Senat Romawi Timur, juga dikenal sebagai Senat Bizantium (bahasa Yunani: Σύγκλητος, Synklētos, or Γερουσία, Gerousia) merupakan lembaga politik yang ada di Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium. Senat ini berkembang dari lembaga senat Kekaisaran Romawi kuno dan memainkan peran penting selama fase awal Kekaisaran Bizantium. Meskipun pengaruhnya terus menurun seiring berjalannya waktu, senat ini tetap bertahan hingga sekitar abad ke-13.
Pada awal pembentukannya, senat terdiri dari anggota aristokrasiRomawi yang pindah ke Konstantinopel dan elit lokal yang baru dibentuk. Banyak dari mereka adalah keluarga terkemuka yang memegang posisi administratif penting di pemerintahan dan militer.
Fungsi dan Peran Senat
Selama abad-abad pertama Kekaisaran Bizantium, senat memainkan peran dalam berbagai fungsi politik dan administratif. Anggota senat, yang dikenal sebagai senator, terlibat dalam pemerintahan kota, memberikan saran kepada kaisar, dan terkadang turut serta dalam pengambilan keputusan penting. Namun, wewenang senat terutama bersifat konsultatif, dengan kekuasaan nyata berada di tangan kaisar.
Selain itu, senat juga memiliki fungsi dalam pemilihan dan pengakuan kaisar baru, terutama ketika terjadi kekosongan kekuasaan atau ketika dinasti yang berkuasa tidak memiliki penerus yang jelas. Misalnya, senat terlibat dalam pengangkatan kaisar seperti Marcianus (450–457 M) dan Anastasius I (491–518 M).
Komposisi Senat
Senat Romawi Timur terdiri dari dua kelas senator, yaitu Illustres dan Spectabiles. Kelas Illustres mencakup anggota tertinggi dari birokrasi, termasuk para jenderal dan pejabat sipil senior. Sementara itu, kelas Spectabiles terdiri dari pejabat administratif tingkat menengah dan para bangsawan yang kurang terkemuka.
Sebagian besar senator adalah pemilik tanah kaya yang memiliki tanah pertanian yang luas di berbagai provinsi kekaisaran. Kehadiran mereka di senat memperkuat hubungan antara pusat pemerintahan di Konstantinopel dan wilayah-wilayah di luar ibu kota.
Senat di Masa Yustinianus
Pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus I (527–565 M), senat masih memainkan peran penting, meskipun pengaruhnya berkurang. Yustinianus dikenal karena memperkuat otoritas kekaisaran dan memusatkan kekuasaan di tangannya sendiri. Reformasi hukum yang dilakukan Yustinianus, yang dikenal sebagai Corpus Juris Civilis, mengurangi kekuatan senat dalam sistem hukum kekaisaran, tetapi senat tetap berfungsi sebagai badan konsultatif dan simbol politik penting.
Pada saat yang sama, status senator dan keanggotaan senat tetap menjadi prestise sosial yang signifikan. Kekayaan dan kekuasaan politik mereka memungkinkan senator untuk tetap memiliki pengaruh, meskipun pengaruh langsung senat dalam pemerintahan semakin berkurang.
Penurunan Pengaruh Senat
Seiring berjalannya waktu, terutama pada abad ke-7 dan seterusnya, senat mulai kehilangan kekuatan dan relevansinya dalam pemerintahan. Restrukturisasi administratif dan militer di bawah kaisar seperti Heraklius (610–641 M) dan Leo III (717–741 M) mengurangi peran senat dalam pengambilan keputusan kekaisaran.
Peran tradisional senat dalam memilih kaisar juga semakin berkurang, karena kekuasaan militer dan birokrasi pusat menjadi lebih dominan dalam menentukan suksesi. Meskipun begitu, senat masih berfungsi hingga sekitar abad ke-13, tetapi dengan peran yang sangat terbatas dan lebih simbolis daripada praktis.
Pembubaran Senat
Senat Romawi Timur secara resmi dibubarkan pada abad ke-13, selama periode kekacauan dan ketidakstabilan yang disebabkan oleh Perang Salib Keempat (1204) dan pendudukan Konstantinopel oleh kekuatan Latin. Setelah Kekaisaran Bizantium dipulihkan pada 1261 oleh Dinasti Palaiologos, senat tidak pernah dibentuk kembali, dan kekuasaan politik sepenuhnya terpusat di tangan kaisar serta elit militer dan birokrasi kekaisaran.