Kitab Henokh (disebut juga 1 Henokh;[1]bahasa Ge'ez: መጽሐፈ ሄኖክ Mätṣḥäfä Henok), atau dikenal juga sebagai Kitab Nabi Idris, adalah suatu karya keagamaan Yahudi kuno, secara tradisi dianggap berasal dari Henokh (Idris) kakek buyut Nuh. Dilihat dari asal-usul penulisannya, para akademisi modern memperkirakan kitab ini ditulis dalam kurun waktu yang berbeda-beda. Bagian tertua dari kitab ini (terutama Kitab Para Penjaga) diperkirakan berasal dari tahun 300 SM - 200 SM; adapun bagian terbaru (Kitab Perumpamaan) kemungkinan berasal dari kurun 100 SM.[2]
Berbagai potongan fragmen Kitab Henokh yang ditemukan dalam bahasa Aramaik di Gua Qumran (lebih dikenal sebagai Dead Sea Scroll atau Gulungan Laut Mati), serta beberapa fragmen Yunani dan Latin lainnya, membuktikan bahwa kitab ini dikenal oleh kalangan Yahudi dan Kristen awal. Kitab ini juga dikutip dalam beberapa kitab kuno, seperti dalam "Kisah 12 Putra Yakub" (The Testaments of the Twelve Patriachs) yang ditulis di kurun 100 SM.[3] Demikian halnya para penulis Perjanjian Baru pada abad-abad pertama tampaknya tidak asing dengan cerita-cerita dalam Kitab Henokh, bahkan mendapat pengaruh darinya.[4] Dalam Perjanjian Baru terdapat kutipan singkat dari 1 Henokh (1:9) dalam Surat Yudas (Yudas 1:14–15), di dalamnya dikatakan tentang "Henokh, [nabi] yang Ketujuh dari Adam" (1 Henokh 60:8).
Meski ada beberapa kalangan di Ethiopia yang secara tradisi meyakini bahasa asli kitab ini adalah bahasa Ge'ez, namun para akademisi modern cenderung menyatakan bahwa kitab ini berasal dari bahasa Ibrani atau Aramaik, dan itupun dibuktikan oleh penemuan fragmen di Gulungan Laut Mati. Ephraim Isaac mengemukakan bahwa Kitab Henokh, sama seperti Kitab Daniel, sebagian disusun dalam bahasa Aram dan sebagian lagi dalam bahasa Ibrani.[5] Adapun dalam isi kitab ini ditegaskan bahwa penulisnya adalah Henokh (atau dalam Islam dikenal sebagai Nabi Idris), yang hidup sebelum peristiwa Banjir Biblika pada zaman Nabi Nuh.
Di kalangan Yahudi, kitab ini tidak dipandang sebagai bagian dari kanon biblika selain oleh pengikut Yahudi Ethiopia. Demikian halnya dalam tradisi Kristen, mungkin sebagian masih menerima Kitab Henokh untuk kepentingan historis dan teologis, tetapi umumnya memandang Kitab Henokh bukan sebagai kitab kanonik (kitab yang terilhami secara ilahi).[6] Di kalangan Kristen, hanya pengikut Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia dan Gereja Tewahedo Ortodoks Eritrea yang menganggapnya sebagai kanon.
Kitab Henokh paling lengkap yang kini tersedia berasal dari naskah Ethiopik, Mätṣḥäfä Henok yang ditulis dalam bahasa Ge'ez, Ethiopia. Pada sekitar tahun 1790-an, seorang petualang asal Skotlandia bernama James Bruce membawa pulang tiga salinan naskah Ethiopik yang dia peroleh dari perpustakaan Gereja Ethiopia. Bruce menghadiahkan satu salinan yang dibawanya kepada Raja Prancis, Louis XV (yang kini tersimpan di Perpustakaan Nasional Prancis); satu salinan disumbangkan ke Bodleian Library, Universitas Oxford; dan satu terakhir disimpannya sendiri, meski kemudian disimpan di Bodleian Library setelah kematiannya.[3]
Isi Kitab Henokh
Kitab Henokh versi Ethiopik tidaklah memiliki judul dalam setiap babnya. Pemberian judul juga belum ditemukan dalam berbagai terjemahan awal Kitab Henokh di Eropa, seperti dalam publikasi Richard Laurence dalam bahasa Inggris pada tahun 1821, publikasi August Dillmann dalam bahasa Jerman pada tahun 1853, dan publikasi R. H. Charles (yang menerjemahkan teks Jerman dari Dillmann) dalam bahasa Inggris pada tahun 1893. Pemberian judul bab pertama kali dilakukan oleh R. H. Charles dalam edisi terakhir versi terjemahan bahasa Inggris pada tahun 1917.[3]
Kitab Henokh terdiri dari lima bagian utama yang sangat bebeda (lihat masing-masing bagian untuk rinciannya):
Surat Henokh, Kitab Wasiat-wasiat Idris (1 Henokh 91 - 108)
Kebanyakan akademisi meyakini kalau kelima bagian ini mulanya adalah karya-karya yang saling berdiri sendiri[7] (dengan waktu penyusunan yang berbeda-beda), masing-masing adalah hasil dari banyak penataan editorial, dan baru belakangan redaksinya disusun dalam bentuk yang sekarang dikenal sebagai 1 Henokh.
