"Tujuh puluh kali tujuh masa telah ditetapkan atas bangsamu dan atas kotamu yang kudus, untuk melenyapkan kefasikan, untuk mengakhiri dosa, untuk menghapuskan kesalahan, untuk mendatangkan keadilan yang kekal, untuk menggenapkan penglihatan dan nabi, dan untuk mengurapi yang maha kudus.25Maka ketahuilah dan pahamilah: dari saat firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali, sampai pada kedatangan seorang yang diurapi, seorang raja, ada tujuh kali tujuh masa; dan enam puluh dua kali tujuh masa lamanya kota itu akan dibangun kembali dengan tanah lapang dan paritnya, tetapi di tengah-tengah kesulitan.26Sesudah keenam puluh dua kali tujuh masa itu akan disingkirkan seorang yang telah diurapi, padahal tidak ada salahnya apa-apa. Maka datanglah rakyat seorang raja memusnahkan kota dan tempat kudus itu, tetapi raja itu akan menemui ajalnya dalam air bah; dan sampai pada akhir zaman akan ada peperangan dan pemusnahan, seperti yang telah ditetapkan.27Raja itu akan membuat perjanjian itu menjadi berat bagi banyak orang selama satu kali tujuh masa. Pada pertengahan tujuh masa itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan; dan di atas sayap kekejian akan datang yang membinasakan, sampai pemusnahan yang telah ditetapkan menimpa yang membinasakan itu."[3]
Rujukan-rujukan kepada "yang kudus", "yang telah diurapi" ("Mesias") dan "raja" ditafsirkan mengarah kepada Yesus, dan frasa "akan disingkirkan seorang yang telah diurapi, padahal tidak ada salahnya apa-apa" menunjuk kepada penyaliban-Nya. Frasa "datanglah rakyat seorang raja" dianggap merujuk kepada tentara Romawi yang menghancurkan Yerusalem dan Bait Suci Herodes pada tahun 70 M.[4]
[Yesus berkata:] "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel--para pembaca hendaklah memperhatikannya…" (Matius 24:15)
"6Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam (bahasa Ibrani: ADONAI-Tzva'ot): Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat; 7Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam.8Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman TUHAN semesta alam.9Adapun Rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahannya yang semula, firman TUHAN semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera, demikianlah firman TUHAN semesta alam."[7]
Bait Suci Kedua akan dipenuhi oleh kemuliaan Allah dan kemuliaannya akan melebihi Bait Salomo meskipun tidak memiliki perkakas yang hilang dalam pembuangan dan tidak adanya api kudus yang asalnya dinyalakan oleh Allah sendiri di atas mezbah.
Bagi sejumlah orang Kristen, nubuat ini diyakini telah digenapi dengan kehadiran YesusKristus dari Nazaret dan pengajaran-Nya di Bait Suci yang dipugar oleh raja Herodes dan damai yang dianugerahkan Allah bagi seluruh umat manusia dengan terbelahnya tirai yang membatasi Ruang Mahakudus pada waktu wafatnya Kristus. Lebih lagi, jika nubuat nabi Hagai benar-benar terlaksana, maka harus terjadi sebelum tahun 70 Masehi karena orang Romawi menghancurkan Bait Suci Kedua pada tahun itu.
Sebaliknya, banyak sarjana, termasuk orang Kristen Evangelikal, memahami nubuat tersebut sebagai rujukan kepada keindahan fisik Bait Suci (sebagaimana disiratkan dalam konteks) dan akan terlaksana pada Bait Suci Ketiga.[8]
"Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu."[9]
Dalam konteks aslinya, teks dari Kitab Hosea ini merujuk kepada penyelamatan orang Israel dari perbudakan di Mesir.[10]Injil Matius menerapkannya pada kembalinya YesusKristus, pada masa kanak-kanak, dan keluarga-Nya dari Mesir sebagai penggenapan nubuat mesianik ini.[11]
"Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, daripadamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala."[12]
Meskipun Injil Matius dan Injil Lukas mencatat riwayat yang berbeda mengenai kelahiran Yesus, keduanya menyatakan bahwa Yesus lahir di Betlehem.[13] Injil Matius mencatat bahwa raja Herodes menanyai kepala imam dan ahli-ahli Taurat di Yerusalem di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka menjawab dengan mengutip dari Kitab Mikha, "Di Beit-Lechem tanah Y'hudah," jawab mereka, "karena sang nabi menulis, 'Dan engkau, Beit-Lechem di tanah Y'hudah, sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara para pemimpin Y'hudah; karena daripadamu akan datang seorang Pemimpin yang akan menggembalakan umatku Isra'el.'"[14]
Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan serta menentang pekerjaan kita. Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita, dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita.
