Kitab Injil atau Evangeliarium (bahasa Yunani: Εὐαγγέλιον, Evanggélion; bahasa Latin: Evangeliarium) adalah kodeks atau buku jilid yang memuat satu atau lebih Injil dari Kitab SuciPerjanjian Baru. Lazimnya sebuah kitab Injil memuat seluruh Injil yang terdapat di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, yakni keempat versi riwayat hidup Yesus dari Nazaret yang merupakan akar iman Kristen. Istilah "kitab Injil" dapat pula berarti buku liturgi yang disebut evangeliarium, yakni kumpulan bacaan Injil yang disusun menurut penanggalan liturgi untuk dibacakan pada perayaan Misa atau ibadat-ibadat lain.[1]
Pada permulaan Abad Pertengahan, salinan-salinan Alkitab yang lengkap jarang sekali dibuat karena mahalnya harga perkamen. Kitab atau kumpulan kitab dibuat untuk maksud-maksud khusus. Sejak abad ke-4, kitab-kitab Injil sudah dibuat untuk digunakan dalam peribadatan, untuk dikaji secara pribadi, dan untuk dijadikan "kitab pajangan", baik sebagai sarana upacara maupun sekadar hiasan belaka.[2] Kodeks Washington (bahasa Latin: Codex Washingtonianus) atau Injil-Injil Freer adalah salah satu contoh kitab Injil tertua yang memuat keempat Injil dalam bahasa Yunani, dibuat pada abad ke-4 atau abad ke-5. Pada abad ke-7, nas-nas Injil disusun menurut hari-hari dalam penanggalan liturgi; sebelum itu, nas-nas Injil sering kali dibacakan mengikuti urut-urutannya dalam Alkitab Perjanjian Baru.[3] Banyak dari kitab-kitab ini dibuat dengan sangat cermat; kitab Injil adalah naskah yang mula-mula paling banyak dihiasi iluminasi sampai akhirnya diungguli oleh Alkitab dan Kitab Mazmur bergaya Roman pada sekitar abad ke-11 di Dunia Barat. Di Dunia Timur, kitab Injil tetap menjadi subjek penting bagi karya-karya iluminasi sampai mesin cetak ditemukan. Potret penginjil adalah salah satu unsur hiasan yang menjadi ciri khas kitab Injil.[4] Sebagian besar mahakarya seni iluminasi Insular dan Otto adalah hiasan naskah kitab-kitab Injil,[5] dan ada banyak sekali peninggalan naskah kitab Injil dengan hiasan yang bergaya seni Bizantin serta Karoling.
Meskipun demikian, sebagian besar naskah kitab Injil tidak diiluminasi sama sekali, atau sekadar diperindah dengan inisial-inisial hias dan sentuhan-sentuhan hiasan kecil lainnya. Selain nas-nas Injil, kitab-kitab ini sering kali memuat pula teks-teks tambahan seperti tabel-tabel kanon Alkitab, rangkuman-rangkuman, glosarium, dan tulisan-tulisan penjelasan lainnya. Kitab-kitab Injil berbahasa Latin juga sering kali memuat surat Hieronimus kepada Paus Damasus yang berisi penjelasan Hieronimus kepada Sri Paus tentang alasan yang mendasari pembuatan terjemahan Vulgata dan penataan kitab-kitab suci yang dibuatnya, sementara kitab-kitab Injil berbahasa Yunani sering kali memuat pula Epistula ad Carpianum (surat kepada Karpianus) dari Eusebius yang berisi penjelasan mengenai kanon-kanon yang disusunnya.[6]
Kitab-kitab Injil yang mewah sebagian besar dihasilkan pada Awal Abad Pertengahan, manakala orang semakin gemar membubuhkan hiasan yang berlimpah ruah pada evangeliarium atau leksionari (bahasa Latin: lectionarium), yang lambat laun semakin lazim digunakan dalam peribadatan, serta teks-teks lainnya.[7]
Penggunaan kitab Injil di Gereja Barat
Di Gereja Katolik
Dalam Gereja Katolik Roma sekarang ini, kitab Injil atau evangeliarium[1] memuat teks lengkap dari ayat-ayat keempat Injil yang akan dibacakan atau dilantunkan oleh diakon atau imam dalam perayaan Misa sepanjang tahun liturgi. Meskipun demikian, penggunaan kitab Injil tidak diwajibkan, dan bacaan-bacaan Injil juga dimuat dalam leksionari (daftar bacaan Alkitab) standar.[8][9]
Bilamana digunakan dalam ibadat, kitab Injil akan dibawa menuju Altar dalam arak-arakan pada permulaan perayaan Misa, tidak demikian halnya jika leksionari yang digunakan.[10] Pada saat dibawa dalam arak-arakan, kitab Injil harus agak diangkat, meskipun tidak perlu sampai melewati kepala. Orang yang paling pantas membawa kitab Injil dalam arak-arakan adalah diakon, karena pewartaan Injil merupakan salah satu kewenangannya. Bilamana tidak ada diakon, kitab Injil boleh dibawa oleh lektor.[11]
Setibanya di altar, diakon atau lektor membungkuk hormat ke arah altar, kemudian meletakkan kitab Injil di atas altar, dan dibiarkan tetap di atas altar sampai dengan pelantunan Alleluia.[12]
Selama Alleluia dilantunkan, diakon (yang sebelum mewartakan Injil terlebih dahulu menerima berkat dari imam pemimpin perayaan misa), atau imam jika tidak ada diakon, mengambil kitab Injil dari altar dan mengaraknya menuju ambo (mimbar). Jika dupa digunakan, maka kitab Injil didupai oleh diakon sebelum dibacakan atau dilantunkan. Seorang misdinar atau akolit akan mengayunkan pedupaan perlahan-lahan selama ayat-ayat Injil dibacakan atau dilantunkan.[13] Kitab Injil dibiarkan tetap berada di atas ambo sampai perayaan Misa berakhir, kecuali jika dihantarkan kepada uskup untuk dicium. Jika demikian, maka kitab Injil selanjutnya diletakkan di meja kredens atau tempat lain yang layak dan mulia.[14]
Jika ada upacara pemulangan para katekumen dalam perayaan Misa, maka kitab Injil dibawa di depan barisan para katekumen pada saat berarak meninggalkan gedung gereja.
