Nama kitab ini merujuk pada tokoh utama kitab ini, yaitu Yunus bin Amitai, seorang nabi yang diutus untuk memperingati Niniwe tetapi malah melarikan diri dan akhirnya ditelan ikan besar. Nama "Yunus" sendiri merupakan serapan dari nama dalam bahasa Arab: يُونُس (Yūnus), yang berasal dari bahasa Yunani Kuno: Ἰωνᾶς (Iōnâs), yang pada gilirannya berasal dari bahasa Ibrani: יוֹנָה (Yonah), yang secara harfiah berarti "merpati" atau "dara".
Isi
Kitab ini diawali dengan Tuhan yang menyuruh Yunus untuk pergi ke kota Niniwe, ibu kota kerajaan Asyur, musuh Israel. Tetapi Yunus tidak mau pergi ke kota itu untuk menyampaikan pesan Tuhan, karena ia yakin bahwa kalau orang Niniwe berhenti berbuat dosa, Tuhan tidak akan menjalankan rencana-Nya untuk menghancurkan kota itu. Akhirnya, setelah sempat dilemparkan ke dalam laut dan berada di dalam perut ikan besar selama tiga hari, Yunus menaati perintah Tuhan, tetapi kemudian ia mendongkol, karena Niniwe tidak jadi dihancurkan.[1]
Kitab Yunus terdiri dari 4 pasal dan seluruhnya terbagi atas 48 ayat.[1] Kitab ini juga dapat dibagai sebagai berikut:
Pengutusan pertama Allah dan pemberontakan Yunus
Pembebasan Allah atas Yunus dan doa syukur Yunus
Pengutusan kedua Allah dan ketaatan Yunus
Pembebasan Allah atas Niniwe dan sungut-sungut Yunus yang menunjukkan rasa tidak berterima kasihnya
Naskah sumber
Naskah Masorah (bahasa Ibrani, abad ke-10 M). Dalam naskah ini kitab Yunus terdiri dari 1328 kata Ibrani.
Judul perikop dalam Kitab Yunus menurut Alkitab Terjemahan Baru oleh LAI adalah sebagai berikut. Perlu dicatat bahwa daftar berikut diurutkan berdasarkan nomor pasal.
Yunus belajar menginsyafi, bahwa Allah mengasihi bangsa-bangsa lain.
Kesejarahan
Kitab Yunus memuat kisah yang luar biasa yaitu seseorang ditelan oleh ikan besar hidup-hidup dan kemudian dimuntahkan kembali, tetapi di samping itu mengandung informasi aktual yang dapat dibuktikan keberadaannya dalam sejarah:[3]
Bentuk kitab ini adalah cerita sejarah (bukan perumpamaan)
Yunus bin Amitai memang benar ada. Ada catatan sejarah di luar kitab Yunus, yaitu 2 Raja-raja 14:25 yang menunjukkan bahwa ia hidup pada zaman raja Israel, Yerobeam, yang memerintah dari sekitar tahun 787 - 747 SM.
Niniwe adalah kota yang benar-benar pernah ada dan sudah dilakukan penggalian arkeologi untuk membuktikannya.