Kanonisitas
Agama Yahudi
Meskipun jelas dikenal selama perkembangan kanon Alkitab Ibrani, 1 Henokh dikecualikan dari kanon resmi Tanakh maupun kanon Septuaginta yang umum pada sekitar abad kedua masehi,[8] dan karenanya juga dari tulisan-tulisan yang sekarang dikenal sebagai Deuterokanon.[9][10] Satu satu kemungkinan alasan penolakan oleh kaum Yahudi atas kitab ini adalah sifat tekstual beberapa bagian awal kitab ini yang menggunakan materi dari Taurat; contohnya, 1 Henokh 1 adalah suatu midras dari Ulangan 33.[11][12] Isi Kitab Henokh, khususnya deskripsi rinci para malaikat yang jatuh, juga menjadi salah satu alasan penolakan dari kanon Ibrani pada periode ini – sebagaimana tercermin dalam komentar-komentar Trifo orang Yahudi ketika berdebat dengan Yustinus Martir tentang hal ini. Trifo: "Ucapan-ucapan Allah adalah suci, tetapi paparan Anda temuan belaka, karena jelas dari apa yang telah dijelaskan oleh Anda; tidak, bahkan hujatan, jika Anda menegaskan bahwa malaikat-malaikat berdosa dan memberontak dari Allah." (Dialog 79)[13]
Henokh disebut sebagai seorang nabi dan tokoh historis, serta dikutip dalam Yudas, 1:14–15 (TB):
Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: "Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan."[15]
Bandingkan ini denan Henokh 1:9, diterjemahkan dari teks Ethiopia (juga ditemukan dalam gulungan naskah Qumran 4Q204=4QEnochc ar, col I 16–18):[16]
Dan lihatlah! Ia datang dengan puluhan ribu bala tentara-Nya yang kudus untuk memberlakukan hukuman terhadap semua, dan menghancurkan semua orang fasik dan menjatuhkan hukuman atas semua orang. Dari semua pekerjaan orang-orang yang fasik terhadap Tuhan, dan tentang semua kata-kata nista yang telah diucapkan oleh orang-orang fasik terhadap-Nya.
Bandingkan ini juga dengan apa yang mungkin menjadi sumber asli 1 Henokh 1:9 dalam Ulangan 33:2:[17][18][19]
TUHAN datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala.[20]
Penerimaan
Kitab Henokh dianggap sebagai kitab suci dalam Surat Barnabas (16:4)[21] dan oleh banyak Bapa Gereja awal seperti Athenagoras,[22]Klemens dari Aleksandria,[23]Ireneus[24] dan Tertulianus,[25] yang menulis sekitar tahun 200 bahwa Kitab Henokh telah ditolak oleh orang-orang Yahudi karena berisikan nubuat-nubuat berkenaan dengan Kristus.[26] Bagaimanapun para Bapa Gereja berikutnya menolak kanonisitas kitab ini, dan beberapa bahan menganggap Surat Yudas non-kanonik karena merujuk pada suatu karya "apokrif".[27]
Keyakinan dalam tradisi Gereja Ortodoks Ethiopia, yang memandang 1 Henokh sebagai suatu dokumen yang terilhami, adalah bahwa teks Ethiopia tersebut adalah yang asli, ditulis oleh Henokh sendiri. Mereka meyakini bahwa kalimat pembuka berikut dari Henokh merupakan kalimat pertama dan tertua yang ditulis dalam bahasa manusia mana pun, karena Henokh adalah orang pertama yang menulis huruf-huruf ini:
"Kalimat berkat Henok, yang dengannya ia memberkati orang-orang yang terpilh dan yang benar yang akan bertahan hidup dalam hari kesusahan yang akan menyingkirkan semua orang yang jahat dan mereka yang murtad."
Tradisi manuskrip
Bahasa Ethiopik
Saksi yang paling ekstensif akan Kitab Henokh terdapat dalam bahasa Ge'ez. Edisi kritis Robert Henry Charles tahun 1906 membagi naskah-naskah Ethiopik tersebut ke dalam dua kelompok:
Kelompok α: dianggap lebih kuno dan lebih mirip dengan versi Yunani:
B – ms. orient. 491 dari British Museum, abad ke-18, dengan tulisan-tulisan biblika lainnya
C – ms. dari Berlin orient. Petermann II Nachtrag 29, abad ke-16
D – ms. abbadiano 35, abad ke-17
E – ms. abbadiano 55, abad ke-16
F – ms. 9 dari Lago Lair, abad ke-15
Kelompok β: lebih baru, tampaknya teks-teks hasil pengeditan
G – ms. 23 dari John Rylands University Library of Manchester, abad ke-18
H – ms. orient. 531 dari Bodleian Library of Oxford, abad ke-18
I – ms. Brace 74 dari Bodleian Library of Oxford, abad ke-16
J – ms. orient. 8822 dari British Museum, abad ke-18
K – ms. milik E. Ullendorff dari London, abad ke-18
L – ms. abbadiano 99, abad ke-19
M – ms. orient. 492 dari British Museum, abad ke-18
N – ms. Ethiopian 30 dari Monaco of Baviera, abad ke-18
O – ms. orient. 484 dari British Museum, abad ke-18
P – ms. Ethiopian 71 dari Vatikan, abad ke-18
Q – ms. orient. 486 dari British Museum, abad ke-18, tidak ada bab 1–60
Bahasa Aram
Sebelas fragmen Kitab Henokh berbahasa Aramaik ditemukan di gua 4 Qumran pada tahun 1948[28] dan berada di bawah pemeliharaan Otorita Antikuitas Israel (IAA). Fragmen-fragmen tersebut diterjemahkan dan dibahas oleh Józef Milik dan Matthew Black dalam Kitab-Kitab Henokh.[29] Terjemahan lainnya dirilis oleh Vermes dan Garcia-Martinez.[30] Milik menggambarkannya berwarna putih atau krem, terhampar menghitam, dan dibuat dari kulit yang halus, tebal, dan kaku. Sebagian juga rusak, kusam dan buram oleh tinta.
