Kitab Yehezkiel 30:13–18 pada suatu naskah bahasa Inggris dari awal abad ke-13, MS. Bodl. Or. 62, fol. 59a. Teks bahasa Ibrani disalin sebagaimana dalam kodeks bahasa Latin. Terjemahan bahasa Latin ditulis di bagian marjin.
Berisi firman TUHAN yang diterima oleh Yehezkiel mengenai Bait Allah dan Yerusalem baru, dalam bentuk penglihatan tentang pemulihan Bait suci yang baru.
Tujuan penglihatan tentang Bait Suci dialami Yehezkiel ialah memberi semangat kepada bangsa itu bahwa kemuliaan Allah akan dipulihkan sama sekali pada masa yang akan datang, sehingga menghasilkan pengurapan dan berkat yang akan bertahan selama-lamanya.[3]
Merupakan sebuah rangkaian dari pasal 40 sampai 48.
Dalam tahun kedua puluh lima sesudah pembuangan kami, yaitu pada permulaan tahun, pada tanggal sepuluh bulan itu, dalam tahun keempat belas sesudah kota itu ditaklukkan, pada hari itu juga kekuasaan TUHAN meliputi aku dan dibawa-Nya aku (TB)[4]
Penglihatan tentang Bait Suci dialami Yehezkiel pada tahun 573 SM, 25 tahun setelah pembuangan dirinya dimulai.[3] Menurut Edwin R. Thiele jatuh pada tanggal 28 April 573 SM.[5]:191
Ayat 5
Lihat, di luar bangunan itu ada tembok, seluruh keliling bangunan itu. Dan di tangan orang itu ada tongkat pengukur, yang panjangnya enam hasta. --Hasta ini setapak tangan lebih panjang dari hasta biasa--.Ia mengukur tembok itu, tebalnya satu tongkat dan tingginya satu tongkat.[6]
Ada tiga penafsiran utama tentang penglihatan Bait Suci Yehezkiel ini:
(1) Sebuah Bait Suci simbolik yang menggambarkan keadaan kekal yang dilukiskan dalam Wahyu 21:1–22:21;
(2) sebuah Bait Suci simbolik yang melukiskan berkat-berkat kerajaan seribu tahun; atau
(3) sebuah Bait Suci sungguhan yang akan didirikan pada masa kerajaan seribu tahun.
Penafsiran manapun yang diterima, pokok-pokok ajaran yang terutama adalah:
(1) bahwa pada suatu hari kehadiran dan kemuliaan Allah akan dikembalikan kepada umat-Nya untuk selama-lamanya (Yehezkiel 43:7), dan
(2) bahwa berkat-berkat Kristus akan mengalir sebagai aliran yang semakin dalam (Yehezkiel 47:1–12).[3]
Tembok ini akan menandai wilayah Bait Suci dan memisahkannya dari bagian kota yang lain. Orang percaya yang tubuhnya kini menjadi bait yang hidup dari Roh Kudus (1 Korintus 6:19), harus menjaga agar dirinya tetap terpisah dari masyarakat yang berdosa di sekeliling mereka serta dikuduskan bagi Allah dan kepentingannya.[3]
Referensi
^(Indonesia) Dianne Bergant dan Robert J.Karris (ed). 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Jogjakarta: Kanisius.
^(Indonesia) W.S. LaSor, D.A. Hubbard, F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 2. Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1994. ISBN 9789794150431
^ abcdThe Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.