Ia membanggakan mempunyai pengetahuan tentang Allah, dan menyebut dirinya anak Tuhan.
Bagi kita ia merupakan celaan atas anggapan kita, hanya melihat dia saja sudah berat rasanya bagi kita.
Sebab hidupnya sungguh berlainan dari kehidupan orang lain, dan lain dari lainlah langkah lakunya.
Kita dianggap olehnya sebagai orang yang tidak sejati, dan langkah laku kita dijauhinya seolah-olah najis adanya. Akhir hidup orang benar dipujinya bahagia, dan ia bermegah-megah bahwa bapanya ialah Allah.
Coba kita lihat apakah perkataannya benar dan ujilah apa yang terjadi waktu ia berpulang.
Jika orang yang benar itu sungguh anak Allah, niscaya Ia akan menolong dia serta melepaskannya dari tangan para lawannya.
Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya.
"Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? 2:2Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya: 2:3"Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka daripada kita!" 2:4 Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka.2:5 Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murka-Nya dan mengejutkan mereka dalam kehangatan amarah-Nya: 2:6 "Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!" 2:7 Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.2:8 Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.2:9 Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk." (Mazmur 2: 1–9)
Ayat 2. “yang diurapi” – dalam bahasa Ibrani mashiakh, “diurapi”, "Mesias"; dalam bahasa Yunani christos, "Kristus".
Kisah Para Rasul 13: 33 menafsirkan kebangkitan Yesus dari kematian sebagai penggenapan dari ayat 7 (“Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”).
Ibrani 1: 5 menggunakan ayat 7 untuk menguatkan pendapat bahwa Yesus lebih tinggi dari para malaikat, yaitu paling layak menjadi perantara antara Allah dan manusia. “Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?""
“Allah membangkitkan Dia (YesusKristus) dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Sebab Daud berkata tentang Dia:
Aku senantiasa memandang kepada Tuhan,
karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak,
bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram,
sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati,
dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan;
Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.
Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.”[18]
Rasul Paulus juga mengutip sebagian ayat ini pada waktu berbicara di sebuah sinagoge di Antiokhia (Kisah Para Rasul 13:34-37):
" “Allah telah membangkitkan Dia (YesusKristus) dari antara orang mati dan Ia tidak akan diserahkan kembali kepada kebinasaan. Hal itu dinyatakan oleh Tuhan dalam firman ini:
Aku akan menggenapi kepadamu janji-janji yang kudus yang dapat dipercayai, yang telah Kuberikan kepada Daud.[19]
Engkau tidak akan membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan. Tetapi Yesus, yang dibangkitkan Allah, tidak demikian.”[20]
"Ia melindungi segala tulangnya, tidak satupun yang patah." (Mazmur 34:21)
Ray Pritchard menggambarkan Mazmur 34:21 (diberi penomoran 34:20 dalam Alkitab bahasa Inggris) sebagai nubuat mesianik,[22] karena dalam catatan penyaliban Yesus, Injil Yohanes menafsirkan demikian sekaligus memberikan detail penggenapannya pada (Yohanes 19:36).
“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan." Dan ada pula nas yang mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.’” (Yohanes 19:32–37)
"Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia."[24]
Ibrani 1:5 mengutip sebagian ayat ini: "Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku". Namun, ayat ini tidak berakhir di sana, melainkan pada 2 Samuel 7 dilanjutkan dengan: "Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia." Orang Kristen memandang Yesus sebagai penanggung kesalahan seluruh umat manusia. Karenanya, Yesus "melakukan kesalahan" (dibuat menjadi "bersalah") dengan menanggung semua dosa dunia.[25] Ayat Perjanjian Lama merujuk kepada raja Salomo.[26][27] Dengan rujukan kepada Salomo ini, orang Kristen berpendapat bahwa Salomo dapat dilihat sebagai model nubuat untuk Yesus.
[Musa berkata:] "Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan."[28]
Ulangan 18 memuat salah satu nubuat paling awal yang menyatakan tentang seorang nabi yang akan dibangkitkan di antara umat Israel.