4Q201 = 4QEnoch a ar, Henokh 2:1–5:6; 6:4–8:1; 8:3–9:3,6–8
Juga di Qumran (gua 1) telah ditemukan tiga fragmen kecil dalam bahasa Ibrani (8:4–9:4, 106).
Bahasa Yunani dan Latin
Chronographia Universalis, karya sejarawan Bizantin George Syncellus dari abad ke-8, mempertahankan beberapa bagian Kitab Henokh dalam bahasa Yunani Koine (6:1–9:4, 15:8–16:1). Fragmen-fragmen Yunani lainnya yang diketahui yaitu:
Kodeks Panopolitanus (Papirus Kairo 10759), juga dinamakan Kodeks Gizeh atau fragmen-fragmen Akhmim, meliputi fragmen-fragmen dari dua papirus abad ke-6 yang berisi bagian-bagian dari bab 1–32 yang ditemukan oleh tim arkeologi Prancis di Akhmim di Mesir dan dipublikasikan lima tahun kemudian, pada tahun 1892.
Papirus Oxyrhynchus 2069: hanya memuat beberapa huruf, yang menjadikan identifikasinya tidak pasti, dari 77:7–78:1, 78:1–3, 78:8, 85:10–86:2, 87:1–3
Ada klaim bahwa beberapa tambahan fragmen kecil dalam bahasa Yunani telah ditemukan di Qumran (7QEnoch: 7Q4, 7Q8, 7Q10-13), bertarikh sekitar tahun 100 SM, berkisar dari 98:11? sampai 103:15[31] dan ditulis pada papirus dengan garis kisi, tetapi identifikasi ini banyak ditentang.
Dari terjemahan Latin, hanya diketahui 1:9 dan 106:1–18. Bagian pertama terdapat dalam Pseudo-Siprianus dan Pseudo-Vigilius;[32] bagian kedua ditemukan pada tahun 1893 oleh M. R. James dalam sebuah manuskrip abad ke-8 di British Museum dan dipublikasikan pada tahun yang sama.[33]
Sejarah
Periode Bait Kedua
Publikasi tahun 1976 oleh Milik[29] atas hasil penanggalan paleografis fragmen-fragmen Kitab Henokh yang ditemukan di Qumran membuat suatu terobosan. Menurut akademisi ini, yang mempelajari gulungan-gulungan naskah asli tersebut selama bertahun-tahun, fragmen-fragmen tertua Kitab Para Penjaga bertarikh 200–150 SM. Karena Kitab Para Penjaga memperlihatkan bukti adanya beberapa tahap penyusunan, terdapat kemungkinan bahwa karya ini telah ada pada abad ke-3 SM.[34] Hal yang sama dapat dikatakan tentang Kitab Astronomis.
Tidak mungkin lagi mengklaim bahwa inti Kitab Henoh disusun saat terjadinya Pemberontakan Makabe sebagai suatu reaksi terhadap Helenisasi.[35]:93 Para akademisi karenanya harus mencari asal usul bagian-bagian 1 Henokh dari Qumran pada periode historis sebelumnya, dan perbandingan dengan materi menurut tradisi dari saat tersebut memperlihatkan bahwa bagian-bagian ini tidak terhubung secara khusus pada kategori-kategori dan ide-ide menonjol dalam Alkitab Ibrani. Beberapa akademisi bahkan berbicara tentang suatu "Yudaisme Henokh" yang darinya para penulis gulungan naskah Qumran berasal.[36]Margaret Barker berpendapat, "[Kitab] Henokh adalah tulisan dari suatu kelompok yang sangat konservatif yang akarnya kembali ke zaman Bait Pertama".[37]
Kebanyakan fragmen Qumran relatif awal, tidak ada yang ditulis dari periode terakhir catatan Qumran. Dengan demikian, terdapat kemungkinan bahwa komunitas Qumran secara bertahap kehilangan minat pada Kitab Henokh.[38]
Hubungan antara 1 Henokh dengan kaum Eseni tercatat bahkan sebelum penemuan Gulungan Laut Mati.[39] Meskipun ada konsensus untuk menganggap bagian-bagian dari Kitab Henokh yang ditemukan di Qumran sebagai teks yang digunakan oleh kaum Eseni, hal yang sama tidak begitu jelas untuk teks-teks Kitab Henokh yang tidak ditemukan di Qumran (terutama Kitab Perumpamaan): ada usulan[40] untuk menganggap bagian-bagian ini sebagai ungkapan dari arus utama, tetapi bukan gerakan eseni (non-Qumran). Aspek-aspek tidak biasa yang terutama dari bagian-bagian non-Qumran 1 Henokh adalah sebagai berikut:
seorang Mesias yang disebut "Putra Manusia", dengan sifat-sifat ilahi, ada sebelum kisah penciptaan, yang akan bertindak langsung dalam penghakiman terakhir dan duduk di suatu takhta kemuliaan (1 Henokh 46:1–4, 48:2–7, 69:26–29)[16]:562–563
orang-orang berdosa biasanya dipandang sebagai orang-orang kaya dan orang benar sebagai yang tertindas (suatu tema yang juga ditemukan pada Mazmur Salomo).