Periode kerajaan Asyur pada zaman Yunus sudah dapat dijabarkan oleh peneliti arkeologi dan sejarah, yaitu suatu periode kekacauan di dalam negeri, yang mendukung pernyataan pada Yunus 3:6–9. Dengan penetapan masa hidup Yunus sekitar tahun 787 - 747 SM yaitu pemerintahan raja Yerobeam, maka berarti ia tiba di Niniwe setelah masa pemerintahan Salmaneser III yang penuh pertumpahan darah (859 - 824 SM), melibatkan 32 ekspedisi perang. war campaigns. Juga berarti sebelum pemerintahan raja lain yang penuh peperangan, yaitu Tiglat-Pileser III yang memerintah dari tahun 745-727 SM. Jadi Yunus tiba di Niniwe yang dipimpin oleh sejumlah raja-raja lemah di Asyur. Periode yang meliputi kira-kira 50 tahun pertama abad ke-8 SM ini ditandai dengan perang saudara yang terus menerus, kekacauan penerusan tahta di istana, perselisihan agama dan perang terbuka antar kelompok dalam negeri, sehingga dikatakan dalam kitab Yunus: "yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri."[4]
Tokoh Yunus diperkirakan didasarkan pada tokoh yang dikenal hidup pada masa pemerintahan Yerobeam II (786-746 SM). Raja ini memperluas perbatasan negerinya dari Hamat sampai Laut Mati.[5] Dalam Perjanjian Lama, Yunus bin Amittai disebutkan di luar kitab Yunus sendiri hanya sekali yakni dalam 2 Raja-raja 14:25 (untuk informasi lebih jauh tentang tokoh ini sendiri, lihat artikel Yunus). Kitab ini sendiri kemungkinan disunting pada masa pasca-pembuangan (setelah 530 SM) dan didasarkan pada tradisi lisan yang telah diturunkan sejak abad ke-8 SM. Yunus dianggap sebagai salah seorang nabi kecil karena kitab aslinya ditulis bersama-sama dengan kitab-kitab kenabian lainnya yang lebih kecil dalam sebuah gulungan saja (yang juga dikenal sebagai "Kitab yang Duabelas").[1]
Sebagai bagian dari Perjanjian Lama, kitab ini terdapat dalam TanakhYahudi dan AlkitabKristen. Kisahnya mempunyai sejarah penafsiran yang menarik dan telah menjadi cerita termasyhur melalui cerita-cerita populer anak-anak. Dalam Yudaisme kitab ini adalah Haftarah untuk dibaca pada sore hari pada perayaan Yom Kippur karena kisahnya sendiri menceritakan kesediaan Allah untuk mengampuni mereka yang bertobat.[1]
Teologi
Kitab Yunus pada intinya adalah sebuah cerita tentang sifat Allah. Karena itu, kitab ini dapat dibagi menjadi empat bagian, masing-masing dipisahkan kira-kira menurut pasalnya: (1) Kedaulatan Allah, (2) Pembebasan Allah, (3) Belas kasih Allah, dan (4) Kebenaran Allah. Dalam paruhan pertama kitab ini, pembebasan Allah diperlihatkan melalui kedaulatan-Nya. Di paruhan kedua, pembebasan Allah diperlihatkan melalui belas kasih-Nya. Akhirnya, Allah menyatakan kebenaran-Nya dengan memilih untuk memaksa dan berubah pikiran.[1]
Yunus dipanggil oleh Tuhan (Yahweh) melalui Firman-Nya, yang berarti mau tidak mau mereka berubah menjadi manusia baru.[6] Kitab ini berbeda dengan kitab-kitab nabi lainnya karena kitab ini tidak berisi ucapan-ucapan sang nabi kepada Israel, melainkan menceritakan pengalaman Nabi Yunus, ketika ia mencoba menghindari perintah Tuhan,tetapi akhirnya berangkat untuk menyampaikan perayaan Tuhan kepada penduduk Kota Niniwe.[1]
Amanat kitab Yunus ialah bagaimana Tuhan berkuasa mutlak atas ciptaan-Nya. Tetapi lebih-lebih, kitab ini menggambarkan Tuhan Yang Maha penyayang dan pengampun, Tuhan yang lebih suka mengampuni dan menyelamatkan suatu bangsa daripada menghukum dan menghancurkannya, biarpun bangsa itu musuh umat-Nya sendiri.[1]
Kaitan teologis dengan Yesus Kristus
YesusKristus menggunakan kisah yang dicatat dalam Kitab Yunus, terutama pasal 1dan 3, ini sebagai suatu analogi untuk peristiwa kematian dan kebangkitan yang segera akan dialami-Nya.[7] Analogi Yesus ini bergantung pada pengakuan dua kenyataan sejarah:
fakta sejarah mengenai pengalaman Yunus di dalam perut ikan besar, dan
fakta sejarah bahwa pertobatan penduduk kota Niniwe akibat pemberitaan nabi Yunus.[8]
Sesungguhnya, frasa "tanda nabi Yunus" tampaknya dipakai berulang kali dalam berbagai pengajaran Yesus, karena muncul lebih dari sekali pada catatan Injil Matius mengenai kehidupan pelayanan Kristus.[9] Dengan demikian setiap pandangan akan Kitab Yunus bahwa kitab itu bukan mencatat sejarah sebenarnya harus menjelaskan bagaimana Yesus menggunakannya sebagai fakta.[10]
^Jonah and the Whale - Is the Jonah and the whale account scientifically and historically plausible? ("Yunus dan paus" - Apakah kisah Yunus dan paus secara ilmiah dan sejarah mungkin terjadi?") oleh Ken Demyer. Diakses 30 September 2013.