[Allah berkata:] "...18seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya."[29]
Sejumlah orang Kristen dari aliran Evangelikalisme menyatakan bahwa pada abad pertama Masehi, orang Yahudi menantikan seorang nabi yang terakhir.[30] Nabi itu akan muncul dari "tengah-tengah" bangsa Israel, yaitu dari keturunan orang-orang yang mendengarkan perkataan Musa itu, dan seperti Musa dengan kemampuan mujizatnya serta menyampaikan Firman Allah secara langsung kepada orang Israel pada waktu yang telah ditentukan Allah. Injil Yohanes mencatat bahwa orang-orang Yahudi pada zaman Yesus bertanya kepada Yohanes Pembaptis apakah Yohanes adalah nabi yang digambarkan dalam ayat ini (Yohanes 1:19–22), dan ia menyangkalnya. Dalam Kisah Para Rasul 3:18–22, Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah penggenapan janji ini.[31]
"26Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya.27Tempat kediaman-Kupun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku."[32]
"Tempat kediaman" (bahasa Ibrani: mishkan) mengenang akan kemah suci (tabernakel) di padang gurun. "Tempat kudus" (bahasa Ibrani: miqdash; bahasa Inggris: Sanctuary) menunjuk kepada Bait Suci, khususnya kepada Bait Suci yang diperbarui, yang menguasai perhatian Yehezkiel pada pasal-pasal akhir 40-48.
Orang Kristen yakin bahwa Bait Suci Yehezkiel lebih mulia dari Kemah Suci Musa (Keluaran 25-40) dan Bait Suci Salomo (1 Raja-raja 5-8), menunjuk kepada sejumlah keyakinan:
(1) Kemuliaan di mana Allah tinggal di antara manusia dalam Mesias (Yohanes 1:14Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya (bahasa Ibrani: Sh'khinah), yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.;[33]
(2) Tubuh Mesias adalah Bait Suci (Yohanes 2:19–21 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "46 tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam 3 hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.;
(3) komunitas mesianik sebagai Bait Suci (1 Korintus 3:16Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?, Efesus 2:20–22Kamu ... dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh., 1 Petrus 2:5Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.;
(4) tubuh setiap orang percaya (1 Korintus 6:19Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?;
Orang Kristen mengutip ayat tersebut sebagai nubuat mengenai kehidupan, status dan peninggalan Yesus, sedangkan orang Yahudi berpendapat bahwa ayat tersebut bukanlah nubuat mesianik dan didasarkan atas kesalahan penafsiran atau paham atas teks Ibrani. Yudaisme berpegang bahwa Mesias belum datang karena berkeyakinan bahwa Zaman Mesianik belum dimulai. Orang Yahudi percaya bahwa Mesias akan mengubah total kehidupan di dunia dan bahwa kesakitan dan penderitaan akan diatasi, sehingga memulai Kerajaan Allah dan Zaman Mesianik di bumi. Kepercayaan Kristen berbeda-beda, di mana satu segmen berpegang bahwa Kerajaan Allah tidaklah bersifat duniawi sama sekali, sedangkan yang lain percaya bahwa Kerajaan itu bersifat rohani dan juga terjadi di dunia ini dalam suatu Zaman Mesianik di mana Yesus akan memerintah di atas tahta Daud. Kebanyakan orang Yahudi berpegang bahwa Kerajaan Allah akan berada di dunia dan sang Mesias akan menguasai tahta Daud. Orang Yahudi berpegang bahwa kehidupan di dunia tidak berubah banyak setelah kehidupan Kristus sehingga Kristus tidak bisa dianggap Mesias. Orang Kristen (terutama kaum Evangelikal) percaya bahwa hal itu terjadi pada keduanya, baik rohani maupun saat ini, secara jasmani dan nyata pada kedatangan sang Mesias.[35]
"Beginilah firman TUHAN: Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi."[36]
Matius 2:17–18 menyatakan bahwa pembunuhan anak-anak yang tidak bersalah oleh raja Herodes sebagai penggenapan sebuah nubuat yang dituturkan oleh nabi Yeremia pada ayat di atas:
Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
"Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih;
Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur,
sebab mereka tidak ada lagi."
