Injil Markus adalah Injil kedua di bagian Perjanjian Baru dalam AlkitabKristen. Meskipun ini merupakan kitab kedua, banyak pakar menganggap kitab ini sebagai kitab yang ditulis paling awal di antara kitab-kitab di Perjanjian Baru. Injil Markus digolongkan ke dalam Injil Sinoptis bersama-sama Injil Matius dan Injil Lukas.
Menurut catatan gereja mula-mula, Markus menulis Injilnya berdasarkan penuturan Petrus. Eusebius mengutip tulisan Papias (~60-130), uskup Hierapolis, sekitar tahun 120, demikian:[4]
"Ini juga dikatakan oleh penatua (Yohanes): Markus, yang menjadi penerjemah bagi Petrus, menulis dengan teliti, meskipun tidak berurutan, apa yang diingat-nya [Petrus] dari perkataan atau tindakan Kristus. Karena dia [Markus] tidak mendengar sendiri maupun menjadi pengikut langsung dari Tuhan, tetapi kemudian, seperti saya katakan, menjadi pengikut Petrus, yang menyesuaikan pengajarannya menurut kebutuhan pendengarnya, tetapi tidak dengan maksud untuk memberikan riwayat yang beruntunan dari pengajaran Tuhan, sehingga Markus tidak keliru ketika menuliskan sejumlah hal menurut ingatannya. Karena dia berhati-hati dalam satu hal, yaitu tidak menghilangkan apa pun yang didengarnya, maupun tidak menyatakannya dengan tidak tepat." Hal-hal ini dituliskan Papias mengenai Markus.
— Eusebius, Hist. Eccl., 3.39
Eusebius mencatat di bagian lain:
“Begitu cerah bersinarnya agama sejati pada pikiran para pendengar Petrus sehingga, tidak puas dengan sekali mendengar atau dengan pengajaran lisan pesan ilahi, mereka berusaha meminta dengan secara cara untuk mendorong Markus (yang Injilnya kita miliki), sebagai pengikut Petrus, untuk meninggalkan bagi mereka suatu tulisan ringkasan instruksi yang telah mereka terima dari perkataan lisan, dan mereka tidak memperbolehkan ia pergi sampai mereka berhasil membujuknya, dan karenanya bertanggung jawab atas tulisan yang dikenal sebagai Injil menurut Markus. Dikatakan bahwa, setelah mengetahui dari ilham ilahi oleh Roh mengenai apa yang terjadi, sang rasul gembira atas semangat mereka dan mengotorisasi pembacaan kitab itu dalam gereja-gereja.”
“Markus, murid dan penerjemah Petrus, menulis suatu Injil pendek atas permintaan saudara-saudara di Roma memuat apa yang ia dengar dari perkataan Petrus. Ketika Petrus mendengar hal itu, ia menyetujuinya dan mempublikasikannya kepada gereja-gereja untuk dibawa atas otoritasnya sebagaimana dicatat oleh Klemens dalam kitab keenamnya, Hypotyposes, dan Papias, uskup dari Hierapolis.”
Ada 2 poin yang memperkuat informasi dari Papias tersebut:
1. Sejumlah detail kecil-kecil di Injil Markus menunjukkan informasi dari saksi mata. Misalnya dalam cerita Yesus menenangkan angin ribut, hanya Injil Markus menuliskan detail bahwa ada "kapal lain" yang mengikuti kapal yang ditumpangi Yesus. Seorang saksi mata yang biasa berlayar (Petrus, misalnya) mampu mengingat hal ini dibanding orang-orang lain yang sama-sama menyaksikan peristiwa itu.
Juga kutipan bahasa Aram dengan terjemahan Yunani, misalnya di Markus 5:41 menunjukkan informasi langsung dari saksi mata:
"Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"
Kutipan kata-kata dalam bahasa daerah ini lazimnya diperoleh dari saksi mata dan dalam kisah ini, Injil Matius dan Lukas juga memberi informasi yang sama, hanya Petrus, Yohanes dan Yakobus yang menyaksikan langsung peristiwa itu di dalam rumah Yairus.
