Birokrasi
Birokrasi (bahasa inggris: bureaucracy) adalah suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida dengan lebih banyak orang berada di tingkat bawah daripada tingkat atas, biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya sipil maupun militer. Denis H. Wrong menjelakan ciri mendasar organisasi birokratik adalah setiap posisi serta tanggung jawab kerjanya dideskripsikan dalam organigram. Organisasi ini pun memiliki aturan dan prosedur ketat. Ciri lainnya adalah biasanya terdapat banyak formulir yang harus dilengkapi dan pendelegasian wewenang harus dilakukan sesuai dengan hierarki kekuasaan. Adanya hubungan impersonal antar anggota organisasi.[1]
KonsepKonsep birokrasi diperkenalkan pertama kali oleh ekonom bernama Vincent de Gournay (1712-1759). Pemikiran Gournay kemudian dikembangkan oleh John Stuart Mill dan Gaetano Mosca. Konsep birokrasi secara lengkap dan rinci dikemukakan oleh Max Weber.[2] Ciri-ciri BirokrasiCiri-ciri birokrasi menurut Max Weber adalah:
servants are appointed, not electe, on the basis of technical qualifications as determined by diplomas or examination).
to rank).
Karakteristik birokrasi dan indikator negara maju dan berkembangKarakteristik yang ideal dari birokrasi yang ditulis Max Weber antara lain[1]:
Terdapat indikator yang memperlihatkan perbedaan antara negara maju dan negara berkembang, yaitu:
Weber juga mengkritik beberapa sifat yang hanya dimiliki oleh birokrasi. Beberapa kritik sebagai berikut:
Tiga Tipe Ideal Birokrasi menurut Max WeberOtorita TradisionalOtorita ini menggunakan pola pengawasan birokrasi yang berlaku di masa lampau sekaligus yang berlaku di masa kini. Yang mewajibkan menyerahkan loyalitas pribadi kepada kepala divisi yang sedang menjabat. Otorita ini tidak memperkenankan adanya perubahan yang signifikan, karena perubahan birokrasi tersebut akan meggerogoti legitimasi pemimpin yang ada.[1] Otorita KharismatikOtorita ini muncul karena pengabdian para masyarakat kepada pemimpinnya yang memiliki keistimewaan. Kedudukan pemimpin yang diistimewakan ini terlepas dari aturan-aturan tradisional yang mewajibkan menganut pakem tertentu. Model birokrasi ini terlepas dari aturan-aturan hukum yang ada, karena para pengikutnya mempercayai konsep tertentu yang tidak berlandaskan hukum sebelumnya dalam melakukan penghambaan. Model otorita ini merupakan pengecualian dari keteraturan rutin yang berlaku sebelumnya.[1] Otorita Legal-RasionalKepatuhan model birokrasi ini yang disebut oleh Weber sebagai Otorita Modern. Model birokrasi ini terjadi baru-baru ini setelah terjadinya revolusi industri. Dimana pengikut dapat melaksanakan otorita atas dasar aturan dan juga rasionalitas. Tidak peduli siapa sosok yang memimpin, sepanjang perintah yang diberikan sesuai dengan aturan dan rasional. Aturan tersebut dapat diubah mengikuti perkembangan jaman, asalkan menganut asas rasionalitas yang disepakati pihak yang bekerja dalam otorita tersebut.[1] Birokrasi dalam bisnisDalam dunia bisnis, birokrasi ditandai dengan banyaknya lapisan-lapisan manajemen dalam struktur sebuah perusahaan. Dalam kondisi lingkungan bisnis yang kompleks, birokrasi sering kali tak terhindarkan.[3] Birokrasi membantu perusahaan untuk bergerak secara terstruktur dengan batasan otoritas yang jelas dan pekerjaan yang terstandardisasi. Birokrasi memungkinkan perusahaan untuk bekerja secara efisien dalam skala besar.[3] Birokrasi rendah biasanya ada di perusahaan rintisan (startup). Namun seiring berjalannya waktu, kebutuhan untuk bersaing akan mendorong lahirnya lapisan-lapisan baru dan akhirnya meningkatkan birokrasi di perusahaan rintisan tersebut.[3] Di sisi lain, tingkat birokrasi yang terlalu tinggi dalam bisnis mendapatkan banyak kritik. Doug McMillon, CEO Walmart, mengatakan bahwa birokrasi adalah seorang musuh yang harus dihadapi. Sementara itu, Jamie Dimon, CEO JPMorgan Chase, menyebut birokrasi sebagai sebuah penyakit. HBR menyampaikan bahwa birokrasi dapat mengurangi inisiatif, menghalangi pengambilan risiko, dan menghancurkan kreativitas.[3] Beberapa model diterapkan untuk mengurangi birokrasi, khususnya pada perusahaan besar. Salah satunya adalah model microenterprise yang diterapkan oleh Haier di Qingdao, Tiongkok.[3] Lihat pulaReferensi
Pranala luar |