Pengaruh awal
Literatur Rabinik klasik nyaris tidak menyinggung hal-hal yang berkenaan dengan Henokh. Tampaknya masuk akal kalau berbagai polemik Rabinik yang menentang tradisi dan teks terkait Henokh mungkin telah menyebabkan hilangnya kitab-kitab ini pada Yudaisme Rabinik.[41]
Kitab Henokh berperan penting dalam sejarah mistisisme Yahudi: akademisi terkemuka Gershom Scholem menulis, "Subjek-subjek utama dari mistisisme Merkabah kemudian telah menempati suatu posisi sentral dalam literatur esoteris yang lebih tua, paling baik direpresentasikan oleh Kitab Henokh."[42] Perhatian khusus ditujukan pada deskripsi rinci mengenai takhta Allah yang tercantum dalam bab 14 dari 1 Henokh.
Terdapat sedikit keraguan bahwa 1 Henokh berpengaruh dalam membentuk doktrin-doktrin Perjanjian Baru mengenai Mesias, Putra Manusia, kerajaan mesianis, demonologi, kebangkitan, dan eskatologi.[5]:10 Batas-batas pengaruh 1 Henokh dibahas panjang lebar oleh R.H. Charles[43] E Isaac,[5] dan G.W. Nickelsburg[44] dalam penjelasan dan terjemahan mereka masing-masing. Terdapat kemungkinan bahwa bagian-bagian awal 1 Henokh memiliki pengaruh konten dan tekstual secara langsung pada banyak apokrifa Alkitab seperti Kitab Yobel, 2 Barukh, 2 Esdras, Apokalipsis Abraham, dan 2 Henokh, meskipun dalam kasus-kasus ini hubungan tersebut biasanya lebih kepada pencabangan dari suatu pokok utama yang umum daripada pengembangan langsung.[45]
Sir Walter Raleigh, dalam Sejarah Dunia karyanya (ditulis pada tahun 1616 ketika ia dipenjara di Menara London), membuat pernyataan yang tidak lazim bahwa bagian dari Kitab Henokh "yang berisi lintasan bintang-bintang, nama-nama dan pergerakannya" telah ditemukan di Saba (Syeba) pada abad ke-1 dan karenanya tersedia bagi Origenes dan Tertulianus. Ia mengaitkan informasi tersebut dengan Origenes,[48] kendati tidak ditemukan pernyataan seperti itu di dalam versi-versi Origenes yang masih terlestarikan.[49]
Di luar Ethiopia, teks Kitab Henokh dianggap hilang hingga permulaan abad ke- 17, ketika dengan yakin dinyatakan bahwa kitab ini ditemukan dalam bentuk terjemahan bahasa Ethiopik (Ge'ez) di sana, dan Nicolas-Claude Fabri de Peiresc membeli sebuah kitab yang diklaim identik dengan apa yang dikutip oleh Surat Yudas dan oleh para Bapa Gereja. Hiob Ludolf, akademisi Ethiopik terkemuka dari abad ke-17 dan 18, segera mengklaim bahwa kitab itu adalah sebuah pemalsuan yang dibuat oleh Abba Bahaila Michael.[50]
Penjelajah Skotlandia yang bernama James Bruce pada tahun 1773 menemukan naskah Kitab Henokh di dalam biara di Etiopia.[51] Ia kembali ke Eropa dari perjalanan selama enam tahun di Abisinia dengan membawa tiga salinan dari sebuah versi berbahasa Ge'ez.[52] Yang pertama disimpan di Perpustakaan Bodleian, yang kedua dipersembahkan kepada perpustakaan kerajaan Prancis, dan yang ketiga disimpan oleh Bruce. Salinan-salinan itu masih belum digunakan hingga abad ke-19; Silvestre de Sacy, dalam "Notices sur le livre d'Enoch",[53] memasukkan cuplikan-cuplikan dari kitab-kitab tersebut bersama dengan terjemahan-terjemahan berbahasa Latin (Henokh bab 1,2,5-16,22,32). Darinya Rink membuat sebuah terjemahan dalam bahasa Jerman pada tahun 1801.
Terjemahan pertama dari manuskrip Bodleian/Ethiopik dipublikasikan pada tahun 1821 oleh Richard Laurence, diberi judul "The Book of Enoch, the prophet: an apocryphal production, supposed to have been lost for ages; but discovered at the close of the last century in Abyssinia; now first translated from an Ethiopian MS in the Bodleian Library. Oxford, 1821." (Kitab Henokh, sang nabi: sebuah produk apokrif, yang dikira telah lenyap selama berabad-abad namun ditemukan kembali menjelang akhir abad lalu di Abisinia; kini untuk pertama kali diterjemahkan dari sebuah manuskrip Ethiopia di Perpustakaan Bodleian. Oxford, 1821). Edisi-edisi revisinya terlihat pada tahun 1833, 1838, dan 1842.
