Altar atau mazbah adalah meja atau panggung yang dipersiapkan untuk melaksanakan upacara pengurbanan, mempersembahkan kurban atau persembahan keagamaan tertentu, atau melakukan ritual keagamaan serupa. Altar dapat dijumpai dalam kuil, gereja, wihara, kelenteng, dan tempat-tempat pemujaan lainnya. Altar umumnya digunakan dalam praktik keagamaan paganisme, Kekristenan, Buddhisme, Hinduisme, Konfusianisme, Taoisme, Shinto, Yudaisme kuno, paganisme modern, dan beberapa agama dan aliran kecil lainnya. Beberapa agama dan kepercayaan kuno yang telah punah juga mempraktikkan penggunaan altar, seperti agama Romawi Kuno, Yunani, dan Nordik.
Yudaisme
Mazbah, seperti yang dikisahkan dalam Alkitab Ibrani, umumnya terbuat dari tanah[1] atau bebatuan alami.[2] Mazbah umumnya didirikan di tempat-tempat yang mencolok oleh penduduk sekitar.[3][4][5][6] Mazbah pertama yang tercatat dalam Alkitab Ibrani adalah mazbah yang didirikan oleh Noah.[7] Mazbah juga pernah didirikan oleh beberapa tokoh Alkitab lainnya, seperti Abraham,[8]Ishak,[9]Yakub,[10] dan Musa.[11]
Sisa-sisa dari tiga altar batu ditemukan di Tanah Kanaan:satu di Tel Zorah, satu pinggiran Sebastia (daerah Samaria kuno), dan satunya lagi di dekat Shiloh.[12]
Kekristenan
Gereja Katolik
Di dalam buku panduan Instruksi Umum mengenai Tata Cara Misa Gereja Katolik Roma di Amerika Serikat (General Instruction of the Roman Missalis) terdapat beberapa aturan mengenai altar. Buku ini merekomendasikan agar ada sebuah altar permanen di dalam setiap gereja, karena altar tersebut menggambarkan secara lebih jelas dan terus-menerus mengenai "Kristus sebagai batu karang yang hidup" (1 Petrus 2:4; Efesus 2:20). Alasan mengapa disebut altar permanen karena altar tersebut dibangun tertanam di atas lantai sehingga tidak bisa dipindah-pindahkan.
Gereja Katolik Roma mengharuskan hanya ada satu altar di dalam sebuah gereja yang baru dibangun, dan altar tersebut harus dibuat dari batu, idealnya batu alam, karena altar merupakan simbol dari Kristus sebagai batu fondasi gereja. Dalam praktik sehari-hari, kayu yang padat dan diukir cantik sering kali digunakan untuk menggantikan bahan batu alam yang lebih mahal. Kebiasaan menaruh relik dari orang-orang suci gereja di bawah altar masih terus dilakukan.
Di dalam bangunan gereja-gereja yang lebih tua di mana altar dibangun berdempetan dengan dinding dan tidak bisa dipindahkan tanpa kerusakan, sebuah meja altar baru biasanya diletakkan di depan dan altar yang lama digunakan baik sebagai tujuan estetika atau sebagai tabernakel.
Karena altar mewakili Kristus, hanya benda-benda yang dibutuhkan untuk perayaan Misa yang boleh diletakkan di atas mensa (bagian atas altar yang datar dan berposisi horisontal), namun hal ini bukanlah sesuatu yang selalu diikuti dengan taat.
Lilin-lilin, yang diperlukan dalam tiap upacara liturgi Katolik Roma, diletakkan di atas atau di samping altar sesuai dengan rancangan dan tata letak altar. Umat Katolik Roma juga meletakkan salib atau crucifix (salib dengan figur Kristus), di atas altar atau dekat dengan altar di mana benda suci tersebut dapat dilihat dengan jelas oleh umat di dalam gereja.