Di Gereja Episkopal Amerika
Di gereja Episkopal di Amerika Serikat, praktik pemakaian kitab Injil dipulihkan dengan terbitnya Buku Doa Bersama Amerika Serikat tahun 1979, yang menganjurkan agar bacaan-bacaan Alkitab dan Injil "dibacakan dari buku atau buku-buku yang berukuran layak dan mulia".[15] Mengikuti anjuran ini, beberapa penerbit telah mengeluarkan kitab-kitab Injil untuk digunakan oleh gereja Episkopal, dan ada pula kitab-kitab Injil lain yang disusun sendiri secara perorangan.
Diakon, misdinar, atau akolit biasanya membawa kitab Injil dalam arak-memasuki rumah ibadat di awal peribadatan, dengan cara mengangkatnya setinggi mungkin dengan kedua belah tangan terjulur penuh, kemudian meletakkannya di atas altar sampai saat pembacaan Injil. Sesudah itu, kitab Injil diletakkan kembali di atas altar atau di atas sebuah meja atau rehal khusus di samping altar.
Kitab Injil memuat bacaan-bacaan yang digunakan dalam ibadat Matin, Liturgi Ilahi, ibadat-ibadat Moleben, dan ibadat-ibadat lainnya. Di kalangan Gereja bertradisi Yunani, kitab Injil yang digunakan dalam liturgi pada zaman modern disusun menurut siklus bacaan sebagaimana urut-urutannya sepanjang satu tahun liturgi, ditambah satu bagian terakhir yang berisi bacaan-bacaan Injil untuk ibadat Matin, hari-hari raya serta perayaan-perayaan khusus, sehingga kitab ini sebenarnya lebih mirip evangeliarium daripada kitab Injil. Di kalangan Gereja bertradisi Slavia, kitab Injil memuat teks lengkap dari keempat Injil menurut tata urutan kanoniknya (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) disertai tanda-tanda khusus di tepi halaman sebagai petunjuk awal dan akhir suatu bacaan, ditambah pula dengan sebuah tabel bacaan di halaman belakang. Kadang-kadang kitab ini juga memuat gabungan teks-teks bacaan yang lebih rumit, misalnya "Dua Belas Bacaan Injil" yang dibacakan dalam ibadat Matin pada hari Jumat Agung.
Menurut tradisi, Gereja Ortodoks tidak pernah menyampul kitab Injil dengan kulit samakan—kulit binatang mati—karena sabda Kristus dianggap sebagai pemberi hidup. Kulit hewan juga mengingatkan orang pada riwayat Kejatuhan Manusia, manakala Allah membuatkan pakaian dari kulit binatang untuk Adam dan Hawa setelah mereka melanggar perintah-Nya (Kej 3:21). Rasul Paulus menyebut Kristus sebagai "Adam yang baru" (1 Kor 15:22,47–49), dan Gereja Ortodoks mengajarkan bahwa Kristus datang untuk memakaikan "pakaian cahaya" kepada umat manusia, yakni pakaian fitrah manusia yang hilang ketika Adam dan Hawa berdosa di Firdaus. Menurut tradisi, kitab Injil disampul dengan emas, yakni unsur duniawi yang paling layak dijadikan lambang kemuliaan surga. Jika tidak ada emas, kitab Injil boleh disampul dengan kain.
