Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan, maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja." Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.
Malaikat: Semua sumber mula-mula menafsirkan "anak-anak Allah" sebagai malaikat. Dari abad ke-3 SM dan setelahnya, acuan-acuan mengenainya ditemukan dalam sastra Kitab Henokh, Gulungan Naskah Laut Mati (Apokrifon Kitab Kejadian, Dokumen Damaskus, 4Q180), Kitab Yobel, Perjanjian Ruben, Kitab 2 Barukh, Yosefus, dan Surat Yudas (bandingkan dengan 2 Petrus 2). Malaikat juga menjadi pengertian dari dua kemunculan indentik dari bene ha elohim dalam Perjanjian Baru/Alkitab Ibrani (Ayub1:6 dan Ayub2:1), dan frasa-frasa yang sejenis (merujuk pada daftar di bawah). Dalam Alkitab Septuaginta, bacaan intepretatif "malaikat" dapat ditemukan di Codex Alexandrinus, salah satu dari empat bukti pada naskah Yunani.
Agama Yahudi Rabinik secara tradisi lebih cenderung ke penafsiran pertama, dengan beberapa pengecualian, dan terjemahan bahasa Ibrani modern mungkin menerjemahkan bnei elohim sebagai "anak penguasa" daripada "anak Allah". Terlepas dari itu, penafsiran kedua (anak malaikat atau makhluk ilahi lainnya) tidak ditemukan dalam agama Yahudi modern. Hal ini ditunjukkan dengan penolakan Kitab Henokh dan apokrifa lain yang mendukung penafsiran kedua dari Kanon Alkitab Ibrani.
Ayub1:6bənê hāʼĕlōhîm (בְּנֵי הָאֱלֹהִים) anak-anak Elohim.[4] Dalam TB menjadi "anak-anak Allah".
Ayub2:1bənê hāʼĕlōhîm (בְּנֵי הָאֱלֹהִים) anak-anak Elohim. Dalam TB menjadi "anak-anak Allah".
Ayub38:7bənê ĕlōhîm (בְּנֵי אֱלֹהִֽים) tanpa artikel takrif - anak-anak Elohim. Dalam TB menjadi "(semua) anak Allah"
Ulangan32:8bənê ĕlōhîm (בְּנֵי הָאֱלֹהִים) dan bənê ĕl (בני אל) anak-anak Elohim atau anak-anak El pada Naskah Laut Mati (4QDtj dan 4QDtq); kemungkinan besar "malaikat-malaikat Allah" (ἀγγέλων θεόνangélōn theón) dalam LXX (kadang kala "anak-anak Allah" atau "anak-anak Israel"); "anak-anak Israel" dalam MT.[5][6]:147[7] Dalam TB menjadi "anak-anak Israel".
Frasa yang sangat mirip termasuk:
Mazmur29:1bənê ēlîm (בְּנֵי אֵלִים) tanpa artikel takrif - anak elim (ungkapan mirip). Dalam TB menjadi "penghuni sorgawi".
Mazmur82:6bənê elîon (בְּנֵי עֶלְיוֹן) tanpa artikel takrif dan menggunakan 'Yang Mahatinggi' dibandingkan ēl. Dalam TB menjadi "anak-anak Yang Mahatinggi".
Mazmur89:6bənê ēlîm (בְּנֵי אֵלִים) - anak elim. Dalam TB menjadi "penghuni sorgawi".
Ungkapan bahasa Aram yang sangat mirip muncul di Daniel3:25: bar elahin (בַר אֱלָהִֽין) anak-anak para dewa. Dalam TB menjadi "anak dewa".
Perjanjian Baru
Istilah "anak Allah" atau serupa disebutkan dalam tiga ayat berikut.
Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
Istilah "anak Allah" tersebut sebenarnya merupakan merupakan bagian dari frase "(kamu diterima) menjadi anak-anak (Allah)" atau frase yang serupa. Frase tersebut merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Yunani Kuno: υἱοθεσία, translit. huiothesía, yang dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai "menjadikan anak angkat", "pengangkatan anak", atau "adopsi". Dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia versi selain Terjemahan Baru, kata "anak angkat" dan "anak adopsi" juga mungkin digunakan.[8] Dalam terjemahan bahasa-bahasa Barat, kata adoption, adoptio, atau kata lain dalam bahasa masing-masing sangat sering digunakan, sehingga memberikan makna untuk kata adopsi dalam ilmu teologi Kristen sebagai "masuknya orang percaya ke dalam keluarga Allah" atau, dalam pengertian sempit, "baptis".
^Kosakata bahasa Ibrani: אלהים, translit. ʼĕlōhîm berarti "Allah" atau "Tuhan" tunggal tetapi menggunakan morfem jamak bahasa Ibrani, -im. Meskipun ʼĕlōhîm merupakan bentuk jamak dalam tata bahasa, tetapi kata ini dianggap sebagai bentuk tunggal dalam penggunaannya.
^Riemer Roukema (2010). Jesus, Gnosis and Dogma. T&T Clark International. hlm. 147. ISBN9780567466426. Diakses tanggal 30 January 2014.Pemeliharaan CS1: Menggunakan parameter penulis (link)
Jackson, David R. (2004). Enochic Judaism. London: T&T Clark International. ISBN0826470890.
Wright, Archie T. (2004). The origin of evil spirits the reception of Genesis 6.1–4 in early Jewish literature. Tübingen: Mohr Siebeck. ISBN3161486560.
Bamberger, Bernard J. (2006). Fallen angels: soldiers of satan's realm (edisi ke-1. paperback). Philadelphia, Pa.: Jewish Publ. Soc. of America. ISBN0827607970.
Jung, Rabbi Leo (2004). Fallen angels in Jewish, Christian, and Mohammedan literature. Whitefish, MT: Kessinger Reprints. ISBN0766179389.