Pada tahun 1838 Laurence juga merilis teks Ethiopik pertama 1 Henokh yang diterbitkan di Barat, judulnya: Libri Enoch Prophetae Versio Aethiopica. Teks yang terbagi dalam 105 bab itu seketika dianggap tak dapat diandalkan karena merupakan transkripsi dari sebuah manuskrip Ethiopik tunggal.[54]
Pada tahun 1833, ProfesorAndreas Gottlieb Hoffmann dari Universitas Jena menerbitkan sebuah terjemahan berbahasa Jerman berdasarkan karya Laurence, judulnya Das Buch Henoch in vollständiger Uebersetzung, mit fortlaufendem Kommentar, ausführlicher Einleitung und erläuternden Excursen. Dua terjemahan lainnya muncul pada waktu yang hampir bersamaan: satu pada tahun 1836 dengan judul Enoch Restitutus, or an Attempt (Edward Murray) dan satu lagi pada tahun 1840 dengan judul Prophetae veteres Pseudepigraphi, partim ex Abyssinico vel Hebraico sermonibus Latine bersi (A. F. Gfrörer). Namun keduanya dianggap buruk—terutama terjemahan tahun 1836—dan dibahas dalam tulisan Hoffmann.[55]
Edisi kritis pertama, dibuat berdasarkan lima manuskrip, muncul pada tahun 1851 dengan judul Liber Henoch, Aethiopice, ad quinque codicum fidem editus, cum variis lectionibus, karya August Dillmann. Pada tahun 1853 menyusul sebuah terjemahan kitab ini dalam bahasa Jerman hasil karya penulis yang sama, judulnya: Das Buch Henoch, übersetzt und erklärt. Karya tersebut dianggap sebagai edisi standar 1 Henokh hingga munculnya karya Robert Henry Charles.
Generasi keilmuan Henokh dari tahun 1890 hingga Perang Dunia I didominasi oleh Robert Henry Charles. Terjemahan teks Ethiopik beserta penjelasannya yang ia hasilkan pada tahun 1893 telah merepresentasikan suatu kemajuan penting karena didasarkan pada sepuluh manuskrip tambahan. Pada tahun 1906 R.H. Charles mempublikasikan edisi kritis baru teks Ethiopik, menggunakan 23 manuskrip Ethiopik dan segala sumber yang tersedia pada zamannya. Terjemahan bahasa Inggris dari teks yang direkonstruksi tersebut tampil pada tahun 1912, dan pada tahun yang sama dalam kumpulan Apokrifa dan Pseudopigrafa Perjanjian Lama karyanya.
Kitab Para Penjaga
Bagian pertama Kitab Henokh mendeskripsikan kejatuhan para Penjaga, para malaikat yang menjadi ayah dari Nefilim (lih. bene Elohim, Kejadian 6:1–2), dan menceritakan perjalanan Henokh di surga. Menurut para akademikus di dunia Barat, bagian ini dikatakan tersusun pada abad ke-4 atau ke-3 SM.[56]
Isi
1-5. Perumpamaan Henokh tentang Masa Depan Kelompok Orang Jahat dan Orang Benar
6-11. Kejatuhan para Malaikat: Demoralisasi Umat Manusia: Perantaraan para Malaikat yang mewakili Umat Manusia. Hukuman yang dinyatakan oleh Allah terhadap para Malaikat dari Kerajaan Mesianik.
12-16. Penglihatan-Mimpi Henokh: Perantaraannya bagi Azazel dan para malaikat yang jatuh: serta Pemberitaannya tentang Kehancuran mereka yang pertama dan terakhir.
17-36. Perjalanan Henokh melitasi Bumi dan Sheol: Henokh juga melakukan perjalanan ke surga melalui sebuah portal berbentuk segitiga
26. Yerusalem dan berbagai Gunung, Ngarai, dan Sungai.
27. Maksud Lembah yang Terkutuk.
28-33. Perjalanan Lebih Jauh ke Timur.
34-35. Perjalanan Henokh ke Utara.
36. Perjalanan ke Selatan.
Deskripsi
Pengantar ke dalam Kitab Henokh menceritakan bahwa Henokh itu, "seorang yang benar, yang matanya dibukakan oleh Allah sehingga ia memperoleh suatu penglihatan tentang Yang Mahakudus di surga, yang diperlihatkan anak-anak Allah kepadaku, dan dari mereka aku mendengar segala sesuatu, dan aku tahu apa yang kulihat, tetapi [hal-hal yang kulihat ini] tidak [akan terjadi] untuk generasi ini, melainkan untuk generasi yang akan datang."
Bagian ini membahas kedatangan Allah ke Bumi di Gunung Sinai bersama bala tentara-Nya untuk menjatuhkan penghakiman kepada umat manusia. Bagian ini juga menceritakan tentang penerang yang terbit dan terbenam menurut tatanannya dan dalam waktunya masing-masing serta tidak pernah berubah.
Amati dan lihatlah bagaimana (di musim dingin) semua pepohonan tampak seolah-olah telah menjadi layu dan daun-daunnya gugur, kecuali empat belas pohon, yang tidak kehilangan daun-daunnya melainkan mempertahankan dedaunannya yang lama selama dua sampai tiga tahun hingga datangnya dedaunan yang baru.
