Tambahan-tambahan pada Kitab Ester
Tambahan-tambahan pada Kitab Ester (disingkat Tambahan Ester; akronim T. Est.) adalah enam bab (pasal) tambahan yang tidak ada pada Kitab Ester dalam naskah sumber Ibrani muncul dan tersebar-sebar pada Kitab Ester dalam Septuaginta (Alkitab kuno terjemahan bahasa Yunani). Dalam Kitab Ester versi Septuaginta yang disebut juga Kitab Ester Yunani ini, banyak pula perubahan-perubahan kecil terkait makna yang ada jika dibandingkan dengan versi Ibraninya. IsiTambahan-tambahan pada Kitab Ester, yaitu:[1][2]
Pada kolofon di atas, tidak jelas pada bagian mana dari Kitab Ester Yunani yang dirujuk oleh kolofon itu (apakah salah satu bab, beberapa bab, atau seluruh kitab). Selain itu, tidak jelas pula siapa sebenarnya tokoh-tokoh yang disebutkan di dalamnya. Pada saat Kitab Ester Yunani (dari Septuaginta) ini sedang disusun, kekuatan asing yang menjadi ancaman masa depan di tanah Yehuda pada saat itu adalah Kerajaan Makedonia di bawah kekuasaan Aleksander Agung, yang telah menduduki Kekaisaran Persia sekitar 150 tahun setelah latar waktu kisah dalam KitabEster. Mungkin oleh karena itu, Septuaginta menyebut Haman dengan jelas sebagai orang "Bougaion" (bahasa Yunani Kuno: βουγαῖον), yang mungkin dalam bahasa Yunani Homeros berarti "perundung" atau "pembual", dibandingkan dengan naskah Ibrani yang menggambarkannya sebagai orang Agag. Penyusunan dan penomoranTambahan Ester mendapat perhatian dari Hieronimus ketika sedang menyusun Vulgata Latin. Pada Vulgata Hieronimus dan beberapa versi Vulgata setelahnya, bab-bab tambahan yang diterjemahkan dari Septuaginta umumnya diletakkan setelah teks utama (bagian Kitab Ester yang diterjemahkan langsung dari sumber Ibrani) dan diberi penomoran pasal 10:4 – 16:24. Sistem penempatan dan penomoran ini digunakan dalam Alkitab Katolik yang diturunkan dari Vulgata, seperti Alkitab Douay-Rheims dan Knox Bible. Sementara itu pada Alkitab Katolik versi modern seperti contohnya revisi Vulgata yang bernama Nova Vulgata, Revised Standard Version Catholic Edition (RSVCE), New American Bible (NAB), New American Bible Revised Edition (NABRE), dan New Revised Standard Version Catholic Edition (NRSVCE), tambahan Ester umumnya langsung dimasukkan dan berbaur di antara teks utama layaknya susunan Kitab Ester versi Septuaginta.[3] Sebagian kecil dari Alkitab Katolik memiliki penomoran seperti pada Septuaginta. Selebihnya, ada yang menomori bab-bab tambahan Ester layaknya perpanjangan dari ayat teks utama yang mendahului atau mengikutinya (contohnya perikop Mimpi Mordekhai pada Ester 11:2–12 menjadi Ester 1:1a–1k), seperti pada Nova Vulgata. Ada pula yang menomori bab-bab itu dengan huruf alfabet Latin untuk membedakannya dengan teks utama yang dinomori dengan angka Arab (contohnya bagian perikop Mimpi Mordekhai pada Ester 11:2–12 menjadi Ester A:1–11), seperti pada NAB, NABRE, dan Alkitab Terjemahan Baru (TB) Deuterokanonika. Sedangkan yang lain mempertahankan penomoran seperti pada Vulgata, meskipun urutannya seperti pada Septuaginta, seperti pada RSVCE dan NRSVCE. Khusus untuk Alkitab Terjemahan Baru Deuterokanonika, yakni Alkitab yang digunakan oleh umat Katolik Indonesia, teks utama Kitab Ester dipisahkan dari tambahan Ester, yang termasuk dalam kelompok tersendiri "Deuterokanonika" dalam kitab ini. Jenis penomoran yang digunakan untuk tambahan Ester adalah dengan huruf Latin. KanonisitasKanonisitas dari "tambahan Ester" dan "Kitab Ester Yunani" ini telah menjadi sumber perselisihan pendapat bagi banyak pakar dari sejak kemunculan pertama tambahan Ester dalam Septuaginta. Martin Luther, yang mungkin merupakan kritikus yang paling vokal untuk karya tersebut pada zaman Reformasi Protestan, bahkan menganggap bahwa versi asli Ibraninya (yakni teks utama Kitab Ester yang berasal langsung dari naskah sumber Ibrani) sebagai karya yang nilainya sangat meragukan. Banyak yang menganggap bahwa keluhan Luther terhadap kitab ini melampaui batas normal dari sebuah kritik menurut bidang keilmuan.[4] Konsili Trento, yang merupakan pembuka dari peristiwa Reformasi dalam Gereja Katolik Roma, menegaskan kembali bahwa seluruh kitab, baik naskah-naskah sumber Ibrani atau pun tambahan naskah sumber Yunani, merupakan kanon untuk Alkitab Katolik. Kitab Ester digunakan dua kali pada bagian-bagian yang umum digunakan dalam Leksionari Katolik. Pada kali tersebut, bacaan yang digunakan tidak hanya diambil dari tambahan Ester, tetapi juga "Doa Mordekhai", dan tidak ada satu pun dari perkataan Ester sendiri yang pernah dibacakan. Gereja Ortodoks Timur menggunakan versi Septuaginta dari Ester, seperti halnya untuk semua Perjanjian Lama pada versi Alkitab Gereja tersebut. Sementara itu, tambahan Ester termasuk dalam apokrifa Alkitab dalam Alkitab Protestan dan biasanya dicetak di bagian terpisah (jika ada). Tambahan Ester, yang disebut "Sisa-sisa dari Kitab Ester" (The rest of the Book of Esther), secara khusus tercantum dalam Tiga Puluh Sembilan Pasal Gereja Anglikan Pasal VI sebagai bukan kanon.[5] Referensi
|