2. Khotbah Petrus di rumah Kornelius, seorang non-Yahudi, dimulai dengan cerita pembaptisan Yesus (Kisah Para Rasul 10:37–38). Yang menarik, Injil Markus dimulai dengan pembaptisan Yesus. Jadi sesuai dengan tulisan Papias, maka Injil Markus tidak dimulai dengan kelahiran Yesus, karena Petrus biasanya tidak memulai pengajarannya dari sana, melainkan dari kisah pembaptisan Yesus.
Waktu penulisan
Injil Markus, bersama-sama dengan Injil Matius dan Injil Lukas sering kali disebut sebagai Injil Sinoptik, karena kemiripan isi ketiga buku tersebut. Secara tradisi, Yohanes Markus dipercaya menulis buku ini antara tahun 64-67. Menuruti tulisan Agustinus dari Hippo, gereja mula-mula berpendapat bahwa Injil ini ditulis setelah Matius menulis Injil Matius. Sejak akhir abad ke-19 ada sejumlah sarjana berpendapat bahwa Injil Markus merupakan Injil yang paling awal ditulis, dan kedua Injil Sinoptik lainnya menggunakan Injil Markus sebagai sumber mereka.
Struktur
Dua tema besar dalam Injil Markus adalah tentang kerahasiaan Yesus sebagai Mesias dan kelambanan murid-muridNya untuk memahaminya. Dalam Injil ini, Yesus sering dikutip memerintahkan murid-muridnya untuk tidak memberitahu siapapun identitasnya (sebagai Mesias). Yesus menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seringkali, murid-muridnya kesulitan menangkap maksud dari perumpamaan-perumpamaan tersebut, dan Yesus menjelaskannya kepada mereka secara pribadi. Murid-muridnya juga sering kali tidak dapat memahami arti mujizat yang dilakukan oleh Yesus.
Sebagaimana Injil Matius, Injil Markus tidak dituliskan sesuai kronologi waktu yang teratur. Beberapa peristiwa terjadi tidak berurutan, melainkan berdasarkan kemiripan isi (perumpamaan-perumpamaan / mujizat-mujizat). Hanya Injil Lukas yang ditulis secara kronologis dari awal hingga akhirnya.
Latar belakang dan target pembaca
Markus menulis Injil ini terutama untuk orang-orang Yunani atau Grika dan bangsa-bangsa lainnya yang berbicara bahasa Yunani di kekaisaran Romawi, berbeda dengan Matius rupanya yang menulis untuk orang-orang Yahudi. Hal ini dapat dilihat dari pilihan kata yang digunakan, referensi-referensi Perjanjian Lama yang dicantumkan, penjelasan tentang adat-istiadat orang Yahudi yang ditujukan kepada kaum non-Yahudi.
Markus juga menggunakan istilah Anak Allah untuk menyebut Tuhan Yesus (Markus 1:1), bandingkan dengan Matius yang menggunakan istilah Anak Daud (Matius1:1) dan Lukas yang menggunakan istilah Anak Manusia dan Yohanes yang memakai istilah Firman atau bahkan Allah.
Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah
Ayat-ayat Terkenal
Markus 1:17: Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
Markus 10:14–16: Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.
Markus 16:16: (Yesus berkata kepada mereka:) "Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum."
Markus 16:17–18: (Yesus berkata kepada mereka:) "Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."
Keempat kitab Injil mencatat bahwa kematian dan kebangkitan Yesus merupakan peristiwa-peristiwa keselamatan yang penting.[6] Namun, ada sejumlah perbedaan jelas di antara keempatnya: Tidak seperti Injil Yohanes, Injil Markus tidak pernah menyebut Yesus "Allah", atau mengklaim bahwa Yesus telah ada sebelum masa hidupnya di dunia;[7] tidak seperti Injil Matius dan Injil Lukas, tidak pernah disebutkan kelahiran dari seorang perawan, dan tampaknya menganggap Yesus mempunyai orang tua dan kelahiran yang normal;[7] tidak seperti Injil Matius dan Lukas, tidak pernah ada upaya melacak silsilah Yesus sampai kepada Daud maupun Adam.[7]