Bagaimana segala sesuatu ditetapkan oleh Allah dan masing-masing terlaksana menurut waktu-Nya. Orang-orang berdosa akan binasa, yang luhur dan yang baik akan hidup terus di dalam terang, sukacita, dan damai.
Dan dengan demikian semua karya-Nya terus berlanjut dari tahun ke tahun untuk selama-lamanya, dan semua tugas yang mereka lakukan bagi-Nya, dan tugas-tugas mereka tidaklah berubah, melainkan sesuai dengan yang telah Allah tetapkan maka demikianlah yang terjadi.
Bagian pertama kitab ini melukiskan interaksi antara para malaikat yang jatuh dengan umat manusia; Sêmîazâz memaksa 199 malaikat yang jatuh lainnya untuk memperistri manusia agar "melahirkan anak-anak bagi kita".
Kitab Henokh bab 37–71 disebut sebagai Kitab Perumpamaan. Perdebatan keilmuan berpusat pada bab-bab ini. Kitab Perumpamaan tampaknya didasarkan pada Kitab Para Penjaga, namun menyajikan pengembangan selanjutnya akan gagasan penghakiman terakhir dan eskatologi, tidak hanya berkenaan dengan nasib para malaikat yang jatuh tetapi juga raja-raja yang jahat di bumi. Kitab Perumpamaan menggunakan ungkapan "Putra Manusia" bagi protagonis eskatologisnya, yang juga disebut "Yang Benar", "Yang Terpilih", dan "Mesias", serta duduknya ia di takhta kemuliaan saat penghakiman terakhir.[57] Penggunaan pertama yang diketahui atas "Putra Manusia" sebagai suatu gelar definitif dalam tulisan-tulisan Yahudi berasal dari kitab 1 Henokh dan penggunaannya mungkin telah memainkan suatu peranan saat awal pemahaman dan penggunaan gelar tersebut di dalam Kekristenan.[58]
Penglihatan Mimpi
Kitab Penglihatan Mimpi, berisikan suatu visiun mengenai sejarah Israel sampai pada masa yang ditafsirkan kebanyakan pihak sebagai Pemberontakan Makabe, ditarikhkan oleh sebagian besar kalangan ke zaman Makabe (sekitar tahun 163–142 SM). Menurut Gereja Ortodoks Ethiopia, kitab ini ditulis sebelum peristiwa Bahtera Nuh.
Beberapa dari malaikat yang jatuh yang disebutkan di dalam daftar berikut ini mempunyai nama-nama lain; seperti misalnya Rameel ('fajar Allah'), yang menjadi Azazel ('sombong terhadap Allah') yang juga disebut Gadriel ('dinding Allah') dalam Pasal 69. Sebuah contoh yang lain ialah Araqiel ('Bumi Allah') menjadi Aretstikapha ('dunia penuh dengan distorsi') dalam Pasal 69. Semua ini adalah nama-nama dari 20 pemimpin dari Para Penjaga seperti yang didaftarkan dalam terjemahan teks-teks Yunani dan Ethiopia.
Akhiran nama 'el' berarti 'Allah' (Daftar nama yang merujuk kepada El) yang dipergunakan dalam nama-nama para malaikat yang berpangkat tinggi. Para penghulu malaikat termasuk di sini seperti Uriel (Lidah Api Allah) atau Mikail "dia yang seperti Allah" atau "disamakan seperti Allah".
Terkenal karena Kesombongannya; 'shem' [berarti 'nama' atau 'kemasyhuran' {baik positif maupun negatif}] + 'azaz' [yang berarti 'pemberontakan' atau 'kesombongan' sebagai partikel negatif].
Knibb mendaftarkannya sebagai "nama itu (atau namaku) telah melihat" atau “ia melihat nama itu”. Yang menarik tentang penafsiran yang kedua di sini ialah cerita tentang Semjâzâ yang mengetahui nama eksplisit Allah dan membuat tawar-menawar dengan manusia Istahar untuk memberitahukan nama itu kepadanya.
Tidak ada daftar karena kurangnya teks-teks yang layak untuk digunakan dalam menerjemahkannya. Nama ini juga tidak dicantumkan dalam Pasal 3 dari terjemahan R. H. Charles, yang dibuat pada 1917. Knibb mengatakan pada pada 1982 ada berbagai terjemahan, semuanya dengan nama-nama dan arti yang berbeda. Nama ini diambil dari daftar yang dapat ditemukan dalam Pasal 69; ia didaftarkan sebagai yang ke-13.
Nama berikut ditemukan dalam sedikit sekali terjemahan tetapi kebanyakan teks tidak mencantumkannya:
Nama ini sesungguhnya tidak boleh dimasukkan ke dalam daftar ini karena para sarjana umumnya setuju bahwa ke-20 nama yang didaftarkan di atas atau variasi-variasi dari nama-nama tersebut adalah satu-satunya yang aslinya dicantumkan; dalam daftar dalam bagian ke-2 dari Kitab Para Penjaga.
Siapapun yang mencantumkan nama ini harus mencantumkan pranala kepada teks yang ada di bawah ini
Ahiah
The Legends of the Jews oleh Rabi Louis Ginzberg menggambarkan Ahiah sebagai anak dari malaikat yang jatuh Semjâzâ.
