Kematian adalah penghentian permanen yang tidak dapat dikembalikan dari semua fungsi biologismakhluk hidup.[1]Kematian otak kadang-kadang digunakan sebagai definisi hukum kematian.[2] Sisa-sisa makhluk hidup yang sebelumnya hidup, biasanya mulai membusuk segera setelah kematian. Proses kematian yang terjadi pada komponen penyusun makhluk hidup, seperti sel atau jaringan, disebut nekrosis. Sesuatu yang tidak dianggap sebagai organismehidup, seperti virus, dapat dihancurkan secara fisik tetapi tak bisa dikatakan mati.
Pada awal abad ke-21, lebih dari 150 ribu manusia meninggal setiap harinya.[3]
Konsep yang mendasari kematian adalah kunci pemahaman manusia tentang fenomena tersebut.[4] Terdapat banyak pendekatan ilmiah dan berbagai interpretasi mengenai konsep kematian. Sulit untuk membuat satu definisi tunggal tentang kematian. Apalagi dengan munculnya terapi penunjang kehidupan dan banyaknya kriteria berbeda untuk mendefinisikan kematian, baik dari sudut pandang medis maupun hukum.
Salah satu tantangan dalam mendefinisikan kematian adalah membedakannya dari kehidupan. Sebagai titik waktu, kematian tampaknya mengacu pada saat di mana kehidupan berakhir. Sulit untuk menentukan kapan kematian telah terjadi, karena penghentian fungsi kehidupan sering kali tidak terjadi simultan di seluruh sistem organ.[5] Oleh karena itu, pendefinisian semacam itu membutuhkan penggambaran batas-batas konseptual yang pasti antara hidup dan mati. Ini sulit, karena sejauh ini hanya ada sedikit konsensus tentang bagaimana mendefinisikan kehidupan.
Kehidupan bisa saja didefinisikan dalam dalam kerangka kesadaran. Ketika kesadaran berhenti, organisme hidup dapat dikatakan telah mati. Salah satu kelemahan dalam pendekatan ini adalah adanya organisme yang hidup tetapi mungkin tidak memiliki kesadaran (misalnya, organisme bersel tunggal). Masalah lain dalam mendefinisikan kesadaran adalah banyaknya definisi berbeda yang diberikan oleh para ilmuwan, psikolog, dan filsuf modern. Selain itu, banyak tradisi keagamaan, termasuk tradisi Abrahamik dan Dharmik, yang mempercayai bahwa kematian bukanlah akhir dari kesadaran. Dalam budaya tertentu, kematian lebih merupakan proses daripada peristiwa tunggal. Dalam konteks ini, kematian dimaknai sebagai pergeseran lambat dari satu kondisi spiritual ke kondisi spiritual lainnya.[6]
Mullin, Glenn H. (2008). Living in the Face of Death: The Tibetan Tradition. Ithaca, New York: Snow Lion Publications. ISBN978-1-55939-310-2.Parameter |orig-date= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Bacaan lanjutan
Best, Ben. "Causes of Death". BenBest.com. Diakses tanggal 10 June 2016.
Marques, Susana Moreira (13 October 2015). Now and At the Hour of Our Death (dalam bahasa Inggris). Diterjemahkan oleh Sanches, Julia. And Other Stories. ISBN978-1-908276-62-9.
Schels, Walter; Lakotta, Beate. "Before and After Death". LensCulture.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 October 2014. Diakses tanggal 19 September 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) Interviews with people dying in hospices, and portraits of them before, and shortly after, death.
U.S. Census. "Causes of Death 1916". AntiqueBooks.net (scanns). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 September 2004. Diakses tanggal 19 September 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) How the medical profession categorized causes of death
Wald, George. "The Origin of Death". ElijahWald.com. A biologist explains life and death in different kinds of organisms, in relation to evolution.