Pada Yeremia 31:15, frasa "sebab anak-anaknya tidak ada lagi" merujuk kepada pembuangan anak-anak Rahel (suku Manasye dan suku Efraim, yaitu keturunan Yusuf putra Rahel, juga suku Benyamin) ke Asyur. Ayat-ayat selanjutnya menggambarkan kembalinya mereka ke Israel.[37]
"Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel."[38]
Injil Matius menampilkan pelayanan Yesus secara umum sebagai penggenapan nubuat Yesaya.[39] Pada zaman Yesus, orang Yahudi Palestina kebanyakan tidak menggunakan bahasa Ibrani, dan kitab Yesaya harus diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan bahasa Aram, yang paling populer dipakai.[39] Dalam bahasa Ibrani aslinya, kata "almah" (perempuan muda) dalam Yesaya 7:14, dipakai untuk gadis yang sudah masuk usia untuk dapat melahirkan anak, tetapi belum pernah melahirkan dan dapat berstatus perawan atau tidak. Terjamahan bahasa Yunani "parthenos" bermakna "perawan".[40] Kebanyakan sarjana setuju bahwa kata "almah" tidak dikaitkan dengan keperawanana, tetapi banyak tokoh Kristen konservatif menimbang dapat diterimanya terjemahan Alkitab baru bahasa Inggris berdasarkan terjemahan kata "perawan" ("virgin") pada Yesaya 7:14.[41][42]Kelahiran Yesus dari seorang perawan hanya dicatat dalam Injil Matius dan Injil Lukas, sedangkan Injil Markus dan Injil Yohanes tidak memuat kisah kelahiran, selain hanya menyebut Yusuf sebagai ayah Yesus. Kisah kelahiran dari perawan juga tidak disebut dalam surat-surat Paulus, yang hanya menyebut Yesus "lahir dari seorang perempuan" tanpa menyebut apakah perempuan itu perawan.[43]
"Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terimpit itu. Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain.2Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar."[44]
Penafsiran Yesaya 9:1-2 menurut Injil Matius mendorong penulis-penulis Kristen untuk melihatnya dalam konteks Kristologi mesianik.[45]
Ayat-ayat ini dirujuk karena YesusKristus memulai tahun pertama pelayanannya di Galilea, sebagaimana dicatat pada Matius pasal 4:12-16:
12 “Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.13Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, 14supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:
15 "Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, -- 16 bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang."”[46]
"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."[47]
"Ia akan menaikkan suatu panji-panji bagi bangsa-bangsa, akan mengumpulkan orang-orang Israel yang terbuang, dan akan menghimpunkan orang-orang Yehuda yang terserak dari keempat penjuru bumi."[48]
Sejumlah komentator Yudaisme memandang ayat ini sebagai nubuat yang tidak tergenapi, berargumen bahwa orang Yahudi belum semuanya dikumpulkan di Israel.[49] Sejumlah orang Kristen merujuk kepada pendirian Negara Israel sebagai penggenapan nubuat ini.[50] Yang lain berpendapat bahwa penggenapannya adalah Yesus sebagai Mesias membawa semua bangsa kepada-Nya (bandingkan 11:10 "Bangsa-bangsa akan mencari nasihatnya / Dan tempat tinggalnya akan dihormati.") mengutip Yohanes 12:32 ("Dan Aku, jika Aku ditinggikan dari bumi, akan menarik semua orang datang kepada-Ku.") dan Paulus dalam Roma 15:12 ketika mengutip Yesaya 11:10, menekankan masuknya orang bukan Yahudi kepada umat Allah.[34]
Sejumlah orang Kristen juga percaya bahwa Yesaya 2:2 harus dipahami dalam kaitan dengan Yesaya 11:10,12.
"Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana," Yesaya 2:2
"Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh."[51]
Yesaya 53 mungkin merupakan contoh yang paling terkenal dari klaim orang Kristen sebagai nubuat mesianik yang digenapi oleh Yesus. Nas ini mengisahkan seorang tokoh yang dikenal sebagai "hamba yang menderita", yang menanggung hukuman dosa orang lain. Yesus dikatakan menggenapi nubuat ini melalui kematian-Nya di atas kayu salib.[52]
Salah satu rujukan pertama dalam Perjanjian Baru bahwa Yesaya 53 merupakan nubuat mengenai YesusKristus dicatat dalam Kisah Para Rasul, dalam bagian yang menceritakan bagaimana Filipus diperintahkan oleh Allah untuk mendekati seorang sida-sida Etiopia yang sedang duduk dalam kereta kudanya, membaca keras-keras dari Kitab Yesaya. Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: "Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?" Jawab sida-sida itu: "Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?" Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?" Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah." Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.[53]
Sejumlah sarjana Yahudi seperti Rabbi Tovia Singer[54] sebagaimana Rashi (1040–1105) memandang 'hamba yang menderita' sebagai rujukan kepada seluruh orang Yahudi, yang dianggap sebagai satu orang,[55] dan secara khusus mengenai orang Yahudi yang diangkut dalam pembuangan ke Babel.[56] Namun, dalam Midrash Haggada mengenai Kitab-kitab Samuel, berupa kumpulan cerita-cerita rabbinik, anekdot sejarah dan ajaran moral, Yesaya 53:5 ditafsirkan sebagai nubuat mengenai Mesias.[57]
"Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda."[59]
Para penulis Kristen menafsirkan Zakharia 9:9 sebagai nubuat mesianik mengenai kerendah-hatian.[60]
Injil Yohanespasal 12 menghubungkan ayat ini dengan kisah perjalanan Yesus memasuki Yerusalem, di mana Ia dielu-elukan banyak orang yang "mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya, seperti ada tertulis: 12:15 "Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai."[61]
Injil sinoptik mencatat bahwa Yesus sendiri yang merencanakan naik keledai, sehingga dengan sadar menggenapi nubuat ini,[62] meskipun murid-murid-Nya baru menyadari akan penggenapan nubuat ini setelah Yesus sudah bangkit dari kematian.[63]
"Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung."[64]
Zakharia 12:10 adalah ayat lain yang biasanya dikutip oleh para pengarang Kristen sebagai nubuat mesianik yang digenapi oleh Yesus.[65]
^J. Cadrl Laney, Answers to Tough Questions from Every Book of the Bible A Survey of Problem Passages and Issues from Every Book of the Bible, page 174.
^Farzana Hassan, Prophecy and the Fundamentalist Quest: An Integrative Study of Christian and Muslim Apocalyptic Religion (McFarland, 2008), page 26-27.
^ abSinger, Tovia. "Who is God's Suffering Servant?The Rabbinic Interpretation of Isaiah 53". Outreach Judaism. Tovia Singer. Diakses tanggal 2 January 2013."The well-worn claim frequently advanced by Christian apologists who argue that the noted Jewish commentator, Rashi (1040 CE – 1105 CE), was the first to identify the suffering servant of Isaiah 53 with the nation of Israel is inaccurate and misleading. In fact, Origen, a prominent and influential church father, conceded in the year 248 CE – eight centuries before Rashi was born – that the consensus among the Jews in his time was that Isaiah 53 “bore reference to the whole [Jewish] people, regarded as one individual, and as being in a state of dispersion and suffering, in order that many proselytes might be gained, on account of the dispersion of the Jews among numerous heathen nations.”( Origen, Contra Celsum, Chadwick, Henry; Cambridge Press, book 1, chapter 55, page 50) The broad consensus among Jewish, and even some Christian commentators, that the “servant” in Isaiah 52-53 refers to the nation of Israel is understandable. Isaiah 53, which is the fourth of four renowned Servant Songs, is umbilically connected to its preceding chapters. The “servant” in each of the three previous Servant Songs is plainly and repeatedly identified as the nation of Israel."
^Peter Stuhlmacher, "Jesus' Readiness to Suffer and His Understanding of His Death", in James D. G. Dunn, Scot McKnight (editors), The historical Jesus in recent research (Eisenbrauns, 2005), page 397.
^D. A. Carson, The Gospel According to John (Wm. B. Eerdmans Publishing, 1991), page 433.
^Yohanes 12:16 mencatat: "Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu, tetapi sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa mereka telah melakukannya juga untuk Dia."
Childs, Brevard S (2001). Isaiah. Westminster John Knox Press.
Coogan, Michael D. (2007). "Isaiah". Dalam Coogan, Michael D.; Brettler, Mark Zvi; Newsom, Carol Ann. New Oxford Annotated Bible. Oxford University Press.
Herbert Lockyer All the Messianic Prophecies of the Bible Zondervan 1988 ISBN 0-310-28091-5
Nelson Reference Guides Find It Fast Messianic Prophecies Fulfilled In Jesus Christ Nelson Reference 2001 ISBN 0-7852-4754-8
Charles A. Briggs Messianic Prophecy: The Prediction of the Fulfilment of Redemption Through the Messiah Wipf & Stock Publishers 2005 ISBN 1-59752-292-9
Edward Riehm Messianic Prophecy: Its Origins, Historical Growth and Relation to New Testament Fulfillment Kessinger Publishing 2006 ISBN 1-4254-8411-5
Aaron Kligerman Old Testament Messianic Prophecy Zondervan 1957 ASIN B000GSNPMQ
Michael F. Bird, Are You the One Who Is to Come? Baker Academic 2008.