Kitab Injil ditempatkan di tengah-tengah Meja Suci (altar), melambangkan Salib Kristus yang terpancang di pusat bumi. Penempatan kitab Injil semacam ini juga melambangkan karya Kristus pada saat penciptaan alam semesta (altar persegi melambangkan jagad ciptaan). Kitab Injil diletakkan di atas antimension, yang senantiasa berada di atas altar, sebagaimana Kristus senantiasa menyertai Gereja sampai akhir zaman (Mat 28:20). Bahkan bilamana antimension dibentangkan untuk mengalasi piala dan diskos, kitab Injil tidak dipindahkan dari meja suci (altar), tetapi tetap berdiri tegak di hadapan tabernakel.
Perayaan Liturgi Ilahi diawali dengan tindakan imam mengangkat kitab Injil tinggi-tinggi dan membuat tanda salib di atas altar dengannya. Kitab Injil dibawa dalam arak-arakan pada waktu-waktu tertentu dengan dikawal lilin-lilin, paling sering dalam perayaan Liturgi Ilahi, manakala kitab Injil dibawa pada saat Upacara Masuk Kecil[16] yang digelar sebelum pembacaan Epistola dan pembacaan Injil. Kitab Injil juga dibawa dalam perarakan-perarakan pada hari raya Paskah dan Teofani. Seusai pembacaan Injil, imam akan memberkati jemaat dengan menggunakan kitab Injil. Pada ibadat Matin hari Minggu, seusai pembacaan Injil, seluruh jemaat maju menghormati kitab Injil dan menerima berkat dari imam atau uskup.
Dalam upacara pengakuan dosa Gereja Ortodoks Timur, seorang pengaku dosa mengakukan dosanya di hadapan sebuah kitab Injil dan salib. Di negeri-negeri yang warganya turun-temurun memeluk agama Kristen Ortodoks Timur, bilamana seseorang mengikrarkan kaul atau sumpah, ia akan melakukannya di hadapan sebuah kitab Injil dan salib. Pada akhir upacara Misteri SuciPengurapan, orang atau orang-orang yang diurapi akan berlutut, kemudian kitab Injil dibuka dan ditumpangkan menghadap ke bawah di atas kepala mereka, sementara imam pemimpin upacara mendaraskan doa khusus dari Injil.
Dalam upacara pentahbisan uskup, calon yang akan ditahbiskan berlutut dengan dahi menyentuh altar, kemudian kitab Injil dalam keadaan terbuka dan menghadap ke bawah ditumpangkan pada lehernya, sementara para uskup yang akan menahbiskan meletakkan tangan mereka di atas kitab Injil sambil mendaraskan doa konsekrasi. Dalam penyelenggaraan sinode para uskup, sering kali sebuah kitab Injil diletakkan pada tempat yang terlihat jelas untuk menandakan bahwa Kristus sendiri hadir dalam pertemuan itu. Bilamana mengubur jenazah imam atau uskup, sebuah kitab Injil akan diletakkan di atas dada jenazah untuk menandakan bahwa tugas mendiang adalah mewartakan Injil kepada semua orang. Dalam upacara pemakaman seorang imam atau uskup, pembacaan Injil dilakukan lebih dari sekali untuk menandakan pentingnya Injil dalam pelayanan mendiang.
Di Gereja Armenia
Di Gereja Apostolik Armenia dan Gereja Katolik Armenia, pada saat pembacaan Injil, diakon akan mengalasi tangannya dengan sehelai kain halus sebelum menyentuh kitab Injil, karena menyentuhnya dengan tangan secara langsung dianggap kurang pantas. Panti imam dalam gedung-gedung gereja Kristen Armenia tidak dilengkapi dengan rehal atau mimbar khusus sebagai tempat pembacaan Injil.
^ ab"General Instruction of the Roman Missal, 44"(PDF). Catholic Bishops' Conference of England & Wales. Catholic Truth Society. Diakses tanggal 2 Februari 2015. Gerak-gerik mencakup pula perbuatan-perbuatan dan arak-arakan: imam bersama diakon dan para petugas berarak menuju altar; diakon membawa evangeliarium atau kitab Injil menuju ambo sebelum pewartaan Injil ...
^Dalam tata ibadat Yunani, salib prosesi dan flabella dibawa serta dalam Upacara Masuk Kecil. Dalam tata ibadat Rusia, flabella hanya dibawa jika selebran adalah seorang uskup.
Rujukan
Calkins, Robert G. Illuminated Books of the Middle Ages. 1983, Cornell University Press, ISBN0500233756
"Commentary", Edward Foley, John Francis Baldovin, Mary Collins, Joanne M. Pierce, eds., A Commentary on the Order of Mass of the Roman Missal, 2011, Liturgical Press, 2011, ISBN0814662471, 9780814662472
Deiss, Lucien, The Mass, 1992, Liturgical Press, ISBN0814620582, 9780814620588
Otto Pächt, Book Illumination in the Middle Ages (diterjemahkan dari bahasa Jerman), 1986, Harvey Miller Publishers, London, ISBN0199210608
Palazzo,Eric, A History of Liturgical Books from the Beginning to the Thirteenth Century, 1998, Liturgical Press, ISBN081466167X, 9780814661673, google books
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Kitab Injil.