Catatan
Kutipan-kutipan ini ditemukan dalam artikel yang diambil dari suatu daftar yang direvisi dari terjemahan Uskup Agung R.H. Charles. Versi ini mencakup bahasa Ethiopia yang dilestarikan oleh teks Yunani. Dalam Syncellus yang terdiri atas dua bentuk yang terpisah, dan versi Yunani yang ditemukan di Akhmîm yang disimpan di Museum Gizeh, Kairo.
^Fahlbusch E., Bromiley G.W. The Encyclopedia of Christianity: P–Sh page 411, ISBN 0-8028-2416-1 (2004)
^ abcZaenal Muttaqin dalam Kata Pengantar Redaksi buku Kitab Nabi Idris terjemahan bahasa Indonesia. Sitorini, Tessa (2017). Kitab Nabi Idris. Bandung: Pustaka Prabajati. ISBN9786026173508. OCLC1045020670.
^ abcEphraim Isaac 1 Enoch: A New Translation and Introduction in James Charlesworth (ed.) The Old Testament Pseudoepigrapha, vol. 1, pp. 5-89 (New York, Doubleday, 1983, ISBN 0-385-09630-5)
^Emanuel Tov and Craig Evans, Exploring the Origins of the Bible: Canon Formation in Historical, Literary, and Theological Perspective, Acadia 2008
^Philip R. Davies, Scribes and Schools: The Canonization of the Hebrew Scriptures London: SPCK, 1998
^E Isaac, in Old Testament Pseudepigrapha, ed. Charlesworth, Doubleday, 1983
^"1 Enoch contains three [geographical] name midrashim [on] Mt. Hermon, Dan, and Abel Beit-Maacah" Esther and Hanan Eshel, George W.E. Nickelsburg in perspective: an ongoing dialogue of learning p459. Also in Esther and Hanan Eshel, Toponymic Midrash in 1 Enoch and in Other Second Temple Jewish Literature, Historical and Philological Studies on Judaism 2002 Vol24 pp. 115–130
^Lee, Ralph (2017). "The Ethiopic 'Andəmta' Commentary on Ethiopic Enoch 2 (1 Enoch 6–9)". Journal for the Study of the Pseudepigrapha. 23 (3): 179–200. doi:10.1177/0951820714528628.
^ abClontz, TE; Clontz, J (2008), The Comprehensive New Testament with complete textual variant mapping and references for the Dead Sea Scrolls, Philo, Josephus, Nag Hammadi Library, Pseudepigrapha, Apocrypha, Plato, Egyptian Book of the Dead, Talmud, Old Testament, Patristic Writings, Dhammapada, Tacitus, Epic of Gilgamesh, Cornerstone, hlm. 711, ISBN978-0-9778737-1-5.
^"1.9 In 'He comes with ten thousands of His Saints the text reproduces the Massoretic of Deut.33,2 in reading ATAH = erchetai, whereas the three Targums, the Syriac and Vulgate read ATIH, = met'autou. Here the LXX diverges wholly. The reading ATAH is recognised as original. The writer of 1–5 therefore used the Hebrew text and presumably wrote in Hebrew." R.H. Charles, Book of Enoch: Together with a Reprint of the Greek Fragments London 1912, p. lviii
^"We may note especially that 1:1, 3–4, 9 allude unmistakably to Deuteronomy 33:1–2 (along with other passages in the Hebrew Bible), implying that the author, like some other Jewish writers, read Deuteronomy 33–34, the last words of Moses in the Torah, as prophecy of the future history of Israel, and 33:2 as referring to the eschatological theophany of God as judge." Richard Bauckham, The Jewish world around the New Testament: collected essays. 1999 p. 276
^"The introduction… picks up various biblical passages and re-interprets them, applying them to Enoch. Two passages are central to it The first is Deuteronomy 33:1 … the second is Numbers 24:3–4 Michael E. Stone Selected studies in pseudepigrapha and apocrypha with special reference to the Armenian Tradition (Studia in Veteris Testamenti Pseudepigrapha No 9) p. 422.
^Tertullian, in De cultu foeminarum I,3 and in De Idolatria XV
^The Ante-Nicene Fathers (ed. Alexander Roberts and James Donaldson; vol 4.16: On the Apparel of Women (De cultu foeminarum) I.3: "Concerning the Genuineness of 'The Prophecy of Enoch'")
^"[I]t is questionless that the use of letters was found out in the very infancy of the world, proved by those prophecies written on pillars of stone and brick by Enoch, of which Josephus affirmeth that one of them remained even in his time ... But of these prophecies of Enoch, Saint Jude testifieth; and some part of his books (which contained the course of the stars, their names and motions) were afterward found in Arabia fœlix, in the Dominion of the Queene of Saba (saith Origen) of which Tertullian affirmeth that he had seen and read some whole pages." Walter Raleigh, History of the World, chapter 5, section 6. (Google Books) Raleigh's marginal note reads: "Origen Homil. 1 in Num.", i.e., Origen's Homily 1 on Numbers.
