. ISBN 0-521-30200-5
Lascaratos, John and Dionysios Voros. 2000 Fatal Wounding of the Byzantine Emperor Julian the Apostate (361–363 A.D.): Approach to the Contribution of Ancient Surgery. World Journal of Surgery24: 615–619
Lenski, Noel Emmanuel Failure of Empire: Valens and the Roman State in the Fourth Century AD University of California Press: London, 2003