^For example, see Origen's Homilies on Numbers, translated by Thomas P. Scheck; InterVarsity Press, 2009. ISBN 0-8308-2905-9. (Google Books)
^Black, Jonathan (2015). Wiyati, Nunung, ed. Sejarah Dunia yang Disembunyikan [The Secret History of the World]. Diterjemahkan oleh Soekato, I. B., dan Toha, A. Jakarta: PT Pustaka Alvabet. hlm. 93. ISBN978-602-9193-67-1.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: translators list (link)
Andreas Gottlieb Hoffmann. Das Buch Henoch, 2 vols. (Jena: Croecker, 1833–39)
August Dillmann. Liber Henoch aethiopice (Leipzig: Vogel, 1851)
August Dillmann. Das Buch Henoch (Leipzig: Vogel 1853)
Daniel C. Olson. Enoch: A New Translation (North Richland Hills, TX: Bibal, 2004) ISBN 0-941037-89-4
Ephraim Isaac, 1(Ethiopic Apocalypse of) Enoch, in The Old Testament Pseudepigrapha, ed. James H. Charlesworth (Garden City, N.Y.: Doubleday, 1983–85) ISBN 0-385-09630-5
George Henry Schodde. The Book of Enoch translated from the Ethiopic with Introduction and notes (Andover: Draper, 1882)
George W.E. Nickelsburg and James C. VanderKam. 1 Enoch: A New Translation (Minneapolis: Fortress, 2004) ISBN 0-8006-3694-5
George W.E. Nickelsburg, 1 Enoch: A Commentary (Minneapolis: Fortress Press, 2001) ISBN 0-8006-6074-9
Josef T. Milik (with Matthew Black). The Books of Enoch: Aramaic Fragments of Qumran Cave 4 (Oxford: Clarendon, 1976).
Matthew Black (with James C. VanderKam). The Book of Enoch; or, 1 Enoch (Leiden: Brill, 1985) ISBN 90-04-07100-8
Michael A. Knibb. The Ethiopic Book Of Enoch., 2 vols. (Oxford: Clarendon, 1978; repr. 1982)
Michael Langlois. The First Manuscript of the Book of Enoch. An Epigraphical and Philological Study of the Aramaic Fragments of 4Q201 from Qumran (Paris: Cerf, 2008) ISBN 978-2-204-08692-9
Richard Laurence. Libri Enoch prophetae versio aethiopica (Oxford: Parker, 1838)
Richard Laurence. The Book of Enoch (Oxford: Parker, 1821)
Robert Henry Charles. The Book of EnochDiarsipkan 2016-08-11 di Wayback Machine. (Oxford: Clarendon, 1893), translated from professor Dillmann's Ethiopic text - The Ethiopic Version of the Book of Enoch (Oxford: Clarendon, 1906)
Robert Henry Charles. The Book of Enoch; or, 1 Enoch (Oxford: Clarendon, 1912)
Sabino Chialà. Libro delle Parabole di Enoc (Brescia: Paideia, 1997) ISBN 88-394-0739-1
Andrei A. Orlov. The Enoch-Metatron Tradition (Tuebingen: Mohr Siebeck, 2005) ISBN 3-16-148544-0
Annette Yoshiko Reed. Fallen Angels and the History of Judaism and Christianity: The Reception of Enochic Literature (Cambridge: Cambridge University Press, 2005) ISBN 0-521-85378-8
Florentino Garcia Martinez. Qumran & Apocalyptic: Studies on the Aramaic Texts from Qumran (Leiden: Brill, 1992) ISBN 90-04-09586-1
Gabriele Boccaccini and John J. Collins (eds.). The Early Enoch Literature (Leiden: Brill, 2007) ISBN 90-04-16154-6
Gabriele Boccaccini. Beyond the Essene Hypothesis: The Parting of the Ways between Qumran and Enochic Judaism (Grand Rapids: Eerdmans, 1998) ISBN 0-8028-4360-3
Helge S. Kvanvig. Roots of Apocalyptic: The Mesopotamian Background of the Enoch Figure and of the Son of Man (Neukirchen-Vluyn: Neukirchener, 1988) ISBN 3-7887-1248-1
John J. Collins. The Apocalyptic Imagination (New York: Crossroads, 1984; 2nd ed. Grand Rapids: Eermans 1998) ISBN 0-8028-4371-9
Marie-Theres Wacker, Weltordnung und Gericht: Studien zu 1 Henoch 22 (Würzburg: Echter Verlag 1982) ISBN 3-429-00794-1
Paolo Sacchi, William J. Short. Jewish Apocalyptic and Its History (Sheffield: Academic 1996) ISBN 1-85075-585-X
Veronika Bachmann. Die Welt im Ausnahmezustand. Eine Untersuchung zu Aussagegehalt und Theologie des Wächterbuches (1 Hen 1–36) (Berlin: de Gruyter 2009) ISBN 978-3-11-022429-0.
Pranala luar
Teks
Book of the Watchers (Chapters 1–36): Ge'ez text and fragments in Greek, Aramaic, and Latin at the Online Critical Pseudepigrapha
August Dillmann (1893). The Book of Enoch (1EnochDiarsipkan 2016-08-11 di Wayback Machine.) translated from Geez, መጽሐፈ ፡ ሄኖክ ።.
William Morfill (1896). The Book of the Secrets of Enoch (2EnochDiarsipkan 2016-08-10 di Wayback Machine.) translated from slave languages (Russian and Serbian - Mss. Codex Chludovianus and Codex Belgradensis Serbius).
Hugo Odeberg (1928). The Hebrew Book of Henoc (3EnochDiarsipkan 2016-08-11 di Wayback Machine.), from a Rabbinic perspective and experiment.
Rev. D.A. De Sola (1852). Signification of the Proper NamesDiarsipkan 2016-08-11 di Wayback Machine. occurring in the Book of Enoch from the Hebrew and Chaldee languages.